SARAN2 MENGENAI PERUBAHAN KEDUDUKAN P.A.L.
Berhubung dengan kebidjaksanaan Pemerintah (Kementerian) seka rang, ialah hendak mempergiat usaha2 pembangunan disegala lapangan
pelajaran a.l. memadjukan pembuatan kapalkapal sendiri, melatih ahli2
dan pekerdja2 tehnis jang dibutuhkan dsb., maka dirasa perlu untuk me
neropong masalah P.A.L. jang sekarang sedang dipeladjari oleh Panitya Interdepartemental itu dari segi2 Baru, a.l. dari sudut kemungkinan pe
njesuaian.kedudukan dan tugas P.A.L. dengan usahausaha pembangunan
Pemerintah sebagaimana disebut tadi.
Meskipun oleh fihak jang berkepentingan langsung, dalam hal ini ALRI, usaha kearah itu dirasakan agak berat, tetapi sebagaimana dike tahui djalan sedemikian itu terpaksa harus ditempuh berhubung dengan keadaan keuangan negara pada dewasa ini jang sedemikian rupa, se hingga kita harus dapat bekerdja dengan sehemathematnja dan sedapat mungkin menggunakan segala kemungkinan jang terbuka bagi melaksa nakan usaha2 pembangunan kita itu dengan sebaikbaiknja.
Setelah Panitya Interdepartemental mengadakan penindjauannja
di P.A.L. Surabaja dari tgl 7/sd 8 Nopember 1956, bertambahlah pula kejakinan kami, bahwa P.A.L. dapat memegang peranan jang utama dalam melaksanakan pembangunan dilapangan pelajaran itu, kesim pulan mana didasarkan atas kenjataan, bahwa peralatan2 P.A.L. untuk mak
sud tersebut ternjata adalah lengkap apabila dibandingkan dengan peralatan2
dari galangan2 kapal diluar negeri jang telah pernah kami lihat sendiri,
misalnja di Perantjis, Belanda dan Djepang. Pernjataan2 jang telah pernah
didengar, bahwa P.A.L. adalah suatu perbengkelan kapal jang terbaik perlengkapannja di Asia Tenggara, ternjata bukanlah chajalan belaka.
Djustru karena itulah, maka sangat disesalkan, bahwa kesempatan jang sangat baik ini untuk dapat dilaksanakan usaha2 pembangunan indus
tri kapal di Indonesia dengan tjara jang praktis dan murah pula tidak di pergunakan, hal mana sesungguhnja adalah suatu kerugian besar, oleh karena tidak hanja menghambat pelaksanaan usaha2 tersebut, tetapi djuga
berarti kehilangan tenaga2 technisi jang terlatih, djustru karena tenaga2 itu
tidak mendapat kesempatan untuk dipelihara, apalagi diperkembangkan untuk kepentingan pembangunan industri kapal chususnja dan industri lain umumnja, jang kesemuanja itu masih membutuhkan djumlah besar dari tenaga2 demikian.
Adalah suatu tragedie, apabila diingat bahwa orang sibuk mentjari tjari modal untuk membangun industri kapal dengan tidak berhasil, se dang modal jang njata adanja, berupa P.A.L. jang hanja membutuhkan reorganisasi dan perbaikan tambahan sesuai dengan kebutuhan jang njata tidak dipergunakan, bahkan terlantar tidak dipelihara dengan sewadjar nja, sehingga keadaan sedemikian merupakan suatu pemborosan jang di lakukan dengan tidak sadar, dengan segala akibatnja jang merugikan.
Djelaslah, bahwa keadaan sedemikian itu tak dapat dibiarkan ber langsung terus lebih lama, sehingga perlu diambil tindakantindakan jang tegas kearah perubahan2 jang lebih mendalam dari pada apa jang
Untuk menghindarkan kesalahan paham, perlu ditegaskan bahwa saran kami ini sungguh2 berdasarkan pertimbangan2 objektip semata mata,
dilihat dari sudut usaha pembangunan negara dalam hubungan ke seluruhannja,untuk kepentingan rakjat Indonesia selaras dengan semangat
R.U.U. Rentjana Pembangunan Lima Tahun pasal 1, jang bunjinja a.l. nasional, dalam pengertian mama sesungguhnja dengan sendirinja telah tersimpul pula tudjuan untuk merobah tjara berpikir jang terpengaruh suasana kolonial mendjadi tjara berpikir dalam alam merdeka.
Dalam rapat Panitya pada tgl. 25101956 pun sesungguhnja soal ini ka mi telah singgung pula dengan maksud agar kita dapat melihat masalah P.A.L. ini tidak hanja dari sudut kepentingan instansiinstansi jang bersang kutan sematamata sadja, tetapi terutama dari sudut kepentingan nasional.
Dalam hubungan ini kiranja perlu diperingatkan, bahwa keduduk an angkatan laut Belanda dahulu adalah djauh berlainan dari kedudukan sekarang. Angkatan Laut Belanda adalah alat Pemerintah .kolonial untuk menegakkan kekuasaannja di Indonesia dan untuk melindungi kepenti ngan Belanda sematamata, sedang ALRI adalah organisasi rakjat Indo nesia jang ditjiptakan oleh rakjat Indonesia sendiri dengan tugas untuk menegakkan kedaulatan R.I. atas wilajah lautlautnja, melindunginja dan mempertahankannja terhadap musuh2 R.I. dan pula untuk melindungi
kepentingan rakjat Indonesia dalam arti kata jang luas.
Maka djelaslah, bahwa kepentingan ALRI adalah kepentingan rakjat pula, sehingga tidaklah ada alasan bagi ALRI untuk merasa cha watir, kalau2 kepentingannja akan terdesak apabila P.A.L. tidak langsung
ada dibawah kekuasaannja,
Selandjutnja hendaknja diinsjafi pula tentang adanja kesatuan kepen tingan antara ALRI dan rakjat, sebab adanja suatu ALRI jang kuat dan effisien berarti pula lebih terdjaminnja kepentingan rakjat dan sebaliknja adanja rakjat jang kuat perekonomiannja, sehingga is mampu untuk mem biajai dan memelihara suatu ALRI jang kuat dan effisien adalah sesuai pula dengan kepentingan ALRI.
Dengan adanja pengertian sebagaimana diuraikan diatas, kami jakin, bahwa masalah P.A.L. ini akan dapat diselesaikan dengan memuaskan semua jang bersangkutan chususnja dan rakjat Indonesia umumnja, se dang penggunaannja akan dapat diselenggarakan dengan seeffisien2nja.
KENJATAAN2 TENTANG P.A.L.
Untuk maksud penjelidikan kita, P.A.L. dapat dibagi dalam 2 bagian utama, ialah:
2. Bagian jang bersifat chusus ketentaraan, ialah bagian persendjataan. Letak dari kedua bagian itu adalah terpisah, sehingga dengan mudah dapat dibagi dalam kompleks jang terbuka bagi umum, dan kompleks jang tertutup bagi umum. Dengan demikian security jang dibutuhkan bagi bagian jang chusus itu akan dapat didjamin.
Oleh karena perhatian kami terutama ditudjukan kepada bagian umum maka uraian kami itu teristimewa akan mengenai bagian ini sadja.
Bengkel reparasi.
Peralatan bengkel reparasi adalah lengkap. Keadaan disitu adalah sepi, hal mana menundjukkan tidak effisiennja penggunaannja. Menu rut keterangan adapun jang mendjadi sebab a.l. ialah tidak adanja bahan2
Selandjutnja tersedia pula tempat dan alat2 untuk membuat spanten
dan hull kapal, seperti: buigvlocr, mesin wals, mesin pemotong, hydrau Iische pers, ponsmachine, alat2 las till. Gieterij alat2 rontgen untuk meme
riksa bahan2 dll. pun terdapat pula disitu. Pendeknja semua alat2 jang
dibutuhkan untuk dapat membuat hull kapal ada.
Oleh karena itu, maka lebih djelas lagi bagi kita, bahwa waktu jang telah terbuang itu benar2 merupakan suatu kerugian besar dilihat dari
sudut pembangunan dan negara, djika disadari, bahwa kita harus membe li kapal2 ketjil untuk keperluan Pemerintah dari luar negeri, padahal
kapal2 demikian kita pun dapat membuatnja sendiri! Kalau perusahaan2
galangan seperti „CARYA”, PRAUWEN VEER dsb. telah sanggup untuk membuat kapal2 ketjil, bukanlah chajal, bahwa P.A.L. pun akan
dapat membuatnja.
ANDAI KATA.
Andai kata pekerdjaan ini dapat diselesaikan dalam 1 tahun, maka ada lagi sisa waktu untuk pembuatan kapal2 sebanjak 1.k. 3 tahun, dalam
djangka waktu mana dapat diselesaikan pembuatan 6 kapala 1000 ton dw dan 6 kapal a 4000 ton dw.
Pendjelasannja adalah sebagai berikut:
TAHUN DIBUAT SELESAI DIPERGUNAKAN
1000 t.4000 t. 1000. t. 4000 t. 1000 t. 4000 t.
1953 2 2 — — —
maka deviezen negara jang dapat dihematkan dalam sektor pengangkutan tiap2 tahun berdjumlah 70% dari 48.000 X £ 4.5.0 = £. 142.800.—/— á
4000 ton dw. 2000 ton dw.
Badja dan besi US $ 185.000,— 118.000,—
Mesin induk, prop. + as 220.000,— 135.000,—
Hulpmotoren, generatoren 95.000,— 56.000,—
Mesin2 dek dsb. 66.000,— 51.000,—
Listrik, radio 85.000,— 52.000,—
Bahan2 aneka warna 70.000,— 44.000,—
Outfits 150.000,— 90.000,—
Tjat 10.000,— 6.000,—
Kaju 30.000,— 18.000,—
Upah 360.000,— 220.000,—
US $ 1.271.000,— 790.000,— Biaja tiap ton dw 1.k. US $ 320.000,— US $ 400,—
Bahan2 luar negeri 69% US 871.000,— 546.000,—
,, Indonesia 3% 40.000,— 24.000,—
U p a h 28% 360.000,— 220.000,—
100% US.$ 1.271.000,— 790.000,—
Berdasarkan angka2 diatas, maka pembiajaan pembuatan kapal itu
dengan memperhitungkan 20% lebih mahal dari pada luar negeri, berhubung bahan2nja harus diimpor dan ketjakapan bekerdja belum
sempurna, adalah sebagai berikut:
Mengingat, bahwa tenaga jang dipergunakan sebagian besar adalah tenaga Indonesia, sedang kaju adalah bahan jang didapat di Indonesia pula, maka pembuatan kapals sendiri itu berarti sekurangkurangnja
penghematan deviezen sebesar 31%, dari US $ 12.096.000.— = US $ 3.749.760.— a 11,44 = Rp. 42.896.254.40. jang berarti pula terbuka nja kesempatan bekerdja dan berlatih bagi tenaga2 Indonesia.
Berhubung dengan teori diatas, maka akan timbul berbagaibagai pertanjaan, baik jang berupa technis, maupun jang berupa financieel. Misalnja sadja tentang:
Mesin2 untuk kapal2 itu.
Mesin2 dan alat2 lainnja jang tak dapat dibuat di Indonesia dengan
sendirinja harus diimpor dari luar negeri tanpa ada kesulitan technis. Misalnja sadja mesin induk untuk kapal jang berukuran 4000 ton dw. jang berketjepatan 1.k. 12 mil, kekuatannja 1.k. 2000 PK, beratnja 1.k. 98 ton sedang ukuran pandjangnja 1.k. 8,12 M., sehingga tidak akan me nimbulkan kesulitan apa2 dalam pengangkutannja dengan kapal laut.
Dalam hubungan ini hendaknja diperhitungkan pula, bahwa dengan terlaksananja projek pengolahan bidji besi di Indonesia, pembuatan mesin2 kapal di Indonesia adalah suatu kemungkinan, misalnja atas
dasar lisensi jang diperoleh dari pemegang2 mesin2 kapal tertentu seperti
M.A.N., B & W dsb. sebagaimana dilakukan pula misalnja di Djepang, India dsb.
dibutuhkan kelak, misalnja dengan mengadakan sektor pendidikan jang praktis, hal mana tak dapat diharapkan dari pihak pengusaha2 partikelir
karena selain bukan fungsi mereka, keadaan mereka pun tidak menperke nankan berhubung dengan keadaan mereka jang serba kurang dalam se galagalanja, baik dilihat dari sudut perlengkapannja maupun dari sudut keuangannja.
Proeftank.
Sebagaimana diketahui, untuk dapat membuat kapal jang effisien terlebih dahulu perlu dibuat modelnja jang dikehendaki, jang kemudian diudji dalam proeftank jang terdapat misalnja di negeri Belanda, di Dje pang, dan lain' negeri.
Meskipun kita belum mempunjai proeftank sendiri, hal sedemikian tidak mendjadi rintangan, sebab pengudjian model' kapal jang hendak kita buat itu dapat dilakukan dinegerinegeri jang mempunjai proeftank sebagaimana djuga biasa dilakukan oleh India misalnja, jang telah mem punjai industri kapal tetapi belum mempunjai proeftank sendiri.
Modal.
Oleh karena rentjana sebagaimana diuraikan diatas itu ternjata mem butuhkan modal ratusan djuta rupiah, sedang Pemerintah katanja, tidak mempunjai tjukup uang, maka dengan sendirinja akan timbul pula per tanjaan dari mana modal sebanjak itu dapat diperoleh.
Mengenai soal modal ini sesungguhnja kami telah: pernah mengemu kakannja sebagai saran kepada Pemerintah berhubung dengan persoal an lain. Adapun pokok pikirannja ialah berdasarkan saran supaja untuk tiap2 KG. beras jang diimpor oleh J.U.B.M. dinaikkan harga pendjual
annja misalnja dengan 25 sen. Pengumpulan uang setjara demikian dapat dipertanggungdjawabkan dengan sepenuhnja terhadap masjarakat, oleh karena uang itu akan dipergunakan untuk projek' jang achirnja dengan langsung atau dengan tidak langsung akan menghematkan pengeluaran deviezen negara untuk pembelian betas luar negeri. Selandjutnja dengan mempunjai kapal2 sendiri kita akan lebih leluasa untuk mendjalankan
politik harga beras jang menguntungkan rakjat, oleh karena Pemerintah akan dapat menguasai tarip pengangkutannja jang merupakan salah satu factor ongkos.
Andai kata harga dari tiap2 KG beras dinaikkan dengan 25 sen, maka
berdasarkan angka diatas, akan dapat dikumpulkan uang sebanjak
Rp. 172.250.000.
Biaja pembuatan 2 galangan á 1000 ton Rp. 10.000.000.—
„ „ 2 „ á 4000 „ 14.000.000.—
„ „ 12 kapal muatan 138.378.240.—
Rp. 162.378.240.— Masih ada kelebihan uang sebanjak Rp. 9.871.760.— Rp. 172.250.000.—
Baiklah, apa jang telah kami uraikan diatas ini adalah tentang kemungkinankemungkinan dimasa lampau, tetapi jang sesungguhnja penting bagi kita sekarang ialah kemungkinan2 dimasa jang akan datang.
Mengenai hal ini kami dapat tegaskan, bahwa kemungkinan2 se
bagaimana digambarkan. diatas tadi itu sesungguhnja senantiasa masih tetap terbuka, apabila djika diingat, bahwa kita masih djuga membutuh kan beras dari luar negeri. Menurut keterangan sdr. Direktur J.U.B.M. sdr. M. Bata, dalam tahun 1957 sadja Indonesia hares mengimpor beras sebanjak 1.k. 600.000 sampai 700.000 ton.
Momok korupsi.
Sebagai akibat dari meradjalelanja korupsi dalam masjarakat kita, dapat dimengerti, bahwa menurut pengalaman kami reaksi dari tiap2
orang atas saran sematjam diatas senantiasa pernjataan rasa chawatir kalau2
akan timbul korupsi dalam penjelenggaraan projek2 demikian. Dalam pada
itu mereka tidak mengemukakan pikiran tentang tjara2nja jang
mungkin ditempuh untuk dapat mentjegahnja. Akibat dari tjara ber pikir jang negatip ini orang tak mau berbuat apa2, sehingga karenanja keadaan
tetap tidak berubah dengan segala akibatnja jang merugikan usaha2
pembangunan negara kita.
butuhan ALRI jang njata, baik dilihat dari sudut technis maupun dari sudut organisatoris, usaha2 ini tidak dapat dipisahkan dari rentjana ar
mada ALRI. Selandjutnja rentjana armada ALRI tidak dapat dipisahkan dari politik pertahanan kita, sedang politik pertahanan kita tak dapat pula dipisahkan dari kekuatan persendjataan dan peralatan musuh jang menurut perhitungan kita mungkin akan menjerang Indonesia.
Dengan mendasarkan rentjana armada ALRI atas faktor2 tadi dan pula
atas faktor2 lain, misalnja faktor2 geografis, maka kita akan mempu njai
suatu ALRI jang effisien, baik mengenai djumlah dan mutu orang2 nja,
maupun mengenai djenis dan besar perlengkapan serta peralatannja.
Susunan armada ALRI.
Sebagaimana diketahui, dilihat dari sudut persendjataan,. armada angkatan laut adalah benteng jang mobiel, sehingga dapat dipergunakan sebagai alat penjerbu dan alat pertahanan. Selandjutnja fungsi dari armada angkatan laut itu a.l. adalah untuk mendjamin keselamatan dan keutu han alat2 pengangkutan dilaut jang harus memelihara perhubungan jang
continue antara home front dan battle front atas mana tergantung kalah menangnja suatu peperangan.
Djelaslah, bahwa alat jang sedemikian itu hanjalah dibutuhkan oleh negara2 penjerbu jang harus membawa kekuatan angkatan perangnja ser
ta perbekalannja kenegara2 jang mendjadi mangsanja jang letaknja djauh
pula dari negara2 penjerbu itu, seperti misalnja Inggeris, Amerika, Dje
pang dsb.
Oleh karena negara kita bukannja suatu negara jang mempunjai maksud agressief, maka politik armada angkatan laut kitapun sewadjar nja harus disesuaikan dengan kedudukan suatu negara jang hanja ingin mempertahankan diri dari serangan2 musuh. Tentu sadja dalam hal ini
kita tidak boleh melupakan prinsip, bahwa siasat pertahanan jang sebaik baiknja terletak pada melakukan serangan2 terhadap musuh jang tepat
waktunja, tempatnja dan keadaannja. Siasat sedemikian membutuhkan alat2 jang sangat mobiel jang diperlengkapi dengan sendjata2 penghan tjur
jang besar pula dajanja.
Kesimpulan dari pendapat diatas ialah, bahwa kita tidak membutuh kan armada angkatan laut sematjam jang dimiliki oleh Inggeris, Ameri ka, Djepang dsb. misalnja, tetapi armada angkatan laut jang sesuai dengan kebutuhan pertahanan kita jang njata. Dengan perkataan lain, kita lebih membutuhkan kapal2 silam, kapal torpedo, kapal2 penjebar
dan penjapu randjau dsb, daripada kapal2 perang jang besar. Armada ini
harus diperkuat dengan suatu angkatan udara jang modern dalam segala galanja dan sangat kuat pula, jang mempunjai pangkalan jang bomproef diseluruh Indonesia.
Sistim pertahanan dilaut, sebagaimana disarankan diatas, adalah berdasarkan perhitungan, bahwa penjerang Indonesia itu akan, bahkan harus mempergunakan angkatan laut sebagai salah satu sjarat untuk da
3. Kenjataan membuktikan pula, bahwa tenaga2 jang dibutuhkan untuk
dapat memperbaiki keadaan di P.A.L. tidak terdapat dalam lingku ngan instansi jang bersangkutan c.q. Kementerian Pertahanan. Andai kata tenaga2 sedemikian terdapat djuga dikalangan Kementerian
Pertahanan, tetapi disangsikan, bahwa mereka itu akan dapat menu naikan tugasnja sebagaimana jang diharapkan berhubung dengan
sifat tugas baru dari P.A.L. dalam phase pembangunan sekarang ini jang membutuhkan orang2 jang dapat berpikir dan bekerdja menurut
normal suatu perusahaan industri jang diselenggarakan dengan effisien.
4. Oleh karena apa jang dikemukan dalam pasal2 2 dan 3 itu a.l. ada lah
akibat dari suasana „keambtenaren” jang timbul karena sifat instansi itu sendiri c.q. Kementerian Pertahanan, maka adalah logis bahwa tindakan pertama jang harus diambil sebagai usaha untuk memperbaiki keadaan P.A.L. itu ialah merubah sausana itu, mi salnja dengan menempatkan P.A.L. dalam lingkungan suatu kementerian jang suasana
Berdasarkan kesimpulan2 diatas, maka demi kepentingan pemba
ngunan pelajaran nasional jang sangat vital itu bagi kehidupan rakjat Indonesia, baik dilihat dari sudut ekonomis, politis, strategis, bahkan dari sudut kebudajaan, disarankan supaja: b. Diadakan reorganisasi sedemikian rupa, sehingga kepentingan
A.L.R.I. tetap terdjamin 100% sedang usaha2 pembangunan disek
tor civiel dapat dilakukan dengan sebaikbaiknja.
c. Sebaiknja P.A.L. ditempatkan dalam lingkungan Kementerian Per hubungan, dibawah Direktorat Perhubungan Laut jang sekarang telah mempunjai bagian chusus untuk memadjukan industri perkapalan nasional dengan nama „Kantor Perkapalan”.
d. Dalam organisasi P.A.L. ditempatkan tenaga2 ahli jang dibutuhkan
dan kalau tenaga2 sedemikian itu belum ada dikalangan kita sendiri,
hendaknja djanganlah ragu2 untuk menempatkan tenaga2 asing den gan
sjarat, bahwa disampingnja ditempatkan pula tenaga2 nasional dengan
tugas supaja dapat menggantikannja dalam waktu tertentu, sehingga dengan demikian Indonesianisasi dalam kepegawaian dapat dilakukan dengan sistematis.
e. Membuat peraturan upah baru P.A.L. jang menjimpang dari per aturanperaturan P.G.P.N. sehingga lebih selaras dengan upah2 jang
ASSEMBLING MOBIL DLL. PRODUKSI. I. PRODUKSI
Produksi ratarata 8 kendaraan/sehari, Dengan 1 shift (ploeg).
Kapasitet 24 kendaraan/sehari, Dengan penambahan tenaga dan beberapa equipment.
Kendaraankendaraan lain jang pemasukannja sadja diselengga
tahun 1959 : U.S.A. — 28; Europe — 19.
III. MANPOWER.
a). Pekerdja djaman: Pada awal tahun:
Assembling 1958 1959 1960.
144 135 135
C.B.B. (karoseri) 169 163 165
Maintenance (pemeliharaan) 80 74 70
Service 40 40 36
Lainlain 91 91 83
Djumlah 524 502 489
b). Pegawai bulanan: Pada awal tahun: 1958 1959 1960.
Staff 11 15 17
Administrasi 72 72 71
Produksi 50 50 50
Supply 40 38 37
Service 53 53 52
Parts 15 15 17
Sales 10 10 9
I4eamanan 31 31 38
Djumlah 282 284 290
IV. DEALERS.
Car Dealers diseluruh Indonesia—20.
PRODUKSI DALAM TAHUN 1958. Trucks:
Chev. 114" 3104 Chassis w/Cab & P/Up Box 1957 CKD RHD = 24
„ „ „ „ „ „ „ 1958 „ „ = 240
„ 3112 „ „Cowl „ W/S 1957 „ „ = 24
„ „ „ „ „ „ „ 1958 „ „ = 552
1231/4"3604 „ „ Cab „ P/Up Box 1957 „ „ = 144 „ „ „ „ „ „ „ 1958 „ „ = 96
135"3804 „ „ „ „ „ „ 1957 „ „ = 24
3812 „ „Cowl„ W/S 1957 „ „ = 48
„ „ „ „ „ „ 1958 „ „ = 120
156½"6403 „ „ Cab 1957 „ „ = 96
„ „ „ „ 1958 „ „ = 192
6412 „ „Cowl& W/S 1957 „ „ = 63
„ „ „ „ „ „ 1958 „ „ = 192
„ „ „ Cab 1957 „ „ = 10
132”6103 „ „ Cab &Dump Body 1957 TUP „ = 2 GMC 114”Elol „ „ Cab & P/Up Box 1957 CKD „ = 48
154”F353 „ „ Cab 1957 „ „ = 1
„ „ „ „ Cowl& W/S 1957 „ „ = 24
Djumlah 1900
Commercial Bodies:
Stake side bodies 6403/57 6
Ambulance 3812/57 30
„ 3542/56 1
Suburban Bodies 3112/58 27
Olson curb 3542/57 7
Djumlah: 71
PRODUKSI TAHUN 1959 Trucks: Trucks:
Chevrolet 114" 3103 Chassis whith Cab 1959 CKD RHD = 48 „ 3104 „ „ Cab & P/U Box
1958 „ „ = 48
„ „ „ „ „ „ „ 1959 „ „ = 24
„ 3113 „ „ Cowl & W/S 1958 „ „ = 24
„ „ „ „ „ „ „ 1959 „ „ = 155
„ 3134 „ „ Cab & P/Up Box’59 „ „ = 156
133¼” 3604 „ „ „ „ „ 1959 „ „ = 24
C M G 114" „ „ „ Cab & P/Up Box 1959 „ „ = 36
156½" „ „ „ Cab 1959 „ „ = 24
Ambulance „ 3112/58 2
PROJECT: A. Body Building. B. Diesel.
Mengenai project ini kita mendapatkan tawaran pemberian licensi dari Superior Coach Corporation (U.S.A.) dan Fuji seimitsu (Japan). Dengan licensi dari Superior Coach Corporation kita akan dapat membuat Bus Body dengan merk Superior mempergunakan mesin mesin dari project Body Building. Superior Coach Corporation melulu membuat Bus Bodies atas Chassis dari General Motor. Dengan licensi dari Fuji seimitsu kita akan dapat membuat rear bodies dari Prince Station Wagon dan bodies dari Truck dan Pick Upnja.
Pemberian licensi hanja menunggu penandatangan kontrak.
Dengan licensi General Motors (jang sampai sekarang kita belum diberikan kepastiannja) bodies atas CowlChassis dapat dibuat.
Dengan Body Building Project ini hendaknja ditudjukan dalam pem buatan:
a). Truck bodies diatas CowlChassis — General Motor. b). Station Wagon bodies diatas CowlChassis — Prince.
c). Bus bodies diatas CowlChassis — Superoir. Produksi dapat dimulai dalam tahun 1962.
B. MESIN DIESEL.
Sedang berusaha mengumpulkan bahanbahan untuk membuat Mesin Diesel.
Dari Djepang telah mendapatkan tawaran untuk mengassemblir Mesin Diesel sebagai langkah pertama dalam pembuatan Mesin Die sel.
Dari Djerman telah mendapatkan keterangan ,bahwa ongkos men
a. muatan kendaraan tinggi. b. trajeknja djauh.
c. pemakaian terusmenerus.
d. service station harus diperbanjak dan buruh terlatih diper lukan.
e. pompa solar harus didirikan oleh Mij. minjak disamping pompa bensin.
Djadi menurut pendapat kami pembuatan mesin Diesel sebaiknja disesuaikan dengan kebutuhan, djadi dimulai dengan Mesin Diesel untuk keperluan a.b.c. jang berkapasitet ketjil, dan lambat laun pem buatan itu diteruskan dengan lainlain model.
INDONESIAN SERVICE COMPANY (Djalan Lodan, Djakarta Kota).
Indonesian Service Company adalah satu perusahaan assembling national dengan modal Pemerintah dan swasta.
Merle kendaraan jang disassembleer: Dodge — Truck Pick Up Cowl dan Passenger.
Willys — Jeep.
Matjam assemblase adalah completely knocked down (C.K.D.).
Kapasitet perusahaan maximum setahun adalah: 5000 kendaraan setahun.
Djumlah kendaraan jang diselesaikan sekarang adalah: Truck 12 sampai 16 sehari.
Jeep 24 sampai 30 seminggu,
dengan pengharapan dapat menjelesaikan 4000 kendaraan setahun. pekerdjaan Body Bus dan Suburban (C.B.B.) merupakan pekerdjaan sewaktuwaktu dan tidak termasuk program.
Banjaknja tenaga: pekerdja — 400
administrasi + pengawas — 250
Persediaan tenaga listrik tjap hari, jang dibangkitkan sendiri adalah 660 KVA.
Planning produksi sukar ditentukan karena tidak pastinja djatah de visen.
Pada tahun 1958 dimasukkan 2.735 kendaraan. Pada tahun 1959 dimasukkan 1.850 kendaraan.
I.S.C. Mempunjat satu dealer organisatie tersebar diseluruh Indo nesia, banjaknja...
Dengan pindjaman dari D.L.F. Indonesian Service Company akan dapat membuat:
a. Jeep bodies.
b. Radiators.
N.V. FUCHS & RENS INDONESIA (Djalan Tanah Abang Barat 14 Djakarta).
Fuchs & Rens dengan lima tjabangnja adalah perusahaan national swasta.
Merk kendaraan jang diassembleer: Chrysler — Home Delivery Plymouth — ,, ,, Mercedes Benz
Fargo.
Matjam assemblase adalah completely knocked down (C.K.D.) Kapasitet perusahaan maximum termasuk lima tjabangnja adalah:
Djumlah kendaraan jang diselesaikan sekarang ada 30 a 35 sebulan.
Kendaraankendaraan Holden jang assembled hanja dalam bentuk Pick Up (Holden Utility).
Produksi sekarang 2½ kendaraan/sehari. Djumlah ini disesuaikan dengan penerimaan djatah.
Kapasitet sekarang 16 kendaraan/sehari. Kapasitet dengan tenaga jang ada sekarang, dan kalau mesinmesin dan equipment dipergunakan.
Banjak mesin/equipment jang belum dipa kai, karena tidak lonend dengan produksi sekarang, misalnja compressor besar dsb. Ada pula equipment jang belum atau sedang dipasang, seperti teststand, alat pemerik sa kebotjoran, spraybooth (hanja satu). Equipment jang belum datang antara lain welding guns.
Kapasitet maximum 32 kendaraan/sehari. Dengan penambahan equip ment dan tenaga. Ruangan untuk uitbrei ding ada.
Perlu kami djelaskan bahwa pekerdjaan assembling sekarang adalah setengah C.K.D., jaitu:
Cowl + Cab + Pick Up box datang dalam keadaan selesai, tinggal dipasang.
Engine dan Transmission datang dalam keadaan selesai djuga. Pekerdjaanpekerdjaannja ialah:
memasang front end, front fender, grille, engine assy, front axle + suspension, rear axle + suspension, steering mecha nism, rodaroda, assemblage dan memasang tempat duduk, mengetjat dan mentest.
II. IMPOR.
Dalam tahun 1958 tidak mendatangkan kendaraan, sebab licensinja ditarik kembali oleh Pemerintah.
Dalam tahun 1959 diperoleh djatah untuk 520 kendaraan; sedjak Oktober 1959 hingga kini jang sudah masuk 370 kendaraan.
Untuk tahun 1960 dimintakan djatah untuk produksi 8 kendaraan sehari.
Untuk administrasi seluruh organisasi N.V. Udatin terdapat 120 orang pegawai.
Keadaan kekuatan tenaga tersebut kirakira konstant sedjak Oktober 1959 hingga kini.
Produksi sekarang 2 kendaraan/sehari Djumlah ini disesuaikan dengan penerimaan djatah.
Kapasitet sekarang 5 kendaraan/sehari Dengan tenaga, equipment dan ruangan jang ada se karang.
Kemungkinan untuk uit breiding sangat minim. Pekerdjaanpekerdjaan assembling di N.V. Jadi meliputi:
a. assembling Morris Station Car:
seluruh kendaraan ketjuali bagian body belakang, atap belakang dan tempat duduk didatangkan dalam keadaan C.K.D.
Bagian jang diketjualikan itu dibuat sendiri, dan pembuatan sen
Walaupun pada hakekatnja pabrik Morris diluar negeri telah me nundjuk N.V. Jadi sebagai distributor untuk daerah DjawaTimur dan Indonesia bagian Timur sadja, dalam praktek N.V. tersebut melajani djuga seluruh Indonesia (tanpa perantaraan dealer) atas pe nundjukkan dari Pemerintah, terutama untuk orderorder Pemerin tah.
ASSEMBLING MOBIL.
Sepertiternjata dalam Memorandum jang kami sampaikan, maka assembling plant mobil jang compleet sebenarnja hanja ada tiga, jaitu dari P.T. GAJA MOTOR di Tandjung priok; N.V. INDONESIA SERVICE COMPANY di Djakarta Kota; dan P.T. FUCHS & RENS INDONESIA di Djakarta. Assembling plant jang ada di Medan, satu2nja di Su
matra, milik dari P.T. NASIONAL MOTOR COY dalam satu dua ta hun diharapkan akan selesai dengan bangunannja serta kedatangan alat2
machinenja.
Pekerdjaan assembling jang dikerdjakan oleh Udatin, Eximo dan Jadi belum dapat dinamakan assembling plant jang sebenarnja disebabkan karena kekurangan alatalat dan hanja merupakan suatu service workshop sadja.
PerusahaanPerusahaan jang mengassembleer mobil dalam bentuk C.K.D. dan S.K.D. adalah distributors resmi dari beberapa pabrik mobil di U.S.A. dan Europa.
sadja jang mempunjai assembling plant jang memenuhi sjaratsjarat pa berik mobil jang bersangkutan, General Motors Corporation, Chrysler Cor poration Ltd., Mercedes. Benz, d.l.l.
P.T. GAJA MOTOR.
A. Oleh paberik ini sedang didirikan satu assembling untuk pembuatan body mobil, suburban, bus, delivery dan station wagon. Sebagian dari assembling plant di Sumatera terletak di Medan, dalam djangka waktu lima tahun.
Assembling plant tersebut akan disesuaikan dengan tuntutan zaman. Seperti diketahui assembling plant di Tandjung Priok didirikan oleh General Motors pada tahun 1926, djadi sudah berdiri selama ± 30 tahun.
Direksi P.T. Gaja Motor sementara ini sedang mempeladjari disam ping itu, untuk djuga mendirikan sebuah pabrik untuk diesel motoren — satu dan lain hal ada sangkut pautnja djuga dengan anganangan Pemerintah untuk dalam waktu jang singkat mendirikan tungku tinggi. (hoogovens).
N.V. INDONESIAN SERVICE COMPANY.
Perusahaan ini djuga sedang mendirikan sebuah pabrik untuk body mobil dan spare parts.
Menurut rentjananja, achir tahun 1961 kedua pabrik tersebut su dah dapat hekerdja.
PERUSAIIAAN2 ASSEMBLING
MESIN DJAHIT — SPEDA MOTOR SPEDA/BETJAK.
I. PENGANTAR.
Penjusunan laporan perusahaan assembling ini berdasar atas bahan2
jang diperoleh dari:
1. Departemen Perindustrian Dasar 2. Djawatan Perindustrian Djakarta Raja 3. Biro Pusat Statistik.
4. Biro Devisen Perdagangan.
Berhubung karena sangat kurangnja serta sukarnja mendapatkan bahan2 (dokumentasi & Statistik) dari keempat Lembaga tersebut diatas,
amatlah sulit untuk menjusun suatu laporan jang lengkap serta up to date. Akan tetapi dengan menggabungkan bahan2jang diperoleh, dapatlah jang
satu dan lainnja saling melengkapi sehingga diperoleh gambaran jang agak mendekati pada keadaan sebenarnja.
Mengingat masih banjak djuga perusahaan jang tidak mendaftarkan perusahaannja pada Departemen Perindustrian, sehingga djumlah pe rusahaan assembling jang tertjantum dibawah ini belum lagi mentjukupi seluruhnja. Oleh karena itu perlu ditamhahkan kira2 5 A.10% terhadap
perusahaan jang mendaftarkan.
Dalam laporan ini dipergunakan tahun 1958 sebagai dasar, karena pada tahun2 berikutnja Pemerintah tidak lagi menjediakan djatah devisen
terutama untuk perusahaan assembling speda motor.
2. P.T.Asia 600 4000
3. Waringin 250 2000
4. Singer Sewing
Machine Coy. 3944 7000
5. Kota Intan 5100 3000
6. P.T. Perusahaan Mesin Djahit In
donesia Fatma 2012 6000
7. Fa. Bash & Co. 1250 5000
8. P.T. Alpina 1700 9000
9. You Thay Trading Co. 500 2000
10. Sinar Makmur 300 1500
11. Fa. Waras 750 2500
SURABAJA: R a m a d a m a s 200 2000
MEDAN: Bintang 500 3000
T E G A L : Abdul Rachman 175 1500
14.021 53.500
Produksi dalam tahun 1958 sebesar 14.031 unit
DJAKARTA: 1. N.V. Universe 385
2. Fa. Skandinavia Import 240
SUMBER: 1) Departemen Perindustrian Dasar
Djawatan Perindustrian Djakarta Raya.
Negara Asal : Djepang, Inggris, Nederland Djerman Barat, Italia, Austria, Tjekoslawakia.
Bagian2/parts speda motor : 72.005 kg
Dalam rupiah : Rp. 1.750.535
Negara Asal : Inggris, Nederland, Djerman Barat, Italia Austria
C. DJATAH DEVISEN 19581)
1. N.V. Handel Mij Liem Tju
Negara asal : Djepang, Tiongkok, Inggris, Belgia, Luxemburg, Nederland, Djerman Barat, Italia.
SUMBER: Departemen Perindustrian Dasar
1) Djawatan Perindustrian Djakarta Raja.
2) Devisen Perdagangan. 3) Biro Pusat Statistik.
DJAKARTA RAJA
PERUSAHAAN SPEDA BETJA
Pot. Cap. Prod/Cap.Prod. Pot. Cap. Prod/Cap.Prod.
1. A S I A — 20.000 — 3000
2. Ban Lim Co, 20.000 15.000 — —
3. Merdeka 24.000 12.000 600 300
4. Ban Liong Hin 24.000 18.000 — —
5. Gie Hoo Hin 96.000 79.000 — —
6. Fa. Tegalredjo — 30.000 — 7000
7. Ban Sin Hin Co. — 36.000 — 8000
8. Hok King Hin 60.000 45.000 — —
9. Hok Thay Hin Co. — 50.000 — —
10. Hok Soen Hin — 25.000 — —
11. Sam Hoo Trading 14.000 13.000 — —
12. Ka Hin — 15.000 — 1000
13. Sumantri 20.000 5.000 2000 1000
14. Lie Mien 20.000 5.000 2000 1000
15. Lim Kin Hin 18.000 9.000 1800 900
16. Miranda 14.500 10.000 — —
17. Murni — 10.000 — —
18. Perdisarata 29.000 20.300 — —
19. Rapih — 12.500 — —
20. National 10.000 12.000 — —
21. Sin Ban Liong 30.000 24.000 — —
22. C.V. Kok Hin& Kongsi — — — —
36.000 — — —
23. Tjin Sin Hin 20.000 — 1500 —
24. Fa. Basir Hasan Co 9.000 — —
25. Waringin 18.000 — 1500 —
26. W a r a s — 7.000 — —
27. Lansung — 6.000 — —
28. Singapore Motor & Cycle — 25.000 — —
29. Oey A Toe 215.000 — — —
30. Hok Tjoan Hin 6.000 — — —
31. Neng Hong Hin — 25.000 — —
32. Tek Hing Hin 10.000 — — —
33. King Hong & Co 12.000 — 10.000 —
34. Lauw A Kek 6.000 — 10.000 —
35. Eng Seng Hoo — 25.000 — —
36. Ming Sin & Co. 30.000 24.000 — —
37. A l a d i n 12.000 11.000 — —
38. Ban Hoo & Co. 20.000 12.000 — —
39. P e s a t 12.000 — — —
40. C.V. Kota Intan 30.000 3.000 — —
41. Sin Dji Hin & Co 12.000 11.000 — —
42. K i d a n g 40.000 — — —
43. Sin Min 20.000 18.000 — —
44. Hwa Hin Co. 16.000 — — —
45. Ban Gio Hin 48.000 48.000 — —
46. Tan Ka Po 6.000 — — —
47. Tik Swie Liong — 25.000 — —
48. Kwee Siok Thay. 18.000 10.000 — —
49. Tjin Seng & Co 12.000 3.400 — —
50. Sinar Mahmud 12.000 12.000 — —
51. Fa. New Skandia — 18.000 — —
DJOGJAKARTA
Dilihat dari produksinja, ketiga djenis perusahaan assembling ini mempunjai sifat „market orientation”, artinja perusahaan didirikan
tidak djauh letaknja dari pada konsumen.
Dari seluruh perusahaan assembling mesin djahit (14 buah) 78,5% terdapat di Djakarta, demikian pula halnja dengan perusahaan as sembling Speda Motor dan Speda masing2 89% dan 68% djuga ter
dapat di Djakarta.
Faktor2 jang menguntungkan bagi ketiga perusahaan assembling itu
mendirikan perusahaannja di Djakarta a.l. ialah:
berasal dari luar negeri (Ketjuali kaju jang dipergunakan oleh peru
3. Tersedianja factor „external economis”; seperti pengangkutan, te
naga listrik dsb.
4. Pembentukan modal (capital forming) djauh lebih mudah dikota besar, oleh karena I.embagaI.embaga kredit umumnja djuga berpusat di kota2 besar.
5. Untuk mendapatkan fasilitet2 jang diperlukan, Djakarta sebagai pu
sat perdagangan memungkinkan untuk mendapatkan fasilitet2 itu
dengan mudah, bila dibandingkan dengan kota2 ketjil.
(Departemen2 Perindustrian, Perdagangan, Biro Devisen Perdagangan
Laapin, dll. semuanja berada di Djakarta).
Bila dilihat angka2 produksi tahun 1958 diketiga perusahaan assembling
ini dan dibandingkan dengan kapasitet produksi jang tersedia masih banjak kemungkinan perluasan produksi. Andaikata perusahaanperusa haan assembling dapat bekerdja dengan full capacity, diharapkan sebagian besar dari kebutuhan akan barang tersebut dapat dipenuhi dengan produksi dalam negeri. Dengan lain perkataan akan terdjadi shift dari import final goods pada import raw material dengan djumlah jang lehih banjak lagi.
Produksi mesin djahit tahun 1958 berdjumlah 14.021 unit, kapasitet pro duksi jang tersedia dapat menghasilkan 53.500 unit.
Impor mesin djahit tahun 1958 berdjumlah 90.845 unit, seandainja peru sahaan assembling mesin djahit memproduksi dengan full capacity,. impor mesin djahit dapat dikurangi sebesar ± 54%.
Kwalitet produksi dalam negeri tjukup baik, meskipun belum menjamai produksi luar negeri.
Mengenai merek2 mesin djahit jang diproduksi, sultan untuk diketahui
oleh karena tidak tertjatatnja merek2 itu di Departemen Perindustrian
ketjuali beberapa merek jang terkenal seperti „Singer”, „Fatma” dsb. Selain dari itu perusahaan assembling dapat membuatkan jang diinginkan oleh pemesan (dalam djumlah besar), sehingga memungkinkan sebuah pe rusahaan assembling mengeluarkan beberapa merek.
Produksi Speda motor/kumbang talmn 1958, 3432 unit, ini berarti 9,5 % dari kapasitet produksi (rata2 2000 unit tiap tahun, tiap perusahaan).
Impor Speda motor/ kumbang tahun 1958 berdjumlah 3476 unit, perusahaan assembling speda motor hanjalah memasang sadja barang2 itu. Semendjak
tahun 1959 dan 1960 Pemerintah tidak lagi menjediakan djatah devisen untuk impor speda motor, oleh karena speda motor digolongkan barang super lux.
Bagaimanakah policy Pemerintah untuk masa2 jang akan datang masih
Perusahaan2 assembling speda motor ini, djuga tidak memberikan tja
tatan merek2 jang diimpornja, akan tetapi merek jang banjak didatang
kan ialah a.l. B.M.W., D.K.W. AJS., JAWA TWIN, DUCATI, PUCH, VESPA, LAMBRETA, dll.
Laporan produksi speda tahun 1958 tidak tersedia, sehingga tidak dapat dinjatakan setjara pasti beberapa banjak speda telah diproduksi dalam ta hun 1958.
Menurut tjatatan kapasitet produksi rata2 setahunnja tiap perusahaan
14.500 unit, sedangkan produksi ditaksir hanja sebesar 20 a 30%. Impor speda tahun 1958 hanja berdjumlah 935 unit, bagian2 speda (parts)
2.755.807 kg. Hal ini berarti bahwa hampir seluruh kebutuhan akan speda telah diprodusir dalam negeri, sehingga impor hanja ditudjukan untuk mendatangkan raw material dan bagian2 speda jang belum bisa
dihasilkan dalam negeri.
Perlu diingat bahwa speda merupakan „kendaraan rakjat” dipergunakan sebagian besar oleh mereka jang berpenghasilan ketjil dan menengah, dari kota2 besar sampai kedesa2.
Suatu hal jang menjolok sekali ialah 95% dari seluruh perusahaan assem bling speda adalah kepunjaan bangsa Tionghoa.
Mengingat luasnja daerah kita pemerintah peDlu memikirkan penjebaran perusahaan assembling ini, agar tertjapai pembangunan jang merata dan berimbang, sehingga dapatlah ditjegah timbulnja ketegangan2 politis,
sosial dan ekonomi dikemudian hari.
PERASURANSIAN DI INDONESIA I.
Mengingat tugas Delman Perantjang Nasional jang besar, berat dan mulia itu, sebaiknja kami susun memorandum ini sepraktis2nja, se
ringkas2nja, tjukup untuk diketahui oleh Saudara2 Pimpinan serta Anggauta2
Depernas, berhubung dengan Rentjana Pemhangunan Semesta untuk negara kita.
Bahan2 jang akan kami kemukakan adalah bahan2 politis dan teknis
perasuransian serta modal dan kekuatannja jang terdapat pada masa ini dinegara Republuk Indonesia sedjak penjerahan kedaulatan.
II. RIWAJAT PERASURANSIAN KERUGIAN DI INDONESIA.
Telah diketahui oleh umum, bahwa pada saat penjerahan kedau latan dalam bulan Desember 1949 dan seterusnja untuk beberapa tahun lamanja, pasar asuransi Kerugian di Indonesia tetap masih berada dalam tjengkeraman perusahaan2 asuransi Kerugian Asing, terutama
perusahaan2 asuransi Belanda.
Perusahaan asuransi Nasional jang pertama, sesudah kedaulatan adalah N.V. Maskapai Asuransi „Indonesia” didirikan dalam tahun 1950 oleh Bank Negara Indonesia.
Dalam 10 tahun jang lalu ini telah didirikan dan terwudjud berpuluh puluh maskapai asuransi Nasional, diantaranja ada jang „so called Na sional”.
Selama 7 á 8 tahun sesudah penjerahan kedaulatan, pasar asuransi di Indonesia berada dalam tjengkeraman maskapai2 Belanda. Hegemonie
Belanda itu terasa betul2 dan menekan pertumbuhan maskapai2 Nasio
nal setjara langsung dan tidak langsung. Langsung dengan memberikan reassuransitreatiesnja kepada maskapai2 Nasional tadi dengan kondisi2 jang
menekan; tidak langsung dengan peraturan2 jang mengikat anggau ta
anggauta perhimpunan „Raad van Assuradeuren”, jang sebelum pe rang dunia IceII telah ada.
Karena terasanja tekanan2 dan hegemonie pihak asing, terutama Be
landa itu, dalam tahun 1953 terbentuklah suatu komite jang selandjut nja merupakan suatu perhimpunan terdiri dari hanja maskapai2 asuransi
Nasional untuk memperdjuangkan, setjara politis, agar hegemonie dan pimpinan pasar asuransi Indonesia beralih ketangan maskapai2 Nasional.
Dengan Peraturan2 L.A.A.P.L.N. mengenai premitransfer keluar
negeri, terutama pembatalan premitransfer ke negeri Belanda dalarrt rang ka perdjuangan IrianBarat, serta pengambilalihan dalam tahun 1959 dilandjutkan dengan nasionalisasi dalam bulan Djanuari 1960, dari peru sahaanperusahaan asuransi Belanda tertjapailah tjita2 kita untuk meng
alihkan pimpinan pasar asuransi Indonesia setjara politis kedalam tangan Nasional.
Dilihat dari sudut ekonomistehnis sebagian besar dari maskapai maskapai Nasional adalah maskapai2 jang lemah, bahkan ada jang sangat
lemah dan „unsound”.
III. PERUSAHAAN2 ASURANSI NASIONAL DAN ASING.
Pada awal tahun 1959 tertjatat sebagai anggauta dari Perkumpulan Penanggung2 Kebakaran di Indonesia 1.k. 140 perusahaan asuransi, terdiri
dari:
34 maskapai2 Nasional 23 maskapai2 Belanda
83 maskapai2 Asing lainnja.
Tidak semua maskapai Belanda dan Asing lainnja mempunjai kantor atau branch sendiri di Indonesia. Untuk dapat bekerdja ditanah air kita, perusahaan2 Asing diluar negeri tjukup dengan memberikan „agentsehap”
sadja kepada salah satu perusahaan asuransi atau dagang.
Maskapai2 Belanda jang mempunjai kantor di Indonesia dan ber
djumlah 12 perusahaan telah dinasionalisir dalam bulan Djanuari 1960 oleh Pemerintah; dengan demikian perusahaan2 tadi mendjadi milik Pe
merintah. Perusahaan2 ini diberi nama Indonesia seperti Ika Chandra,
Ika Nusa, Ika Bhakti dsb.
Dari maskapai2 Asing lainnja banjak jang membatalkan keanggo
taannja dari perhimpunan2 tarief jaitu Perkumpulan2 Penanggung2 Ke
bakaran, Pengangkutan dan Varia di Indonesia, dengan arti bahwa mere ka mengachiri aktipitet mereka di Indonesia karena kesulitan2 dalam
reasuransi premitransfer keluar negeri, diambilalihnja serta dinasio nalisasikannja maskapaimaskapai Belanda dan kehendak Banas untuk menjalurkan semua penutupan2 asuransi dari P.T 2 Negara kepada pe
rusahaanperusahaan Ika tadi.
Dengan demikian djumlah.keanggotaan dari Perkumpulan Penang gungpenanggung Kebakaran di Indonesia dalam bulan Djanuari 1960 adalah berkurang sedang angka2 perbandingan antara perusahaan2 Na
IV. KEKUATAN PERUSAHAAN2 ASURANSI NASIONAL DAN ASING.
Perlu kiranja diterangkan apa jang dimaksud dengan „kekuatan” suatu perusahaan asuransi.
Kekuatan ini harus ditindjau dari sudut:
1) modalnja, termasuk vrije reserveringen, investeringen dan mung kin garansi2 dari Bank atau perusahaan2 lain.
2) „dekkingscapasiteit” jang ada berhubung dengan reasuransi trea ties jang diperoleh.
Suatu maskapai jang misalnja mempunjai modal jang diambil (sub scribed capital) Rp. 2.000.000.— dan modal terbajarnja (paid up capital) sebesar I2p. 1.000.000,—, akan mengambil bagian dalam pertanggungan kebakaran per objek atau per risiko tidak lebih dari Rp. 100.000,— atau setinggi2nja Rp. 150.000,— untuk risiko
sendiri (Own Retention). Maskapai tadi harus mempunjai reasu ransi treaties dengan maskapai2 lain untuk mendapat dekkingscapa
siteit jang lebih besar dari own retention, sehingga is dapat menutup pertanggunganpertanggungan setjara otomatis per objek sampai mi salnja Rp. 2 atau Rp. 3 djuta atau lebih.
Rp. 2 atau Rp. 3 djuta ini dinamakan dekkingscapaciteit. Besar ketjilnja dekkingscapaciteit ini djuga tergantung dari besar ketjilnja modal perusahaan.
sub 1) Modal dari tiap2 maskapai Nasional jang ada pada masa ini
adalah ketjil. Djika suatu maskapai Nasional sekarang mem punjai modal, termasuk investeringen dan vrije reserveringen, antara Rp. 5 sampai Rp. 10 djuta, sudah dapat dinama kan suatu maskapai Nasional jang baik dan besar. Sebagian besar dari perusahaan2 Nasional tersebut masing2 mempunjai
modal l.k. Rp. 1.000.000,—. IIanja P.T. Reasuransi Umum Indonesia, bekerdja sebagai suatu professional reinsurance company serta Nasional, jang didirikan dan bekerdja djustru untuk kepentingan Pemerintah, mempunjai modal jang agak besar jaitu l.k. Rp. 100 djuta dengan garansi Bank Indonesia sedjumlah Rp. 250 djuta.
Modal dari maskapai2 Asing adalah djauh lebih besar, akan
tetapi terletak diluar negeri.
sub 2) „Dekkingscapaciteit” dari perusahaan2 Nasional ketjuali
P.T. Reasuransi Umum Indonesia adalah sangat ketjil. Djika misalnja dekkingscapaciteit dari masing2 perusahaan Nasi
onal maupun Asing dapat digabungkan djadi satu, pada masa ini tidak akan melampaui Rp. 100 djuta per objek atau per risiko.
Ketjilnja dekkingscapaciteit pada masa ini terdjadi, karena:
b. sistim PUEKS (20%) djuga dilakukan terhadap perasuransian.
c. terdjadinja beberapa kebakaran besar jang melampaui Rp. 10 djuta kerugian dalam 1 — 2 tahun jang btu.
Karena hal2 tersebut diatas, mereka terutama maskapai2 Asing,
menggunakan dekkingscapaciteit mereka jang ada didalam negeri sadja,
dianggap terlalu lemah, sehingga oleh kawan2nja tak dapat dianggap
„sound” lagi. Menghindarkan kerdjasama dengan mas kapai
maskapai ketjil ini, berdasar djuga atas fakta2 dari tidakdapat
membajarnja claim dengan segera, lebihlebih djika kerugian2 jang
terdjadi berdjumlah berdjutaan rupiah. Sedikitnja 75% dari peru sahaanperusahaan asuransi Nasional tadi belum pernah mengumum kan neratja dan perhitungan laba/rugi mereka sedjak berdirinja.
Karena sebab2 diatas maskapai2 asuransi jang ada sekarang, me
njusun golongan antara kawan2nja sendiri dengan siapa ia bekerdja
sama seharihari. Dengan groeperingen ini
atas dasar mempertja jai dan tidak mempertjajai, sulit kiranja untuk menghubungkan semua perusahaan2 asuransi djadi satu djika terdjadi penutupan asu
ransi jang " agak besar, misalnja dari Pabrik Semen Gresik dengan total sum insured 1.k. Rp. 375 djuta , Java Textiel, B.A.T. Good Year, Unilever dsb.nja.
Dengan bantuan P.T. Reasuransi Umum Indonesia, objek2, besar
jang konstruksinja klas I dan total sum insurednja per risiko tidak melebihi Rp. 300 djuta kini dapat dipertanggungkan local dengan mudah.
Ini tidak berarti bahwa pertanggungan2 jang melebihi Rp. 300
djuta penutupannja talc dapat diselesaikan disini. Untuk pertanggung anpertanggungan besar jang tak dapat ditelan seluruhnja oleh pa sar asuransi didalam negeri, sisa risiko jang „ongedekt” itu harus di tawarkan kepada maskapai2 diluar negeri sebagai „facultative offer”. „Offer”
demikian itu sedjak beberapa tahun jang lalu oleh L.A.A. P.L.N. disalurkan via P.T. Reasuransi Umum Indonesia atau atas andjuran perusahaan.tersebut, karena perusahaan2 ini terbukti dapat menjalurkan
pertanggungan2 besar dengan mudah dan dengan pembajaran premi
jang rendah. Antara maskapaimaskapai Nasional jang ada P.T. Reasuransi Umum Indonesialah jang dapat keper tjajaan terbesar dari Lloyd's dan maskapai2 asuransi didunia. Djuga dalam usaha2
atau maskapai2 asuransi Swasta akan dinasionalisir, mengheboh
kan pasar asuransi baik didalam maupun diluar negeri jang sangat mempengaruhi dan menurunkan dekkingscapaciteit di Indonesia. Sangat akan kami sesalkan, djika demikian itu terdjadi (selama poli tik Pemerintah masih politik „demolcrasiterpimpin"), karena tindakan.
itu tidak akan memberi faedah bagi Pemerintah, bahkan memba wa pelbagai2 kesulitan, jang telah dialami oleh Pemerintah sendiri
pada masa ini dengan menasionalisir maskapai2 asuransi Belanda.
Terbukti sekarang bahwa untuk dapat meneruskan pekerdjaan dari maskapai2 asuransi Ika kepunjaan Pemerintah itu, Pemerintah ha
rus memberi modal barn jang tidak sedikit untuk 1.k. 12 perusahaan Ika, sedang laba2 besar jang pada permulaan diharapkan dan diper
kirakan oleh Pemerintah belum tentu dapat tertjapai, bahkan kemung kinan rugi bagi perusahaan asuransi itu selalu ada, sebagaimana dapat dibuktikan dari statistik2 perusahaan asuransi diseluruh du
nia, teristimewa dalam 4 tahun jang lalu ini.
Mengingat bahwa Pemerintah sendiri dengan susah pajah mengusahanja penghematan „rupiah spending” setjara dratis di sektor2 jang dapat dihemat, akan tetapi dalam pelaksanaan Pem
bangunan Semesta nanti terpaksa mengeluarkan uang rupiah setjara besarbesaran untuk pembiajainja, perlu kiranja modal Swasta dalam perasuransian diikutsertakan dalam rentjana Pembangunan Negara ini.
V. PERUSAHAAN2 ASURANSI KERUGIAN DI INDONESIA BERHUBUNG PEMBANGUNAN SEMESTA.
a. Bantuan modal dari perusahaan2 asuransi kerugian baik jang Nasional
maupun jang Asing, tidak dapat diharapkan untuk Pembangunan Semesta itu, karena investasi modal dalam objek2 Pembangunan
Semesta ini berarti suatu investasi kapital dalam djangka waktu jang agak pandjang, sedang perusahaan2 asuransi Nasional jang mem
punjai uang lebih untuk diperbungakan selalu mentjari „beleggings objecten” dengan djangka waktu pendek.
b. Bantuan jang dapat diberikan pada Pembangunan Semesta ini, adalah bantuan untuk moreorganiser dan memperbesar dekkingscapaciteit didalam negeri dalam rangka penghematan depisen transfer dari L.A.A.P.L.N.
Sudah barang tentu Pemerintah tidak ingin mengetjewakan negara2
sahabat jang sudi memberikan pindjaman2 setjara hesar2an untuk
Pembangunan Semesta Negara kita dengan tak diasuransikan objek2
besar itu, karena bila objek2 itu tertimpa dengan kerugian besar
berhubung dengan,kebakaran atau gempabumi, objek2 besar itu ter
paksa berhenti dalam pelaksanaannja, djika tidak ditolong dengan segera dengan kapitaal baru jang bisa dapat dari uang claim atas ke rugian jang diderita.
c. Lain2 djaminan jang dapat diberikan, ialah djaminan kerugian berhubung
dengan pengangkutan barang2 dari luar negeri ke Indonesia,
pengangkutan didalam perairan Indonesia (Interinsulair) serta peng angkutan didaratan atau diudara. membutuhkan mesin2 atau instrumen2 jang sangat „gevoelig” dan
sangat berharga, biasanja diluar negeri mesin2 dan , instrumen2 itu
dipertanggungkan atas pertanggungan „machinery break down” untuk segala matjam kerugian jang dapat diderita, terutama untuk peledakan (ontploffing). Hingga kini tidak ada suatu pabrik di Indo nesia jang mesin2nja atau instrumen2nja jang sangat berharga itu,
dipertanggungkan atas pertanggungan „machinery break down”. Di Eropa dan Amerika pertanggungan demikian sudah tidak asing lagi. Di Indonesia pertanggungan itu harus disiapkan dalam waktu jang lama, karena membutuhkan suatu kadar teknisi terdiri dari ahli2
mesin, listrik, chemi dsb.nja untuk mengadakan kontrole tiap2 waktu
memberikan nasihat2 kepada pengusaha, serta menetapkan besar
nja claim, djika ada kerugian.
VI. BEBERAPA SARAN.
1. Djika rentjana Pembangunan Semesta jang amat besar ini disetudjui oleh M.P.R.S. dan pelaksanaan dari Pembangunan ini ditugaskan kepada hanja satu badan, terang badan ini membutuhkan suatu bagian chusus untuk mengurus perasuransian.
Bagian ini harus melaksanakan, mengadministrir serta mengkoor dinir segala matjam pertanggungan jang dibutuhkannja. Bagian ini adalah bagian jang penting dalam badan pelaksanaan, jang tak boleh dipandang sebagai bagian remeh2, karena ahli2 perasuransian serta
tatausaha dan pembukuan jang rapih akan segera dibutuhkan dan harus bekerdja dengan tjepat dart sempurna.
2. Djika untuk pelaksanaan Pembangunan Semesta ini diadakan desen tralisasi, badan2 pelaksanaan ini pun akan membutuhkan bagian2 per
asuransian tersendiri, walaupun bentuknja lebih ketjil. Ditindjau dari sudut effisiensi, perlu sekali diadakan koordinasi dan bila mungkin diadakan kantor pusat untuk perasuransian ini. Misalnja djika pem bangunan dalam sektor Pertanian dilaksanakan oleh Departemen Per tanian atau Agraria, sektor Perindustrian oleh Departemen Per industrian, sektor Perhubungan Darat oleh Departemen Perhubung an Darat etc., terang bahwa pegawai negeri jang mendapat tugas untuk melaksanakan sektor perasuransian, belum mempunjai peng alaman mengenai banjak matjam polis jang dibutuhkan. Karena itu