T E N A G A L I S T R I K BAGIAN PERTAMA
PERENTJANAAN DAN PEMBANGUNAN TENAGA LISTRIK 1. PERANAN TENAGA LISTRIK DALAM PEMBANGUNAN.
Bahwasanja peranan tenaga listrik dalam pembangunan dianggap sangat penting, dapat ditandaskan kembali kesimpulan2 Musjawarah Nasional Pembangunan tahun 1957, jang antara lain berbunji sebagai berikut:
Kelistrikan adalah:
a. sjarat mutlak untuk perindustrian,
b. alat jang amat besar faedahnja dalam perkembangan hidup modern baik hidup kenegaraan maupun hidup perseorangan.
Seminar. dengan rasa tjemas mendengar tentang kesulitan2 dalam ke harusan industri2 dan usaha2 pembangunan lainnja, untuk membangkit kan dan memelihara listriknja sendiri.
Sebab2 terpaksanja usaha2 produksi ini membangkitkan tenaga lis triknja sendiri, terutama adalah karena kapasitet jang sekarang dapat diberikan oleh P.L.N. masih sangat terbatas, disamping belum merata nja aparat distribusi diseluruh wilajah. berkembang sebagaimana kita inginkan. Tersedianja listrik jang tjukup dan murah merupakan dorongan jang langsung kepada swadaja dari rak jat guna pertaiian tjara2 kerdja, peninggian dajaguna kerdja, serta mem perluas usaha2 dalam bidang pertanian, perindustrian dsb.nja.
Oleh sebab itu, seminar menganggap sangat perlu agar pemerintah memberikan fasilitas2 jang seluasnja2 kepada P.L.N., sehingga P.L.N. dapat memberikan ekadharmanja jang tjukup dan sempurna guna kelangsungan hidup industri2 dan pembangunan2 lainnja.
2. PANDANGAN2 DARI SUDUT SOSIAL/EKONOMIS/PERTAHA NAN NEGARA.
pengaruh2 pembiakan (multilplying effect) bagi pertumbuhan usaha2 ekonomi dibidang2 lain jang besar sekali. Tetapi disamping dasar2 perhi tungan pengusahaan .listrik jang bersifat sosial ekonomi, perlu pula di dasarkan atas pertimbangan2 segi ekonomi perusahaan., sehingga peru sahaanperusahaan listrik setjara keseluruhannja, dapat mendjamin dirinja sendiri untuk pemhiajaan exploitasi, pembaharuan dan sebagai nja jang diperlukan.
Berhubung dengan sifat2nja jang vital dan merupakan unsur inti ini, serta sesuai dengan U.U.D. 1945,. Pasal 33, maka kebidjaksanaan dari usaha2 pembangkitan dan penjebaran serta tarip tenaga listrik perlu dikuasai olch Negara, sedangkan dalam pengusahaannja sejogianja memperhatikan kemampuan dan swadjaja rakjat sehingga kesemuanja mendjadi tjambuk dari pembangunan masjaralcat pada umumnja jang merata.
3. INPENTARISASI DAN STATISTIK.
Seminar mengemukakan perlunja dengan segera dilakukan inpen tarisasi dari sumher2 tenaga konvensionil diseluruh Indonesia.
Untuk ini perlu segera dilakukan eksplorasi dari sumber2 itu, guna
Untuk pelaksanaannja, harus segera dihentuk regu2 penjelidik (sur vey teams) terdiri dari
Kementerian P.U. & T./P.L.N. dan Kemente rian Perindustrian Dasar/Pertambangan, dengan bantuan fihak Angkatan Perang,11adan2 dan Perguruan2 Tinggi jang bersangkutan.
Disampimg itu, perlu diikuti dan dipeladjari dengan seksama per kembangan penggunaan tenaga modern (termasuk tenaga nuclear) guna pembangkitan tenaga listrik, dan perlu dilakukan inpentarisasipenda huluan dari sumber2 tenaga modern itu oleh Djawatan Geologi, bersama sama dengan Lembaga Tenaga Atom, Kementerian P.U. & T/P.L.N. dan Perguruan2 Tinggi jang bersangkutan.
Untuk penjusunan perentjanaan pembangkitan tenaga listrik tjara saksama, maka selain inpentarisasi tadi, diperlukan statistik jang teliti, teratur dan mutachir (up to date) mengenai pemakaian dan permintaan tenaga listrik.
Pula diperlukan perkiraan jang teliti mengenai perkembangan kebu tuhan akan tenaga listrik atas dasar statistik itu, dengan penindjauan pada perkembangan industri dan bertambahnja keperluan untuk penera ngan dan rumah tangga.
4. SASARAN (TARGET) DAN RENTJANA PEMBANGUNAN.
Seminar menginsafi, bahwa pelaksanaan rentjana pembangunan bertalian erat dengan keadaan keuangan Negara, chususnja dalam sek tor depisen, serta dengan tersedianja tenaga2 jang terdidik, terlatih dan berkepribadian nasional.
Seminar berpendapat, bahwa untuk mendorong industrialisasi harus disediakan tenaga listrik setjukuptjukupnja.
Dengan mengutamakan kebutuhan tenaga listrik untuk industri (termasuk traksi), tanpa melupakan keperluan untuk penerangan dan ru mah tangga, maka seminar berkejakinan bahwa:
pada tahun 1965 harus tersedia 1.000.000 KW. pada tahun 1970 harus tersedia 2.000.000 KW.
Untuk mentjapai sasaran ini, maka dalam djangka pendek perlu di bangun pusat2 listrik tenaga uap jang mempergunakan batubara dalam ne geri sebagai bahan bakar. Bersamaan dengan itu dibangun pula pusat2 listrik tenaga air untuk djangka pandjang. Pusat2 listrik tenaga diesel dan lain jang memakai minjak sebagai bahan bakar, chusus untuk keadaan darurat, untuk tempat2 dimana tidak ada kemungkinan lain dan untuk keperluan segera, perlu djuga dibangun.
Perlu diterangkan disini bahwa penggunaan batubara mempunjai alasan2 antara lain sbb.:
1. Untuk memadjukan exploitasi batubara, jang dapat membuka lapangan kerdja jang Iuas. Perlu diketahui bahwa pada umumnja batubara Indonesia masih muda, sehingga sementara ini peng. gunaannja jang tepat adalah, untuk tudjuan bahan bakar. Per sediaan batubara adalah sangat besar djumlahnja, sehingga penggunaan dari kekajaan ini perlu segera dilakukan untuk memperoleh manfaat jang sebesarbesarnja.
2. Menghemat pemakaian minjak bumi, jang merupakan sumber depisen.
3. Dengan bertambahnja penggunaan batubara, harga bahan ini akan menurun, jang nantinja merupakan bahan bakar jang paling ekonomis. Untuk melaksanakan ini, soal pengangkutan batubara hendaknja mendjadi perhatian chusus.
Lokalisasi pusat2 tenaga listrik ini dipeladjari dan ditentukan menurut kebutuhan industri.
Serempak dengan pembangunan pusat2 pembangkitan tenaga listrik itu, maka pada industri' ini dan untuk keperluan penerangan dan rumah tangga harus diberi fasilitas2 untuk melaksanakan perkembangan2nja hingga tenaga listrik ini dapat digunakan serasi pada waktunja.
5. PERSOALAN TARIP DAN PEMBAGIAN PEMAKAIAN TENAGA LISTRIK.
Menginsjafi bahwa pembangunan tenaga listrik adalah sjarat mutlak guna pembangunan perindustrian semesta, maka seminar berpendapat bahwa tarip tidak boleh merupakan penghalang bagi maksud tersebut.
tenaga listrik jang direntjanakan dan disampingnja djuga memperhatikan fungsi sosialnja.
Dalam mendjalankan kebidjaksanaan mengenai tarip hendaknja pe merintah berpedoman pada hal2 sbb.:
1. Exploitasi perusahaan harus dapat dibiajai sendiri. 2. Untuk rakjat harus diadakan tarip jang dapat dibajar.
3. Mentjiptakan beberapa matjam tarip dengan tudjuan untuk me ninggikan dajaguna dengan tjara memperbaiki faktor muatan se besar mungkin.
Pada saat sekarang ini hanja 30% dari pemakaian listrik seluruhnja digunakan untuk industri, traksi, telekomunikasi dan lain usaha produktip, dan menginsjafi pula bahwa persediaan tenaga listrik jang tjukup adalah sjarat mutlak untuk industrialisasi, maka seminar menjarankan agar dalam merentjanakan pembangunan kelistrikan tegas ditudjukan untuk memberi djatah jang sebesar mungkin kepada perindustrian dan lain sektor jang produktip.
Seminar berbesar hati dengan prasaran J.M. Menteri P.U. & T. bahwa dalam djangka waktu pendek pemakaian industri dsb.nja itu akan di usahakan mentjapai 70%.
Untuk mentjapai maksud ini, sangat diharapkan usaha jang maksimal dari fihak industri maupun P.L.N. dimana industri diharapkan untuk menambah regu kerdja serta mempergunakan listrik dimana behannja rendah.
6. INDUSTRI ALAT2 LISTRIK DI INDONESIA.
Seminar sependapat dengan Menteri Inti Pembangunan dan Menteri P.U. & T.; bahwa pembangunan industri alat2 listrik perlu segera dimulai, agar Indonesia dalam mentjukupi kebutuhannja akan alat2 listrik, tidak selalu tergantung pada luar negeri. Demikian pula hal itu adalah penting sekali demi penghematan depisen, kenaikan skill dan knowhow para taraf pertama mengerdjakan reperasi2 herat dari perlengkapan2 listrik jang telah ada didalam negeri, jang selandjutnja akan dikembangkan mendjadi pabrik2 alat2 listrik.
Seminar mengharapkan agar Pemerintah dapat mendirikan dan mem perkembangkan industri alat2 bagi keperluan2 listrik, dan dalam hal ini mengikutsertakan segala „Funds and Forces” dari pengusaha swasta nasional dalam pengusahaan industri2 tsb.
Dalam hal ini seminar mengharapkan supaja segera diusahakan: 1. Expliotasi dari tambang tembaga dan industri pemurniannja. 2. Lekas terselenggaranja projek alumunium.
5. Industri alat2 perlengkapan untuk instalasi listrik. 6. Industri keramik listrik dan bahan2 isolasi lainnja.
7. Produksi dari mesin2 listrik seperti motor listrik, generator, trans formator dsb,nja.
8. Menambah djumlah pabrik2 semen.
Untuk mendapat alat2 listrik maka semua instansi sangat diharapkan sebelum mengimpor alat2 tsb., lebih mengutamakan pemesanan kepada industri2 dalam negeri, antara lain perusahaan2 jang sekarang dibawah ling kungan BAPPIT. Hal ini adalah sangat penting artinja untuk mendorong industri alat2 listrik dalam negeri. Usaha2 jang demikian. ini, perlu didam pingi oleh laboratoria Pusat P.L.N., Perguruan Tinggi, Keymenterian Per industrian, dan oleh Dewan Normalisasi Indonesia (D.N.L)
7. KELISTRIKAN DESA DAN MIKROHYDROLISTRIK.
Seminar dengan gembira menjambut perhatianjang sedemikian luas terhadap soal kelistrikan desa dan mengharap agar tenaga listrik betul2 dapat dirasakan oleh rakjat.
Seminar berpendapat bahwa kelistrikan desa bertudjuan mening gikan daja produksi desa2 baik dalam lapangan pertanian maupun indus tri serta pula guna meninggikan taraf hidup dan mendorong swadaja rak jat pada umumnja.
Mengingat mahalnja biaja pembangunan untuk pembangkitan satuan2 ketjil, maka satuan2 jang demikian itu hanja dapat dilakukan melulu bagi desa2 jang dalam djangka pendek belum menundjukkan kemungkinan penjambungan kepada djaring2 umum. Bagi desa2 jang diharapkan adanja perkembangan setjara tjepat serta mempunjai kemungkinan penjambung an kepada djaring2 umum, maka perlu dipertimbangkan penjambungan tersebut, atau sekaligus pemasangan satuan jang besar.
Seminar merasa gembira dengan adanja spontaniteit Dinas2 P.U. Daerah untuk membantu dalam melakukan penjelidikan mengenai kemung kinan mikrohydrolistrik jang telah meliputi lebih dari seratus tempat.
Seminar mengharapkan agar pertjobaan2 jang dilakukan Kementerian P.U. & T./P.L.N.'dikelima tempat „pilot project” berhasil baik, sehingga akan merupakan tambahan tenaga jang berharga.
Dalam hal ini, hendaknja diperhatikan soal2 dajaguna, dan selain itu perlu pula disadari proporsinja dalam pembangunan listrik setjara kese luruhannja.
Mengingat bentuk perumahan2 didesa, maka dalam djangka pendek perlu diadakan tambahan peraturan tentang pemasangan instalasi rumah jang sederhana, dan jang dilihat dari sudut tehnis serta pengamanan dapat dipertanggungdjawabkan.
Dengan demikian biaja instalasi rumah2 untuk keperluan rakjat dapat diringankan,.
Hendaknja diperhatikan adanja persediaan jang tjukup akan alat2 jang diperlukan guna penjambungan perumahan2 rakjat tsb.; supaja pe kerdjaan dapat didjalankan dengan lantjar dan pembajaran oleh rakjat dapat diatur dengan seringanringannja.
6. PENGUSAHAAN LISTRIK.
A. Mengenai pengusahaan listrik, Seminar mendengar dua pendapat jang belum dipertemukan ialah:
1. bahwa pengusahaan listrik dalam seluruhnja (pembangkitan, penjaluran dan distribusi) hanja dilakukan/diselenggarakan oleh Negara.
2. bahwa dalam seminar dikemukakan harapan agar Negara dapat hendaknja rnengikutsertakan segala funds and forces jang ada pada pengusaha swasta nasional.
Seminar disamping itu berpendirian, bahwa pada pokoknja hanja Negaralah jang menjelenggarakan pengusaha listrik. Walaupun de mikian; dalam Seminar diharapkan, agar pengusahaan2 listrik di tempattempat jang belum dapat diselenggarakan Negara dalam djang ka pendek diserahkan kepada/diselenggarakan oleh pengusaha swas ta nasional.
B. Seminar merasa tjemas akan tiadanja koordinasi dalam pembangunan tenaga listrik, terutama antara Kementerian P.U. & T., Kementerian2 Perindustrian, Kementerian Perhubungan Darat dan P.T.T. dsb.nja baik dalam pembangkitan maupun pemakaiannja. Demi kelan tjaran pembangunan negeri jang sehat dan effisien chususnja dibi dang kelistrikan maka Seminar berpendapat perlu diadakan suatu koordinasi jang sebaikbaiknja. Untuk itu adalah sangat tepat bila mana diadakan suatu Badan Koordinasi antar Kementerian, jang terdiri antara lain dari Wakilwakil Kementerian P.U. & T., Ke menterian/Perhubungan Darat/P.T.T., Kementerian Dalam Negeri, fihak pengusaha swasta nasional dan lainlainnja.
BAGIAN KEDUA
TEKNOLOGI TENAGA LISTRIK. 1. PERKIRAAN SUMBER TENAGA:
(a). Dengan melihat adanja bermatjam2 tjara teknis dan ekonomis un tuk menentukan besarnja sumber tenaga listrik jang tersedia, Semi nar berpendapat bahwa dalam bidang ini perlu ditentukan tjara dan , standard tertentu dalam menghitung tenaga jang tersedia dalam suatu sumber jang belum diusahakan. Untuk itu, diandjurkan supaja da lam waktu singkat oleh Kementerian Pekerdjaan Umum dan Tenaga dipeladjari standard tsb. pada waktu itu, jang selandjutnja akan disebut potensial tek nis.
(3) Standard penentuan kemungkinan pengusahaan ekonomis sum bersumber tenaga tersimpan tsb., jang selandjutnja akan dise but potensial ekonomis.
a). Sesuai dengan kemadjuan teknik eksplorasi, maka djumlah poten sial theoretic dan demikian djuga lain2nja akan berubah, hingga perlu potensial ditindjau setjara berkala (dan menundjukkan instan si jang melakukan perkiraan dan tahunnja).
b). Pada potensial teknik dalam bidang listrik thermis supaja terutama dibahas bersama tjara2. teknik pertambangan, teknik pengangkutan dan penjimpanan. Adalah sangat berbeda apakah penambangan batu bara ini misalnja merupakan penambangan terbuka (open it) ataupun dengan terowongan (galleries).
Demikian djuga apakah pengangkutan melalui daratan atau air. Dalam bidang hydro terutama dibahas bersama teknik dari djaring2 pembagi listrik, sedang untuk djumlah airnja diperhatikan kehutuhan2 lain (misalnja irigasi, navigasi dsb.).
c). Pada potensial ekonomis, terutama dibahas djumlah konsumen dan matjamnja konsumen, untuk penentuan banjaknja usaha jang ekono mis dapat dipertanggungdjawabkan
d). Hendaknja dibahas pula mengenai korelasi antara potensial teoretis, potensial teknis dan potensial ekonomis, supaja dibedakan antara sumber teknis dan aplikasi dari sumber itu.
dilakukan usaha2 setjepat2nja untuk mengadakan eksplorasi tjadang
a. mengusahakan sumber2 daja baru,
b. pembangunan serta penjempurnaan komunikasi.
„Aerial survey” memungkinkan kita untuk mengerdjakan segala matjam pekerdjaan perentjanaan (pembuatan peta jang teliti, penje lidikan bahan2 pertambangan dsb.nja): Singkatnja, dari daerah jang dahulunja dikira mustahil dibangun atau diusahakan, maka dengan tjara „Airborne magnitic survey” dapat diketahui isi kekajaan alamnja.
2. PENINDJAUAN PUSAT2 PEMBANGKIT DARI SUDUT TEKNIS DAN EKONOMIS.
Setelah membahas pemilihan pusat' pembangkit tenaga listrik di pandang dari sudut teknis ekonomis, Seminar berpendapat bahwa pemi lihan besarnja, matjam, djumlah unit dan lain ketentuan'teknis ekonomis tidak dapat ditentukan setjara umum, melainkan harus didasarkan atas beberapa faktor jang untuk tiap pusat pembangkit dapat berlainan.
Faktor2 jang menentukan ketentuan2 tersebut ialah: 1. Fungsi dari pusat pembangkit tenaga listrik.
Pusat pembangkit jang akan digunakan sebagai pemikul beban dasar, akan berlainan dari pemikul beban puntjalc ataupun dari pusat pem bangkit tersendiri.
(b). Besar seluruhnja dari daja jang dibutuhkan:
Harus ditindjau djuga perkembangan kebutuhan tenaga listrik dan apakah ini harus ditampung dalam kemungkinan perluasan pusat pem bangkit.
(c). Penempatan pusat pembangkit tenaga listrik:
Penempatan pusat pembangkit ditentukan oleh daerah pemakai te naga listrik dan sumber2 enersi (tenaga air, bahan bakar padat, tjair dan gas, tenaga atom dsb.) jang dapat digunakan. Daerah pemakai tenaga listrik itu menentukan perlu tidaknja Pusat Pembangkit itu dihubungkan dengan djaring2 jang sudah aria atau telah diren tjanakan. Sifat pemakaian tenaga listrik (apakah industri besar/ketjil, rumah tangga atau kombinasi antara dua ini) dan tjara pemakaian te naga listrik, besarnja perobahan2 serta kemungkinan perkembangan semua memberi pengaruh.
(d). Urgensi dari pembangkit tenaga listrik.
(e). Sifat2 dari mesin2 penggerak dan besarnja unit.
Faktor ini djika ditindjau lebih mendalam akan ternjata luas sekali. Turbine air, turbine uap biasa, turbine uap untuk reaktor atom, tur bine gas dan diesel semua mempunjai sifat2 chas. Sifat2 ini menentu kan a.l. besar maksimum dari unit2 jang untuk ke 5 matjam tsb. ber lainan. Karakteristik mesin2 serta responsi atas suatu perobahan be ban (besar/ketjil) jang tjepat serta pun kemungkinan untuk bekerdja bergandeng dengan mesin2 jang sudah ada dan jang telah direntjanakan, mempengaruhi djuga besarnja unit.
Djika tadi ditindjau dari sudut teknis, sekarang factor ini ditindjau dari sudut ekonomis: Harga satuan tenaga listrik jang dibangkit (jang setjara kasar terdiri dari bunga modal, penjusutan, harga bahan bakar dan biaja pengawasan), banjaknja kebutuhan akan skilled personel, menentukan apakah pemilihan suatu matjam pusat pembangkit se tjara ekonomis dapat dipertanggungdjawabkan, ataukah harus di dasarkan atas pertimbangan2 lain. Dalam pada itu kalimat dalam salah satu prasaran, jang mengatakan bahwa efficiensy dari mesin2 diesel di atas 1000 KW kini telah diimbangi atau dilebihi oleh mesin2 turbine gas jang dapat menggunakan minjak residu ataupun gas alam seba gai bahan bakar, perlu dipeladjari lebih landjut karena dari suatu perhitungan terang dapat dilihat bahwa letak batasnja djauh lebih tinggi daripada 1000 KW. Keuntungan turbin gas adalah dilain bi dang ialah a.l. sedikitnja membutuhkan air pendingin, ketjilnja ukuran
Reliability dan djuga waktu antara dua revisi, penting untuk exploit tasi. Ini a.l. ikut menentukan djumlah unit jang akan dipasang. Pada umumnja dapat dikatakan bahwa djumlah unit minimal memberikan harga pembelian jang minimal djuga, tetapi djumlah unit lebih besar menaikkan flexibility dan reliability.
Pemilihan djumlah unit minimal (djadi unit jang besar2) lebih penting untuk turbine uap dan gas, karena disini efficiensi agak banjak ter gantung dari besarnja unit.
Beberapa sudut tentang ini ditindjau lagi setjara lebih mendalam da lam lampiran.
Melihat gedjala, bahwa pada suatu ketika dihari kemudian tenaga atom akan diperlukan sebagai penambah tenaga konpensionil maka seminar berpendapat, bahwa sebaiknjalah perkembangan teknologi installasi tenaga atom diikuti dengan intensip.
penanaman modal dalam alat2 pengangkutan untuk mengangkut mi njak dan batubara itu:
Dalam hal demikian dapatlah penanaman modal untuk Pusat pem bangkit tenaga atom lebih menguntungkan daripada penanaman mo dal untuk pusat pembangkit kopensionil ditambah dengan alat2 trans port.
3. PROJEKPROJEK MIKRO. Seminar berpendapat, bahwa:
(a). Dari sudut fungsinja pada saat sekarang dan dalam waktu dekat ini, pusat2 pembangkit mikro dapat memberikan manfaat pada masjara kat jang djauh letaknja daril djaring2 penjalur dari pusat2
, pembang kit dan jang dalam waktu dekat tidak ada kemungkinan penjambu ngannja.
(b).Pertimbangan akan pemasangan pusat2 mikro harus berdasarkan pa da usaha untuk menaikkan taraf hidup, dengan usaha merangsang (stimuleren) industri2 desa, pertanian dan peternakan.
(c). Dalam hal ini tidaklah perlu ditjapai penjempurnaan teknis jang formil. Penjelidikan teknologis untuk menggunakan konstruksi2 sederhana, sentral mikro dan pelaksanaan pembangunannja hendaknja dimulai daril sekarang.
(d).Sungguhpun usaha2 tersebut akan memberikan tenaga listrik tamba han jang berharga; namun dalam rangka usaha elektrifikasi semesta, hasil tersebut hanjalah merupakan bagian jang terlalu ketjil, disam ping mutu hasilnja adalah kurang sempurna.
Oleh sebab itu hendaknja perhatian tidaklah terlalu tertudju pada persoalan ini, terutama didalam penggunaan depisen.
4. PANDANGAN TERHADAP DJARING2 DAN SALURAN2 PENG GANDENG.
(a). Daerah pembangkitan.
Seminar berpendapat, bahwa mengingat faktor teknis dan ekonomis, untuk mengusahakan pembangkitan, penjaluran dan pembagian tenaga listrik jang sebaikbaiknja, dipandang perlu tetap diadakan daerah2 pembangkitan jang tertentu.
Dengan perkataan daerah pembangkitan, dimaksudkan suatu daerah tertentu dimana persoalan teknis pembangkitan dan penjaluran tenaga listrik berhubung dengan letak geografisnja ataupun tjorak pembangkit an dan penjaluran tenaga listrik, dapat diserahkan pada satu pimpinan. (b). Djaringdjaring.
Dalam suatu daerah pembangkitan seminar berpendapat, bahwa un tuk mendjamin tersedianja tjadangan dan kelangsungan pemberian tenaga dengan alat2 jang minimal, perlu diadakan interkoneksi jang intensip.
nakan tegangan2 tertentu menurut kebiasaan dan norma Internasio nal menurut I.E.C. untuk memungkinkan tukar menukar alat2. Hendaknja diperhatikan pula kemungkinan2 untuk meninggikan tegangan dengan menggunakan perlengkapan jang lama dengan perobahan2 minimal. Selain itu djaring2 dalam suatu daerah pembangkitan harus mempunjai sistim pengamanan jang tjukup baik untuk mendjamin kelangsungan pemberian tenaga, mengingat besarnja akibat2 dari putusnja aliran. Seminar dengan tjemas menundjuk pada kenjataan, bahwa djaring2 jang ada sekarang di Indonesia, sudah terlalu tua, terlampau ketjil
maka mereka dapat bekerdja tolongmenolong dengan mengadakan saluran2 penggandeng (tie line = koppellijn) dari daerah satu kedaerah jang lain. Tetapi perlu pula diingat bahwa:
(1). Saluran2 penggandeng jang pada umumnja djaraknja terlalu hesar membawa kemungkinan bertambahnja gangguan sehingga menambah persoalan pengamanan (protection),
(2). Ada kerugian2 tenaga dalam saluran penggandeng,
(3). Pembiajaan pembangunan saluran penggandeng ini seringkali setaraf dengan pembiajaan pembuatan satu pusat pembangkit tenaga listrik.
Maka untuk kebanjakan daerah2 pembangkitan jang sudah ada di Djawa sekarang seminar menganggap bahwa saluran penggandeng belumlah mendesak.
(d). Pengaruh tenaga listrik terhadap telekomunikasi.
Dalam hubungan hal2 tersebut diatas, Seminar berpendapat, bahwa dalam perentjanaan sistim djala2 dan interkonekasi perlu memper hitungkan pula kemungkinan2 gangguan jang membahajakan saluran2 Telekomunikasi jang berdekatan.
Sebagai pedoman dapat dipakai petundjuk2:
Comites consultatifs internatioaux Telephonique et Telegra phique (C.C.I.F. et C.C.I.T.) Rome Edition 1937 mengenai: Directives concerning the protection of the communication lines against the adverse effects of electrical power lines.
Mengenai persoalan2 jang serba sulit ini perlu segera diadakan penje lidikan2 dan pertjobaan2 bersama antara Perguruan Tehnik Ting gi, P.L.N., D.K.A. dan F.T.T.
Selandjutnja seminar mengandjurkan dalam pelaksanaannja pembangunan tenaga listrik diadakan kerdja soma seerateratnja antara P.L.N. dan P.T.T. agar kemungkinan2 saling mengganggu dapat dihindarkan.
5. USAHA2 MEMPERKETJIL BIAJA2 PEMBANGKITAN DAN PE NJALURAN.
Biaja pembangkitan.
Seminar berpendapat hahwa guna menekan biaja pembangkitan dan penjaluran tenaga listrik serendahrendahnja perlu diperhatikan hal2 sebagai berikut:
Teknis:
(a). Mengurangi kerugian2 dalam saluran (12 R) dengan pemeliharaan dan pemeriksaan kawat2 serta sambungan2nja.
(b). Mengusahakan factor muatan (load factor) jang tjukup tinggi.
(c). Pengaturan dan perbaikan Cos 0 jang dapat diatur clari pihak pe makai, maupun dari fihak pembangkitan dan penjaluran sendiri. Ekonomis:
(a). Menggunakan mesin2 atau perlengkapan pembangkit listrik jang relatip murah harganja atas dasar perhitungan komersiiI. (b). Pemeliharaan keadaan hydrologis dengan memelihara hutan
hutan dan menanam kembali jang sudah gundul oleh Djawatan kehutanan.
(c). Harga2 dan biaja2 untuk mendatangkan bahan bakar (fasilitas transpor).
(d). Dimana mungkin supaja pusat2 pembangkit ditempatkan se dekatdekatnja dengan sumber bahan bakar, dipandang dari segi kelangsungannja dan dalam batas2 perhitungan ekonomis jang dapat dipertanggungdjawabkan.
(e). Mempertinggi kemahiran dan keachlian para petugas, sehingga tertjapai suatu tjara kerdja jang effektip. tar biasa dipakai pertimbangan2 pelbagai segi a.l.:
(1). perhituhgan2 ekonomis, dengan mengingat kerugian2 jang di perkenankan,
(2). djarak transmisi,
(3). besarnja daja jang disalurkan,
(4). persoalan2 lain jang berkenaan dengan tegangan tinggi.
Meskipun demikian, Seminar berpendapat bahwa dalam menentu kan besarnja tegangan jang dipakai, perlu djuga diperhatikan halhal tersebut dibawah ini:
a) Tegangantegangan jang lazim dipefgunakan diluar negeri,
b) Kemungkinan perluasan djaring2 pada waktu2 jang akan datang. Hal ini perlu, karena:
1. Pemilihan diluar tegangan? jang lazim dipakai . memba wa akibat pembelian alatalat jang lebih mahal dan su karnja reserve.
2. Tidak diperhitungkannja kemungkinan untuk perluasan djaringdjaring pada waktu jang akan datang dapat meng akibatkan terlalu banjaknja matjam tegangan jang dipakai untuk transmisi.
Kini di Indonesia telah dipergunakan tegangan2 transmisi 30 kV dan 70 kV. Dengan dibangunnja pusatpusat Pembangkit besar, akan dipergunakan pula 150 kV.
Dapat digambarkan, bahwa bila dalam waktu jang akan datang terla lu banjak matjammatjam tegangan transmisi dipergunakan, maka ke tjuali dipandang dari penjediaan „reserve” kurang menguntungkan, djuga „interchangeability” alatalat berkurang.
Untuk mendapatkan tegangan mengenai perkembangan diwaktu jang akan datang, amat perlu adanja suatu „overall plan” mengenai djaring djaring di Indonesia.
(b). Pemakaian alat2 modern.
Dalam tahun2 belakangan ini telah banjak didapat penemuanpene muan terbaru dalam lapangan penggunaan tenaga listrik, seperti tek nik pengaturan dsb. Seminar berpendapat, bahwa tjara2 pemakaian terbaru hendaknja supaja dimulai dipergunakan setjara luas di Indo nesia dengan berangsurangsur.
Pemakaian elektrokimia (dan galvanoteknik) perlu dirangsang teruta ma untuk raffinering tembaga kotor (logam tua) untuk didjadikan tembaga elektrolitis.
Hal2 tsb. diatas mempunjai tudjuan sbb.:
1). Setjara annum telah didapat kesatuan pendapat, bahwa Indone sia harus bergerak kearah industrialisasi. Dalam hal ini Semi nar berpendapat, bahwa industri' jang didirikan harus djuga ber sifat modern dengan dajaguna dan effisiensi jang tinggi. Untuk ini, mulai dipergunakannja pendapatan2 dan tjara2 produksi baru akan mendorong kearah tudjuan mi.
2). Dengan mempergunakan alat2 baru, para pekerdja di Indonesia mulai terlatih dengan alat2 modern, sehingga bila didatangkan alat2 modern mereka tidak akan tjanggung lagi.
(c). Soal fasilitas pendidikan (research centre dan laborato rium tegangan tinggi).
Mengingat, bahwa:
— Indonesia pada waktu ini harus mengimpor alat2 listrik tegangan tinggi jang perlu diperiksa memenuhi sjarat atau tidaknja.
— Alat2 perlengkapan tegangan tinggi jang dipakai djuga memerlu kan pemeriksaan sewaktu2 maupun setjara berkala.
fasilitas penjelidikan tegangan tinggi. Dengan mengingat bahwa matjam fasilitas tsb., dapat digolongkan menurut tudjuannja, un tuk keperluan a.l. Perguruan Tinggi Teknik dan Kementerian Perindusttrian untuk ter laksananja suatu fasilitas penjelidikan tegangan tinggi, dengan per lengkapan tjukup untuk mentjoba alat2 dengan tegangan kerdja 300 KV.
lni didasarkan pertimbangan, bahwa baik kalangan pendidikan, P.L.N maupun pihak2 perindustrian membutuhkan salah satu atau lebih ma tjam fasilitas2 tsb. diatas, sedangkan disamping itu perlu pula diingat kemampuan keuangan negara.
'Fempat jang paling menguntungkan untuk laboratorium tsb. adalah jang dekat dengan Balai Penjelidikan Bahan2 dan Institut Teknologi Bandung, jang kebetulan merupakan tempat jang paling dekat pula dari pembangkit2 jang ada di DjawaBarat.
Dalam taraf kedua perlu difikirkan suatu pendirian laboratorium jang berdiri sendiri, jang berhak, dan mampu memberi sertifikat tentang m.utu.
Dalam pada itu perlu pada waktu jang singkat mengerahkan bebe rapa sardjana/mahasiswa tingkat terachir untuk memperdalam teknik laboratorium tegangan tinggi.
7. INDUSTRI ALAT2 LISTRIK.
(a). Dengan meningkatnja industralisasi dan permintaan tenaga listrik jang diharapkan akan terdjadi dalam waktu jang singkat, maka kebutuhan untuk alat2 listrik baik untuk pemakaian maupun produk si tenaga listrik akan terus meningkat. Proses elektrifikasi akan lebih tjepat bila didalam negeri dimulai dengan serius dan sistematis indus tri alat2 listrik (bahan2 isolator, pemutus arcs, kawat2, kabel2, motor/ generator dll.).
Industri2 dalam negeri jang sudah ada (alat2 penghubung tegangan ren dah, isolator tegangan rendah, alat2 pemakai dll.) akan mendapat rang sangan jang besar bila ada fasilitas penjelidikan jang mentjobanja dan memberi bimbingan, sedang sjarat2 diturunkan sampai batas jang masih mungkin.
Madjunja industri alat2 listrik akan sangat dipertjepat bila ada kesem patan mulai dengan produksi lisensi atau assembling. Dalam taraf ini para ahli mendapat knowhow dengan tjepat, sedangkan tambahan kesempatan bekerdja tak pula kurang pentingnja. Sebagai tjontoh da pat dikemukakan disini pabrik semen Gresik, assembling Gaya Mo tor dll.
Dengan dimulainja projek2 badja dan besi, pembuatan bahan2 mag netis perlu difikirkan.
(b). Pemakaian kaju.
Dalam pembangunan sistim listrik di Indonesia untuk menghemat pembiajaan, perlu dipergunakan segala kemungkinan jang ada di In donesia.
Pemakaian kaju jang sering tampak diluar negeri untuk tiang2 transmisi2, di Indonesia sendiri belum dilakukan setjara umum, pada hal Indonesia mempunjai berbagai matjam kaju dalam djumlah jang tjukup banjak. Karena itu penjelidikan jang serius dalam soal pema kaian kaju ini perlu segera dilaksanakan untuk mempeladjari segala kemungkinan penggunaannja setjara besar2an. Dalam hal ini perlu diadakan saluran pertjobaan dari 30 KV atau 70 KV dengan beker dja lama dengan bagian penjelidikan kaju dari Djawatan Kehutanan, Regional Housing Centre, serta djawatan2 lainnja. Soa12 impregnering dan pengawetan perlu diselidiki setjara sistematis.
Bersama dengan itu perlu diadakan penjelidikan untuk megusahakan pengangkutan jang praktis dari tiang2 kaju mulai dari tempat2 asalnja (misalnja hutan2 dipedalaman Kalimantan, dsb.) sampai ditempat pemasangan dipulaupulau lainnja. Kalau perlu dengan memesan kapalkapal chusus jang dapat dikombinasikan dengan pengangkutan bahan bakar batubara dari tempat2 pertambangan kepusat2 pembang kitan thermis jang membutuhkannja.
8. ANDJURAN.
Untuk meneruskan dasardasar jang telah ditjapai hingga sekarang dan agar. langkahlangkah selandjutnja bisa dilaksanakan, diperlukan adanja suatu badan sebagai berikut:
LEMBAGA TEKNOLOGI LISTRIK INDONESIA Jang bertudjuan antara.lain:
a. menghimpun tenagatenaga ahli atau jang menaruh minat dalam teknik listrik,
b. mengusahakan perkembangan Teknologi Listrik dalam bidang jang seluasluasnja dengan mengadakan:
1. Seminar, 2. Symposium, 3. Penerbitan2, 4. Pameian,
dan lainlain.
BAGIAN KETIGA.
PENDIDIKAN, KERDJASAMA DAN PENJELIDIKAN. 1. PENDIDIKAN.
Kebutuhan akan tenagatenaga elektroteknik. (a). Matjammatjam tenaga elektroteknik.
Berkenaan dengan matjam2 tenaga elektroteknik jang dirasa perlu bagi pembangunan negara, seminar berpendapat bahwa dibidang pen didikan hendaknja dididik tiga matjam tenaga2 elektroteknik, jalah:
(1). tenaga elektroteknik tingkat pertama; (2). tenaga elektroteknik tingkat menengah; (3). tenaga elektroteknik tingkat tinggi.
Selandjutnja seminar berpendapat bahwa hendaknja pendidikan tek nik perlu dirasionalisasi dan didemokratisir, dan setelah itu penghargaan terhadap tenaga2 teknik ditindjau kembali.
(b). Djumlah.
Seminar berpendapat bahwa djumblah tenaga2 elektroteknik jang di butuhkan oleh negara belum dapat dipastikan pada saat ini, akan tetapi me ngingat rentjana lima tahun jang djuga meliputi pembangunan tenaga listrik dan elektrifikasi, dan djuga dengan berorientasi kepada negara2 lain, baik jang sudah madju dalam pembangunannja maupun jang masih dalam taraf perkembangan, maka kebutuhan akan tenaga2 elektroteknik besar sekali.
Sebagai patokan seminar berpendapat bahwa dalam djangka waktu dua tahun perguruan2 teknik hares menghasilkan setahunnja:
100 tenaga elektroteknik tingkat tinggi; 800 tenaga elektroteknik tingkat menengah; 1500 tenaga elektroteknik tingkat pertama. (e). Mutu.
Mengenai mutu dan banjaknja matapeladjaran seminar berpendapat supaja tiap2 pendidikan hendaknja disesuaikan dengan kebutuhan dan tu djuan pembangunan sekarang dan kemudian hari.
Supaja dapat bekerdja dengan effisien, koordinasi vertikal antara pen didikan tenaga2 elektroteknik tingkat pertama, tingkat menengah dan tingkat tinggi perlu diadakan.
Tjara2nja mengisi kebutuhan.
(1). Matjam2 pendidikan elektroteknik. Seminar berpendapat supaja:
a). Matjam2 pendidikan teknik diadakan sesuai dengan matjam2 tenaga2 elektroteknik, djadi:
b). Pendidikan dalam industri bergantung kepada kebutuhan dan tu djuan dengan memakai pendidikan klasikal sebagai dasar.
(2). Sistim pendidikan dan kurikulum. a). Sistim pendidikan.
Setelah mengadakan orientasi pada negara2 jang sedang membangun atau jang sudah madju, dan mengingat kebutuhan negara dewasa ini, maka Seminar berpendapat bahwa bagian terbesar dari sardjana2 elektroteknik jang kita butuhkan adalah sardjana2 jang dapat segera menggunakan tek nik disamping mengikuti perkembangan dan kemadjuan elektroteknik.
Disamping itu pula diperhatikan pendidikan sardjanasardjana. Elek troteknik untuk development dan research fundamentil jang djumlahnja tidak besar.
Untuk melaksanakan pendidikan taraf pertama, Seminar berpendapat supaja kurikulum disusun sedemikian rupa, hingga mempunjai dasar jang luas.
Setjara tingkat demi tingkat kemudian menudju kepada kedjuruan (spesialisasi), jang disesuaikan dengan kebutuhan. negara.
c). Pokok2 isi matapeladjaran2 dibagian
. Elektro Teknik, I.T.B.
1).Mengingat luasnja kemungkinan projektering kawat2 transmisi baru di Indonesia, maka soal projektering dan dimensionering saluran transmisi perlu ditjakup dalam kuliah2 kawat2 transmisi a. 1. mengenai per hitunganperhitungan ekonomis, mekanis dan elektris (economische stroomdichtheid).
Ini misalnja dapat dilakukan untuk tingkat terachir Bag. Elektro teknik, I.T.B.
2).Seminar berpendapat bahwa mengingat perkembangan dan kebutuh an, maka perlu ditambahkan matapeladjaran „economics” dan management" dalam kurikulum Pendidikan Teknik Tinggi.
d) Matapeladjaran keselamatan kerdja.
Seminar berpendapat bahwa pengetahuan tentang keselamatan ke listrikan harus lebih diperhatikan dalam rentjana peladjaran tingkat per tama dan menengah.
(3). Fasilitas untuk pendidikan2 tersebut. Seminar berpendapat, bahwa:
a) Tampat.
2). Untuk praktisnja, seminar berpendapat bagian Elektro di Institut Teknologi Bandung jang sekarang merupakan satu2nja pendidikan teknik tinggi jang telah mulai menghasilkan serdjana2 elektroteknik; di Indonesia, sangat perlu mempunjai gedung2 jang lengkap dengan laboratorium, alat2 dan fasilitasfasilitas lainnja dalam waktu sesingkat2 nja.
b) Pengadjar.
Untuk mentjapai tudjuan tersebut diatas maka djumlah staf penga djaran bangsa Indonesia di I.T.B., dalam hal ini dibagian Elektroteknik, perlu diperbesar; mengingat stabilisasi pendidikan.
Untuk mengatasi kekurangan2 staf pengadjar itu perlu diadakan per baikan penghargaan sehingga akan menumbuhkan minat jang lebih besar dikalangan para sardjana untuk mendjadi pengadjar.
2. KOORDINASI (KERDJASAMA). Seminar berpendapat, bahwa:
(a) Kerdjasama jang erat perlu diadakan antara Perguruan Teknik dalam lapangan2: A. pendidikan,
B. industri.
(b). (1). Untuk melaksanakan koordinasi dalam lapangan pendidikan teknik perlu diadakan Badan Koordinasi Pendidikan Teknik, jang anggauta2nja terdiri dari kalangankalangan pendidikan telmik tingkat pertama, menengah dan tinggi.
(2). Badan koordinasi Pendidikan Teknik ini perlu rnendapat peng akuan dari Pemerintah.
(c). Seminar berpendapat bahwa untuk melaksanakan koordinasi antara pendidikan teknik dengan industri, perlu diadakan:
(1). Untuk pendidikan teknik tinggi suatu Lembaga Affiliasi.
(2). Untuk pendidikan Teknik Menengah dan pertama suatu Pani tya kerdja sama jang anggauta2nja terdiri dari pedjabatpedjabat pendidikan menengah dan pertama dan pedjabat2 industri.
(d). Seminar berpendapat pula, bahwa:
(1). Untuk melaksanakan koordinasi dalam lapangan pendidikan per lu diadakan peraturan2 dengan sjarat2 untuk kelandjutan pendi dikan bagi siswa2 teknik.
(2). Untuk mengikuti perubahan2 dalam masjarakat, Badan Koor dinasi Pendidikan Teknik sewaktu2 mengadakan pembahasan, tjeramah, dsb.nja.
(3). Ditekankan, bahwa perusahaan2 dan industri, besar artinja bagi pendidikan tenaga teknik.. Kerdja praktis mahasiswa dan siswa2 diperusahaan/industri/instansi2 perlu terpimpin dan supaja di perhatikan fasilitas2 untuk kehidupan seharihari bagi mereka. (e). Seminar berpendapat pula, bahwa perlu diadakannja kerdjasama jang
(1). dengan memberikan kesempatan kepada para pengadjar untuk mengikuti perkembangan teknik dan saling membantu dalam per soalan2 teknik
, dalam praktek.
(2). dengan mengadakan pembahasan2 bersama mengenai kemadju ankemadjuan perkembangan2 teknik sewaktu2 dalam seminar, kuliah2 umum..
3. PENJELIDIKAN:
(a). Mengingat pentingnja penjelidikan2 elektroteknik bagi kemadjuan dan pembangunan negara, menimbang perlu ada koordinasi dari te nagatenaga ahli elektroteknik serta sardjana2 lainnja se Indonesia dalam penjelidikan2 maka seminar berpendapat bahwa perlu didiri kan suatu Institut Penjelidikan Elektroteknik Pusat.
(b). Mengingat bahwa I.T.B. pada waktu ini adalah satu2nja Pendidikan Teknik Tinggi jang mempunjai bagian elektroteknik serta sudah mem punjai lembaga penjelidikan, maka inti daripada Institut Penjelidik an Elektroteknik Pusat hendaknja diambil dari I.T.B.
c). Untuk pertama kalinja dianggap sangat penting untuk menempatkan laboratorium penjelidikan elektroteknik di I.T.B.
Dalam hal ini sangat diharapkan bantuan dari Pemerintah.
BAGIAN KEEMPAT.
PENGAMANAN DAN NORMALISASI. 1. Pengamanan didalam Elektroteknik.
Pengamanan adalah segala usaha dalam arti seluasluasnja untuk men tjegah, setidaktidaknja mengurangi timbulnja (kemungkinan) bahaja baik setjara langsung maupun tidak langsung terhadap djiwa, raga dan barang.
Seminar menginsjafi, bahwa didalam bidang Elektroteknik bahaja sebagai dinjatakan diatas sangat njata, sehingga pengamanan harus mendapat perhatian sepenuhnja pada waktu sekarang maupun didalam segala usaha pembangunan 'kemudian.
(a). Peraturan dan ketentuan2 untuk mclaksanakan pengamanan didalam bidang Elektroteknik jang ada di Indonesia antara lain ialah:
(1). Peraturan umum untuk instansi2 listrik aruskuat di Indo nesia (A.V.E.), jang berlaku sebagai norma Indonesia serta di sahkan Pemerintah berdasarkan undang2 keselamatan Kerdja (L.M. 1910 no. 406 s/d L.M. 1931 no. 168 dan Surat Kepu tusan Kepala Djawatan Keselamatan Kerdja tertanggal 12121938 no. S. 67/1/9.).
(2). Peraturan untuk pembangunan saluran2 listrik luar (V.A.B.) jang telah disusun lengkap oleh Panitia Dewan Normalisasi, akan tetapi belum mendapat pengesahan. Meskipun demikian sudah dipakai sebagai pedoman di Indonesia.
(3). Peraturan mengenai gangguan saluran2 aruslistrik lemah oleh saluran2 arus listrik kuat (V.I.B.Z.W.A.D.S.), jang telah tersusun rentjananja akan tetapi belum mendapat pe ngesahan. Meskipun demikian sudah dipakai sebagai pedoman di Indonesia.
(4). Peraturan Propinsi untuk pengamanan terhadap dan per lindungan dari saluran2 aruslistrikkuat diatas tanah de ngan alat peralatannja, jang diumumkan berlaku oleh propinsi2 bersangkutan.
Seminar herpendapat bahwa peraturan2 tersebut diatas dan lain2nja perlu segera ditindjau kembali dan dimana perlu dirobah, ditambah dan diperbaiki sesuai dengan perkembangan dan kemadjuan teknik masa ini didalam dan diluar negeri.
(b). lnstansi2 jang diberi tugasuntuk melaksanakan peraturan2 tsb. diatas antara lain adalah:
(1). Kementerian P.U. & T.P.L.N.
(2). Kementerian Perburuhan — D.P.K.K.
(3). Kementerian Perhubungan Darat — P.T.T., D.K.A. dll.
2. Normalisasi didalam Elektroteknik.
Normalisasi adalah sjarat mutlak untuk pengamanan, penghematan dan keseragaman.
Seminar berpendapat perlu untuk segera demi kepentingan peng amanan dan penghematan:
(a). Menetapkan tjara2 sjarat2 pemeriksaan bahan2 dan barang2 Elektroteknik, jang berlaku di Indonesia.
Untuk ini diperlukan koordinasi laboratoria jang mendjalankan pemeriksaan tsb.
Berhubung di Indonesia sudah diperdagangkan barang? Elektro teknik buatan dalam negeri jang terbukti kebanjakantidak men tjukupi sjarat2 mutu dan pengamanan, mengandjurkan agar fi hak Pemerintah mengharuskan kepada industri pembuat barang2 tsb. untuk memeriksakannja sehingga dengan demikian mendja min mutu dan keselamatan maupun perbaikan industri2 tsb.
Mengandjurkan agar dengan segera dibentuk laboratorium jang otonom, guna pelaksanaan pemeriksaan setjara tidak berfihak. (b). Menetapkan tjara2 dan sjarat2 teknis didalam mengimpor
bahan2 dan barang2 Elektroteknik, agar terdjamin mutu ba hanbahan dan barang2 tsb.
Mengandjurkan agar dengan segera dibentuk Panitia Negara Im por Bahan2 dan barang2 teknik untuk melaksanakan tjara2 dan sjarat2 teknis tsb.. Dan pula demi kepentingan keseragaman dida lam segala lapangan usaha Elektroteknik (pendidikan, penjelidi kan, pemeriksaan dan penggunaan).
(c). Menetapkan istilah2 definisi2 dan simbol2 Elektroteknik. Mengandjurkan agar istilah2 Elektroteknik jang telah ditetap kan Panitia Istilah Fakultas Sastra ditindjau kembali oleh golong an jang bersangkutan dengan Elektroteknik.
Mengandjurkan pula agar definisi2 dan simbol2 jang telah dite tapkan dalam bidang Internasional dan diterbitkan oleh Interna tional Electrotechnical Commission dipergunakan oleh Negara Republik Indonesia.
(d). Menetapkan sistim satuan Elektroteknik.
Mengandjurkan agar sistim satuan Elektroteknik jang dipergu nakan oleh Negara Republik Indonesia sesuai dengan ketetapan2 jang diambil oleh International General Conference of Weights and Measures dan dipergunakan sebagai dasar oleh International Electrotechnical Commission.
Seminar menginsjafi pula, pokok kemadjuan didalam segala la pangan usaha Elektroteknik adalah ketelitian pengukuran, bahwa ketelitian pengukuran tidak terlepas dari penerimaan, bahwa pe nerangan tidak terlepas dari lembaga2 dasar (primary standars). Dengan demikian adalah sjarat mutlak bahwa Negara Republik Indonesia memiliki Lemhaga2 Elektroteknik Nasional, jang diper lengkapkan pada Djawatan Metrologi untuk disimpan, diurus dan dibandingkan dibawah naungan Panitia Lembaga2 Elektroteknik.
3. Andjuran.
Mengingat segala persoalan panting jang tertjantum diatas me ngenai pengamanan dan normalisasi, maka Seminar berpen dapat agar dibentuk P A N I T I A – T E T A P ELEKTROTEKNIK didalam rangka organisasi D E W A N N O R M A L I S A S I I N D O N E S I A, jang setjara kenjataan dapat berdiri dengan segera dan merupakan panitia kerdja, guna memetjahkan persoalan2 njata timbul pada waktu ini maupun dikemudian hari.
Panitia ini dengan segera dapat membentuk subpanitia2 teknis untuk memetjahlcan persoalan2 tsb.
Mengandjurkan agar PanitiaTetap Elektroteknik tsb, a.l. terdi ri dari anggauta2 inti sebagai berikut:
1. Kementerian P.U. dan T. — P.L.N. 2. Kementerian Perburuhan D.P.K.K. 3. Kementerian Perhubungan — P.T.T., D.K.A.
4. Kementerian P.P. dan K. — Pe'rguruan2 Tinggi Tehnik. 5. Importir dan Perusahaan2 dagang.
6. 1ndustri bahan2 dan barang2 listrik Indonesia. 7. Kementerian Perdagangan Djaw. Metrologi. 8. Kementerian Perindustrian Rakjat B.P.B.
Mengandjurkan pula agar PanitiaTetap tsb. dengan segera mem bentuk subpanitia sebagai berikut jang kini telah mendjadi persoalan nja ta dan mendesak:
1. Subpanita istilah2 definisi2 dan simbol Elektroteknik.
2. Subpanitia Pengamanan dan Peraturan2 untuk instalasi2 listrik.
3. Subpanitia Perumusan tjara2 dan sjarat2 teknis didalam mengimpor bahan2 dan barang2 Elektroteknik.
4. Subpanitia sistim satuan dan Lembaga2 Eloktroteknik.
5. Subpanitia tjara2 dan sjarat2 pemeriksaan bahan2 dan barang2 Elek troteknik.
6. Subpanitia Koordinasi untuk mengatasi kesulitan2 dan Perentjanaan penjelidikan besama untuk mengatasi. kesulitan2 tsb.
Agar diperhatikan bahwa pembentukan PanitiaTetap Elektroteknik tsb. bukanlah pembentukan organisasi baru, melainkan perluasan tugas dan anggauta dari sesuatu Panitia jang telah ada didalam rangka organisasi Dewan Normalisasi Indonesia.
INDUSTRI GAS. I. PENDAHULUAN.
Terlebih dahulu diterangkan, hahwa tudjuan utama dari tulisan ini jaitu, agar supaja soap jang dikemukakan, dapat direnungkan dan diperbintjangkan bersatna2 oleh jang berkepentingan sehingga ke mudian dapatlah disusun suatu rentjana pekerdjaan jang tentu garis dan batasnja dan pelaksanaannja dapat dipertanggungdjawabkan. Tidak berlebihlebihanlah djika disini dikatakan, bahwa bagi kalangan kita umumnja Industri Gas itu masih merupakan soal jang asing. Maka dapat dimengertilah, djika perkembangan „Gas” dilingkungan Direktorat Djenderal Tenaga dari Kementerian Pekerdjaan Umum dan 'I'enaga sangat djauh ketinggalan dibandingkan dengan per hatian jang ditumpahkan kepada „Kelistrikan”. Untuk memadju kan kelistrikan umpamanja sudah ditetapkan adanja rentjana lima tahun jang sudah konkrit, 1 1). Lain hannja dengan „Gas” jang mung kin berdasarkan penglihatan jang hanja bersifat sepintas lalu sadja dianggap tidak begitu penting, djika dibandingkan dengan „Listrik”. Tetapi djika kita memperhitungkan pertimbangan2 jang mendorong Pemerintah untuk memutuskan dinasionalisasikannja Perusahaan2 Gas disamping/sesudah Listrik (lihat surat keputusan Presiden Re publik Indonesia tgl. 3 Oktober 1953. No. 163/53), maka tentunja dibelakang pengambilan keputusan itu sudah terbajang kemanfaat annja dari suatu Industri Gas, walaupun tidak diuraikan dengan setjara mendalam. Didalam usaha menjusun rentjana kerdja jang konkrit bagi kami tclah timbul pertanjaan:
„Dapatkali Industri Gas di Indonesia kelak dibawa kearah suatu Industri jang berfaedah bagi penzbangunan Negara?”.
Untuk mendjawab pertanjaan ini, maka kami sadjikan uraian jang berikut guna didjadikan ukuran dalam mendjawab pertanjaan ter sebut diatas.
Untuk menentukan batas2 pekerdjaan jang bersangkutan dengan gas, sebaiknja ditetapkan dahulu aspek2 apa jang dikandung oleb perkataan „Industri Gas.” Kami kemukakan disini definisi jang telah ditetapkan oleb „Institution of Gas Engineers” di Negeri Inggeris jang berbunji sebagai berikut:
The Gas Industry means:
a) the manufacture or distribution of gas;
industri itu sudah mengalami pengalaman2 berpuluhpuluh tahun dan mempunjai arti jang mengaaam dikalangan rakjat, bukan hanja pembuatan gas sadja akan tetapi disampingnja termasuk pula pem buatan kokas, ammonia dan hasil tambahan lain dari ter. Didalam hal ini tidak ada salahnja, djika definisi Industri Gas sebagai ditafsirkan oleh Ahli Tehnik2 Gas di Inggeris itu diambil oper un tuk dipergunakan sebagai patokan dikalangan kita. Hanja perlulah dihentangkan disini, bahwa jang dimaksudkan dengan perkataan „Gas” didalam hal ini, jaitu kota (city gas') jang dihasilkan baik dari batubara, maupun bahan2 lain guna keperluan „public utility” un tuk membedakan dari perkataan „industrial gases"4) seperti Oksigen, Hidrogen, Karbondioksida dll. atau „amilitary gases” seperti brom aceton, phosgene, mustardgas dll.
II. KESAN2 MENGENAI INDUSTRI GAS DI INGGERIS.
Sebelum mempersoalkan industri tersebut di Indonesia tidak ada salahnja, djika. disini d.ikemukakan dahulu, bagaimana keadaan in dustri gas dinegeri Inggeris, sahib satu negeri di Eropah Barat jang telah boleh dikatakan bersedjarah dalam lapangan ini jang telah di tindjau oleh penulis dari dekat. Sebagaimana diketahui Industri Gas di negeri tersebut semendjak tahun 19486) dikemudikan oleh Peme rintah jang telah menundjukkan dapat membawa industri tersebut kearah perbaikan g) Tjara organisasinja jang, teratur7) dapatlah mela lui kesukaran2 jang disebahkan oleh nasionalisasi dan Ministry of Fuel and Power dapatlah kini mengatur pengolahan dan pembi naan kekajaan alam negeri Inggeris guna menjediakan tenaga gas dan alat2 pembakar kokas dan hasil2 tambahannja dari suatu ba dan pusat.
Marilah kita sebentar selidiki dahulu bahan2 apakah dan alat2 apakah jang sekarang dipergunakan oleh Industri Gas di. Inggeris. Di Negeri ini jang beruntung mempunjai kekajaan alam berupa „Coking Gas Coal” dalam kwalitet banjak, maka bahan kasar inilah jang mendja di bahan pokok untuk membuat gas.
Batubara matjam ini jang susunannja kira2
seperti berikut:
KarbonHidrogen — 75 sampai 90%
Susunan bebas dari abu. — 4,5 „ 5,8%
Oksigen — 6 „ 15%
Nitrogen — 6 „ 15%
8) Telah beruparupa bentuk konstruksi oven jang dipakai, ada jang merupakan oven retort. horizontal, oven retort tjondong, oven retort vertikal, oven kamar horizontal, oven kamar vertikal baik jang di djalankan dengan setjara „continuously” maupun „intermittently”, tetapi bagaimanapun matjam konstruksinja oven proses gasifikasi didalam semua pesawat2 ini didasarkan atas dasar pendapatnja Murdoch tsb. jang biasa disebut:
„Dry distillation of coal in closed vessels without contact with the air”.
Disamping oven gas jang disebut diatas, banjak pula dinegeri ini batubara jang dikarbonisir dalam oven hasil tambahan („Byproduct Recovery Oven") 9) didalam hal mana tudjuan proses jaitu membebas kan gasnja dari batubara sehingga didapat hasil sisa berbentuk kokas dan hasil tambahan jang berupa ter dan air ammoniak. Dulu gas rendah jang tidak memenuhi sjarat2 untuk dipergunakan sebagai bahan kasar guna membuat gas. kota .jang harga kalorinja di negeri ini ditetapkan harus kira2 500 B. Th.U/Cu.Ft. Cokesoven jang sekarang dipergunakan di Inggeris semuanja diperuntukkan mengkarbonisir matjam batubara tertentu, jaitu „Coking Gas coal. Cokesoven Orthodox ini biasanja didasarkan atas proses2 Simon Carves, Becker atau Koppers.
Usaha2 jang sedang dilakukan untuk mendapatkan suatu proses jang dapat pula menggunakan „noncoking' coal” sebagai bahan dasar dengan toch menghasilkan kokas jang berkwalitet baik. Proses2 ini di Amerika dan di Djerman sudah lama ditjari oleh Ahli2 Teknik di negara itu dan dapat dikemukakan, bahwa didalam lapangan ini seka rang dapatlah disinjalir diketemukannja tiga matjam proses jaitu: 12)
1. National Fuel Process jang telah dikerdjakan sedjak tahun 1936 oleh Ahli2 Tehnik „National Fuel Corporation of New York” dan „The American Cynamid Company”.
2. Brennstof Technic Process pendapat ahli2 tehnik Djerman jang telah mendirikan satu „plant” komersil di Marienan (Saar).
Kokas dan uap air untuk pembuatan „Uncarburetted Watergas”; Kokas, uap air dan minjak gas atau minjak berat untuk pem buatan „Corburetted Water Gas"j
Untuk keperluan ini telah banjak pula matjam pesawat jang dikon struir, dari pesawat jang seluruhnja atau sebagiannja didjalankan setjara automatis, baik jang digunakan tenaga mechanis, maupun tenaga hydraulis sampai pesawat jang didjalankan pakai tangan, te tapi bagaimanapun tiara konstruksinja pesawat2 ini, jang mendjadi pokok dasar proses pembuatan gas air ini adalah proses Lo Lowe jang untuk pertama kali didjalankan di Phoenixville di Amerika da lam tahun 1873 dan dimasukkan. ke Inggeris dalam tahun 1888
C.V. — 0,55— 295 Bth.U/Cu.Ft.% ;
Djika gas air Biru ini dikarburir pakai minjak gas atau minjak berat jang mengeluarkan gas hidrokarbon terdapatlah Carburetted Water Gas dengan susunan:
C.V. — 500 Bth. U/Cu.Ft. Sp. Gr. — 0,648
njataan, bahwa minjak gas atau minjak berat untuk keperluan kar burasi termasuk bahan hakar.jang hams dimasukkan dari Luar Ne geri.
Tetapi, walaupun demikian pemakai bahan kasar ini terus diper besar bukan sadja sebagai alat karburasi, sebagaimana diterangkan tadi, akan tetapi pula sebagai bahan dasar untuk membuat Oil Gas (Minjak gas) jang mempunjai susunan dan harga kalori sama dengan gas batubara kwalitet tinggi. Usaha penghematan pemakaian batu bara gas kwalitet tinggi, terus mendapat perhatian jang dapat dibukti kan dengan diindahkannja „research” kearah membuat gas integral 15) dengan menggunakan „noncoking coal” sebagai bahan kasar. Tjara jang dipakai untuk membuat gas integral ini, jaitu jang disebut „com plete gasification process” jang didasarkan atas predestilasi batubara dalam retort dan' diikuti oleh „cycli gasification” .kokasnja didalam generator jang berada dibawah retort. Djadi pesawat gas integral ini boleh dikatakan suatu.pesawat kombinasi gas batubara/gas air. Tjara nja diakui mempunjai keuntungan, djika 'dibandingkan dengan kom binasi dan pembuatan gas air terpisah; harga kapital lebih ren dah dan dari sudut pemandangan tehnis, didalam hal pembuatan gas ini tidak usah dilakukan penjiraman kokas jang berpidjar jang dike luarkan dari oven kamar dengan air dan disamping itu kerugian jang disebabkan oleh terbuangnja sebagian dari kokas dalam bentuk „bree ce” jang terdapat dalam „dual system” dapat dihindarkan. Termi nologi gas integral dipakai untuk gas air jang menggandung bahan2 dapat terbang jang dikandung didalam batubara seperti diatas. Disamping pemberian gas kekotakota sebagaimana diterangkan diatas dibeberapa tempat di Inggeris sudah mulai dilakukan: pem bagian gas methaan jang terdapat ditambangtambang batubara. Usaha mendapatkan gas alam sematjam di Amerika dan Italia sekarang sedang sibuk dilakukan didaerah Yorkshire untuk keper luan mana Gas Council bekerdja bersama2 dengan Iranian Oil Company.
Sekian gambaran tentang bahan2 kasar jang kini dikepulauan Ingge ris sedang dieksploitir oleh Pemerintah untuk membuat gas, kokas, ammonia dan ter bagi kepentingan Negara dan masjarakat.
III. SEPINTAS LALU MENGENAI INDUSTRI GAS DI INDONESIA.
Pada ketika ini jang memiliki perusahaan2 gas, baru kota2 besar se perti Djakarta, Bogor, Bandung, Tjirebon, Surabaja di Pulau Djawa, Medan di Sumatera dan Makasar di Sulawesi. Semua perusahaan2 gas ini masih didjalankan oleh OGEM, ketjuali perusahaan gas Tji rebon jang mulai 1 Djanuari 1954 telah dinasionalisir oleh Pemerin tah. Perusahaan gas ini dilengkapi dengan oven kamar atau retort modal tua jang dipergunakan untuk „dual process” jaitu pembuatan gas. kota disampingnja pembuatan kokas disertai ter dan air ammo nia. Batubara jang paling tjotjok sebagaimana sudah dikatakan diatas bagi pabrik2 gas sematjam ini, jaitu „Coking Gas Coal”.