BAB 31. PRODUKSI
GARIS BESAR PEMBANGUNAN BIDANG PRODUKSI PANGAN
§416. Rentjana I, mentjukupkan sendiri produksi “Pangan”
Tudjuan dengan meningkatkan produksi bahan makanan pada tahap pertama dari Rentjana I, ialah untuk segera menghenti kan impor bahan makanan, dengan kata lain segera mentjapai selfsupporting dalam memenuhi keperluan bahan makanan rak
Bahanz makanan lainnja seperti gula, minjak kelapa dan bahan bakar seperti minjak tanah tjukup persediaan didalam negeri. untuk konsumsi sebagai bahan makanan, dan untuk memasak tetapi tidak lantjar distribusinja.
§417. Persediaan beras
Dalam rentjana meningkatkan produksi bahan makanan di In donesia pada tahap pertama Rentjana I ini, perhatian terbesar diarahkan pada meningkatkan hasil beras.
Bahan2 makanan lain jang merupakan equivalent beras, sudah baik bila produksinja dipertahankan pada keadaan sekarang. Dengan menghitung perkembangan penduduk 2,3% setiap tahun dan target konsumsi beras per kapita pada tahun (1961 dan 1962 adalah 100 kg., untuk tahun 1963 dengan 102 kg, 1964 105 kg, pada tahun 1965 dengan 110 kg, tahun 1966 dengan 112 kg serta 1967 dan 1968. dengan 115 kg; maka dapat dihi tung berapa keperluan beras setiap tahun.
Dengan membandingkan pada produksi tahun 1959 dapat di lihat kekurangan persediaan beras untuk tahun2 berikutnja. Persediaan beras itu harus ditambah dengan 1%, 3% dan 5%
untuk bufferstock dan persiapan menghadapi kemungkinan malapetaka.
Berdasarkan keterangan diatas dapat dilihat kekurangan beras dari tahun ke tahun.
Daftar ke I:
ICHTISAR KEBUTUHAN AKAN BERAS DAN KEKURANGAN TAHUN 1961 — 1969. BERDASARKAN PRODUKSI 1959.
520
No. Tahun Keperluan Djumlah K e p e r 1 u a n Produksi Kekurangan/
perkapita penduduk Nominal/ton % Bufferstock berturut2 (1.3.5.5.5.5.5. )
Djumlah ton 1959/ton ton
§418. Rentjana Usaha untuk meningkatkan produksi „beras”
Untuk dapat mengurangi impor beras pada tahun 1961 dan se terusnja harus ada usaha2 tambahan dalam bidang produksi. Usaha2 jang dapat menaikkan produk'si itu ialah :
a. Intensipikasi. b. Ektensipikasi.
Mengingat keadaan negara Republik Indonesia sekarang ini pa da umumnja, maka untuk tahap pertama dari Rentjana I ini da pat diadakan segera usaha2 intensipikasi, dibeberapa daerah dipulau Djawa pada 1961, dan diseluruh Indonesia pada tahun b. Dengan intensipikasi massal sebagai pendahuluan untuk
betas per ha = 6.370 ton.
Padi Sentral akan ditjapai tambahan hasil ± 20% s/d 40%, §420. Pada pokoknja usaha2 intensipikasi ini didjalankan dengan :
a. Perbaikan dan pembangunan irrigasi. b. Pemupukan kimia.
c. Pembasmian hama. d. Pemakaian bibit unggul.
e. Penjempurnaan alat2 pertanian. f. Penjuluhan pertanian,
Usaha ektensipikasi pada tahun pertama dari Rentjana I ini terutama dengan perluasan areal dengan selesainja waduk2 (pe ngairanpengairan sedang/ketjil jang sudah dimulai pada tahun ini (1959/1960), dan pembangunan irrigasi baru di Sumatera dan Sulawesi, Nusa Tenggara seluas 1000.000 ha. dan bebera pa pembukaan sawah kering. Usaha ektensipikasi djangka pan djang harus sudah dimulai penelitian tentang kemungkinan2 kenalisasi di Sumatera dan Kalimantan.
c. Selesainja dam dan rehabilitet pengairan di Djawa Barat dan Sumatera Selatan jang memperluas areal sawah dengan 63.700 ha maka tambahan hasil tahun keI sebanjak 0,1 ton beras per ha = 6.370 ton.
Djumlah seluruhnja tambahan hasil = 541.370 ton.
Kekurangan seluruhnja = 1.489.011 — 541.370 ton = 947,641 b. Intensipikasi massal meliputi 2.000.000 ha dengan
tambahan hash = 500.000 ton beras. hasil tambahan rata2 0,1 ton beras/ha = 100.000 ton. Djumlah tambahan hasil tahun 1962 = 2.054.610 ton,
c. Selesainja Djatiluhur seksi II jang memberikan tambahan areal 60.000 ha dengan hasil = 66.000 ton.
d. Hasil padi ladang tahun 1962. + dengan pembukaan baru seluas 500 ha tambahan hasil 250 ton.
e. Selesainja rehabilitasi pengairan sedang di Djawa sebanjak 12.600 ha = 13.860 ton.
Berarti pads tahun 1953 ada kelebihan beras sebesar 2.548.068 1962) dengan hasil tambahan 25% = 233,839ton.
h. Padi sentra 2.000.000 ha (areal tahun 1962) dengan kenaikap 45% — 25 % dengan hasil = 440.000 ton,
Djumlah tambahan hasil padi tahun 1964 = 3.233.979 ton. Berarti ada surplus 3.233.979 ton — 3.106.613 ton = 127.366 c. Perluasan areal sawah karena. pembangunan irigasi seluas
401.000 ha a 0,1 ton beras = 40.100 ton.
d. Tambahan hasil dari intensipikasi padi Sentra tahun 1964 seluas 5.851.360 ha pada tarap ke2 a 5%/ha = 321.770 ton.
ha,dengan tambahan hasil 45%/ha = 89.100 ton.
Berarti ada djumlah tambahan persediaan beras dalam negeri = 3.917.983 ton. Surplus 3.917.903 — 3.909.110 ton = 8.873 ton.
§ 426. Usaha dalam tahun 1966
Pada tahun 1966, tambahan hasil beras diperoleh dengan : a. Djumlah tambahan hasil tahun 1965 = 3.917,983 ton beras.
b. Tambahan hasil dad (1965 sub. h) dengan Intensipikasi masal 120.000 ton ha dengan tambahan hasil 20% X 132., ribu ton = 26.400 ton, b. Intensipikasi dengan Padi Sentra dari areal 120.000 (1966
sub, b) memberikan kenaikan 50%/ha 39.600 ton beras.
10. Daftar ke II.
USAHAUSAHA MENAIKKAN PRODUKSI BERAS DARI TAHUN 1961 — 1969.
Kekurangan Usaha2 menaikkan produksi Djumlah Kekurangan Kelebihan Impor / Ekspor
No. Tahun jang dihadapi (ton) (ton) (ton) (djutaan rupiah)
(ton) P r o j e k Hasil (ton)
1. 1961 1.489.011 Padi sentra 500.000 ha Intensipikasi masal 1.240.000 ha
Dam dan rehabililasi pe ngairan di Djawa dan Sumatera Selatan 63.700 ha
225.000 310.000
6.370
541.370 947.641
5.685
Kekurangan Usaha2 menaikkan produksi Djumlah Kekurangan Kelebihan Impor / Ekspor
No. Tahun jang dihadapi (ton) (ton) (ton) (djutaan rupiah)
(ton) P r o j e k Hasil (ton)
2. 1962 1.903.682 Padi Sentra 3.000.000 ha.
Intensipikasi masal 2.000.000 ha.
Saluran detail di Djawa 17.500 ha.
Seksi I Djatiluhur 60.000 ha,
Dam dan rehabilitasi irigasi 63.700 ha. Pembukaan sawah ke ring 500 ha
Intensipikasi 1.000.000 ha. padi ladang dan pogo dengan tambahan hasil 0,1 ton beras/ha
1.350.000
500000
19.250
66.000
19.110
250
100.000
2.054.610 150.928
Kekurangan Usaha2 menaikkan produksi Djumlah Kekurangan Kelebihan Impor / Ekspor
No. Tahun jang dihadapi (ton) (ton) (ton) (djutaan rupiah)
(ton) P r o j e k Hasil (ton)
3. 1963 2.0540.922 Djumlah tambahan hasil tahun 1962
Intensipikasi masal selu ruh tambahan sawah sd. 1962, 846.500 ha.
Seksi II Djatiluhur 60.000 ha,
Padi ladang th. 1962 Pengairan sedang dan ketjil di Djawa 12.600 ha.
Rehabilitasi dan pe njempurnaan irigasi 40.000 ha.
Hasil tambahan th, ke3 dari sawah 63.700 ha.
Surplus th, 1962
2.054.610
199.310
66.000
250 13.860
44.000
19.110
2.397.140 150.928
2.548.068 7.146
Kekurangan Usaha2 menaikkan produksi Djumlah Kekurangan Kelebihan Impor / Ekspor
No. Tahun jang dihadapi (ton) (ton) (ton) (djutaan rupiah)
(ton) P r o j e k Hasil (ton)
4. 1964 3.106.613 Djumlah tambahan hasil tahun 1963 Padi ladang 500 ha, Intensipikasi Djatiluhur dengan padi sentra, de ngan tambahan hasil 45% dari. 120.000 ha. Waduk di Djawa 5.000 ha.
Hasil tambahan tahun Ke4 dari 63.700 ha. Hasil tambahan seksi III Djatiluhur 60.000 ha. Intensipikasi dengan P.S. 2.000.000 ha, (I.M. tahun
1962)
Intensipikasi dengan P.S. 851.360 ha (I.M. tahun 1963
2.397.140
250 59.400
5.500
31.850
66.000
440.000
233.839
3.233.979 127.366
Kekurangan Usaha2 menaikkan produksi Djumlah Kekurangan Kelebihan Impor / Ekspor
No. Tahun jang dihadapi (ton) (ton) (ton) (djutaan rupiah)
(ton) P r o j e k Hasil (ton)
5. 1965 3.909.110 Djumlah tambahan ha sil tahun 1964 .
Hasil tambahan tahun KeI 120.000 ha.
Perluasan sawah dengan irigasi 401.000 ha. Tambahan hasil 5.% dari
intensipikasi dg. P.S. 5.851.360 ha tarap keII. Tambahan hasil intensi pikasi dengan P.S. 63.700 ha tarap keII: Seksi keIV Djatiluhur dengan 60.000 ha. Intensipikasi dg. P.S. 180.000 ha, dengan tam bahan 45%
3.233.979
132.000
40.100
321.770
35.034
66.000
89.100
3.917.983 8.873
Kekurangan Usaha2 menaikkan produksi Djumlah Kekurangan Kelebihan Impor / Ekspor
No. Tahun jang dihadapi (ton) (ton) (ton) (djutaan rupiah)
(ton) P r o j e k Hasil (ton)
6. 1966 4.408.584 Djumlah tmbahan ha sil tahun 1965
Tambahan intensipikasi masal 120.000 ha. Tambahan hasil tahun keII 410.000 ha di Su matra Barat dan Sula wesi Tengah
Tambahan hasil padi sentra 3.000.000 ha. ta rap keIII.
3.917.983
26.400
80.200
825.000
4.849.583 440.999
Kekurangan Usaha2 menaikkan produksi Djumlah Kekurangan Kelebihan Impor / Ekspor
No. Tahun jang dihadapi (ton) (ton) (ton) (djutaan rupiah)
(ton) P r o j e k Hasil (ton)
7. 1967 5.038.789 Djumlah tambahan ha sil tahun 1966
Intensipikasi dengan pa di sentra sawah 120.000 ha.
Intensipikasi dengan pa di sentra tarap keIV sawah seluas 3.000.000 ha.
Intensipikasi dengan pa di sentra tarap keIII sawah seluas 2.850.360 ha.
Tambahan hasil tahun keIII dari sawah
401.000 ha diluar Djawa. Irigasi baru 85.100 ha á 0,1 ton/ha
4.849.583
39.600
825.000
781.349
120.300
8.510
6.624.342 1.585.553
Kekurangan Usaha2 menaikkan produksi Djumlah Kekurangan Kelebihan Impor / Ekspor
No. Tahun jang dihadapi (ton) (ton) (ton) (djutaan rupiah)
(ton) P r o j e k Hasil (ton)
8. 1968 5.340.905 Djumlah tambahan produksi tahun 1957 Intensipikasi path sentra tarap keIV dari sawah seluas 2.850.360 ha. Hasil tambahan sawah 401.000 ha diluar Djawa tahun keIV
Rehabilitasi pengairan 90.932 ha.
Irigasi baru seluas 297.000 ha
6.624.243
781.349
200.500
100.025
297.000
8.003.116 2.662.211
§ 429. Kesimpulan
a. TahunSurplus beras ton
1961 import
1962 + 150,928
1963 18.852 (kekurangan ini bisa..diisi dengan sur plus tahun 1962).
1. sampai dengan tahun 1959 = 5.829.000 ha 2. tambahan dengan selesainja 45%, 50%, 75% dan pada sebagian daerah dimungkinkan sampai 100%.
e. memberikan fasiliteit jang tjukup baik bagi petani, dalam, mendapatkan pupuk, alat2 pertanian, bibit, obat pemberan tasan hama dsb.
Kemungkinan tambahan hasil sampai 100% ini pada tarap jang terachir tidaklah berlebih2an djika dibandingkan de ngan hasil pertjobaan dari Jajasan Lembaga Penjelidikan Keilmiahan di Klaten, jang oieh Jagus dibuktikan bahwa kenaikan hasil dengan intensipikasi terutama dengan menggunakan bibit unggul sampai mentjapai ± 190% jaitu dari hasil 1,1 ton beras/ha mendjadi 3 ton beras/ha. Untuk mendjamin kepastian pelaksanaan, maka sebagai dasar per hitungan hasil pertjobaan tersebut digunakan sebagai pe doman belaka bukan sebagai target jang harus ditjapai, pada tahap pertama dari Rentjana I ini.
Pertjobaan itu diperkembangkan dan diperluas dibeberapa matjam tanah dan iklim di Indonesia dan setelah maraca baru dapat diambil sebagai dasar perhitungan untuk selu ruh Indonesia
d. Djenis pupuk Sang diperlukan ialah :
1. Semua sawah untuk penanaman padi memerlukan ¼ kw. D.S./ha,
dan untuk Djawa Barat dan Sumatera ditambah dengan 1 kw. Z.K./ha,
§ 430. Hal2 jang mesti diperhatikan
Gerakan intensipikasi dengan tambahan hasil sampai 100% itu, haruslah memenuhi sjarat antara lain dengan mengintensipkan organisasi dan administrasi penjelenggaraannja, sehingga ba danbadan jang mengorganisasi dan para petani akan berusaha dengan effisiensi jang maximal,
Untuk itu diperlukan antara lain : a. lantjarnja distribusi pupuk,
b. plafond harga betas jang menarik dibandingkan dengan harga barang lain.
c. menggiatkan usaha2 swasta dalam gerakan jang berhubung an dengan produksi,
§ 431. Biaja Intensipikasi
a. Biaja intensipikasi th. 1961,
Pada tahun 1961 biaja intensipikasi adalah : 1. padi sentra Rp. 674.160.000,
2. Intensipikasi
massal Rp. 778.900.000,
Djumlah Rp. 1.453.060.000, = ± 1,47 miljard rupiah,
b. Biaja intensipikasi th. 1962,
Pada tahun 1962 areal jang sudah diintensipikasikan de ngan :
1. padi sentra seluas 3.000.000 ha.
2. intensipikasi masal 2.000.000 ha.
jang akan menambah produksi dengan 1.850.000 ton beras, dengan biaja
(a) Padi Sentra:
(1).belandja pegawai Rp. 84.000.000,
(2).„ barang „ 3.142.000.000,
(3) „ modal „ 83.300.000,
(4). training kader „ 6.000.000, Djumlah I Rp. 3.3 5.300.000,— (b).
Intensipikasi massal:
(1). bibit padi unggul Rp. 400.000.000, (2). Obat2an pemberantasan
hama/Penjakit „ 28.600.000, (3). Pompa tekanan tinggi „ 2.400.000, (4). Perbaikan irigasi desa „ 20.000.000, (5). Pompa air untuk irigasi „ 42.000.000, (6). pupuk buatan „ 306.000.000, (7). pembibitan tanaman
pupuk hidjau „ 5.000.000, (8). slat' pertanian „ 33.000.000, (9). penjaluran/intruksi „ 6.000.000, (10). perlombaan/gerakan „ 10.000.000, Djumlah II Rp. 853.500.000,
(c). Untuk 1.000.000 ha padi ladang dan padi gogo di taksir biaja untuk bibit unggul dan pemberantasan
hama ... Rp. 425.000.000,
f. Biaja intensipikasi tahun 1966
Biaja intensipikasi sama dengan tahun 1965 j.i. Rp. 7,83 miljar.
g. Biaja intensipikasi tahun 1967
1. Biaja intensipikasi tahun 1966 = Rp. 7,83 miljar.
2. Padi Sentra 120.000 ha (Djatiluhur) = Rp. 132.612.000. Djumlah biaja intensipikasi tahun 1967 = Rp. 7.962.612.000 = Rp. 7.963 miljar,
h. Biaja intensipikasi tahun 1968
Biaja intensipikasi sama dengan biaja tahun 1967 j.i. Rp, 7.963 miljar.
Diperhitungkan investasi diperlukan sebanjak Rp. 18,150 miljar, j.i. biaja sampai dengan tahun 1964 didjadikan Rp. 18,135 miljar (disesuaikan dengan alokasi Depernas). Sesudah tahun 1964 mengingat perluasan intensipikasi ham pir mentjapai maxsimumnja, maka projek ini sudah dapat membiajai sendiri usaha2nja, bahkan. sudah memberikan ke untungan.
§ 432. Impor (pupuk) dan pendirian pabrik untuk intensipikasi,
1. Pabrik E.S. di Djawa dengan kapasitet 100.000 ton se tahun,
2. Pabrik Urea di Palembang dengan kapasitet 100.000 ton setahun.
Persiapan2 pendirian pabrik pupuk ini dimulai pada tahun 1961 daft selesai pada tahun 1962, kemungkinan ini harus diper luas untuk tahun2 berikutnja untuk mengurangi impor pupuk. Mengingat adanja somber seperti gas alam dan 1ain2 maka ha rus diselidiki mulai tahun 1961 kemungkinan mendirikan pa Pabrik pupuk jang menghasilkan nitrogeen (N) diperlukan untuk palawidja dan perkebunan. Untuk keperluan intensipi kasi pada terutama diperlukan phosfat (P2O5) jang bahan hak nja tersedia terutama dipulau Djawa untuk memenuhi keper
Untuk menghindari kematjetan pemupukan jang merata dan tepat pada waktu diperlukan, haruslah diperhatikan :
a. kemampuan pengangkutan dan organisasi distribusi, harus dibangun sesuai dengan kebutuhan terhadap pupuk dise luruh daerah dari tahun ketahun,
b. persediaan pupuk harus melebihi dari keperluan untuk padi dan tjukup pupuk jang tersedia untuk keperluan perkebunan terutama jang berada disekitar persawahan, untuk menghindari spekulasi pupuk,
Hal ini berarti :
1. penetapan harga betas jang tidak terlalu rendah.
2. atau untuk pupuk harus diberikan subsidi chusus bila, harga betas ditetapkan dengan rendah.
d. diadakan sematjam balas djasa tambahan, bag' badan2 jang mengurus organisasi intensipikasi produksi beras pada umumnja, dalam pemakai.an pupuk chususnja, seimbang de ngan hasil kenaikan produksi beras jang ditjapai didaerah operasinja dan hukuman jang tjukup berat terhadap penja lahgunaan kekuasaan atau melalaikan kewadjiban.
Projek2 itu ialah :
a. Kanalisasi Kalimantan Selatan + Barat jang meliputi tambahan areal sawah dengan 6.000.000 ha.
Projek ini harus diselidiki midai pada tahun 1961. Bila penjelidikian ini menghasilkan kesimpulan dapat dilaksana kannja kanalisasi itu untuk menambah produksi betas, maka pada achir tahun 1962 sudah dapat memberikan areal baru untuk penanaman padi ± 50.000 s/d 100.000 ha.
Bila hasil penjelidikan itu menundjukkan bahwa pengguna an areal baru itu untuk padi kurang effisien, maka areal ini akan dapat digunakan untuk penanaman sajur2an atau rami untuk tahap pertama, Pada tahap kedua dan selandjut nja dapat digunakan untuk persawahan.
b. Kanalisasi Sumatera Timur meliputi 3 s/d 4.000.000 ha; pada Rentjana II Pembangunan Semesta sudah diselidiki kemungkinan2nja, sama halnja dengan kanalisasi pasang surut Kalimantan pada tahap pertama diadakan pertjobaan untuk penanaman padi pada areal seluas 10.000 ha s/d 20.000 ha itu.
Dan Ha belum mungkin, digunakan lebih dahulu untuk penanaman selain dari pada Projek multi purpose, j.i. un tuk keperluan perhubungan (lalulintas), sungai, perikan an, pennanaman rami disekitarnja dan untuk persawahan Baru.
c. Usaha2 kemungkinan mekanisasi pertanian produksi padi dan betas, terutama diluar Djawa sudah disiapkan pada Rentjana I ini dan sudah memberikan hasil pada permula an Rentjana II Pembangunan Semesta..
§ 435. Pabrik penggilingan padi
Penggilingan padi jang ada sekarang ialah : Daftar III,
Pulau Daja kuda Rap. ton /7 djam
beras
1. Di Djawa 611 41.971,60 3,414,0
2. Sumatera 63 3.498,5 253,5
3. Kalimantan 29 1.402 98,5
4. Sulawesi 31 2.198 162,3
5. Nusa Tenggara 14 1.140 76,5
Djumlah : 748 50.210,10 4.004,8
Keperluan beras jang hares digiling setiap hari diseluruh Indone sia rata2 = 25.550 ton. Untuk dapat melajani keperluan ; penggilingan beras, maka pabrik jang ada harus dapat bekerdja dengan kapasitet jang penuh (dua kali kapasitet sekarang) dan bila telah diperlukan menambah shift dengan 2 kali dalam sehari.
Projek penggilingan padi termasuk projek industri jaitu mandiri kan pabrik penggilingan padi ditempat Padi Sentra baru (diluar Dja wa).
§ 436. Harga beras dihubungkan dengan usaha nrenaikkan produksi a. Ditindjau dari sudut usaha menggiatkan petani untuk me
naikkan produksi, adalah panting adanja djaminan terhadap harga beras jang tjukup tinggi bagi petani dan tjukup murah dah digerakkan atau dipindahkan kedaerah jang sudah memperlihatkan tanda2 naiknja. harga beras dengan tepat dan dengan harga normal;
(b) persediaan ini diperoleh dengan impor atau pem belian padi dalam negeri dengan harga berdasar kan prinsip ad a diatas,
(c) plafond harga beras tidak diumumkan sebelum ter udjud stock atau persediaan beras jang tertentu ta di dan adanja alat distribusi jang tjukup lantjar;'
(d) peraturan jang mengantjam hukuman terhadap pe langgaran menaikkan harga beras melebihi plafond jang ditentukan;
(e) mengadakan pembagian beras terhadap pegawai2 pemerintah sipil dan militer dengan harga jang di subsidi oleh pemerintah,
2. Lumbung padi didesa2 jang diambil dari pembelian atau pindjaman padi dari petani2 kaja.
Pindjaman dapat dibajar setelah beras itu didjual Lumbung desa ini digunakan untuk keperluan :
(a) pindjaman diwaktu patjeklik padi petani jang me merlukannja,
(b) sisanja didjual untuk pembelian bahana dan alat2 pertanian desa jang diperlukan.
(c) bila mungkin untuk menekan harga jang naik di desa dan djikaperlu dengan bantuan besar indjek si dari Daswati I.
§ 437. Intensipikasi penanaman djagung
Penanaman djagung diadjukan sebagai projek industri "Pa ngan" untuk memenuhi keperluan, baik sebagai staple food di daerah tertentu atau sebagai bahan makanan tambahan pada umumnja jang mempunjai nilai gizi jang baik.
Selain itu sebagian dari buah djagung, semua daun dan ba tangnja digunakan sebagai makanan ternak.
Usaha intensipikasi penanaman djagung ini sangat mengun. tungkan, karena didaerahdaerah jang kurang subur untuk pe nanaman padi, sangat tjotjok dengan penanaman djagung. Bila bibit disileksi dan diberi pupuk, prosentage kenaikan produksi meningkat djauh lebih tinggi,
§ 438. Protein
Sesuai dengan perhitungan Lembaga Makanan Rakjat jang terachir, ratan setup penduduk Indonesia memerlukan tiap ha ri 1.900 kalori, jang asal dari zat tepung dan lemak 1711 ka lori dan dari zat putih telur 189 kalori,
Kalori dari zat tepung 'dan lemak, dapat dipenuhi oleh beras atau equivalent betas.
Kalori dari. zat putih telur harus dipenuhi setiap hari untuk setiap orang dengan minimum :
b. protein hewani ± 8 gram a. protein nabati ± 40 gram
Keperluan terhadap protein nabati dipenuhi, dengan kedelai jang berupa tahu dan tempe dan katjangkatjangan lainnja. Sedang protein hewani dipenuhi dengan daging, ikan, telur dan hares diperbaiki dengan memperhatikan terpenuhinja protein, terutama protein hewani jang minimum seperti diatas dan di naikkan sampai dengan 15 gram sehari,
Dengan bertambahnja baiknja kesehatan rakjat, selain dirasa kan sebagai perbaikan langsung bagi rakjat sendiri, djuga membawa perbaikan dilapangan lain setjara tidak langsung, seperti tersedianja tenaga kerdja jang energik dan aktip, di hematuja biaja untuk pengobatan dan perawatan seta banjak hale lain, sebagainja.
§ 439. Kedelai
Setiap orang rakjat Indonesia memerlukan 40 gram protein nabati jang sebagian besar diambil dari 50 gram kedelai setiap
Penduduk setiap ha Keperluan Produksi diDjawa jang Target pro /djuta ri per ka setahun/
pita/gram, ton direntjanakan/ton duksi : qt/ha 1. 1961 94,911 50 1,736.872 1.758,900 33 qt/ha 2. 1962 97,094 50 1.776.820 1.777.495 33,35 ,, 3. 1963 99,327 50 1.817.684 1.822.860 34,20 ,, 4. 1964 101.611 50 1.861.082 1.865.500 35 ,, 5. 1965 103.949 50 1.902.267 1.905.475 35,75 ,, 6 1966 106,340 50 1.943.022 1.945.450 36,50 ,, 7. 1967 108.785 50 1.990.765 1,998.750 37,50 ,, 8. 1968 111.287 50 2.036.452 2.132,000 40 ,,
Dengan usaha seleksi bibit setiap tahun dengan tidak usah menambah areal, berdasarkan pertjobaan jang sudah dilaku kan Jajasan Lembaga Penjelidikan Keilmiahan di Kelaten, tar get itu dapat ditjapai. karena teoritis tiap ha bila bibit terus dise leksi akin mentjapai hasil maximum 60 — 80 qt/ha. Dengan mengadakan pimpinan. maka setiap tahun dapat diatur mela lui djawatan Pertanian Rakjat mentjapai target hasil per ha minimum menurut daftar diatas.
Keperluan terhadap protein nabati lainnja dipenuhi dengan katjangkatjangan lainnja, seperti katjang hidjau, katjang ta nah, katjang merah dan minjak kelapa jang sudah ada.
§ 440. Protein hewani
Untuk mentjapai nilai gizi jang baik, setiap rakjat Indonesia harus makan sekurangnja ± 8 gram zat putih telur dari hewani memperhatikan produksi setiap tahun, dapat pula dilihat ke kurangan jang dihadapi,
1. 1961 94.911 8,1 ± 3 284.733 1.423.665
2: 1962 97.094 8,3 ± 3,5 329.829 1.649.145 3. 1963 99.327 9 ± 3,66 363527 1.817.635 4. 1964 101.611 10,9 ± 44 406.444 2.032.200 5. 1965 103.949 12 ± 4,7 488.549 2.442.745 6. 1966 106.340 13,5 ± 5 531.700 2.658.500 7. 1967 1967 .1
08.785 15 ± 5,5 598,317 2.991.585 8. 1968 111,287 15 ± 5,5 612.078 3.060.390
Produksi dalam negeri pada tahun 1958. a. perikanan darat 272,548 ton b. ,, laut 421,000
Djumlah 693,548 ton = ± 138,709 ton protein.
c. pemotongan daging :
1. resmi 205,602 ton
2. tidak resmi 84,027 ton
Djumlah : 28,629 ton = ± 57,926 ton protein, d. pemotongan ajam 34,273 ton
e. pemotongan itik 8,880 ton
Djumlah : 352,153 ton = ± 70,430 ton protein. Djumlah a s/d e : 1.335.330 ton = 267.065 ton protein. Selain itu tersedia produksi :
1. susu perusahaan rakjat 30.000 ton = 1.143 ton pro tein
2. telur ajam 28.132 ton
9.414 ton protein
3. telur itik 50.320 ton
Djumlah 1 s/d 3 108.452 ton = 10.557 ton protein Djumlah seluruhnja 1.443.782 ton =277.617 ton protein. Djadi djumlah protein jang tersedia oleh produksi tahun 1958 = ± 277.617 ton.
Maka kekurangan protein hewani setiap tahun adalah
Tahun ton protein ton daging dan atau ikan,
1961 7.116 35.580
1962 52.212 261.060
1963 85.910 429350
1964 128.824 644.120'
1965 210.932 1054.660
1966 254,083 1270.415
1967 320.700 1603.500
1968 334.461 1672.312
§ 441. Tjara menutupi kekurangan protein hewani
jang dinaikkan, harus diusahakan: antara lain dengan meng intensipkan perusahaan perikanan darat di Kalimantan,
Daftar VI, Rentjana produksi perikanan darat Kalimantan per ha. dari tahun 1961 — 1968.
No. Th. Target ke
perluan/ Luas sumberperikanan Produksi per ha, ton darat/ha setiap tahun/kg.
1. 1961 35.580 1.276.000 30
2. 1962 261.060 5.221.200 50
3. 1963 429.550 6.000.000 71,6
4. 1964 644.120 8.000.000 80,5
5. 1965 1.054.660 8.000.000 132
6. 1966 1.270.415 8.000.000 159
7. 1967 1.600.000 8.000.000 200
8. 1968 1.600.000 8.000.000 200
Rentjana produksi ini mudah ditjapai bila dbandingkan.dengan hash di Djawa dan Madura sebanjak 250 kg. per ha, sedang luas perikanan darat di Kalimantan meliputi 8.054.000 ha. potensi sebagai sumber pembiajaan pembangunan semesta, dapat dibuktikan seperti diatas, dengan sudah terpenuhinja ke
§ 443. Sumbar' perikanan darat di, Kalimantan
Daerah sumber perikanan darat di Kalimantan itu jaitu : a. Kalimantan Timur : 1. Berau.
2. Kutai, b. Kalimantan Selatan :
c. Kalimantan Tengah 1 Timur : 1 danauz sepandjang sungai
1. garam 8.400 ton setahun
2. benang. 93 ton
3. pantjing 1.525.000 mata pantjing
4. kawat (dari tembaga) 15,5 ton
b. penjebaran bibit ajam jang bermutu tinggi dengan mendirikan fokstation, peternakan ajam dan mengimpor bibit ajam jang bermutu tinggi,
c. perkembangan "broedcentrales" menurut petundjuk Balai Penjelidikan Peternakan,
Organisasi peternakan ajam itu ialah dengan :
1. mendirikan "poultry farms" dengan bentuk koperasi rakjat jang dibantu oleh Djawatan Pertanian setempat.
2. menggiatkan usaha2 Swasta. § 446. Peternakan hewan besar
Sebagai usaha djangka pandjang, jang dititik oeratkan untuk perusahaan ekspor ialah : ,
a. peternakan hewan besar sebagai sumber daging dan susu. b. peternakan hewan ketjil, jang harus dimadjukan dalam rang
ka pembangunan industri kehewanan.
Dalam lapangan kehewanan untuk keperluan daging, susu, kulit dan sebagainja, usaha2 jang sudah ada supaja diteruskan. De pernas lebih mengutamakan intensipikasi peternakan sapi de ngan seleksi bibit: busi untuk makanan rakjat, disamping digunakan sebagai bahan baku industri atau bahan, ekspor.
BAB 31. PRODUKSI
2. GARIS BESAR PEMBANGUNAN BIDANG PRODUKSI SANDANG
§ 450. Dalam bidang industri sandang harus ditjapai didalam tahap pertama (1961 — 1969) keadaan selfsupporting dalam arti : a. Pengolahan baku sampai mendjadi hasil terachir (finished
product) dan
b. Penjediaan bahan baku djalan menghasilkan sendiri, seku rangkurangnja pada taraf 10 M/kapita.
§ 451. Sifat industri sandang pada achir rentjana I harus telah men tjapai taraf sedemikian rupa, sehingga industri ini dapat sete rusnja berkembang atas Baja sendiri (selfgenerating) setjara normal (bedrijfs economi) dan dapat selandjutnja melajani perkembangan kebutuhan akan sandang berhubung dengan adanja faktor2 :
a. kenaikan tahunan djumlah penduduk.
b. kenaikan djumlah kebutuhan per kapita dengan kemung kinan meningkatnja taraf hidup penduduk.
§ 452. Taraf konsumsi atau unit penjediaan per kapita akan sandang dalam Rentjana I harus dinaikkan dari taraf 6 meter (1 kg). jang berlaku pada tahun2 sebelum rentjana pembangunan se mesta pertama, mendjadi 10 meter (1.6 kg.) per kapita untuk tiga (3) tahun berturut2 (1962 dan 1963), kemudian taraf ini dinaikkan mendjadi 12 meter (2 kg.) untuk tiga tahun berturut turut pula (1964, 1965 dan 1966) dari selandjutnja diharapkan untuk metjapai taraf 15 meter (2.5 kg.) untuk tahun2 1967 dan 1969.
§ 453. Penjediaan sandang untuk djangka waktu Rentjana I disesuai kan dengan djumlah penduduk jang menurut taksiran Depernas akan mengalami kenaikan rata2 2,3% setiap taksiran sehingga djumlah sandang jang harus disediakan itu adalah sebagai be rikut
Daftar 1. PENJEDIAAN SANDANG.
Tahun PendudukPer Kapitakg. meterDjuta Kg./Ton Keterangan
1961 94.911 10 1.6 950 158.000 angkaz
1962 97.094 10 1.6 971 162.000 kan (1 kg = 6 1963 99,327 10 1.6 993 165.500 meter). 1964 101.611 12 2.0 1.219 203.200
§ 454. Impor bahan baktt berupa benang atau semifinished goods harus sudah dapat dihentikan dalam tiga tahun pertama dari Rentja na I, jaitu dimulai dengan memperluas industri pemintalan dalam negeri jang berdjumlah baru kurang lebih 130,000 m.p. itu se hingga mentjapai taraf selfgenerating jang selandjutnja dapat membiajai pemasukan mata pintal baru sesuai dengan kebutuhan pada tiap tahun selandjutnia. Sebagai gantinja diadakan impor bahan baku nabati (rawcotton dan seratrayon) dengan perban ngan jang mendekati keseimbangan, jaitu 50% kapas dan 50% rayon setelah diperhittmgkan produksi bahan baku nabati da lam negeri.
Kekurangan berupa tekstil pada tahun2 pertama diusahakan de ngan impor biasa.
§ 455. Pengolahan bahan bake tersebut diatas sampai mendjadi bahan benang harus sudah dapat diusahakan dalam Rentjana I ini se hingga mentjapai taraf selfsupporting. Untuk ini maka pemba ngunan dibidang pemintalan diusahakan mendjadi seperti terse
but dalam daftar dibawah :
DAPTAR 2. PENJEDIAAN MATAPENTAL,
Djumlah be Djumlah m.p, Djumlah banjak
nang ton baku nabati jang
Tahun (seharusnja) % m.p. perlu diimpor
(ton),
1962 162.000 50% 530.000 89.000
1961 158.000 25% 270,000 45.000
1963 165.500 100% 1.125.000 177.800
1964203,200 „ (377.000) 162.600
1965 208.000 „ ( 45.000) 122.300
1966 212.700 „ ( 47.000) 64,400
1967271,800 „ (591.000) 31.000
1968 278.160 „ ( 63.600)
Keterangan : + termasuk 60.000 mata pintal jang dimasukkan melalui Pampasan Perang Djepang.
Untuk ini maka setjara bertahap2 taraf industri pertenunan ini harus dinaikkan untuk menambah efficiency dan modernisasi, be gitu pula perlu ditambah pabrik2 baru setelah mentjapai taraf kapasitet sepenuhnja dalam penjesuaian kenaikan kebutuhan akan sandang dihari depan,
§457. Karena harus pttla ditjapai taraf selfsupporting didalam penjem purnaan sandang (printing, dyeing), maka harus pula didirikan dalam rentjana I pabrik2 jang sesuai dengan pertumbuhan kebu tuhan.
Berdasarkan angka2 perbandingan dihari lampau dalam bidang impor bahan2 sandang maka pengolahan jang diperlukan 1.k. 60% dari kebutuhan sandang, Untuk ini maka perlu diadakan pabrik2 sedjumlah tersebut dibawah disertai dengan keperluan akan bahan2
, kimia jang bersangkutan.
Daftar 3. RENTJANA PABRIK PENJEMPURNAAN: Tahun 60 X djumlah san
dang (djuta meter) Unit 15 djuta m.Unit 200 leems+penjempurnaan
1961 570 5 —
Djumlah : 66 5
§458. Untuk pembuatan pakaian jang membutuhkan benang djahit harus diadakan pabrik2 pemintalan chusus jaitu pabrik spinning benang djahit s'banjak 4 buah masing2 dengau kapasitet kl. 500 ton/tahun, Perkiraan ini dianggap mentjukupi kebutuhan benang djahit dibidang pengolahan pakaian berdasarkan angka2 perbandingan dimasa lampau, jaitu 80 ton tekstil,: 1 ton benang. Daftar 4. „RENTJANA PABRIK BENANG DJAHIT”
Tahun djumlah pabrik kapasitet
1961 1 500 ton
1962 1 500 ton
1963 1 500 ton
1964 1 500 ton
1965 1 500 ton
1966 — 68
§ 459. Untuk melajani kebutuhan industri2 jang membutuhkan serat kuat (hightenacty fibre) harus diangkat alat2 pembikinan be nang chusus ini dengan target untuk dapat mengurangi dan menghentikan impor. Alat2 ini dimasukkan kedalam projek rayon dan perkembangannja harus pula disesuaikan dengan perkem bangan industri Sang bersangkutan.
§ 460. Pabrik2 pengolahan sandang tersebut diatas harus disebarkan diseluruh Indonesia sekurang2nja harus ada sebuah pabrik da lam tiap Daswati I jang dapat memenuhi slarat2 tehuis untuk pembangunan pabrik dan djuga terdjamin kelangsungannja se hingga dapat mentjapai taraf selfgenerating,
§ 461. Dalam Rentjana I ini bahan bake nabati jang akan dihasilkan ialali tiga djenis bahan baku, jaitu :
a. Chusus untuk sandang : 1 Kapas ...49% 2 Rayon ...49% b. Untuk industri dan sandang : Rami ...2%
Dalam hubungan ini maka bahan bake nabati jang perle dihasil kan adalah sebagai tertera pads daftar2 tersebut dibawah.
Daftar 5. KEBUTUHAN BAKU NABATI
Tahun Dalam nilai bahanKebutuhan tekstil Baku (rayonka Pas rami dll.) ton
Kapas
ton Rayonton Ramiton
1961 175.500 86.000 86.000 5.500
1962 180.000 88.200 88.200 3.600
1963 184.000 901.600 130.000 3.680
1964 225.000 110.250 110.250 4.500
1965 231.000 112.190 112.190 4.620
1966 295.000 144.550 144.550 5.900
1967 302.000 147.890 147.980 6.040
1968 309.000 151.400 151.400 6.180
Keterangan : Dalam angka2 tersebut diatas telah diperkirakan kehilangan 10% bahan baku nabati dalam proses serdang, se hingga angka2 jang menundjukkan djumlah bahan baku men djadi 10/9 X djumlah berat tekstil/benang,
a. penentuan site dan djenis tanah kan untuk penjelidikan,dan persiapan peserta pertjobaan2, Pada tahun ke3 (1963) telah dimulai penanaman sebanjak kI. 2530
Kemudian pada tahun 1967 dan seterusnja diharapkan telah dapat menghasilkan 100% bahan baku kapas jang dibutuhkan diatas, Selain dari perluasan areal, intensifikasi untuk menaik kan output per ha harus diperhatikan dengan sungguh?. Dalam hubungan ini maka rentjana produksi kapas adalah sbb.:
Daf tar 6. RENTJANA PRODUKSI BAHAN KAPAS
Tahun Produksi Target Tonage Areal Keterangan
kg/ha (1) kapas
19611962 1.000 ha Persiapan
1963 120 25%30% 22.500 188.000 ,, Pertjobaan
1964 140 30% 34.000 250.000 ,,
1965 160 60% 40.000 420.000 ,,
1966 180 60% 70.000 550.000 ,,
1967 200 100% 148.000 750.000 ,,
1968 200 100% 151.400 760.000 ,,
§ 463. Untuk mentjapai hasil ekonomis jang setinggi2nja dalam daerah jang begitu Iuas dan dibidang pengangkutan jang diperlukan, harus ditebarkan pabrik2 pemisahan bidjikapas (ginnery) se demikian rupa sehingga soal waktu dan ongkos dapat ditekan dan dibuat seringan2nja.
Dalam hubungan ini maka untuk tiap2 „kapascentra” jang mem punjai areal kl, 5.000 ha diletakkan satu pakrik ginnery.
§ 464. Hasil jang diperoleh dari pada bidji kapas sebagai produksi berupa minjak, bungkil dll. dapat menambah daja ekonomis setempat dan untuk ini maka perlu diadakan pabrik pemeras mi njak ditempat bahan baku minjak tersebut. Selandjutnja perleng kapan alat2 untuk distribusi dan tempat minjak hares pula di adakan setelah usaha ini mentjapai tarafgenerating. Tjara me laksanakan projek kapas ini harus diatur sedemikian rupa se hingga tenaga rakjat disetempat dapat digunakan seefisien mungkin dan kemudian mendjadi daja penggerak industri bahan baku kapas disetempat. Untuk ini pemerintah perlu memberi bantuan dalam bentuk usaha permulaan dalam penggarapan dan penjediaan) a.l, mempergunakan traktor2 besar, bulldozer dll. § 465. Untuk memberi dorongan jang wadjar kepada rakjat dalam
usaha menghasilkan bahan baku2 modal rakjat harus diperkuat dan pemerintah perlu mengadakan suatu organisasi pembelian kapas, djika perlu dengan mendirikan suatu instansi perkreditan. § 466. Untuk mendjamin tenaga2 pelaksana usaha ini, maka pada se
tiap pusat (kapas centra) harus diadakan usaha pendidikan kader kedjuruan dalam segala bida,ng jang perlu untuk industri § 467. Untuk produksi Rayon (staple fibre) direntjanakan 2 buah
pabrik induk dan beberapa buah pabrik chusus. Jung dimaksud kan dengan pabrik induk rayon ialah sekelompok pabrik2 jang menghasilkan selain rayon, djuga bahan2 pembantu sepertiche micalien, bahan pembungkus dsb, jang berkapasitet tjukup besar untuk melajani kebutuhan pabrik2 chusus, jang hanja menghasil kan rayon sadja. Untuk mentjapai taraf produksi rayon ini, maka hares diadakan persiapan setjukupnja. Untuk itu disediakan 3 tahun pertama dari rentjana 1 sebagai waktu persiapan dan pertjobaan, Pada tahun 1964 harus sudah terbentuk.dua (2) pabrik pilot jang masing2 dapat menghasilkan kira2 2.500 ton/ tahun. sekurang2nja 115.00 ton setahun.
Usaha diatas harts disertai dentin peraturana negara, sehingga policy industri sandang sebagai usaha nasional pokok dapat terdjamin bahannja dan dapat berkembang seterusnja.
§ 469. Karena pabrik rayon membutuhkan banjak ahliahli dan tenaga kedjuruan, maka mulai tahun2 pertama dari Rentjana I sudah hares diselenggarakan pendidikan dan latihan kader2 untuk ke lak dipekerdjakan pada projek tersebut.
Daftar 7. RENTJANA PROJEK RAYON Tahun Produksi
% Rayonton Kap. Pabrikton Keterangan
196123 0 % 1. Penjelidikan 2. Persiapan
3. Pendidikan/latihan 4. Pembentukan pilot pr
1964 5.000 5.000 Hasil pilot projek
1965 30 % 35.000 2 X. 15.000 2 pabrik chusus 15.000 ton 1966 50 % 78.000 2 X 14.000 1 pabrik induk 45.000 ton
1 X 45.000 telah termasuk pilot per 1 X 5.000
1967 100 % 115.000 1 X 30.000 1 Pabrik chusus 30.000 ton 2 X 15.000
1 X 45.000 1 X 5.000
1968 100 % 150.000 2 X 45.000 Pabrik ini dibiajai oleh (151.400) 1 X 30.000 hasil2 dari pabrik2 jang
2 X 15.000 telah lebih dahulu berdiri djika telah mentjapai taraf selfgenerating
§ 469. Untuk mendjamin kelantjaran usaha pada pabrik2 tersebut dia tas, maka pada flap' pabrik didirikan satu bengkel pembikinan alat2 pengganti (parst) dan djika tidak mungkin disambungkan kepada pabrik2
.tersebut, sekurang2nja diadakan disetempat. § 469. Mengenai produksi rami dalam Rentjana I ini diharapkan de
§ 472. Dibidang pengolahan rami sampai mendadiserat bersih harus diusahakan pengolahannja disetempat dan untuk ini perlu disediakan alat2 corticater dan lain, sehingga proces rami ini dapat pula berdjalan lantjar,
Selandjutnja, pupuk jang diperlukan untukproduksi rami hares telah disediakan tempat pada waktunja dan dapat didistributir dengan merata.
Simbingan instansi pemerintah kepada rakjat dalam mengendalikan produksi rami panting artinja agar penanaman
ton Rami% Kg/ha. Areal tersediaha Keterangan 1961 0% 1.000 pertjobaan Pilot projek untuk pe
1962 600 15% 1.200 500 njelidikan Penanaman
1963 1.400 40% 1.400 1.000 pertama dan tiap 1964 2.200 50% 1.500 1.500 1.000 ha kebun rami 1965 3.200 70% 1,600 2.000 harus diadakan. Pa 1966 5.100 85% 1.700 3.000 brik pengolahan sam 1967 6.000 100% 1.700 3.500 pai mendjadi serat. 1968 6.800 1.700 4000.5.000
§ 473. Dalam bidang produksi peradjutan bahan sandang seperti kaos dalam, towel dan sebagainja, ditaksir bahwa alat2 jang ada pada waktu sekarang ini telah memadai, djika dikerdjakan dengan se penuh2nja, Menurut perhitungan, kapasiteit industri pera djutan kaosdalam sadja telah lebih dari 50% dari kebutuhan penduduk dengan dasar taksiran minimal 21 gram per kapita setahun,
Oleh karena itu untuk sementara waktu industri ini masih be lum merupakan suatu urgensi.
Dalam hubungan ini maka produksi kain klambu perlu diadakan setjepat mungkin dan harus ditempatkan pada tiap Daswati I sekurang2nja 1 pabrik dengan kapasiteit 200 yard/hari.
Daftar 9. RENTJANA PROJEK PERADJUTAN
Tahun Tempat Djumlah pabrik Kapasiteit Keterangan
1961 Seluruh Pembangunan
Daswati I Produksi 2 regu.
1962 „ 50% 11 buah á 13.200.000
yard Persiapan/pemesanan. 1963 „ 100% 22 buah á 26.400.000
yard
1964 „ s. d. a.
1968 „ s. d. a.
§ 476. Dengan rentjana pembangunan dibidang industri sandang ini diharapkan Indonesia akan dapat menghemat devisen k.l. Rp, 10.000.000.000,— dalam rangka Rentjana 1 ini, mentjapai daja selfsupporting dalam semua proses utama industri san dang, menaikkan tingkat kehidupan rakjat dan selandjutnja jang lebih panting lagi ialah mentjapai mental retooling regional dari sifat konsumen mendjadi sifat produsen (aktip) jang akan men djadi daja pendorong bagi pembangunan negara dan bangsa kearah kedjajaan dan kemakmuran dihari depan.
o0o
BAB 31. GARIS BESAR PEMBANGUNAN BIDANG PRODUKSI 3. GARIS BESAR PEMBANGUNAN INDUSTRI
§ 477. a. Indonesia mulai kemerdekaan dengan suatu keadaan ekono mi jang menjedihkan. Seluruh ekonominja bergantung pada ekspor bahan baku dan struktur ekonomi ekspor itu lagi pula bersifat monekultur atau penghasilan devisen utama hanjalah dari beberapa hasil perkebunan/pertambangan.I Indonesia sebagai bekas negara djadjahan dan jang disebut djuga negara terbelakang, buat 78,9% penghasilan devisennja bergantung pada ekspor karet, minjak tan.ah, timah/ bauxite dan kopra, b. Oleh karena itu ekonomi negara kita sangat peka terhadap
flukutuasi harga bahan baku dipasar dunia jang pada umumnja sangat besar, volume dan harga pasar,sangat peka terhadap kegontjangan2 pasaran dunia dan manipulasi si pembeli.
c. Ekonomi negara nonindustri kita itupun dapat mudah ter pukul oleh kemadjuan2 teknologi dinegara2 Industri2 jang membuat bahan baku sintetis seperti : karet buatan, serat buatan, arpus, zatwarna buatan, bahan2 plastik.
d. Dengan masuknja Indonesia kedalam kemerdekaan maka barulah terbuka kesempatan bagi bangsa kita untuk memulai industrialisasi jang harus membawa bangsa kita ketaraf hidup jang lebih tinggi dalam alam masjarakat add dan
2. Problim pokok jang mengenai pembangunan adalah pe metjahan masalah stabilisasi ekonomi negara.
3. Tindakan mengalihkan somber penghasilan negara dari bidang kepadjakan kebidang perusahean negara.
4. Mengadakan eksplorasi dan prospecting pang berentjana dan intensif mengenai kekajaan bumf Indonesia dengan mengikut sertakan tenaga rakjat.
b. Dibidang industri ringan mengadakan ketentuan2 agar supaja: 1. Turut melaksanakan fungs'•nja dalam ekonomi nasional
terpimpin.
2. Harus menggunakan'kapasitet produksi penuh.
3. ndustri swasta, baik nasional maupun asing, termasuk perkebunan2, ikut serta dalam rentjana produksi nasional.
4. produksi memenuhi kwalitas baik, sesuai dengan keten tuan „warenwet” jang oleh Pemerintah hendaknja segera diadakan,
5. ada effisiensi dan rasionalisasi sehingga tidak ada „was tes products” jag terbuang,
6. industri ketjil dan usaha keradjinan rakjat mengorgani sasi mendjadi koperasi produksi,
c. Dibidang industri hutan : menanam djenis2 kaju untuk indus tri, antara lain kertas dan rayon.
d. Dibidang irrigasi :
1 perhatian istimewa alas usaha memperketjil, mengurangi bahaja bandjir,
Biaja untuk mentjegah bahaja bandjir adalah relatif ke tjil dan lebih bermanfaat daripada biaja.untuk memper baiki kerusakan, belum dikata kerugian rakjat.
2. pembuatan waduk dan dam disatukan dengan pembang kitan tenaga listrik.
e. Dibidang industri air minum : perluasan djaringan saluran air minum sampai di ibukotaibukota kabupaten; usaha ini termasuk dalam usaha meninggikan taraf kesedjahteraan rakjat.
f. Mengenai masalah sumber pembiajaan :
1. Penertiban banks Swasta sesuai dengan rentjana pem bangunan.
2. Penghasilan negara didapat dad perusahaan2 negara. 3. Kredit dari luar negeni, tidak disertai ikatan politik dan
militer, tidak disertai sjarat2 jang memberatkan negara, berbunga rendah dan berdjangka pandjang.
g. Untuk mengurangi tekanan inflatoir dalam tahun2 pertama pembangunan semesta oleh investasi bermiljar2 rupiah, maka didahulukan :
1. projek2 industri jang segera dapat menghasilkan seperti intensifikasi produksi bahan makanan, permintalan dan penebangan kaju rimba.
(g) rayon,
§ 479. a. Industri menurut djenis diklasifikasi; 1. industri berat
1. industri ringan besar; mempunjai tenaga pekerdja 300 orang keatas.
(c) logam nonferro (d) uranium
(e) minjak bumi
(f) emas, perak, platina,
2. industri metalurgi pengolahan logam,
3. industri alat2 produksi (pembangunan mesin2), 4. industri alat2 transpor dan alat2 besar,
5. industri semen,
6. industri tenaga listrik jang besar, 7. industri kimia dasar.
g. Industri ringan meliputi semua industri barang konsumsi, misalnja :
1. industri tekstil,
2. industri bahan makanan (conserven), 3. industri kimia dan obat2an,
4. industri barang konsumsi lainnja. § 480. Penguasaan:
a. Industri berat dimiliki oleh Negara
b. Industri ringan besar dan sedang dimiliki oleh Negara, oleh swasta atau oleh modal tjampuran : Negara dan swasta
c. Industri ringan ketjil dimiliki oleh swasta : perseorangan atau koperasi.
§ 481. Industri berat:
a. Industri berat jang sekarang diusahakan oleh Pemerintah ialah
1. Industri pertambangan batubara 2. „ ,, minjak bumi/gas
b. Industri berat jang perlu diperluas produksinja oleh Peme rintah ialah
1. Industri minjak bumi/gas
2. „ batubara
3. „ bauxite
4. ,, belerang
5. ,, mangan
6. ,, timah
7. ,, posphat
8. ,, emas, perak
9. ,, aspal
10. ,, semen
11. ,, listrik
12. ,, asam belerang
13. ,, pupuk
c. Industri berat jang perlu dibangun dalam tahapan I oleh Pemerintah ialah:
1. Industri minjak bumi/gas
2. „ besi/badja
3. „ asam belerang
4. „ aluminium
5. „ pupuk
6. „ pembuatan kapal 7. „ pertambangan nikel
d. Industri berat jang perlu disurvey dalam tahapan I oleh Pemerintah ialah diantaranja :
1. tembaga, 2. uranium,
e. Industri berat jang sekarang diusahakan oleh Pemerintah bersama swasta, ialah :
1. Industri minjak bumi,
2. „ belerang,
3. ,, emas dan perak,
4. „ posphat.
§ 482. Industri Kimia Dasar : a. Industri asam belerang
Landasan industri modern jaitu industri kimia dasar jang
membuat bahan2 kimia dasar. Bahan industri kimia dasar jang terpenting untuk industri ialah asam belerang. Pro duksi bahan industri pada sate atau lebih tingkat produksi nja tergantung pada asam belerang.
Pentingnja asam belerang sama dengan pentingnja besi/ badja untuk industri dan tinggi rendahnja produksi asam belerang merupakan barometer jang menundjukkan tingkat gerong) jang memakainja sendiri untuk processing, minjak. Bilamana Indonesia telah mendjadi negara Industri, maka pemakaian asam belerang untuk pelhagai industri, misalnja industri pupuk, besi/badja, minjak, batubara, metalurgi non besi, tjat dan pigmen, rayon dan pilem cellulose, bahan pe ledak, tekstil dan lain2 akan lebih kurang 20 kali lipat dari pemakaian asam chlor, 5 kali lipat dari pemakaian asam sen dawa dan 1½ kali lipat dari pemakaian soda.
Untuk itu dapat direntjanakan dua pabrik asam belerang proses kontak jang keduanja akan bisa menghasilkan 400.000 ngolah bidjih belerang Telagabodas. Hasil produksinja di peruntukkan pabrik asam belerang. Diandjurkan mendirikan lagi di Sorik Merapi.
c. Pabrik soda abu
Didirikan pabrik proses Solvay dengan kapasitet 120.000 ton/tahun, bertempat di Gresik, tempat bahan mentah, jaitu batu kapur dan garam,
Impor jang sudah2 setahunnja rata2 4.000 ton, d. Pabrik soda kostik
kapur dengan bahan mentah soda abu dan batu kapur. Le tak pabrik di Gresik, dekat pembuatan garam dapur. Impor jang suidaha setahunnja 20.000 ton.
e. Pabrik ammonik
Didirikan pabrik sintesis ammoniak dengan memakai bahan mentah gas alam, berkapasitas 120.000 ton/tahun bertem pat di Tjepu atau Djambi, Impor pada tahun 1957 ialah 2.223
Pabrik digabungkan dengan tanur cokes, kapasitas 26.000 ton/tahun. Disamping itu didirikan pabrik lagi didekat pa brik ammoniak sintesis dengan kapasitas 40.000.000 ton/ tahun.
h. Pabrik asam tjuka
Projek ini tergolong dalam pola projek tjadangan. Djika tersedia biajanja, maka didirikan :
1. Pabrik proses Suide jang bergabung dengan pabrik de stilasi kaju jang telah direntjanakan pada rentjana in dustri hutan. Bahan mentah ialah asam pyroligneous dari destilasi kaju (lihat projek destilasi kaju).
2. Pabrik di Djawa Tengah dengan proses fermentasi tjepat dengan memakai alkohol sebagai bahan mentah, Pro duksi 2.000 ton/tahun,
Impor pada tahun 1957 untuk keperluan karat ialah 308 ton dengan harga Rp. 672.000.
Pembuatan pabrik dengan memakai bahan mentah alkohol ini terutama untuk menghasilkan asam tjuka buat industri pangan.
i. Pabrik asam semut
ton/tahun bertempat di Djawa Timur dengan bahan mentah soda abu dan kapur. Impor Indonesia pada tahun 1957 ialah 1.875 ton dengan harga Rp, 1,317.000.
k. Pabrik aluminium sulfat dan tawas
Pabrik ini termasuk projek tjadangan, Djika tersedia biaja, maka didirikan pabrik dengan bahan mentah bauxite dan asam belerang berproduksi 25.000 ton setahun, Tempat di Tjilatjap. Impor pada tahun 1957 berdjumlah lebih kurang 5.000 ton dengan harga Rp. 2,6 djuta,
l. Pabrik karbit.
Didirikan pabrik dengan memakai bahan mentah kapur dan cokes kapasitas 60.000 ton/tahun. 1 Ton karbit memberi kan lebih kurang 286 m3 acetylen.
Impor pada tahun 1957 berdjumlah 6.847 ton dengan harga Rp. 8.593.000.
m. Pabrik sabun sintetis
Disamping pabrik sabun jang didirikan annex pabrik minjak kelapa sebagaimana direntjanakan pada industri ringan, di dirikan pula pabrik sabun sintetis sebagai salah satu dari processing minjak bunii, Ini merupakan permulaan industri petrokimia kita, Tempatnja di Kalimantan Timur.
Baik diketahui pula, bahwa sabun sintetis mempunjai daja pembersih lebih unggul daripada sabun tjutji biasa,
n. Pabrik djelaga (carbon black)
Tempat di Sumatera Utara. Bahan mentah jang dipakal ia lah gas alam jang harganja pada tahun 1949 10,5 dollar cent per 1.000 cu.It, Produksi 5.000 ton/tahun. Djelaga di. pakai untuk industri karet, tinta dan lain2.
Impor djelaga pada tahun 1957 berdjumlah 2.514 ton sehar ga Rp. 8.273.000.
o. Pabrik insektisid
p. Pabrik serat buatan (nylon, erlon, dacron).
Serat buatan mempunjai daja penjerapan sangat ketjil dan tahan temperatur tinggi, oleh karenanja dipakai sebagai bahan pakaian lebih awet.
Didirikan pabriknja di Kalimantan Timur dekat sumber ba han mentahnja, jaitu di Kalimantan Timur, Projek ini ter masuk projek tjadangan.
q. Pabrik pupuk.
1. Paberik z.a. telah direntjanakan, lihat projek ammonium sulfat.
2. Pabrik single superfosfat didirikan di Tjilatjap. Mes kipun bidjih fosfat jang diketahui kurang tjukup untuk 10 tahun bagi pabrik jang berkapasitas 100.000 ton seta hun, namun pabrik didirikan sambil mengadakan eks plorasi mentjari endapan tersembunji.
a. Indonesia pada pembangunan jang akan datang harus men dasarkan sebagian industri kimia dasarnja pada gas alam jang hingga kini untuk bagian terbesar dibuang pertjuma oleh pengusaha2 minjak ( menurut taksiran lebih kurang 90%).
Gas alam dapat dipakai dalam turbin gas untuk membang kit tenaga listrik dan dapat dipakai sebagai bahan untuk pembuatan2 zat air, djelaga, acetylen, asam cyan, methanol ammoniak, urea, urea formaldehid plastik, acrylenitril plas tik dan lain2. Berhubung dengan pentingnja gas alam untuk perindustrian kita nanti, maka sekiranja maskapai2 minjak asing hendak mendjual gas alam itu kepada kita dengan harga relatif mahal, seperti jang akan didjualnja kepada pa brik pupuk urea di Palembang maka kita harus mengusaha kan sumber2 gas diluar konusi mereka, misalnja di Sumatera Tengah, Tjepu, daerah Permina dan lain2.
Bahan kimia dasar dapat djuga diperoleh dari gas kilang minjak (refinery gas) jang lebih mengandung hidrokarbon ethan ke atas.
c. Gas alam atau casinghead gas jang bensinnja telah dikeluar kan, terutama dipakai untuk maksud2 berikut;
1. sebagai bahan bakar dalam rumah tangga atau pabrik, 2. membuat djelaga (carbon black)
3. tudjuan2 sintetis,
4. memberi tekanan kepada daerah2 minjak tanah.
Carbon black jang dibuat dari gas alam ialah suatu matjam tjammatjam proces (furnace combustien, furnace thermal de composition dab.).
Gas alam sebagai bahan dasar untuk tudjuan2 sintetis mem punjai arti jang sangat penting. Umpamanja dengan proses jang sederhana, gas clam dapat dibuat gas hidrogin, gas mana mempunjai djuga peranan panting dalam perindustrian lainnja, Dengan proses jang berdjenis2 dapat pula dengan mudah di buat ammoniak sebagai bahan bakal untuk industri kimia berat lainnja seperti untuk pembuatan soda, urea dan sebagainja. Lebih landjut urea memegang peranan penting dalam industri kimia umpamanja untuk industri pupuk, industri plastik, obat obatan dan sebagainja,
Ammoniak djuga menghasilkan asam nitrat, bahan mana di pergunakan untuk membuat pupuk ammoniaknitrat jang di butuhkan untuk pembuatan bahan peledak dan bahan sintetis. Hasil jang diperoleh dari ammoniak dan asam nitrat jaitu am monium nitrat jang sebagian besar digunakan dalam pemupuk an, untuk bahan peledak serta bahan2 industri. Bahan lain jang dapat dihasilkan dari gas alam ialah carbonbisulfide jang sa ngat diperlukan oleh industri rayon.
Selandjutnja dari gas alam (dengan anhydris ammoniak) djuga dapat diperoleh hydrogen cyanide jang banjak pemakaiannja dalam industri.
§ 484. Tenaga listrik
Pembangkitan tenaga listrik adalah pembangkitan tenaga in dustri terpenting, karena persediaan tenaga listrik jang tjukup dengan sendirinja akan membangkitkan pendirian2 industri be sar ketjil.
Keadaan kelistrikan dinegara kita dewasa ini belum memuas kan (3 watt dan 11 Kwh percapita) djika dibandingkan dengan keadaan negara2 tetangga kita pada umumnja. Dari seluruh te naga listrik jang dibangkitkan pada dewasa ini kira2 600 djuta kwh., 70% digunakan untuk penerangan dan keperluan rumah biaja total Rp. 9.750 djuta, selandjutnja ditambah dengan pro jekprojek hydro listrik di 7 tempat dengan daja 220.000 kw. dan 2 sentral turbin gas dengan daja masing2 20.000 kw.
Dalam usaha penambahan tenaga listrik kita menghadapi pi lihan pembangkitan tenaga hydro dan thermo.
Tenaga thermo, ada 3 djenis pembangkitan : dengan tenaga diesel, tenaga turbin uap dan tenaga turbin gas.
Untuk ketjepatan penambahan diberikan prioritas kepada te naga thermo, walaupun dalam rangka pembangunan ekonomi nasional keseluruhanja, pembangkitan hidrolistrik djuga di usahakan setjara nasional menurut sjarat2 jang ada (potensi hy dro jang menurut sumber ECAFE berdjumlah 20.000 mw. baru dieksploitasi kira2 0,7%).
Tenaga hydrolistrik dibandingkan dengan tenaga thermolistrik ialah
1. mengenai biaja pemakaian per Kwh lebih murah. 2. mengenai biaja pembangunan iebih mahal, 3. mengenai waktu pembangunan lebih lama.
Perbandingan antara tiga djenis tenaga thermo, jaitu tenaga diesel, turbin uap dan turbin gas ialah :
1. biaja pembelian mesin sentral turbin gas jang paling murah, sentral diesel jang paling mahal.
2. 'biaja pembangunan sentral diesel jang paling murah, kemu dian menjusul sentral turbin gas dan sentral uap.
3. waktu pembangunan jang paling tjepat selesai sentral diesel, lalu menjusul sentral turbin gad dan sentral. turbin uap.