BAB 132, TUDJUAN DAN PEMBIAJAAN
§ 1633. Materiil
Untuk gambaran dapat ditjatat disini djumlah dan tonnage kapal niaga di-negara2 jang agak setingkat keadaannja dengan Tanah Air kita
(keadaan geografi, keadaan kebutuhan penduduk, ekspor dan impor),
Negara Djumlah kapal. Tonnage B.R.T.
Dari negara2 tersebut diatas, djumlah kapal niaga Republik Indonesia
adalah nomor 2, tetapi dipandang dari sudut volume (tonnage) Republik Indonesia adalah nomor 6 dan tidak banjak selisihnja dengan negara Swiss jang tidak punja pelabuhan, (lihat „LAPORAN MASA TAHUN 1958” Kem. Pelajaran th, 1959 halaman 128).
Djika kita bandingkan keadaan Tanah Air kita dengan India, maka keadaan penduduk negara India jang djauh lebih padat dari negara kita, dapat kiranja dikompensasi dengan luasnja lautan jang me-misah2
kepu-lauan negara kita.
Negara Fillipina jang baik kepadatan penduduk maupun luasnja lautan tidak mungkin mengimbangi Negara kita, memiliki Armada Niaga 115.487, B.R.T. (lebih besar dari tonnage armada niaga kita).
Maka sebagai tudjuan perkiraan tidak banjak salahnja kalau kita tentukan suatu armada niaga jang djumlahnja sama dengan armada niaga India (k.l. 225) dan tonnage 2/3 dari tonnage armada tsb, ialah kira2
400,000.B.R.T., disertai usaha2 sebagai berikut:
1. Mengusahakan tambahan tonnage tidak hanja dengan target tonnage ex, jang lalu, tetapi disesuaikan dengan djumlah barang jang perlu dipindahkan dari pulau kepulau.
2. Mengusahakan sedapat mungkin ,,standardiaasi2 dari alat2
pengang-kutan beserta perlengkapan2nja, jaitu antara lain dari :
(a) type kapal2 pengakut (tidak perlu banjak tetapi lengkap).
(b) type coasters.
(c) type kapal2 penjeberang laut/samudera.
(d) type kapal2 ferry.
(e) type kapal2 pengangkut hewan,
(f) type kapal2 tanker.
3. Mengusahakan dapatnja sumber minjak dikuasai Pemerintah untuk lantjarnja gerakan2 transpor.
4. Mengusahakan lantjarnja frekwensi pengangkutan dan mengatur segala factor2 jang mempengaruhi frekwensi pengangkutan sedemikian
rupa, supaja dapat terdjamin terselenggaranja frekwensi jang telah ditentukan,
5. Mengusahakan „aturan” dalam skala pengangkutan dan mengusahakan agar segala apparatur pemeliharaan kapal dapat ditertibkan untuk mendjamin aturan,
§ 1634. Pendidikan
Dalam usaha pendidikan tenaga² ahli terdidik pelajaran perlu diper-hatikan hal² sbb.
a. Mentjapai djiwa bahari.
Mengusahakan pendidikan kearah djiwa maritim setjara masal dimulai dad sekolah/pendidikan dasar (sekolah rakjat, taman kanak2), dan
pendidikan landjutan serta pendidikan tinggi. b. Mentjapai kwantum tenaga terdidik.
Memperhebat pendidikan tenaga ahli lautan/perkapalan/pelabuhan, dan memperluas kesempatan facilitas kearah pendidikan tersebut.
c. Memiliki pelaut jang berdisiplin nasional.
Menanam disiplin nasional kepada tiap2 pelaut dan tenaga maritim,
melalui A.I.P., A.L.R.I., d.l.l.
§ 1635. Keamanan lalu lintas
Untuk mendjamin keamanan lalu lintas dilaut, maka diperlukan per-baikan/penjempurnaan hal2 berikut :
a. Hidrografi harus disempurnakan.
b. Peta² Laut Indonesia harus disempurnakan.
c. Penerangan, perambuan, tanda untuk pelajaran diseluruh perairan Nusantara harus disempurnakan.
f. Perairan masuk haluan pelabuhan Indonesia harus tetap aman terbuka bagi lalu lintas laut. Tempat2 dangkal harus dikeruk setjara periodik,
a. Soal Sistim Distribusi
Komunikasi jang baik djika tidak disertai sistim distribusi jang lantjar tak akan banjak gunanja.
Sangat diperlukan suatu badan pengawasan jang mampu mengawasi dengan tangan besi dan hati/djiwa bersih terhadap lantjarnja sistim distribusi dan alat komunikasi. Tiap stagnasi dalam bidang tersebut harus diperiksa, diberantas, djika perlu dihukum dengan berat.
b. Mengarahkan pengangkutan (penumpang) manusia kearah pengang-kutan udara.
Pengangkutan dari penumpang sedapat mungkin harus disalurkan kepada pengangkutan udara, sehingga kapal2 penumpang jang sangat
mahal, dan banjak ruangan2 jang memakan tonnage kapal dapat diganti
dengan kapal jang hanja punja ruangan untuk barang. Kapal penum-pang dalam2 banjak hal akan sangat merugikan dilihat dari sudut bahwa
untuk 1 orang penumpang jang harus turun dipelabuhan, kapal harus singgah kepelabuhan untuk waktu paling kurang 1 hari,
c. Menertibkan Armada Daerah Lajar.
Agar dapat diambil manfaatnja jang se-besar2nja untuk kemakmuran
bersama maka diperlukan penertiban dari perahu2 lajar, Disamping
itu maka djuga armada tongkang2 bermotor agar dapat dieksploitasi
se-baik2nja guna kelantjaran komunikasi/distribusi.
d. Penjaluran tenaga2 Militer.
Tenaga2 dari A.L.R.I. jang tidak dapat diikut-sertakan lagi di A.L.R.I.
(karena landjut umur untuk dinas militer), sebaiknja disalurkan kedalam dinas pelajaran/pimpinan/pengawasan maritim.
e. Industri Maritim.
Kiranja telah tiba saatnja untuk mulai setjara energik dengan faktor jang vital bagi potensi maritim kita, jaitu untuk mendorong kemadjuan dari galangan² nasional dan untuk memulai industri Negara dalam bidang perkapalan dan bidang maritim.
§ 1636, Hal lain2 Pelabuhan2 lajak bagi Daerah2 „Harapan”
Untuk daerah² seperti Lampung (Sumatera Selatan), Kalimantan dan Sulawesi sebagai daerah jang sangat menghasilkan untuk negara, diper-lukan „pintu” lebar berupa pelabuhan2 jang lengkap, untuk mengekspor
hasilnja supaja sumbangan bagi negara mendjadi lebih besar. Selain dari-pada itu diperlukan usaha untuk mendjamin supaja facilitas pelabuhan2
jang ada diseluruh Nusantara tetap dalam fungsi.