• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sindroma Dispepsia

2.1.3 Klasifikasi Dispepsia

Sindroma dispepsia dapat diklasifikasikan dispepsia organik, dan dispepsia non-organik atau dispepsia fungsional yang masing-masing akan dibahas lebih lanjut (Sujono Hadi, 2003)

Dispepsi organik jarang ditemukan pada usia muda, tetapi banyak ditemukan pada usia lebih dari 40 tahun. Istilah dispepsi organik baru dapat dipakai bila penyebabnya sudah jelas.

Dispesia tukak (ulcer-like dyspepsia), Dispepsi bukan tukak, Refluks gastroesofagel, Penyakit saluran empedu, Karsinoma (lambung, kolon, pancreas) pancreatitis, sindroma malabsorpsi, beberapa penyakit metabolism (diabetes mellitus

11

dan hipotiroid, hiperparatiroid, imbalans elektrolit), Penyakit lain, misalnya, penyakit jantung iskemik, penyakit vaskuler kolagen.

Dispepsia tukak keluhan penderita yang sering diajukan ialah rasa nyeri di ulu hati. Berkurang atau bertambahnya rasa nyeri ada hubungannya dengan makanan, pada tengah malam sering terbangun karena nyeri atau pedih di ulu hati. Hanya dengan pemeriksaan endoskopi dan radiologi dapat menentukan adanya tukak di lambung atau di duodenum.

Dispepsia bukan tukak mempunyai keluhan yang mirip dengan dispepsi tukak. Biasa ditemukan pada gastritis, duodenitis, tetapi pada pemeriksaan endoskopi tidak ditemukan tanda-tanda tukak.

Refluks Gastroesofangeal gejala yang klasik dari refluks gastroesofageal, yaitu rasa panas di dada disertai keluhan sindroma dispepsia lainya maka dapat disebut dispepsi refluks gastroesofageal.

Penyakit Saluran Empedu sindroma dispepsi ini biasa ditemukan pada penyakit saluran empedu.rasa nyeri dimulai dari perut kanan atas atau ulu hati yang menjalar kepunggung dan bahu kanan.

Karsinoma dari saluran makan esophagus, lambung pankreas kolon sering menimbulkan keluhan sindroma dispepsia. Keluhan yang sering di ajukan yaitu rasa nyeri di perut, keluhan bertambah berkaitan dengan makanan, anoreksia, dan berat badan menurun.

12

Pankreatitis rasa nyeri timbulnya mendadak, yang menjalar ke punggung. Perut dirasa makin tegang dan kembung. Disamping itu keluhan lain dari sindroma dispepsia juga ada.

Dispepsia pada sindroma malabsorbsi pada penderita ini di samping mempunyai keluhan rasa nyeri perut, nausea, anoreksia, sering flatus, kembung, keluhan utama lainnya yang mencolok ialah timbulnya diare profus yang berlendir.

Sindroma Dispepsia akibat Obat-obatan bayak macam obat yang dapat menimbulkan rasa sakit atau tidak enak didaerah ulu hati tanpa atau disertai rasa mual,dan muntah misalnya obat golongan NSAID (non steroidal anti inflammatory drugs), teofilin, digitalis, antibiotic oral (terutama ampisilin, eritromisin), alkohol, dan lain-lain. Oleh karena itu, perlu ditanyakan macam obat yang dimakan sebelum timbulnya keluhan dispepsia.

Sindroma Dispepsia akibat Ganguan Metabolisme diabetes mellitus dengan neuropati sering timbul komplikasi pengosongan lambung yang lambat, sehingga timbul keluhan nausea, vomitus, perasaan lekas kenyang. Menyebabkan timbulnya hipomotilitas lambung. Hiperparatiroid mungkin disertai rasa nyeri di perut, nausea, vomitus, dan anoreksia.

Penyakit lain penyakit jantung iskemik, sering memberi keluhan perut kembung, perasaan lekas kenyang. Penderita infark miokard dinding inferior juga sering memberi keluhan rasa sakit perut di atas, mual kembung, kadang-kadang penderita angina mempunyai keluhan memnyerupai refluks gastroesofageal.

13

Penyakit vaskuler kolagen, terutama pada sklerodema di lambung atau usus halus akan sering member keluhan sindroma dyspepsia. Rasa nyeri perut sering ditemukan pada penderita SLE terutama yang banyak makan kartikosteroid.

Sindroma Dispepsia fungsional atau dyspepsia non-organik, merupakan sindroma dispepsia yang tidak ada kelainan organik tetapi merupakan kelainan fungsi dari saluran makanan. Menurut Thompson (1984 dalam sudoyo 2009) untuk mengambarkan keadaan kronis berupa rasa tidak enak pada daerah epigastrium yang sering berhubungan dengan makanan, gejalanya seperti ulkus tapi pada pemeriksaan tidak ditemukan adanya ulkus. Legarde dan spiro menyebutnya sebagai sindroma dispepsia fungsional untuk keluhan tidak enak pada perut bagian atas yang bersifat intermitten sedangkan pada pemeriksaan tidak didapatkan kelaianan organis.

Sindroma dispepsia fungsional termasuk didalamnya dispepsia dismotilitas (dismotility like dyspepsia). Pada dispepsia dismotilitas umumnya terjadi gangguan motilitas, di antaranya: waktu pengosongan lambung lambat, abnormalitas mioelektrik lambung, refluks gastroduodenal. Penderita dengan dispepsia fungsional biasanya sensitif terhadap produksi asam lambung, yaitu terdapat kenaikan asam lambung.

Kelainan psikis, stress dan factor lingkungan juga dapat menimbulkan dispepsia fungsional. Hal ini dapat dijelaskan kembali faal saluran cerna pada proses pencernaan yang ada pengaruhnya dari nervus vagus. Nervus vagus tidak hanya merangsang sel parietal secara langsung, tetapi memungkinkannya efek dari antral gastrin dan rangsangan lain dari sel parietal dengan melihat, mencium bau atau

14

membayangkan sesuatu makanan saja sudah terbentuk asam lambung yang banyak mengandung HCL dan pepsin. Hal ini terjadi secara reflektoris oleh karena pengaruh nervus vagus.

Dispepsia terbagi atas dua subklasifikasi, yakni dispepsia organik dan dispepsia fungsional, jika kemungkinan penyakit organik telah berhasil dieksekusi (Montaito M, Santoro L, Vastola M, Curigliano V, Cammarota G, Manna R, 2004).

Dispepsia fungsional dibagi menjadi 2 kelompok, yakni postprandial distress syndroma mewakili kelompok dengan perasaan “begah” setelah makan dan perasaan

cepat kenyang, sedangkan epicgastric pain syndrome merupakan rasa nyeri yang lebih konstan dirasakan dan tidak begitu terkait dengan makan seperti halnya postprandial distress syndrome.

Dalam praktik klinis, sering dijumpai kesulitan untuk membedakan antara gastroesophageal reflux disease (GERD), irritable bowel syndrome (IBS), dan dispepsia itu sendiri. Hal ini sedikit banyak disebabkan oleh ketidakseragaman institusi dalam mendefinisikan masing-masing entitas klinis tersebut.

El-serag dan talley (2004) melaporkan bahwa sebagian besar pasien dengan univentigasi dyspepsia setelah diperiksa lebih lanjut, ternyata memiliki diagnosis dispepsia fungsional. Talley secara khusus melaporkan sebuah sistem klasifikasi dispepsia, yaitu Nepean dyspepsia index, yang hingga kini banyak divalidasi dan digunakan dalam penelitian di berbagai negara, termasuk baru-baru ini di China

15

(Dahlerup S, Andersen RC, Nielsen BS, Schjodt I, Christense LA, Gerdes LU, et al. 2011).

Dokumen terkait