BAB II KETERLIBATAN NOTARIS SELAKU PEJABAT UMUM
B. Keterlibatan Notaris selaku Pejabat Umum dalam Perkara
B.2 Kelalaian
Sering juga disebut kurang hati-hati, alpa, tidak sengaja. Di dalam undang- undang tidak ditentukan apa arti kesalahan ini, suatu tindak pidana itu tidak selalu terjadi karena kesengajaan, tetapi dapat pula disebabkan karena kelalaian atau kurang
hati-hati. Dalam Ilmu Pengetahuan Hukum Pidana, cirri-ciri kealpaan itu adalah : 1. Melakukan suatu tindakan dengan kurang kewaspadaan yang
diperlukan/kurang hati-hati
2. Si pelaku dapat memperkirakan akibat yang terjadi tetapi merasa dapat mencegahnya
Menurut M.v.T (Memorie van Toelichting) kealpaan pada diri si pelaku terdapat : 1. Kekurangan pikiran yang diperlukan atau akal;
2. Kekurangan pengetahuan yang diperlukan atau tidak mempunyai ilmu;
3. Kekurangan kebijaksanaan yang diperlukan.
Istilah-istilah kelalaian dalam KUHPidana untuk kelalaian adalah : 1. Karena salahnya (Pasal 188 KUHPidana)
2. Kealpaan (Pasal 231 KUHPidana)
3. Harus dapat menduga atau dapat menyangka (Pasal 287 KUHPidana)
4. Ada alasan kuat untuk menduga (Pasal 282 KUHPidana) 46
46 Berlin Nainggolan, Kuliah Hukum Pidana I, Tanggal 04 Nopember Tahun 1999, Fakultas
Dibandingkan dengan kesengajaan, kejahatan ini lebih ringan sifatnya, hal ini dapat kita lihat dari ancaman hukuman untuk delik kelalaian. Kelalaian dipidana penjara maksimal 1 tahun kurungan, dan minimal 1 hari. Hanya dalam delik tertentu saja ancaman hukuman penjara maksimal 5 tahun, misalnya Pasal 359, 360 KUHPidana.
Ada dua faktor Notaris terlibat dalam peristiwa hukum yakni : Faktor Internal yakni yang berasal dari notaris sendiri, baik sadar ataupun tidak sadar, contoh : “Ada notaris yang sedang mengikuti Rapat Umum Pemegang Saham Perseroan Terbatas, rapat belum selesai notaris mendapat panggilan dari orang terdekatnya yang mengabari bahwa anaknya jatuh sakit, mendengar hal itu Notaris meninggalkan rapat tanpa meminta skorsing. Padahal dalam rapat itu masih ada empat agenda yang belum dibicarakan dan notaris harus menyaksikan langsung semua urutan peristiwa RUPS dari awal sampai akhir tanpa meninggalkan tempat kecuali meminta skorsing”. Inilah salah satu kecerobohan notaris. Dan hal ini dapat menimpa siapa saja, tidak peduli notaris senior mapun yang junior, dan notaris rawan terkena jerat hukum karena tidak mematuhi prosedur, tidak menjalankan etika profesi dan sebagainya.
Notaris juga dihadapkan pada masalah beredarnya surat identitas palsu seperti KTP, Surat Keterangan Keluarga, Sertipikat, Perjanjian Jual Beli, dan lain sebagainya. Padahal dokumen tersebut mengandung konsekuensi hukum begi pemiliknya. Notaris mengacu pada dokumen-dokumen ini dalam melakukan pelayanannya sebagai pejabat umum yang ditunjuk mewakili Negara dengan membuat akta otentik. Kalau dokumen palsu berarti akta dan pengikatan yang dibuat juga palsu dan batal demi hukum. Inilah faktor yang datang di luar kemauan notaris sendiri.47
Akibat hukum di atas berasal dari kelalaian Notaris sendiri yang telah meninggalkan RUPS tanpa skorsing akibat anaknya yang sakit, karena tidak mengingat perannya sebagai Notaris yang memiliki aturan-aturan yang mengikuti jabatannya selaku pembuat akta otentik. Pembuatan akta Berita Acara Rapat RUPS,
47 Pengurus Pusat Ikatan Notaris Indonesia, Jati Diri Notaris Indonesia, Gramedia Pustaka,
ada memuat waktu mulai rapat dan kapan selesainya rapat, dengan demikian dari awal hingga akhir rapat, Notaris harus tetap hadir.48 Namun terhadap pemalsuan
dokumen yang dibawa penghadap apakah dapat dikategorikan sebagai kelalaian jika Notaris mengetahuinya, maka hal ini dibutuhkan penyelidikan mendalam oleh aparatur kepolisian.
Akta ini dibuat atas kehendak pihak-pihak. Jadi umpamanya yang menghadap itu orang yang masih di bawah umur yakni 15 tahun. Tetapi waktu menghadap kepada notaris mengaku berumur 22 tahun, dan membawa keterangan dari lurah memang umurnya 22 tahun. Anak itu menjual rumahnya, akta dibuat. Baru kemudian diketahui, bahwa anak itu beumur 15 tahun. Akta itu otentik, apa yang dikatakan dalam akta itu benar tetapi yang melakukan perbuatan hukum belum cakap. Dan oleh pengadilan akta ini dapat dibatalkan.49
Jika Notaris dalam persidangan dapat membuktikan bahwa akibat yang telah mengakibatkan kerugian dari salah satu penghadap berasal dari bukan dari Notaris, dan Notaris tidak pernah mengetahui atau menduga niat tidak baik dari para penghadap. Dalam hal ini Notaris tidak memiliki unsur sengaja atau kelalaian.
Kesengajaan dan kealpaan merupakan bentuk kesalahan yang dapat dipidana menurut ketentuan yang berlaku. Kesengajaan dan kealpaan dapat timbul akibat pengaruh yang berasal dari diri sendiri maupun dari lingkungan sekitar pelaku
48 Roosmidar,. Notaris/PPAT, Wawncara, tanggal 22 Maret 2010 49 A. Kohar, Notaris Berkomunikasi, Alumni, Bandung, 1984, Hal.20-21
(dader)50. Di bawah ini akan diuraikan beberapa faktor penyebab seseorang terlibat
perkara pidana.
1. Kondisi fisik
Kondisi fisik seseorang berhubungan erat dengan perawatan kesehatan yang baik, ditandai kebugaran jasmani yang memuaskan, jauh dari sakit yang berkepanjangan yang mengganggu kehidupan sehari-hari.51 Kondisi
fisik berpengaruh secara timbal balik dengan kondisi psikis, perasaan sakit-sakitan, lemah lemas, tidak ada gairah untuk melakukan atau mengerjakan sesuatu, keluhan yang berpindah-pindah yang seringkali dari segi fisik tidak apa-apa, tetapi terpengaruh oleh kondisi kejiwaan.52
Selain itu pemakaian tenaga berlebihan dan tanpa dibarengi dengan kualitas makan yang baik, istirahat yang cukup, akan berpengaruh besar terhadap kondisi fisik. Lingkungan sekitar, masalah perumahan dapat juga mempengaruhi kondisi fisik seseorang.53
Kondisi fisik seorang Notaris juga tidak lepas dari kehidupan sehari-hari Notaris itu sendiri, dan keadaan fisik Notaris yang tidak sehat
50 Setiawan Siregar,. Dosen Hukum Pidana Universitas Sumatera Utara, Wawancara, tanggal
30 Januari 2010
51 Edi Yunara., Advocat,. Wawncara, tanggal 30 Januari 2010
52
Gerson W Bawengan, Pengantar Psikologi Kriminil, PT. Pradnya Paramita, Jakarta, 1991, Hal. 41-51
53
dapat mempengaruhi aktivitas Notaris dalam membuat akta autentik. Apakah para penghadap dapat mengetahui keadaan fisik Notaris dalam keadaan sehat atau tidak, karena dalam perakteknya seorang Notaris tidak pernah menyatakan dirinya dihadapan para penghadap bahwa ia dalam keadaan tidak sehat, tetapi sebaliknya Notaris selalu menanyakan keadaan para penghadap.
Keadaan fisik Notaris, baik sadar atau tidak hanya Notaris sendiri yang tahu. Apakah Notaris yang selama 6 (enam) bulan belum pernah menerima orderan, mau menolak membuat akta autentik dan saat yang bersamaan keadaan Notaris sendiri dalam keadaan tidak sehat. Hal seperti ini dapat menimpa siapa saja, baik Notaris yang baru dilantik, juga Notaris yang telah lama menjalani profesinya.
2. Kondisi Mental/kejiwaan
Alam pikiran, emosi dan kondisi kejiwaan seseorang adalah penggerak atau dasar dalam bertingkah laku, berinteraksi dengan orang lain, berkarya dan berpengaruh terhadap perasaan bahagia atau tidak bahagia. Kondisi mental/psikis ini ditandai oleh rasa puas, bahagia dalam kehidupan sehari-hari.54
Kepuasan dalam kehidupan pribadi ini berhubungan pula dengan gambaran kepribadian secara umum yang matang dengan segi-segi karakterologis yang cukup berkembang dan terpadu. Kematangan kepribadian menjamin dirinya mampu untuk menghadapi dan mengatasi hambatan-hambatan kepribadian dalam bermasyarakat.55 Kualitas
kepribadian yang baik, dengan pandangan dan tujuan hidup yang matang, akan jauh dari sumber ketegangan, sumber frustasi dan mampu menerima dan menyesuaikan diri dengan lingkungannya.
Setiap orang yang datang menghadap kehadapan Notaris, tidaklah pernah tahu mengenai kejiwaan dari Notaris itu, apakah rohaninya dalam keadaan sehat atau tidak, karena pasti setiap orang beranggapan bahwa semua Notaris adalah seorang sarjana yang dapat dipercaya dan mampu dapat mengatasi persoalan hukum yang sedang dihadapinya.
Dalam dunia ilmu kejiwaan ada dikenal dengan Mythomania56
55 Bambang Nurdiansyah,. Advocat, Wawancara, 09 Januari 2010
56 istilah ini pertama kali diperkenalkan pada thn 1905 oleh seorang psikiater bernama
ferdinand dupré. mythomania adalah kecenderungan berbohong yang dimaksudkan bukan untuk menipu/mengelabuhi orang lain, tetapi justru untuk membantu dirinya sendiri mempercayai/meyakini kebohongannya sendiri. berbeda dengan seorang pembohong biasa yang sadar bahwa ia tengah berbohong dan mampu membedakan antara kenyataan dan bukan kenyataan, seorang mythomaniac tdk sepenuhnya menyadari bahwa ia sedang berbohong. ia tidak mampu membedakan antara 'kenyataan' yg berasal dari imaginasinya dan kenyataan yang sebenarnya. kebohongan-kebohongan yang dilakukan olehnya cenderung 'di luar ' kesadaran, yang artinya adalah dia tidak tahu/tidak sadar bhw orang lain akan merasa terganggu dengan kebohongannya, karena yang terpenting baginya adalah dirinya mendapat pengakuan oleh sekelilingnya, pengakuan terhadap 'kenyataan' yang ingin ia wujudkan demi melarikan dirinya dari kenyataan sebenarnya yang tidak mau ia terima, dengan tanpa rasa menderita. (initea.multiply.com), tanggal 09 Januari 2010
(orang yang suka berkata yang tidak sebenarnya) dan Kleptomania57
(orang yang suka menyembunyikan sesuatu barang). Dalam hidup bermasyarakat, apakah tahu jika seseorang mengalami kelainan seperti
mythomania dan kleptomania tersebut di atas, begitu juga dengan pejabat yang melantik Notaris.
Jikalau dikemudian hari Notaris dapat dibuktikan memiliki kelainan jiwa oleh Ahli Psikolologi yang dapat mengganggu efektifitas dalam menjalankan jabatannya selaku Notaris, Ikatan Notaris Indonesia harus dapat menyarankan kepada Notaris untuk melakukan konseling kepada ahli kejiwaan dan menyarankan untuk mengambil cuti.
3. Kondisi sosio-ekonomi dan budaya
Setiap orang mencapai usia dewasa selayaknya punya status dan biasa memperlihatkan peranannya secara wajar. Ditandai oleh adanya jabatan, pangkat, pekerjaan yang mungkin dapat memenuhi kebutuhan dasar dan minimal sebagai anggota masyarakat atau sebagai kepala keluarga.
57 Kleptomania (bahasa Yunani: κλέπτειν, kleptein, "mencuri", μανία, "mania") adalah
penyakit jiwa yang membuat penderitanya tidak bisa menahan diri untuk mencuri. Benda-benda yang dicuri oleh penderita kleptomania umumnya adalah barang-barang yang tidak berharga, seperti mencuri gula, permen, sisir, atau barang-barang lainnya. Sang penderita biasanya merasakan rasa tegang subjektif sebelum mencuri dan merasakan kelegaan atau kenikmatan setelah mereka melakukan tindakan mencuri tersebut. Tindakan ini harus dibedakan dari tindakan mencuri biasa yang biasanya didorong oleh motivasi keuntungan dan telah direncanakan sebelumnya. (id.wikipedia.org), tanggal 09 Januari 2010
Lingkungan sosial, lingkungan pergaulan dengan berbagai kewajiban dan tuntutan, seringkali menjadi sumber ketegangan yang menekan.58 Dalam
hal ini bisa terjadi suasana konflik, suasana bimbang untuk menentukan sikap. Mengikuti dalam arti menyesuaikan diri dengan lingkungan tidak mungkin misalnya karena menyangkut materi atau keuangan.59
Sebaliknya kalau tidak mengikuti juga salah, karena bisa menimbulkan perasaan tersisih atau benar-benar disisihkan oleh lingkungannya. Keadaan serba tidak pasti malah menimbulkan ketegangan-ketegangan tersendiri dan menyebabkan sering melakukan kesalahan-kesalahan dan selanjutnya kekecewaan. Kegagalan untuk mengikuti atau mengimbangi lingkungan sosial bisa menimbulkan reaksi-reaksi frustasi pada pribadi yang mengalami selanjutnya berpengaruh terhadap orang-orang yang ada disekitarnya juga terhadap aktivitasnya sehari-hari.60
Kondisi keluarga dan masyarakat dipengaruhi oleh faktor budaya, baik yang bersifat materil maupun non-materil yang seringkali menimbulkan ketidakseimbangan.61 Kemajuan dan modernisasi teknologi
membawa dampak tersendiri dalam kehidupan keluarga dan dengan
58
Chainur Arrasjid, Suatu Pemikiran Tentang Psikologi Kriminil, Kelompok Studi Hukum dan Masyarakat Fakultas Hukum USU, Medan, 1998, Hal. 41-44
59 Chainur Arrasjid, Suatu Pemikiran Tentang Psikologi Kriminil, Ibid.
60 Onny Medeline., Dosen Universitas Panca Budi Medan, Wawancara, tanggal 23 Januari
2010.
sendirinya terhadap pribadinya.62 Demikian juga pula sistem nilai sikap
dan norma-norma banyak mengalami perubahan karena lalu lintas kebudayaan luar sudah sedemikian bebasnya dan hal ini juga bisa menimbulkan ketidakseimbangan antara pribadi atau keluarga dengan lingkungannya.63
4. Kondisi lingkungan keluarga
Lingkungan keluarga adalah lingkungan yang memberikan dasar dan pengalaman-pengalaman hidup (terutama anak-anak) dan selanjutnya berpengaruh terhadap pola sikap dan system nilai dalam kehidupannya.64
Prof. Lange melakukan penelitian terhadap George dan Adolf Kraemer adalah saudara kembar yang kemudian menjadi penjahat. Neneknya seorang brutal, ayahnya seorang pemabuk. Adolf bersifat pemarah dan George seorang pemabuk. Dan Prof. Lange berkesimpulan kedua orang itu menjadi jahat akibat pengaruh keturunan dan bukan berhubungan dengan lingkungan.65
Banyak peristiwa yang dapat mempengaruhi keadaan kepribadian sesorang dikemudian hari dan tidak mudah diatasi. Banyak pengalaman
62 Surya Adinata., Advocat., Wawancara, tanggal 23 Januari 2010
63 Onny Medeline., Dosen Universitas Panca Budi Medan, Wawancara, Op. Cit
64
Gerson W Bawengan, Pengantar Psikologi Kriminil, Op.Cit., Hal. 42-43
dalam kehidupan seseorang yang berlangsung sedikit demi sedikit dan berpengaruh Negatip misalnya : cara bersikap, perlakuan, cara mendidik, pola asuh yang tentunya tidak sengaja telah diterapkan kepada anak.66
Selanjutnya akan dikemukakan beberapa pasal dalam Buku II KUHPidana yang dapat dikenakan terhadap Notaris dalam menjalankan jabatannya, yakni :
Pasal 224 KUHPidana
“Dihukum, barangsiapa yang dipanggil menurut undang-undang akan menjadi saksi, ahli atau jurubahasa, dengan sengaja tidak memenuhi ssesuatu kewajiban yang sepanjang undang-undang harus dipenuhi dalam jabatan tersebut.”67
Dengan unsur-unsurnya sebagai berikut : 1. Barangsiapa.
2. Dipanggil menurut undang-undang (oleh hakim) untuk menjadi saksi, ahli atau jurubahasa baik dalam perkara pidana, maupun dalam perkara perdata.
3. Dengan sengaja tidak memenuhi (menolak) suatu kewajiban yang menurut undang-undang harus ia penuhi.
Pasal 242 ayat 1 KUHPidana
“Dihukum, barangsiapa dalam hal-hal yang menurut peraturan undang-
66 Surya Adinata., Advocat., Wawancara, tanggal 23 Januari 2010 67 R. Susilo,. Kitab Undang-undang Hukum Pidana, Ibid
undang menuntut sesuatu keterangan dengan sumpah atau jika keterangan itu membawa akibat bagi hukum dengan sengaja memberi keterangan palsu, yang ditanggung dengan sumpah, baik dengan lisan atau tulisan, maupun oleh dia sendiri atau kuasanya.”68
Dengan unsur-unsur sebagai berikut : 1. Barangsiapa.
2. Keterangan itu harus atas sumpah.
3. Keterangan itu harus diwajibkan menurut undang-undang atau menurut peraturan yang menentukan akibat hukum pada keterangan itu.
4. Keterangan itu harus palsu (tidak benar) dan kepalsuan ini diketahui oleh pemberi keterangan.
5. Keterangan itu dapat diberikan dengan lisan maupun tulisan dan dapat diberikan oleh orang itu sendiri atau orang yang khusus diberi kuasa untuk itu.
Pasal 263 ayat 1 KUHPidana
“Dihukum, barangsiapa membuat surat palsu atau memalsukan surat, yang dapat menerbitkan sesuatu hak, sesuatu perjanjian (kewajiban) atau sesuatu pembebasan utang, atau yang boleh dipergunakan sebagai keterangan bagi sesuatu perbuatan, dengan maksud akan menggunakan atau menyuruh orang lain menggunakan surat-surat itu seolah-olah surat itu asli dan tidak dipalsukan, maka kalau mempergunakannya dapat mendatangkan sesuatu
kerugian.”69
Dengan unsur-unsur sebagai berikut : 1. Barangsiapa.
2. Yang diartikan surat adalah segala surat yang ditulis tangan, dicetak, maupun memakai mesin tik dan lain sebagainya.
3. Surat yang palsu itu harus suatu surat yang dapat menerbitkan suatu hak, dapat menerbitkan sudatu perjanjian, menerbitkan suatu pembebasan utang, dan dapat sbagai suatu keterangan yang menerangkan suatu peristiwa.
4. Membuat surat palsu atau memalsukan surat.
5. Pada waktu memalsukan surat itu harus dengan maksud akan menggunakan atau menyuruh orang lain untuk menggunakan surat itu seolah-olah asli.
6. Dapat mendatangkan kerugian bagi orang lain.
Pasal 264 ayat 1 KUHPidana
“Dihukum, telah memalsukan surat terhadap : a. Akta otentik;
b. Surat atau sertipikat hutang dari suatu lembaga umum;
c. Surat saham atau surat hutang sesuatu perserikatan, perseroan, atau perkumpulan;
d. Surat tanda untung sero (deviden), tanda bunga, atau tentang surat keterangan yang dikeluarkan sebagai pengganti;
e. Surat utang piutang atau surat dagang yang akan diedarkan.”70
Dengan unsur-unsur sebagai berikut : 1. Barangsiapa.
2. Selain unsur yang terdapat dalam Pasal 263 KUHPidana, juga;
3. Bahwa surat yang dipalsukan itu terdiri dari surat autentik, yang bersifat umum dan mendapat kepercayaan dari umum.
Pasal 266 ayat 1 KUHPidana
“Dihukum, barangsiapa menyuruh menempatkan keterangan palsu kedalam sesuatu akte authentik tentang sesuatu kejadian yang kebnarannya harus dinyatakan oleh akte itu, dengan maksud akan menggunakan atau menyuruh orang lain menggunakan akte itu seolah-olah keterangannya itu cocok dengan hal sebenarnya, maka kalau dalam mempergunakannya itu dapat mendatangkan kerugian.”71
Dengan unsur-unsur sebagai berikut : 1. Barangsiapa.
2. Orang yang memberikan keterangan tidak benar kepada pejabat umum, dengan maksud untuk mempergunakan atau menyuruh orang lain
70 R. Susilo,. Kitab Undang-undang Hukum Pidana, Ibid 71 R. Susilo,. Kitab Undang-undang Hukum Pidana, Ibid
mempergunakan akte itu seolah-olah keterangan yang dimuat di dalamnya itu benar.
3. Memiliki akibat yang dapat merugikan orang lain.
Pasal 378 KUHPidana
“Dihukum, barangsiapa dengan maksud hendak menguntungkan diri sendiri atau orang lain dengan melawan hak, baik dengan memakai nama palsu, baik dengan akal dan tipu muslihat, maupun dengan karangan perkataan-perkataan bohong, membujuk orang supaya memberikan sesuatu barang, membuat utang atau menghapuskan piutang.”72
Dengan unsur-unsur sebagai berikut : 1. Barangsiapa.
2. Hendak menguntungkan diri sendiri atau orang lain dengan melawan hak.
3. Membujuk dengan nama palsu, akal cerdik, perkataan bohong atau melakukan pengaruh dengan kelicikan tehadap orang sehingga orang tersebut tidak mengetahui duduk perkaranya.
Pasal 415 KUHPidana
“Dihukum, seorang pejabat atau orang lain yang ditugaskan menjalankan suatu jabatan umum terus menerus atau untuk sementara waktu, yang dengan sengaja menggelapkan uang atau surat yang berharga, yang disimpan karena jabatannya, atau dengan sengaja membiarkan uang atau surat berharga itu
diambil atau digelapkan oleh orang lain atau membantu orang lain itu.”73
Dengan unsur-unsur sebagai berikut :
1. Pegawai negeri atau Pejabat umum yang menjalankan tugasnya sementara waktu atau terus menerus.
2. Yang menggelapkan uang atau surat berharga, yang disimpan karena jabatannya.
3. Atau dengan sengaja diambil atau digelapkan oleh orang lain “membantu melakukan”.
Pasal 416 KUHPidana
“Dihukum, seorang pejabat atau orang lain yang ditugaskan menjalankan suatu jabatan umum terus menerus atau untuk sementara waktu, dengan sengaja membuat secara palsu atau memalsukan buku atau daftar yang semata-mata untuk pemeriksaan administrasi.”74
Dengan unsur-unsur sebagai berikut :
1. Pegawai negeri atau Pejabat umum yang menjalankan tugasnya sementara waktu atau terus menerus.
2. Sengaja memalsukan buku atau daftar yang semata-mata untuk pemeriksaan administrasi.
73 R. Susilo,. Kitab Undang-undang Hukum Pidana, Ibid 74 R. Susilo,. Kitab Undang-undang Hukum Pidana, Ibid
Pasal 417 KUHPidana
“Dihukum, seorang pejabat atau orang lain yang ditugaskan menjalankan suatu jabatan umum terus menerus atau untuk sementara waktu, dengan sengaja menggelapkan, membinasakan, merusakkan atau membuat sehingga tidak dapat dipakai lagi, barang yang diperuntukkan akan menjadi tanda bukti atau keterangan bagi kekuasaan yang berhak atau surat akta, surat keterangan atau daftar yang disimpannya karena pekerjaannya, atau membiarkan orang lain menghilangkan, membinasakan, merusak atau membuat sehingga tidak dapat dipakai lagi.”75
Dengan unsur-unsur sebagai berikut :
1. Pegawai negeri atau Pejabat umum yang menjalankan tugasnya sementara waktu atau terus menerus.
2. Yang menggelapkan, membinasakan, merusak, dll.
3. Suatu barang yang diperuntukkan untuk tanda bukti atau keterangan bagi kekuasaan yang berhak, surat akte.
4. Disimpan karena jabatannya.
Untuk lebih memperjelas ada tidaknya perkara pidana yang dapat melibatkan Notaris, di bawah ini menceritakan beberapa pristiwa hukum yang benar keadaannya dan tidak dikurangi, dimana Notaris terlibat di dalamnya.
Contoh kasus I :
Ada peristiwa hukum percobaan pemalsuan SPPT PBB, tidak dilaporkan sekira di bulan Juli Tahun 2009 ada Debitur Bank Maspion Indonesia cabang Medan dengan inisial B yang meminta bantuan jasa Notaris/PPAT X yang berkantor di Perumahan Tasbi, untuk dibuatkan pengikatan jual beli tanah dan bangunan. Peristiwa ini disaksikan oleh penulis, Legal Department dan Marketing Bank Maspion, dan saksi korban Pimpin Alwi, Djaiman Chandra.
Notaris/PPAT X menawarkan, bahwa ia dapat merubah nilai NJOP PBB Tahun 2009 untuk dijadikan dasar pembayaran Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan agar lebih murah dengan biaya 50 % dari total yang akan dibayarkan sebelum NJOP PBB diturunkan.
Notaris/PPAT X juga menahan bukti hak atas tanah dan bangunan dengan cara selalu menghindar dari pemilik bukti hak ketika para pihak ingin membatalkan transaksi jual beli di kantor Notaris/PPAT X.
Untuk menghindari hal-hal yang tidak diharapkan, Legal Department Bank Maspion turun tangan dan memaksa Notaris/PPAT X untuk menyerahkan berkas-berkas milik debitur dengan pembayaran kompensasi jasa cek bersih sertipikat, pembuatan Akte Pengikatan Jual Beli sebesar Rp.4.000.000,- (empat juta rupiah).76
Dalam peristiwa hukum di atas, bahwa Notaris/PPAT X telah sadar bermaksud berencana untuk pemalsuan surat sebagaimana termaktub dalam Pasal 263 ayat 1 jo Pasal 55 ayat 1 dan 2 KUHPidana dan menahan bukti hak atas tanah seperti yang tercantum dalam Pasal 4 angka 8 Kode Etik Notaris. Serta Notaris/PPAT X meminta kompensasi jasa Notaris di luar kebiasaan Notaris yang ada di Medan pada umumnya yakni untuk cek bersih sertipikat dan pembuatan akte perjanjian jual beli kurang lebih sebesar Rp.300.000,- (tiga ratus ribu Rupiah) namun oleh Notaris/PPAT X dikenakan Rp.4.000.000,- (empat juta Rupiah).
Contoh kasus II
Selanjutnya peristiwa hukum pemalsuan surat yang diumumkan di Harian Analisa terbit Selasa, 10 Nopember 2009 memuat berita perkara pemalsuan surat oleh Notaris di Medan. Majelis hakim Pengadilan Negeri (PN) Medan menolak eksepsi seorang notaris yang dituduh membuat keterangan palsu pada akta otentik. Hal itu disampaikan pada persidangan