B A B 146.
§ 1747. PIDATO J.M. MENTERI INTI DISTRIBUSI DIHADAPAN DEWAN PERANTJANG NASIONAL
Dewasa ini, Pemerintah melandaskan kegiatankegiatan dilapangan perekonomian atas prinsip ekonomi terpimpin. oleh Negara dan dipergunakan untuk sebesarbesar kemakmuran rakjat. dan akan kita ikutsertakan dalam pembangunan Indonesia. Djadi djuga tenaga dan modal bukan asli jang sudah menetap di Indonesia dan jang menjetudjui, lagi pula sanggup membantu terlaksananja program Kabinet Kerdja, akan mendapat tempat dan kesempatan jang wadjar dalam usahausaha kita untuk memperbesar produksi dilapangan perindustrian dan pertanian.
„Funds and forces” bukanasli itu dapat disalurkan kearah pemba ngunan Perindustrian, misalnja dalam sektor industri menengah, jang masih terbuka bagi inisiatip partikelir.
tjampur tangan dalam segalaurusan perekonomian, melainkan djuga di kehendaki supaja. Mendjauhkan diri dari bidang tersebut. Dengan de
mikian, maka kegiatankegiatan perseorangan disegala bidang ekonomi mendapat tempat utama. Oleh karena dalam suatu masjarakat selalu ter dapat kekuatan ekonomis jang tidak seimbang, baik antara pengusaha dan buruh, atau produsen dan konsumen, maupun antara produsen dan pro dusen, serta antara konsumen dan konsumen, maka dalam iklim ekonomi liberal, fihak jang ekohomis lemah senantiasa dirugikan; sebaliknja, fihak jang ekonomis kuat selalu dapat memperoleh keuntungan se besarbesarnja. Djadi, oleh sebab itu, maka ekonomi liberal tidak akan berhasil mendatangkan kemakmuran jang adil dan merata bagi segenap lapisan masjarakat.
Dengan ekonomi terpimpin berlainan halnja. Dalam rangka ekonomi terpimpin, Pemerintah wadjib menguasai, sedikitnja mengawasi dan mengatur setjara aktip bidang ekonomi pada umumnja, dan sektorsektor ekonomi jang penting bagi Negara dan jang mengua sai hadjat hidup orang banjak pada chususnja. Dengan demikian, maka kegiatankegiatan Pemerintah dibidang ekonomi pada umumnja mendapat tempat utama. Oleh karena maksud dari Pemerintah ialah su paja seluruh susunan ekonomi nasional didjadikan pantjatan kearah ekono mi „adil dan makmur”, maka fihak jang ekonomis lemah akan tidak lagi senantiasa dirugikan; sebaliknja fihak jang ekonomis kuat akan ti dak lagi diberi kesempatan untuk menggaruk kekajaan 'ten koste' daripada umum.
§ 1748. Ekonomi terpimpin ini sedang dan akan direalisasikan baik di lapanganlapangan moneter, produksi, pembangunan dan distribusi.
Dilapangan moneter, kebidjaksanaan Pemerintah dalam mendjalan kan politik perkreditan njata dapat dilihat dari segala pengumuman pengumurnan paPOK, suatu badan jang chusus ditugaskan untuk me nampung dan memutuskan segala akibat jang disebabkan karena tindakan moneter pada 25 Agustus 1959, dimana kegiatan ekonomi dengan tegas sematamata hendak ditudjukan ke sektorsektor produksi, distribusi dan eksporimpor. Disamping itu, Pemerintah tegastegas hendak menggiatkan dan memperbesar pengaruh bank dalam eko nomi Indonesia, untuk mempermudah Pemerintah dalam mengendali kan djalannja perkreditan (anus ruang). „Nota Keuangan Negara” 1960, 1960 pun Pemerintah telah memberikan antjerantjer mengenai hal ini untuk bidang industri, perdagangan (impor dan ekspor), perhubungan Laut dan Darat.
dengan program pertama dari Pemerintah, jakni: „memperlengkapi san dangpan.gan rakjat dalam waktu sesingkatsingkatnja”.
§ 1749. Untuk dapat merealisasikan program tersebut, maka Peme rintah telah dan akan menguaaai setidaktidaknja mengawasi dan mengatur setjara aktip bidang Distribusi, agar pembagian barang barang vitaal jaitu bahanhahan pokok untuk keperluan hidup seharihari dapat dilaksan.akan dengan seadiladilnja dan untuk produksi dengan sebaikbaiknja.
Barangbarang jang sangat diperlukan dan jang harus didistribusikan, setjara simplistic, dapat dibagi atas:
a. Bahanhahan pokok untuk memenuhi kehidupan rakjat seharihari dan b. Bahanbahan lainnja jang djuga diperlukan untuk kelantjaran pere
konomian rakjat.
Sudah terang bahanbahan jang dimaksud belakangan ini, mempu njai hubungan jang erat dengan bahanbahan jang dimaksud terlebih dahulu.
Pertamatama akan kami tindjau keadaan bahanbahan pokok pada umumnja.
Produksi beras adalah sekitar 8, 1/8,2 djuta ton ditambah dengan import sebanjak lebih dari 800 ribu ton setahunnja. Djadi, mengingat kwantumnja produksi + impor berdjumlah sekitar 8,9/9 djuta ton, maka setjara teoritis orang Indonesia dalam tahun 1959 ini sudah dapat meng konsumir lebih dari 100 kg beras per djiwa setahunnja.
Apabila pada angka tersebut ditambahkan basil produksi polowidjo, ialah: djagung 2,7 djuta ton equivalent beras, ketela, 4,4 djuta ton equi valent beras, jang merupakan kirakira 80 kg polowidjo equivalent beras per djiwa per tahun, maka konsumsi per djiwa per tahun akan makanan pokok tersebut mendjadi disekitar 180 kg equivalent beras, ja'ni + 100 kg beras + 80 kg polowidjo equivalent beras. Dengan demikian, maka angka tersebut sudah melebihi angka jang ditetapkan oleh Lembaga Makanan Rakjat; Lembaga ini menetapkan 160 kg equivalent beras (90 kg beras F 70 kg polowidjo) sebagai „Standaard Quantum”.
Kalau 100 kg beras pertahun per djiwa diambil sebagai pedoman dalam produksi beras dalam negeri, maka pada waktu sekarang negeri kita masih harus mengimpor 10% dari totale produksi beras. Djadi kita belum selfsupporting dalam hal beras; sudah dalam hal polowidjo.
§ 1751. Gula.
Produksi gula adalah 840.000 ton, sedang konsumsinja adalah sekitar 700.000 ton (termasuk untuk stock sebesar 50.000 ton), dan si ditutup oleh hasil produksi dalam negeri sebanjak 200 sampai 300 djuta meter tiap tahun, jang bahan kapas dan benang tenunnja untuk
Dewasa ini, impor „gerede textiel” + benang tenun + kapas ditam
bah dengan „finished goods” dalam negeri hanja dapat mentjukupi 5 sampai 6 meter per djiwa per tahun;
angka ini adalah sangat rendah dan oleh karenanja perlu mendapat per hatian istimewa.
§ 1754. Terigu.
Kwantum terigu jang hares diimpor adalah 120.000 ton dan ini sudah boleh dianggap tjukup untuk memenuhi kebutuhan.
§ 1755. Minjak kelapa (jang berasal dari kopra).
Produksi kopra adalah 720;000 ton setahunnja, sedang konsum si dalam negeri 420.000 ton; sisanja diekspor.
(Kebutuhan akan minjak kelapa per djiwa per tahun adalah 5 kg. menurut tjatatan F.A.O.)
§ 1756. Minjak tanah.
Produksi minjak bumi adalah 16 djuta ton setahunnja, sedang da lam negeri mengkonsumir sebesar 3 djuta ton, djadi kira2 20% dari.
.djumlah produksi. Konsumsi. ini tiap tahun bertambah dengan ,10%;
Soal produksi, distribusi dan harga sedang dalam penjelesaian.
§ 1757. Ikan asin.
Atas dasar angka2 1957 impor ikan asin berdjumlah kurang le
bih 28.000 ton setahun,jang berarti kira2 70 djuta rupiah.
Persediaan produksi animale proteinen (jang berasal dari daging, ikan, telor, dll) ditambah dengan impor berdjumlah seluruhnja 315.000 ton. Ind berarti bahwa tersedia 10.1 gr animale protein per djiwa setiap hari, SEDANG ANGI{A TERSEBUT SEHARUSNJA 15,6 gr; dengan demikian produksi animale proteinen, termasuk ikan asin ma sih kurang.Lagi pula kenjataan adalah bahwa rata2 tiap orang hanja me
makai 4 gr protein hewani per hard. Bagaimanapun untuk memenuhi keperluan 15 gr. protein hewani sehari per capita atas dasar tahun 1957, masih diperlukan 150.000 ton protein ialah kira2 same dengan 500.000 ton
ikan atau daging.
Djadi dilihat dari sudut konsumsi, maka kebutuhan bahan pokok tersebut diatas pada umumnja dapat dipenuhi oleh produksi dalam negeri impor, ketjuali tekstil jang agak kurang.
Berhuhung dengan besarnja kwanta impor dari beras, tekstil dan ikan (asin) maka produksi dalam negeri dari bahan2 pokok tersebut per
lu sekali distimulir. (Slogan B.T,I.)
§ 1758. b. Selain dari bahan2 tersebut diatas, diperlukan djuga bahan2
lain jang biasanja dimasukkan dalam Rentjana Impor, chusus jang berhu bungan langsung dengan distribusi, ja'ni jang diperlukan untuk pelan tjar perhubungan2 Laut, Darat serta Udara dan untuk memperlan
tjar perindustrian pada umumnja.
Sekarang kita akan tindjau flow dari barang2 dan faktor2 jang
mempengaruhi kelantjaran distribusi.
1. Jang panting sekali sekarang ini, ialah bahwa barangbarang itu harus mengalir setjara continu. Dan continu flow of goods ini dapat dilaksanakan, kalau ada pada kita suatu apparatur jang tjukup baik.
Dalam hal ini, dapat diterangkan, bahwa masih ada banjak keku rangan dalam apparatur distribusi ini, jang terdapat dipelbagai lapang an angkutan, baik Laut, Daratan, maupun Udara.
Sekalipun barang2 jang diperlukan ada tjukup djumlahnja, namun
kalau perhubungan tidak baik, maka distribusi sudah barang tentu djuga tidak akan berdjalan lantjar.
2. Sistim distribusi jang sedjak beberapa tahun berdjalan, sebe narnja didasarkan atas prinsip2 liberalekonomis. Dengan demikian, maka
personil jang „menghandle” distribusiapparat itu, mempunjai. djalan fikiran jang sesuai dengan prinsip2 liberal ekonomis tadi.
Oleh karena itu, maka dalarrI keadaan dimana terdapat „hot money” jang sangat besar djumlahnja, kepada pemegang „hot money” ini diberi kan kesempatan sebesarbesarnja untuk bergerak dengan leluasa, djuga dilapangan distribusi, sehingga menimliulkan pelbagai manipulasi di lapangan perdagangan dengan segala akibat jang buruk seperti kita alami.
(a) perbaikan dan penertiban dilapangan pengangkutan baik di Laut, Darat, maupun di Udara; jang sekalian merupakan tulangpunggung dari tiap usaha distribusi.
(b) Indonesianisasi (lihat lampiran) Usaha2 perdagangan pada umum
nja karena seperti diketahui usaha2 perdagangan besar, menengah
dan etjeran, berada dalam tangan bangsa asing.
(c) merobah sistim distribusi jang lama dan mendasarkannja atas PRINSIP sosialisasi, jakni supaja lebih banjak bahan pokok berada didalam tangan dan pengawasan Pemerintah, dengan maksud agar tertjapai penjebarannja jang seadiladilnja. Ben tuk Organisasi jang sebaikbaiknja untuk mentjapai tudjuan itu ada merintah dengan saluran P.T.P.T. Negara, dan saluran2 distribusi se
terusnja diselenggarakan sedemikian rupa hingga memperpendek dja lan distribusi dan menghindarkan kemungkinan2 untuk manipulasi.
Sistim penjaluran dari pada barang2 impor penting ini sedang dalam ta
raf pelaksanaan.
Lambatlaun djuga dilapangan ekspor digunakan prinsip sosialisasi. § 1760. b. Baban pokok jang tadi disebutkan itu seperti beras dan lainlainnja, lambatlaun diurus dan diatur oleh Pemerintah sebagai be rikut: didalam tangan Pemerintah ialah: Kopra (minjak kelapa) dengan kan tor kopra sebagai handling agent dari Departemen Perdagangan. Me ngenai minjak tanah (bensin dan lain basil minjak bumf) kini sedang dalam taraf pembitjaraan (handling agent dari Pemerintah adalah: Kantor minjak), ikan asin adalah produksi spesial, jang memerlukan penindjauan lebih djauh. Bagi pengangkutan terutama pengangkutan Darat, Pemerin tah menguasai impor dan distribusi spareparts.
sidenan. Selain dari itu, hal ini perlu sekali, berhubung dengan pertim banganpertimbangan daripada Peraturan Pemerintah sebagai pelaksanaan UndangUndang Koperasi jang telah dikeluarkan pada tanggal 27 No pember 1959.
Pertimban.ganpertimbangan ini berbunji:
1. bahwa perlu menjesuaikan fungsi Koperasi sehagaimana dalam pokok2
nja diatur dalam Undangundang Koperasi dengan djiwa dan se mangat Undangundang Dasar 1945 dan Manifesto Presiden Repu blik Indonesia tgl. 17 Agustus 1959, dimana Koperasi harus diberi peranan sedemikian rupa sehingga gerakan serta penjelenggaraannja benarbenar dapat merupakan:
(a) alat untuk melaksanakan Iskonomi Terpimpin jang berdasarkan sosialisme Indonesia,
3. bahwa perlu diadakan Peraturan Pemerintah untuk menjesuaikan pelaksanaan Undangundang Dasar 1945 dan Manifesto Presiden Republik Indonesia tanggal 17 Agustus 1959 untuk menumbuhkan, m.endorong, membimbing, melindungi dan mengawasi perkembangan gerakan Koperasi, sehingga terdjamin, terpelihara dan terpupuknja dinamika haik dikalangan masjarakat sendiri maupun dalam kalangan petugas negara, serta terselenggaranja Koperasi setjara serentak, intensip berentjana dan terpimpin.
Dalam waktu jang singkat akan diadakan — telah dimulai dibebera pa tempat di Djawal3arat dan DjawaTengah dan sedikit hari lagi di Dja karta — tokotoko SandangPangan bagi Pegawai negeri dan bagi chalajak ramai; umpamanja para pegawai negeri dapat memperoleh bahanbahan pokok tersebut tadi dengan harga jang ditentukan oleh Pemerintah; dengan demikian tokotoko SandangPan.gan ini bisa berlaku sebagai priceleaders.
§ 1762. Dalam rangka Ekonomi 'Terpimpin, Pemerintah harus her tindak dalam lapangan harga.
1. Penetapan harga barang impor.
Dipakai disini sistim „kalkulasischema”. Oleh karena faktorfaktor jang diperhitungkan diluar negeri tidak dapat dipengaruhi, maka se bagai dasar dipakai „landed cost” ditambah dengan marge keuntung an bagai rantairantai perdagangan.
2. Penetapan harga barang bikinan dalam negeri.
Disini dipakai sistim pemberian „keuntungan jang lajak bagi pengu saha” diatas biaja pokok daripada barang jang bersangkutan Pada penetapart harga barangbarang bikinan dalam begeri didjalan kan sistim „voor dan nacalculatie” dan pula sebagian terbesar berlaku untuk pabrikpabrik jang besar jang dapat mempengaruhi harga ba rangbarang sematjam itu (priceleaders).
Berhubung dengan persoalan pemberian kesempatan kepada usaha usaha swasta dibidang perdagangan dalam rangka ekonomi terpimpin, maka dilapangan ekspor — impor, Pemerintah sambil menunggu hasil pekerdjaan Depernas — menjatakan dalam Nota Keuangan bagianbagian mana, jang masih terbuka bagi usaha2 swasta.
Antara lain tindakantindakan tersebut ialah:
§ 1763. Menertibkan djalannja Ekspor sebagai berikut:
a. Bahanbahan/barangbarang jang dihasilkan oleh Negara, dieks por sendiri oleh Badan badan jang dibentuk dan/atau ditundjuk oleh Negara;
b. Produsenprodusen besar bukan Pemerintah, diandjurkan sedapat mungkin mengekspor bahan2/barang2 produksinja sendiri. Apabila
diinginkan dapat bahan2/barang2 produksi itu diserahkan ekspornja
kepada P.T. P.T. Negara dan/atau eksportir swasta lainnja;
c. Hasilhasil bumi lainnja diserahkan ekspornja kepada PT PT Ne gara dan eksportir swasta lainnja,
§ 1764. Menertibkan tjaratjara perdagangan lokal dan sedapat mung kin memperpendek rangkaian perdagangan antara produsen dan eks portir, dengan maksud mendjaga mutu bahan/barang jang diekspor dan menghilangkan tindakantindakan spekulasi.
Tjaratjaranja untuk menjehatkan perdagangan ini ialah:
a. membentuk perserikatan2 eksportir swasta untuk satu djenis atau
gabungan djenis2 bahan/barang ekspor; misalnja: perserikatan eks
portir karet, kopi dan sebagainja. Pimpinan dari perserikatan2 ini di
tundjuk oleh Pemerintah dan policy serta pengawasan Pemerintah . dilakukan melalui pimpinan2 itu;
b.' mengadakan suatu „richtprijsstop” mengenai harga bahan2/barang2
ekspor didalam negeri. „Richtprijsstop” ini disesuaikan dengan har
ga bahan2/barang2 ekspor itu dipasaran luar negeri, sehingga dengan
demikian dapat dihindarkan adanja „disparitet” harga dan spekulasi
dapat dihilangkan atau setidaktidaknja dikurangi;
c. Jang ditundjuk untuk menghantir „Richtprijsstop” tersebut diatas adalah makelar2 jang disumpah dan diangkat oleh Pemerintah.
a. Bahan2/barang2 jang sapgat penting dan vital, dimana termasuk ba
han2 untuk sandang dan pangan, impornja ditugaskan kepada PT PT
Negara;
b. Bahan2/barang2 lain impornja ditugaskan kepada importir2 swasta dan
PT PT Negara.
Dalam rangka Ekonomi Terpimpin maka adalah suatu keharusan, bahwa barang2/bahan2 pokok terutama dibidang sandang dan pangan ha
rus dikuasai impornja oleh Pemerintah untuk mendjamin tjukupnja per sediaan dan continuitet flow of goods ini. Walaupun dalam rangka policy impor. sekarang semua barang2/bahan2 jang diimpor mempunjai sifat2 vital
untuk kelangsungan produksi didalam Negeri, namun sebagian impor dari barang2 ini kemudian masih dapat dipertjajakan pada importirimportir
swasta.
§ 1765. Dibidang perhubungan Darat, diusahakan penertihan retoo ling dan herorderning beserta penambahan dan perbaikan daripada alat2
(equipment) jang ada.
Untuk membimbing usaha2 dilapangan Angkutan Darat, dalam waktu
jang singkat akan dibentuk Dewan Angkutan Darat.
Sekedar saja akan memberikan gambaran situasi dibidang perhu bungan Darat ini.
Umum.
a. Unsur2 jang menetapkan kebidjaksanaan Angkutan Darat dan P.T.T.
ialah 1. pembangunan, 2. produksi, 3. perdagangan, 4. pertahanan dan 5. pemerintahan (civil administration).
b. Dalam menjusun kebidjaksanaan diperhatikan pula segi2 ekonomi,
politik, pertahanan dan sosial.
c. Kebidjaksanaankehidjaksanaan pokok ialah: 1. angkutan mempunjai fungsi sosial ekonomis;
2. pemerintah harus menguasai, mengatur dan mengawasi alat2
angkutan, ruang angkutan dan fasilitet2nja;
3. „flexibility” dalam ruang angkutan hares didjamin;
2. investasi modal — Rp. 200 djuta.
3. ongkos exploitasi — Rp. 950 djuta/tahun. 4. ongkos pegawai — Rp. 500 djuta/tahun. 5. djumlah pegawai — 78.000 orang.
Sudah tentu masjarakat berhak untuk mengharapkan dajaangkutan c.q. pelajananangkutan jang memuaskan. Karena berbagai sebab jang bertalian dengan totalitet persoalan ekonomi, keuangan dan produksi, hal jang diharapkan tadi sering tak tertjapai.
Departemen Perhubungan Darat & PTT tak akan berhenti pada kenjataan2 tadi, tetapi akan terus menjelesaikan segala persoalan jang meng
halangi angkutan kereta api kearah tepat, aman, tjepat dan murah. b. Daja angkutan.
Dajaangkutan DKA tergantung dari:
1. tjarakerdja DKA jang masih dapat disempurnakan. 2. keadaan dari materiil DKA jang kurang baik.
Dengan demikian dajaangkutan jang sekarang ada tidak dapat di djadikan ukuran mutlak apalagi dianggap puntjak kemampuan DKA.
Namun, sebagai pegangan pada perhitungan2 dibidang dajaangkutan
DKA dapatlah dipakai angka2 bulat jang pernah ditjapai DKA pada tahun
1955:
1. angkutan barang (freight)setahun = 5½ djuta ton atau 900 djuta ton kilometer
Berkelebihan kiranja untuk menerangkan disini bahwa kebutuhan akan akomodasiangkutan barang dan penumpang itu tergantung pada perkembangan dibidang lain, sepertinja produksi, industrialisasi, urbani sasi; taraf dan kebiasaan hidup dan seterusnja.
Kenjataan telah menundjukkan bahwa kebutuhan ini djauh melebihi dajaangkutan DKA. Berapa kelebihan kebutuhan itu pada scat sekarang ini belum dapat ditentukan dengan pasti, sebab pola pembagian tugas angkutan dan lalulintas masih diatur.
Kenjataan lain pula adalah bahwa djurang antara dajaangkutan dan kebutuhankebutuhan tadi makin lama makin lebar dan makin dalam. Hal ini akan digambarkan dalam pasal „desintegrasi”.
d. Desintegrasi.
Sebagai tjontoh dari salahsatu desintegrasi akan dikemukakan kea daan bakal pelanting (rolling stock) DKA jang memiliki: 1050 lok. (122 diesel), 22651 gerobak dan 3435 kereta & bagasi. Lebih tua dari 30 tahun ada 93% gerobak dan 79% kereta dan 60% lok.
Dengan materiil seperti diatas, dengan kesulitan mendatangkan spa reparts, dan kesulitan bahankerdja, DKA menghadapi tunggakan dalam
revisiperiodik bakal pelanting. Mengingat bahwa revisiperiodik dari Untuk mengatasi keadaan materiil jang digambarkan tadi Depar temen Perhubungan Darat & PTT memusatkan tenaga dan uang jang tersedia dalam djumlah jang sangat terbatas itu kepada:
1. menghilangkan tunggakan revisiperiodik bakalpelanting dan me ngembalikan keamanantehnis;
2. mengganti materiil jang sudah usang dan membahajakan.
Untuk memenuhi program sandangpangan Pemerintah dan untuk meringankan bahan angkutan maka DKA akan memusatkan daja angkutannja pada angkutan barang. Angkutan penumpang sampai djarak lebihkurang 200 km akan digeserkan ke angkutan bermotor. f. Kebidjaksanaan djangka pandjang.
Untuk menentukan kebutuhan akan akomodasiangkutan setjara total dan untuk menentukan pembagian tugas kepada angkutan kereta api, angkutan bermotor, dsb. perlu diadakan penelitian jang seksama. Kebidjaksanaan djangka pandjang. akan tergantung dari hasil pe
nelitian atau „survey” itu. Tetapi dapatlah dibubuhkan disini bahwa pada dasarnja angkutan didjalan raya mempunjai sifat „lebih flexible” dari pada angkutan diatas rel.
§ 1767. Beberapa pendjelasan sekitar angkutanbermotor didja lan raya.
a. Keadaan.
Tjatatan jang dapat dikumpulkan hingga kini menundjukkan pem bagian keadaan dalam djumlah bulat sebagai berikut: paui batas usiaekonominja. Peremadjaan kendaraanbermotor se mentara ini tidak berdjalan sebagaimana mestinja.
Untuk memelihara kendaraan bermotor jang masih effisien keadaan nja dengan menitikberatkan pada „commercialvehicles” spareparts jang harus diimpor akan berharga minimum 40 djuta US dollars setahun.
b. Tindakan segera.
c. Pokokpokok kebidjaksanaan.
1. Rasionalisasi djenis dan ukuran kendaraanbermotor, standarisasi. pabrikat kendaraanbermotor;
2. perioritet kepada pemasukan „commercialvehicles”;
3. Pelaksanaan rentjana pembuatan spareparts kendaraanbermotor di Indonesia;
4. dieselisasi dari motormotor pada truk dan bis untuk penghematan pemakaian bahanbakar, penurunan bahanbahan, ongkosongkos eksploitasi dan pemeliharaan kendaraan bermotor;
5. penggeseran angkutan penumpang dari keretaapi kedjalan
raya.
6. koordinasi angkutan dengan memberi kesempatan fungsionil kepada semua pesertapelaksana program sandangpangan dari Kabinet Kerdja.
§ 1768. Dibidang perhubungan Laut djuga diadakan penertiban, re tooling dan herordening beserta penambahan dan perbaikan dari pada alatalat jang ada. Djuga untuk perhubungan Laut dalam waktu jang sing kat akan dibentuk Dewan Angkutan Laut, jang rentjana peraturan Pre sidennja telah diterima oleh Kabinet.
Dibidang ini kebidjaksanaan Pemerintah dalam rangka Ekonomi Terpimpin pada garis besarnja adalah sebagai berikut:
§ 1769. PEMBAGIAN TUGAS OPERASL
a. Pelajaran samudera atau antarnegara diselenggarakan oleh usa ha Pemerintah, partikulir nasional atau usaha tjampuran partikulir dan Pemerintah dan djika perlu diperkenankan djuga kerdja sama de ngan fihak asing.
b. Pelajaran interinsulair pokok diselenggarakan oleh perusahaan pelajaran milik Negara ialah P.T. PELNI.
c. Pelajaran pantai/regional diselenggarakan oleh maskapaimas kapai pelajaran regional nasional dibawah kekuasaan/pengawasan Pemerintah Daerah Swatantra tingkat I dengan dibantu oleh Pelni. Dengan ini diartikan, bahwa Pemerintah Daerah dan Pelni, djika diang gap perlu, memiliki sahamsaham. Statutair harus ditetapkan adanja komisaris Pemerintah dan Pelni dengan tugas tertentu. Pemerintah Daerah menetapkan djumlahnja perusahaan pelajaran dalam daerahnja. Dalam penetapan ini Pemerintah Daerah dibantu oleh Departemen Perhubungan Laut dan PELNI.
Djika djumlah perusahaan pelajaran jang ada pada waktu ini mele bihi djumlah jang ditetapkan, maka diadakan pergabungan dari be berapa perusahaan pelajaran.
d. Pelajaran daerah (lokal) diselenggarakan oleh perusahaan pela jaran swasta. jang diberi idzin usaha oleh Pemerintah Daerah Swa tantra Tingkat I berdasarkan Peraturanperaturan Departemen Per hubungan Laut.
Pada permulaan dinjatakan pembatasan:
2. Pada prinsipnja kapalkapal jang digunakan tidak boleh mele bihi 100 BRT dengan tjatatan, bahwa untuk daerah lautan terten tu dapat diberikan perketjualian oleh Departemen Perhubungan Laut.
§ 1770. RUANGAN KAPAL.
Djumlah tenaga kapal jang berbendera Indonesia dan dalam char ter oleh Perusahaanperusahaan pelajaran nasional masih djauh dari pada negeri dilakukan hanja oleh Pemerintah dengan prosedur menurut P.P No. 26/1958. Pembelian dari Luar Negeri untuk pelajaran samudera oleh partikulir dapat dipertimbangkan setjara insidentil. 3. „Charterpurchase” jang sedang berdjalan serta diselenggarakan oleh perusahaan pelajaran partikulir nasional diberi kemungkinan untuk diaandjutkan. „Charterpurchase” jang belum ada realisasinja dihen tikan. lain diikutsertakan dalam pelaksanaan program pertama dari Kabinet Kerdja.
Kapalkapal jang telah dipesan oleh Pemerintah dan sekarang sedang dalam pembangunan akan dipergunakan oleh perusahaanperusahaan pelajaran jang telah disesuaikan menurut ketentuan tersebut Ic, PELNI dan DJAKARTA LLOYD.
Sesudah K.P.M. tidak ada, situasi 18 Nopember 1959: Total armada Pantai + Samudera milik nasional 169 kapal — 166.108 D.W.T.
charter 21 kapal — 116.097 D.W.T. 190 kapal — 282.205 D.W.T.
Milik Nasional (PELNI + Usaha Pelajaran Nasional Swasta) sekarang mempunjai:
Kalau diambil sebagai pedoman volume perdagangan dalam negeri antaralain tahun 1957 sebesar 6 djuta ton setahun, dan 600.000 ton.dari padanja. diangkut dengan perahuperahu dan kapalkapal ketjil, maka diperlukan tenaga kapal 360.000 D.W.T.
Jang akan diharapkan pada achir 1961 ada 273.000 D.W.T., sehingga masih kekurangan 100.000 D.W.'I'., jang dapat dicharter.
Produksi rata2: terbang ratarata 2L djam/sehari pesawat.
2575351 ton km./bulan
28345 orang diangkut/bulan 390598 kg. barang/bulan
Djaringdjaring: tempattempat besar paling sedikit 1 kali sehari. Ke luar Negeri sampai Bangkok, Manila, Singapore dan Kuala Lumpur.
Sekianlah uraian saja tentang prinsipprinsip jang digunakan dalam sistim distribusi sekarang ini Berta persoalanpersoalan jang bersangkut paut dengan pekerdjaan distribusi itu. Pada umumnja distribusi tidak da pat dilepaskan daripada segi empat: Produksi, Pembangunan, Keuangan dan Distribusi.
Seperti ditiap usaha baik ketjil maupun besar djuga usaha distribusi tergantung dari pada faktor: Barang; alat; dan manusia.
Pemerintah berusaha untuk memperbanjak barang dan memperbaiki alat.
Tetapi sekalipun barang dan alat telah tersedia, basil pekerdjaan tidak akan memuaskan djika manusia itu tidak mempunjai tjukup keah lian untuk bekerdja dengan efficien dan djudjur beserta penuh semangat perdjuangan menudju ke tertjapainja masjarakat „adil dan makmur”.
Daftar perbandingan djumlah/banjaknja pedagang2
ketjil
asing dan nasional diseluruh ,Indonesia.
Asing Nasional
Daerah K.P.D.N. Dalam
Kota LuarKota Tjatatan DAERAH LUAR DJAWA
1. Atjeh 1.106 3.000
2. Medan 15.000 Dari asing be
3. Sibolga 1.000 lum ada angka
4. Gunung Sitoli
5. Padang 2 5.000 jang masuk
6. Bengkalis 812 1.000
7. Pakan Baru 37 1.000
8. Rengat 1.000 “
9. Tandjung Pinang 1.000
10. Pangkal Pinang 1.176 1.224 500
11. Djambi 1.048 990 1.500
12. Palembang 3.769 1.872 2.000
13. Bengkulu 47 228 1.000
14. Telok Betung 739 750
15. Pontianak 500 6.000
16. Bandjarmasin 293 289 5.000
17. Samarinda 880 3.000
18. Menado 80 2.000
19. Gorontalo 1.000
20. Donggala 50 500
21. Makasar 882 198 5.000
22. BauBau 500
23. Ternate 123 446 500
24. Ambon 4.000
25. Tual 353 200
26. Denpasar 320 889 2.000
27. Mataram 310 120 2.000
28. Waingapu 247 77 500
29. Endo 500
30. Kupang 1.000
31. Bima 324 77 1.000
Djumlah 8.706 10.701 68.450
Asing Nasional
Daerah K.P.D.N. Dalam Luar Tjatatan
Kota Kota (Taksiran) DI DJAWA
32. Serang
283 67 1.000
33. Bogor 472 2.000
34. Bandung 826 7.000
35. Purwakarta 641 2.000
36. Tjirebon 381 84 2.000
37. Pekalongan 360 545 10.000
38. Semarang 1.976 401 3.000
39. Pati 448 183 1.000
40. Purwokerto 102 277 1.500
41. Magelang 976 517 10.000
42. Jogjakarta 735 24 5.000
43. Madiun 702 202 3.000
44. Surakarta 223 161 1.500
45. Bodjonegoro 226 118 5.000
46. Kediri 1.430 651 6.000
47. Surabaja 6.827 1.428 30.000
48. Madura 327 89 4.000
49. Malang 785 155 8.500
50. Djembar 2.347 5.000
Djumlah
Djawa/Madura 16.141 9.188 107.500 Djumlah Luar
Djawa 8.706 10.701 68.450
Djumlah semua: 24.847 19.889 .175.950
Djakarta, 1 September 1959.
BESARNJA OMZET DAN PROSENTASE PERUSAHAAN² ASING PERDAGANGAN KETJIL DI INDONESIA
(Omzet Terhitung 1 djuta Rph)
Angka2 Sementara Status 1 Djuni 1959
X=Angka² tidak tersedia BAGIAN RESEARCH & STATISTIK
Golongan Bangsa OMZET JANG DIPERHITUNGKAN
DJAWA & MADURA SUMATERA DAERAH LAINNJA DJUMLAH INDONESIA
1955 % 1956 % 1955 % 1956 % 1955 % 1956 % 1955 % 1956 %
TIONGHOA 3.231 79.2 3.904 79,7 1.196 74,6 1.405 65,9 612 91,9 571 85,3 5.039 79,4 5.980 76,5
INDIA/PAKISTAN 244 6,— 209 4,2 122 7,6 159 7,5 6 0,9 7 0,9 372 4,3 375 4,8
BELANDA 54 1,3 61 1,2 — — — — — — — — 54 0,8 61 0,8
INGGRIS/AMERIKA 179 4,8 314 6,4 186 22,— 469 22,— 43 6,5 104 13,2 426 8,3 887 11,3
DJERMAN/SWISS
EROPA LAINNJA X — X — — 0,3 — — — — —
ASIA LAINNJA 113 2,8 145 3,— X 0,4 X — — 113 1,8 145 1,8
IND./TIONGHOA 155 1,4 165 1,3 6 3,7 6 0,3 5 0,7 5 0,6 66 1,— 76 1,0
IND./ASING LAINNJA 154 3,8 175 3,6 5 0,2 9 0,4 X — X 159 2,5 184 2,3
LAINLAIN 22 0,5 19 0,4 86 80 3,7 — — 108 1,7 99 1,3
9 0,2 9 0,2 3 3 0,2 — — 12 0,2 12 0,2
BESARNJA OMZET DAN PROSENTASE PERUSAHAAN ASING PERGOLONGAN DI INDONESIA
(Omzet Terhitung 1 djuta Rph)
Angka² Sementara Status 1 Djuni 1959
PERDAGANGAN
BESAR PERDAGANGANMENENGAH PERDAGANGANKETJIL DJUMLAH
1955 1956 1955 1956 1955 1956 1955 1956
DJAWA & MADURA 10.519 10.403 12.951 14.464 4.079 4.091 27.549 29.768 SUMATERA 29.201 30.147 12.773 13.321 1.604 2.131 43.878 45.599 DAERAH LAINNYA 2.252 1.800 1.637 1.754 666 787 4.555 4.341 DJUMLAH INDONESIA 42.272 42.350 27.361 29.539 6.249 7.819 75.982 79.708
BESARNJA OMZET DAN PKOSENTASE. PERUSAHAAN2 ASING PER GOLONGAN DI INDONESIA
(Terhitung 1 Djuta Rph)
Angka2 Sementara Status: 1 Djuni 1959
BESARNJA OMZET DAN PKOSENTASE. PERUSAHAAN2 ASING PER GOLONGAN DI INDONESIA
(Terhitung 1 Djuta Rph)
Angka2 Sementara Status: 1 Djuni 1959