• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sindroma Dispepsia

2.2.2 Metode Food Frequency Questionnaire

2.2.2.3 Kekurangan Metode Frekuensi Makanan

2.2.2.3Kekurangan Metode Frekuensi Makanan

a. Tidak dapat untuk menghitung intake zat gizi sehari. b. Sulit mengembangkan kuesioner pengumpulan data. c. Cukup menjenuhkan bagi para pewawancara.

d. Perlu membuat percobaan pendahuluan untuk menentukan jenis bahan makanan yang akan masuk dalam daftar kuesioner.

e. Responden harus jujur dan mempunyai motivasi tinggi. 2.2.3 Pedoman Pola Makan

Pedoman umum gizi seimbang, direktorat gizi masyarakat. RI (PUGS) dalam Atmasier (2013) 13 pesan dasar yang diharapkan dapat digunakan masyarakat luas sebagai pedoman praktis untuk mengatur makanan sehari-hari yang seimbang dan aman digunakan mencapai dan mempertahankan status gizi dan kesehatan yang optimal. Pesan dasar tersebut :

1. Makanlah aneka ragam makanan.

2. Makanlah makanan untuk memenuhi kecukupan energi.

3. Makanlah makanan sumber karbohidrat, setengah dari kebutuhan energi. 4. Batasi konsumsi lemak dan minyak sampai seperempat dari kebutuhan

energi.

5. Gunakan garam beryodium.

6. Makanlah makanan sumber zat besi.

7. Berikan ASI saja kepada bayi sampai umur empat bulan. 8. Biasakan makan pagi.

21

9. Minumlah air bersih, aman yang cukup jumlahnya. 10.Lakukanlah kegiatan fisik dan olah raga secara teratur. 11.Hindari minum minuman beralkohol.

12.Makanlah makanan yang aman bagi kesehatan. 13.Bacalah label pada makanan yang dikemas.

Pada masyarakat jepang ada beberapa anjuran (departemen kesejahteraan tenaga kerjadan kesejahteraan jepang, 2002) dalam Hardani (2002).

1. Bila hati merasa puas maka akan dapat menciptakan kesehatan.

2. Makanlah makanan yang bergizi lengkap, karbohidrat, lemak, protein, mineral, vitamin, dan juga air.

3. Makanlah tiga kali sehari. 4. Minumlah susu.

5. Makan jangan berlebihan.

6. Makan cukup sayuran dan buah-buahan. 7. Jangan lupa makan pagi.

8. Setelah makan jangan langsung tidur.

9. Jangan banyak garam, bahan tambahan makanan-makanan instan dan bumbu penyedap.

10.Usahakan ragam makanan 30 jenis dalam sehari. 11.Jangan lupa olah raga.

12.Diet yang aman.

22

14.Lakukan olah raga dengan teratur.

15.Makanlah bersama dengan keluarga dengan gembira.

Pola makan adalah cara atau perilaku yang ditempuh seseorang atau sekelompok orang dalam memilih, menggunakan bahan makanan dalam konsumsi pangan setiap hari yang meliputi jenis makanan, jumlah makanan dan frekuensi makan yang berdasarkan pada faktor-faktor sosial, budaya dimana mereka hidup.

Pola menu seimbang almatsier (2013) pola menu seimbang yang dikembangkan sejak tahun 1950 dan telah mengakar di kalangan masyarakat luar adalah pedoman menu 4 sehat 5 sempurna.

Menu adalah susunan makanan yang dimakan oleh seseorang untuk sekali makan atau untuk sehari. Misalnya menu/hidangan makan pagi berupa roti isi mentega dan pindakas, sari jeruk dan kopi susu. Menu seimbang adalah menu yang terdiri dari beraneka ragam makanan dalam jumlah dan proporsi yang sesuai, sehingga memenuhi kebutuhan gizi seseorang guna pemeliharaan dan perbaikan sel-sel tubuh dan proses kehidupan serta pertumbuhan dan perkembangan. Kehadiran atau ketidakhadiran suatu zat gizi esensial dapat mempengaruhi ketersediaan, absorbsi, metabolisme, atau kebutuhan zat gizi lain. Adanya saling keterkaitan antar zat-zat gizi ini menekanan keanekaragaman makanan dalam menu sehari-hari.

Pola makan menu seimbang yang bila disusun dengan baik mengandung semua zat gizi yang dibutuhkan oleh tubuh. Pola menu ini diperkenalkan oleh bapak Ilmu Gizi Dr. poorwo Soedarmo melalui. Dalam menyusun menu menurut 4 sehat 5

23

sempurna diperlukan pengetahuan bahan makanan, karena nilai gizi bahan makanan dalam tiap golongan tidak sama.

Di antara makanan pokok, jenis padi-padian, seperti beras, jagung, dan gandum mempunyai kadar protein lebih tinggi (7-11%) daripada umbi-umbian, dan sagu (1-2%). Bila menggunakan umbi-umbian sebagai makanan pokok, harus disertai makanan lauk dalam jumlah lebih besar dari pada bila menggunakan padi-padian. Makan beras tumbuk dan roti yang dibuat dari tepung gandum yang tidak digiling halus/warna cokelat lebih baik makan beras atau gandum putih, karena dalam keadaan tumbuk atau tidak digiling sempurna kedua bahan makanan tersebut mengandung lebih banyak tiamin atau vitamin B1 dan unsur lain vitamin B-kompleks.

Padi-padian merupakan sumber karbohidrat kompleks, tiamin, riboflavin, niasin, protein, zat besi, magnesium, dan serat. Umbi-umbian merupakan sumber karbohidrat kompleks, magnesium, kalium, dan serat. Porsi makanan pokok yang dianjurkan sehari untuk orang dewasa adalah sebanyak 300-500 gram beras atau sebanyak3-5 piring nasi sehari. Sebagian dari beras dapat diganti dengan jenis makanan pokok lain.

Lauk sebaiknya terdiri atas campuran lauk hewani dan nabati. Lauk hewani seperti daging, ayam, ikan, udang dan telur mengandung protein dengan nilai biologi lebih tinggi daripada lauk nabati. Daging merah, hati, limpa, kuning telur dan ginjal merupakan sumber zat besi yang mudah diabsorbsi. Ikan, terutama bila dimakan dengan tulangnya (ikan teri), disamping itu merupakan sumber kalsium. Ikan dan

24

telur lebih murah dari daging dan ayam. Secara keseluruhan lauk hewani merupakan sumber protein, fosfor, tiamin, niasin, vitamin B6, vitamin B12, zat besi, seng magnesium, dan selenium.

Kacang-kacang dalam bentuk kering atau hasil olahhan nya, walaupun mengandung protein dengan nilai biologi sedikit lebih rendah daripada lauk hewani karena mengandung lebih sedikit asam amino esensial mentionin, merupakan sumber protein yang baik. Kekurangan mentionin dapat diisi oleh bahan makanan yang lain seperti beras dan sereal. Kacang-kacangan kaya akan vitamin B, kalsium, fosfor, zat besi, seng, tembaga dan kalium terutama bila diperhitungkan harganya lebih murah. Kandungan serat yang tinggi dalam kacang-kacangan dihubungkan dengan pencegahan penyakit-penyakit jantung koroner, divertikular, apendisitis, hemoroid, kanker usus besar, batu empedu, dan diabetes melitus .

Porsi lauk hewani yang dianjurkan sehari untuk orang dewasa adalah sebanyak 100 gram atau dua potong ikan/daging/ayam sehari, sedangkan porsi lauk nabati sebanyak 100-150 gram atau 4-6 potong tempe sehari. Tempe dapat diganti dengan tahu atau kacang-kacangan kering.

Sayuran merupakan sumber vitamin A, vitamin C, asam folat, magnesium, kalium dan serat, serta tidak mengandung lemak dan kolesterol. Sayuran daun berwarna hijau, dan sayuran daun berwarna jingga/orange seperti tomat dan wortel mengandung lebih banyak vitamin A berupa beta karoten daripada sayuran yang tidak berwarna. Sayuran berwarna hijau kaya akan kalsium, zat besi, asam folat, dan vitamin C. contoh sayuran berwarna hijau adalah bayam, kangkung, daun singkong,

25

daun kacang, daun katuk. Dianjurkan sayuran yang dimakan tiap hari terdiri dari campuran sayuran daun, kacang-kacangan, dan sayuran berwarna jingga. Porsi sayuran dalam bentuk campur yang dianjurkan sehari adalah untuk orang dewasa 150-200 gram atau 1.5-2 mangkok sehari.

Buah berwarna kuning seperti mangga, pepaya, dan pisang raja kaya akan vitamin provitamin A, sedangkan buah yang kecut seperti jeruk, gandaria, jambu biji, dan rambutan kaya akan vitamin C. karena buah pada umumnya dimakan dalam keadaan mentah, buah merupak sumber vitamin C. secara keseluruhan buah merupakan vitamin A, Vitamin C, kalium, serat. Buah tidak mengandung natrium, lemak kecuali alpukat, dan kolesterol. Porsi buah yang dianjurkan 200-300 gram atau 2-3 potong sehari berupa pepaya atau buah lain.

Susu merupakan makanan alami yang hampir sempurna. sebagian besar zat gizi esensial ada dalam susu, yaitu protein bernilai biologi tinggi, kalsium, fosfor, vitamin A, dan tiamin (B1). Susu merupakan sumber kalsium paling baik, karena disamping kalsium yang tinggi, laktosa dalam susu membantu dalam penyerapan tetapi susu sedikit mengandung zat besi dan vitamin C. Porsi susu yang dianjurkan 1-2 gelas sehari.

Dalam buku Maryati (2000) menggambarkan pola makan yang baik dan kebiasaan makan yang tidak baik. Pola makan baik dimana:

Menyukai makanan yang bergizi, menyadari manfaat gizi untuk kesehatan dan pertumbuhan badan. Gizi hanya diperoleh dari makanan yang bergizi. Waktu makan yang teratur, terbiasanya kita makan teratur, maka alat pencernaanpun akan bekerja

26

secara teratur pula. Menghindari makanan yang dapat merugikan kesehatan. Yang masuk golongan ini antara lain: penggunaan bumbu penyedap seperti vetsin, menggunakan siklamat yang disebut sari manis sebagai pengganti gula untuk minuman. Demikian pula hendaknya diperhatikan kebiasaan, pada waktu membeli makanan atau minuman. Berusaha supaya suasana makan selalu tenang, sehingga makan pun dapat dilakukan dengan tidak tergesa-gesa. Kebiasaan ini sangat baik dan bermanfaat bagi tubuh, terutama untuk pencernaan karena segera setelah makanan masuk kedalam mulut, tubuh mulai bekerja mengolah makanan itu. Makanan itu dikunyah sehingga menjadi bagian-bagian yang kecil dan dengan pertolongan ludah bagian-bagian makanan itu menjadi licin dan dapat dengan mudah ditelan. Lebih lama makanan itu dikunyah lebih baik, dan sangat menguntungkan pencernaan selanjutnya.

Kebiasaan makan yang tidak baik. Suka jajan, banyak jajan adalah tidak baik, karena selain diragukan kebersihannya, belum tentu makanan yang dibeli itu bergizi baik. Di samping kurang bergizi yang menyebabkan badan tidak sehat dan lemah, jajanan itu mungkin pula mengandung kuman penyakit, sehingga kita akan jatuh sakit. Hanya menyukai makanan tertentu, orang yang seleranya hanya menyukai makanan tertentu, tanpa menghiraukan apakah makanan yang disenanginya itu bergizi atau tidak. Hal ini sangat merugikan, bila kebetulan makanan yang disukainya itu kurang atau tidak bergizi. Makanan tidak teratur.

Makan yang tidak teratur, misalnya karena asyik atau sibuk bekerja, sehingga waktu makan dilewatkan begitu saja, dapat menyebabkan penyakit pada alat-alat

27

pencernaan terutama pada lambung. Makan yang berlebihan, orang yang meskipun sudah merasa kenyang, tetapi karena apa yang dimakannya, masih terus saja makan. Kebiasaan ini menyebabkan badan menjadi gemuk bila terlalu gemuk, kesehatan pun akan terganggu.

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Kualitas hidup sangat ditentukan kualitas kesehatan seseorang, kesehatan yang terganggu tentunya akan membuat penurunan dalam kualitas dalam menjalani aktivitas sehari-hari. Contoh yang sering dikeluhkan dimasyarakat adalah maag. Maag itu dalam bagian medis disebut sindroma dispepsia. Keluhan yang disebabkan sindroma dispepsia pastilah sangat menggangu si penderita dikarenakan keluhan ini episodik dan bahkan menetap (Tarigan, 2003).

Setiap penderita berbeda dalam menanggapi sindroma dispesia. Ini di karenakan keluhan berbeda dialami setiap orang baik dari segi jenis keluhan ataupun kualitasnya (Djojoningrat, 2001). Sindroma dispepsia merupakan keluhan klinis yang sering dijumpai dalam praktik klinis sehari-hari (Djojoningrat, 2006). Keluhan terbanyak adalah nyeri epigastrium sebanyak 50,1 % dan keluhan yang paling sedikit adalah muntah sebanyak 6,8 % (Annisa, 2009).

Di Indonesia belum dapat data epidemiologi yang pasti. Sindroma dispepsia sudah menempati peringkat ke-5 untuk kategori penyakit terbanyak pasien rawat inap di rumah sakit dengan jumlah pasien laki-laki 9.594, perempuan 15.122, dan jumlah total 24.716 dengan CFR 0.67%. Sedangkan untuk kategori penyakit rawat jalan menempati peringkat ke-6 dengan jumlah pasien laki-laki 34.981, perempuan 53.618 dan jumlah total 105.279 (Depkes, 2010). Studi pendahuluan

2

di RSUP.H.Adam Malik Medan dalam kurun waktu 2001-2004 penderita sindroma dispepsia 484.

Sindroma dispepsia dikomunitas juga tergolong tinggi. Penelitian yang dilakukan Annisa (2009) pada remaja perempuan di SMA Plus Al-Azhar Medan dengan jumlah sampel 86 orang dengan data yang mengalami dispepsia 47 orang (64,4%). Data ini diperkuat penelitian Khotimah (2012) di Fakultas Keperawatan USU yang menderita dispepsia yaitu 49 orang (66,2 %). Sedangkan mahasiswa yang tidak menderita dispepsia adalah sebanyak 25 orang (33,8%).

Kemajuan teknologi yang sangat pesat menyebabkan terjadinya pergeseran pola hidup manusia terkhusus dikota. Gaya hidup modren dan tingkat aktivitas yang tinggi menuntut individu untuk melakukan berbagai hal yang serba praktis/ termasuk dalam hal konsumsi makanan dan tidak berorientasi terhadap kandungan zat gizi yang ada didalamnya.

Tingkah laku manusia atau kelompok manusia dalam memenuhi kebutuhannya akan makanan meliputi sikap, kepercayaan dan pemilihan terhadap makanan dapat berupa sifat positif dan negatif. Sikap positif dan sikap negatif terhadap makanan bersumber pada nilai affective yang berasal dari lingkungan (alam, budaya, sosial, dan ekonomi) dimana manusia atau kelompok tersebut tumbuh. Demikian juga halnya dengan kepercayaan terhadap makanan yang berkaitan dengan nilai kognitif, yaitu kualitas baik dan buruk serta menarik dan tidak menarik. Pemilihan merupakan proses psikomotor untuk memilih makanan yang dikonsumsi sesuai dengan sikap dan kepercayaannya (Brown, 2005).

3

Konsumsi makanan dapat mempengaruhi status gizi seseorang. Kurangnya konsumsi makanan baik secara kuantitas dan kualitas pada segala usia dapat menyebabkan gangguan dalam produksi tenaga dan pertahanan tubuh. Gangguan dalam produksi tenaga dan pertahanan tubuh. Gangguan dalam produksi tenaga dapat emenyebabkan individu kekurangan tenaga untuk bergerak, bekerja, dan melakukan aktivitas lainnya. Sedangkan gangguan dalam hal pertahanan tubuh dapat menurunkan daya tahan dan menyebabkan seseorang mudah terserang penyakit (wardlaw, 2004).

Pola makan yang sehat diasosiasikan dengan pengaturan dengan pengaturan jumlah dan jenis makanan dengan maksud tertentu, seperti mempertahankan kesehatan, status nutrisi, mencegah atau membantu kesembuhan penyakit. Setiap individu membutuhkan pola makan yang sehat dan seimbang untuk menjaga kesehatan dan untuk mendukung kelancaran aktivitas terutama bagi individu yang memiliki aktivitas keseharian yang padat, misalnya pada mahasiswa. Mahasiswa yang tergolong dalam kelompok usia transisi. Semua mahasiswa tinggal di rumah kost. Dimana perilaku/pola konsumsi makanan mahasiswi cendrung serba tidak teratur dan jauh dari ukuran sehat.

Peneliti melakukan Penelitian dengan judul pola makan dan sindroma dispepsia di Lingkungan IX Kelurahan Medan Selayang I. Di Lingkungan IX jumlah anak kost berdasarkan data kepling 2014 adalah mahasiswa sebanyak 348. Di lingkungan IX belum pernah dilakukan penelitian pola makan dan sindroma dispepsia.

4

1.2 Pertanyaan Penelitian

1.2.1 Bagaimana gambaran pola makan anak kost di Kelurahan Medan Selayang I Lingkungan IX?

1.2.2 Bagaimana angka kejadian sindroma dispepsia pada anak kost di Kelurahan Medan Selayang I Lingkungan IX?

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi pola makan dan sindroma dispepsia pada anak kost di Kelurahan Medan Selayang I Lingkungan IX.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Mengidentifikasi pola makan anak kost di Kelurahan Medan Selayang I Lingkungan IX.

2. Mengidentifikasi angka kejadian sindroma dispepsia pada anak kost di Kelurahan Medan Selayang I Lingkungan IX.

1.4 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini bermanfaat untuk pendidikan keperawatan, pelayanan keperawatan dan penelitian keperawatan. Secara rinci manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut:

5

1.4.1 Pendidikan Keperawatan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada mahasiswa di Fakultas Keperawatan USU tentang hubungan pola makan dengan sindroma dispepsia.

1.4.2 Pelayanan Keperawatan

Hasil penelitian ini dapat digunakan bagi perawat jiwa dan komunitas sebagai sumber informasi dalam meningkatkan asuhan keperawatan yang berhubungan dengan sindroma dispepsia dan pola makan.

1.4.3 Bagi Penelitian Selanjutnya

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan acuan, masukan dan pertimbangan maupun perbandingan bagi penelitian selanjutnya.

Judul : Hubungan Pola Makan dengan Sindroma Dispepsia pada Anak Kost di Lingkungan IX Kelurahan Medan Selayang I Nama : Mei Pakpahan

NIM : 111101044

Program Studi : S-1 Keperawatan

ABSTRAK

Sindroma dispepsia adalah gangguan pencernaan bagian atas. Sindroma dispepsia merupakan keluhan yang mengurangi kualitas hidup seseorang, dikarenakan sindroma dispepsia mengganggu si penderita dengan keluhan yang episodik bahkan menetap dan keluhan berbeda dialami oleh setiap orang dari jenis keluhan, dan kualitasnya. Tujuan penelitian ini,

untuk mengidentifikasi pola makan dan angka kejadian sindroma dispepsia. Menggunakan desain deskriptif, sampel penelitian ini adalah anak kost di Lingkungan IX Kelurahan Medan Selayang I berjumlah 78 orang dan menggunakan tehnik purposive sampling. Penelitian dilakukan pada november 2015 sampai dengan januari 2016 bahwa sebagian besar responden berusia 20 tahun tahun (32,1%), sebagian besar suku responden suku batak (65,4%), perempuan (52,6%), dan agama kristen sebayak (66,6%). Hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas pola makan anak kost menunjukkan kategori tidak teratur (52,6%). Pada penelitian diperoleh angka kejadian sindroma dispepsia positif 51orang (65,4), dan variasi keluhan sebagian besar nyeri ulu hati 39,7% pada anak kost di Lingkungan IX Kelurahan Medan Selayang I. Saran peneliti untuk responden (anak kost) agar memperhatikan pola makan ditengah- tengah banyak aktivitas.

viii

POLA MAKAN DAN SINDROMA DISPEPSIA PADA ANAK

Dokumen terkait