PERASURANSIAN DI INDONESIA I KEUANGAN:
IV. KEKUATAN PERUSAHAAN 2 ASURANSI NASIONAL DAN ASING.
Perlu kiranja diterangkan apa jang dimaksud dengan „kekuatan” suatu perusahaan asuransi.
Kekuatan ini harus ditindjau dari sudut:
1) modalnja, termasuk vrije reserveringen, investeringen dan mung kin garansi2 dari Bank atau perusahaan2 lain.
2) „dekkingscapasiteit” jang ada berhubung dengan reasuransi trea ties jang diperoleh.
Suatu maskapai jang misalnja mempunjai modal jang diambil (sub scribed capital) Rp. 2.000.000.— dan modal terbajarnja (paid up capital) sebesar I2p. 1.000.000,—, akan mengambil bagian dalam pertanggungan kebakaran per objek atau per risiko tidak lebih dari Rp. 100.000,— atau setinggi2nja Rp. 150.000,— untuk risiko
sendiri (Own Retention). Maskapai tadi harus mempunjai reasu ransi treaties dengan maskapai2 lain untuk mendapat dekkingscapa
siteit jang lebih besar dari own retention, sehingga is dapat menutup pertanggunganpertanggungan setjara otomatis per objek sampai mi salnja Rp. 2 atau Rp. 3 djuta atau lebih.
Rp. 2 atau Rp. 3 djuta ini dinamakan dekkingscapaciteit. Besar ketjilnja dekkingscapaciteit ini djuga tergantung dari besar ketjilnja modal perusahaan.
sub 1) Modal dari tiap2 maskapai Nasional jang ada pada masa ini
adalah ketjil. Djika suatu maskapai Nasional sekarang mem punjai modal, termasuk investeringen dan vrije reserveringen, antara Rp. 5 sampai Rp. 10 djuta, sudah dapat dinama kan suatu maskapai Nasional jang baik dan besar. Sebagian besar dari perusahaan2 Nasional tersebut masing2 mempunjai
modal l.k. Rp. 1.000.000,—. IIanja P.T. Reasuransi Umum Indonesia, bekerdja sebagai suatu professional reinsurance company serta Nasional, jang didirikan dan bekerdja djustru untuk kepentingan Pemerintah, mempunjai modal jang agak besar jaitu l.k. Rp. 100 djuta dengan garansi Bank Indonesia sedjumlah Rp. 250 djuta. Modal dari maskapai2 Asing adalah djauh lebih besar, akan tetapi terletak diluar negeri.
sub 2) „Dekkingscapaciteit” dari perusahaan2 Nasional ketjuali
P.T. Reasuransi Umum Indonesia adalah sangat ketjil. Djika misalnja dekkingscapaciteit dari masing2 perusahaan Nasi
onal maupun Asing dapat digabungkan djadi satu, pada masa ini tidak akan melampaui Rp. 100 djuta per objek atau per risiko.
Ketjilnja dekkingscapaciteit pada masa ini terdjadi, karena:
a. premi transfer untuk reasuransi kontrak keluar negeri dalam 2 tahun jang lalu ini dipersulit oleh L.A.A.P.L.N. berhubung dengan penghematan pengeluaran depisen.
b. sistim PUEKS (20%) djuga dilakukan terhadap perasuransian.
c. terdjadinja beberapa kebakaran besar jang melampaui Rp. 10 djuta kerugian dalam 1 — 2 tahun jang btu.
Karena hal2 tersebut diatas, mereka terutama maskapai2 Asing,
menggunakan dekkingscapaciteit mereka jang ada didalam negeri sadja, jang berarti memperketjil kekuatan mereka dibandingkan dengan kekuatan mereka 3 — 4 tahun jang lalu. Jang ditakuti oleh para assuradeur jalah risiko gempa bumi. Terbukti sekarang bahwa dekkingscapaciteit dari tiap2 maskapai di Indonesia tak dapat digabungkan seluruhnja, karena pada masa ini, djustru sehabis peruaturan monotair jang drastis pada tanggal 24 Agustus 1959, ada banjak maskapai2 ketjil jang keuangannja telah
dianggap terlalu lemah, sehingga oleh kawan2nja tak dapat dianggap
„sound” lagi. Menghindarkan kerdjasama dengan mas kapai
maskapai ketjil ini, berdasar djuga atas fakta2 dari tidakdapat
membajarnja claim dengan segera, lebihlebih djika kerugian2 jang
terdjadi berdjumlah berdjutaan rupiah. Sedikitnja 75% dari peru sahaanperusahaan asuransi Nasional tadi belum pernah mengumum kan neratja dan perhitungan laba/rugi mereka sedjak berdirinja.
Karena sebab2 diatas maskapai2 asuransi jang ada sekarang, me
njusun golongan antara kawan2nja sendiri dengan siapa ia bekerdja
sama seharihari. Dengan groeperingen ini
atas dasar mempertja jai dan tidak mempertjajai, sulit kiranja untuk menghubungkan semua perusahaan2 asuransi djadi satu djika terdjadi penutupan asu
ransi jang " agak besar, misalnja dari Pabrik Semen Gresik dengan total sum insured 1.k. Rp. 375 djuta , Java Textiel, B.A.T. Good Year, Unilever dsb.nja.
Dengan bantuan P.T. Reasuransi Umum Indonesia, objek2, besar
jang konstruksinja klas I dan total sum insurednja per risiko tidak melebihi Rp. 300 djuta kini dapat dipertanggungkan local dengan mudah.
Ini tidak berarti bahwa pertanggungan2 jang melebihi Rp. 300
djuta penutupannja talc dapat diselesaikan disini. Untuk pertanggung anpertanggungan besar jang tak dapat ditelan seluruhnja oleh pa sar asuransi didalam negeri, sisa risiko jang „ongedekt” itu harus di tawarkan kepada maskapai2 diluar negeri sebagai „facultative offer”. „Offer”
demikian itu sedjak beberapa tahun jang lalu oleh L.A.A. P.L.N. disalurkan via P.T. Reasuransi Umum Indonesia atau atas andjuran perusahaan.tersebut, karena perusahaan2 ini terbukti dapat menjalurkan
pertanggungan2 besar dengan mudah dan dengan pembajaran premi
jang rendah. Antara maskapaimaskapai Nasional jang ada P.T. Reasuransi Umum Indonesialah jang dapat keper tjajaan terbesar dari Lloyd's dan maskapai2 asuransi didunia. Djuga dalam usaha2
L.A.A.P.L.N. untuk menghemat depisen trans fer setjara drastis, terbukti P.T. Reasuransi Umum Indonesialah jang dapat menolongnja. Desasdesus bahwa didalam kalangan Pemerintah terdapat tendens untuk merentjanakan dipegang atau dipusatkannja per asuransian kerugian didalam satu tangan, ialah tangan Pemerintah
atau maskapai2 asuransi Swasta akan dinasionalisir, mengheboh
kan pasar asuransi baik didalam maupun diluar negeri jang sangat mempengaruhi dan menurunkan dekkingscapaciteit di Indonesia. Sangat akan kami sesalkan, djika demikian itu terdjadi (selama poli tik Pemerintah masih politik „demolcrasiterpimpin"), karena tindakan.
itu tidak akan memberi faedah bagi Pemerintah, bahkan memba wa pelbagai2 kesulitan, jang telah dialami oleh Pemerintah sendiri
pada masa ini dengan menasionalisir maskapai2 asuransi Belanda.
Terbukti sekarang bahwa untuk dapat meneruskan pekerdjaan dari maskapai2 asuransi Ika kepunjaan Pemerintah itu, Pemerintah ha
rus memberi modal barn jang tidak sedikit untuk 1.k. 12 perusahaan Ika, sedang laba2 besar jang pada permulaan diharapkan dan diper
kirakan oleh Pemerintah belum tentu dapat tertjapai, bahkan kemung kinan rugi bagi perusahaan asuransi itu selalu ada, sebagaimana dapat dibuktikan dari statistik2 perusahaan asuransi diseluruh du
nia, teristimewa dalam 4 tahun jang lalu ini.
Mengingat bahwa Pemerintah sendiri dengan susah pajah mengusahanja penghematan „rupiah spending” setjara dratis di sektor2 jang dapat dihemat, akan tetapi dalam pelaksanaan Pem
bangunan Semesta nanti terpaksa mengeluarkan uang rupiah setjara besarbesaran untuk pembiajainja, perlu kiranja modal Swasta dalam perasuransian diikutsertakan dalam rentjana Pembangunan Negara ini.
V. PERUSAHAAN2 ASURANSI KERUGIAN DI INDONESIA BERHUBUNG