• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL DAN PEMBAHASAN

B. Kelangsungan Hidup Anakan A. fuciphagus

Berdasarkan hasil penelitian selama 21 hari dapat diperoleh gambaran mengenai pertumbuhan berat, pertumbuhan bulu, kelangsungan hidup anakan A. fuciphagus. Parameter tersebut didukung dengan hasil analisis kualitas media pemeliharaan.

Mortalitas atau kelangsungan hidup adalah peluang hidup pada periode tertentu. Tingkat kematian pada suatu populasi dipengaruhi oleh faktor luar dan faktor dalam. Faktor luar meliputi kondisi lingkungan abiotik, kompetisi antar spesies, pemangsa dan kekurangan pakan. Faktor dalam meliputi umur dan kemampuan untuk mencerna makanan (Klasing, 1998).

Tabel 4. Kelangsungan hidup atau Survival Rate (SR) anakan A. fuciphagus berdasarkan frekuensi pemberian telur O. smaragdina pada akhir penelitian.

Jenis Pakan Frekuensi

Pemberian Pakan Kelangsungan Hidup± SD Kelangsungan Hidup ± SD (%) Telur O. smaragdina 3 kali 46,62±18,23a 75,52±26,64a 5 kali 79,96±18,29b 7 kali 100±0,00c Larva O. smaragdina 3 kali 13,32±18,23d 37,74±24,74b 5 kali 46,62±18,23e 7 kali 53,28±18,23f

Keterangan: angka yang diikuti huruf yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan ada beda nyata (P<0,05) antara perlakuan

Gambar 3. Grafik rata-rata kelangsungan hidup anakan A. fuciphagus setiap 7 hari pengamatan setelah berdasarkan frekuensi pemberian telur O. smaragdina.

0 0,5 1 1,5 2 2,5 3 3,5

hari ke-1 hari ke-7 hari ke-14 hari ke-21

jum la h ind iv id u (e k o r)

3 kali pemberian telur O. smaragdina

5 kali pemberian telur O. smaragdina

7 kali pemberian telur O. smaragdina

3 kali pemberian larva O. smaragdina

5 kali pemberian larva O. smaragdina

7 kali pemberian larva O. smaragdina

Pada gambar 3 terlihat bahwa dari pemberian telur O. smaragdina 7 kali per hari diperoleh kelangsungan hidup anakan A. fuciphagus rata-rata sebesar (100%) dan dari hasil uji DMRT 5% (lampiran 2), perlakuan tersebut berbeda nyata (P<0.05) dengan pemberian telur O. smaragdina 3 kali per hari (66,6%), dan pemberian telur O. smaragdina 5 kali per hari

(33,3%). Hasil pengukuran kelangsungan hidup rata-rata anakan A.

fuciphagus tiap perlakuan untuk setiap waktu pengamatan disajikan pada gambar 2.

Sebagai kontrol, pemberian larva O. smaragdina dengan frekuensi 3, 5, dan 7 kali per hari. Pada tabel 4 terlihat bahwa dari perlakuan pemberian telur O. smaragdina diperoleh kelangsungan hidup rata-rata

sebesar 75,52 %. Perlakuan tersebut beda nyata (P<0,05) dengan perlakuan pemberian larva O. smaragdina sebesar 37,74% . Dari analisis sidik ragam menunjukkan bahwa perlakuan memperlihatkan beda nyata pada pemberian telur O. smaragdina memperlihatkan respon kelangsungan hidup lebih baik daripada pemberian larva O. smaragdina.

Kelangsungan hidup dan pertumbuhan anakan A. fuciphagus sangat ditentukan oleh dua faktor utama yaitu nutrisi dalam pakan dan kualitas

lingkungan sebagai media pemeliharaan anakan A. fuciphagus.

Pertumbuhan yang maksimal dapat dicapai apabila kuantitas dan kualitas penyediaan makanan cukup baik, serta didukung oleh kondisi media pemeliharaan yang sesuai dengan kebutuhan anakan burung (Klasing, et al., 1997). Menurut Marzuki (1997) rendahnya kelangsungan hidup pada anakan A. fuciphagus pada fase starter yang dibudidayakan banyak disebabkan oleh penyakit, kelaparan, media pemeliharaan yang kurang ideal. Penyakit yang sering menjangkiti anakan A. fuciphagus adalah diare (Marzuki, 1997), yang kemungkinan disebabkan oleh kurang sterilnya media pemeliharaan dan kandungan kitin pada larva serangga yang biasa diberikan pada budidaya anakan A. fuciphagus. Pada penelitian ini, pakan yang diberikan adalah telur O. smaragdina karena tidak mengandung kitin

dan larva O. smaragdina sebagai kontrol, dan diharapkan dapat

Hasil budidaya anakan A. fuciphagus dilakukan Marzuki (1997) dengan pemberian larva serangga sebanyak 30% berat badan anakan A. fuciphagus selama 18 hari dengan frekuensi pemberian pakan 5 kali per hari. Namun hasil penelitian pemberian telur O. smaragdina pada anakan A. fuciphagus selama 21 hari pemeliharaan dengan dosis pakan yang sama tetapi dengan frekuensi pemberian pakan yang lebih besar yaitu 7 kali per hari memberikan kelangsungan hidup dan pertumbuhan yang lebih baik. Tingkat kelangsungan hidup yang dicapai pada penelitian ini dengan pemberian telur O. smaragdina dengan frekuensi pemberian 7 kali sehari adalah 100% sedangkan pada budidaya yang dilakukan Marzuki (1997) hanya mencapai 55%. Perbedaan kelangsungan hidup dan pertumbuhan pada anakan A. fuciphagus mungkin disebabkan oleh pemberian telur O. smaragdina yang tidak mengandung kitin sehingga meningkatkan energi metabolisme dibanding pencernan larva serangga yang mengandung kitin. Selain itu frekuensi pemberian pakan yang tinggi juga berpengaruh pada kelangsungan hidup dan pertumbuhan anakan A. fuciphagus.

Pemberian frekuensi pakan yang berbeda pada penelitian ini menghasilkan pertumbuhan dan kelangsungan hidup yang berbeda pula. Pemberian pakan 7 kali sehari memberikan pertumbuhan berat badan dan kelangsungan hidup tertinggi sedangkan pemberian pakan 3 kali sehari memberikan hasil terendah. Seperti dijelaskan sebelumnya bahwa frekuensi pemberian pakan paling banyak yaitu 7 kali sehari selain sesuai dengan

frekuensi pemberian pakan induk burung pemakan serangga di alam liar , juga memungkinkan makanan masuk sedikit demi sedikit ke dalam lambung. Anakan A. fuciphagus memiliki kapasitas lambung yang terbatas, sehingga makanan yang masuk sedikit demi sedikit tetapi kontinyu akan memberikan kesempatan makanan untuk dicerna, sedangkan pemberian pakan 3 kali sehari dengan jumlah pakan yang sama memberikan hasil pertumbuhan dan kelangsungan hidup terendah, hal ini diduga karena volume makanan yang masuk terlalu banyak maka makanan yang ditelan pun melebihi kapasitas lambung anakan A. fuciphagus. Bila terjadi demikian maka makanan yang masuk tidak dapat dicerna dengan sempurna, karena makanan berdesakan dalam saluran cerna yang melebihi kapasitas lambung, dan makanan akan keluar lagi dari usus dalam keadaan belum tercerna dengan baik dan belum terserap sarinya oleh usus (Voronov, 1974). Selain itu volume makanan yang berlebih menyebabkan anakan A. fuciphagus lekas kenyang sehingga menurunkan nafsu makannya (Royama, 1976). Hal ini terlihat saat masuk minggu yang kedua, nafsu makan anakan pada pemberian telur O. smaragdina 3 kali per hari mulai turun dan mengalami puncaknya pada saat anakan A. fuciphagus memasuki minggu ketiga yaitu pada umur 14 hari. Perilaku anakan A. fuciphagus saat mencium bau pakan yang didekatkan di sekitar paruhnya adalah dengan membuka mulutnya. Hal ini terjadi karena penglihatan anakan burung pada fase starter belum

A. fuciphagus terutama pada pemberian telur O. smaragdina 3 kali per hari tidak menghabiskan seluruh telur O. smaragdina yang diberikan. Nafsu makan yang turun menyebabkan konsumsi makan menjadi berkurang, sehingga asupan nutrisi yang diperlukan anakan A. fuciphagus tidak terpenuhi yang menyebabkan pertumbuhan menjadi lambat yang pada akhirnya bisa menyebabkan kematian. Pada saat memasuki hari ke-9,

beberapa anakan A. fuciphagus pada kelompok pemberian telur O.

smaragdina 3 kali per hari dan kelompok pemberian telur O. smaragdina 5 kali per hari terlihat pucat, lemah, dan nafsu makan menurun. Memasuki hari ke-10 beberapa anakan A. fuciphagus pada kelompok pemberian telur O. smaragdina 3 kali per hari mengalami kematian dan terjadi kematian setiap hari secara acak pada kelompok pemberian telur O. smaragdina 3 kali per hari dan kelompok pemberian telur O. smaragdina 5 kali per hari sampai berakhirnya penelitian. Anakan A. fuciphagus yang mengalami kematian memiliki ciri-ciri yang hampir seragam yaitu tubuh kurus dan pucat. Jumlah kematian yang terjadi pada kelompok pemberian telur O. smaragdina 3 kali per hari lebih banyak daripada kematian yang terjadi pada kelompok pemberian telur O. smaragdina 5 kali per hari yang diberi perlakuan pemberian telur O. smaragdina dengan frekuensi yang lebih tinggi, sedangkan pada pemberian telur O. smaragdina 7 kali per hari, kelangsungan hidup mencapai 100%. Dari keseluruhan parameter yang diukur dan diamati pada penelitian ini menunjukkan bahwa pemberian telur

O. smaragdina 7 kali per hari merupakan perlakuan yang paling baik karena menghasilkan pertumbuhan dan kelangsungan hidup tertinggi dibandingkan perlakuan yang lain.

Dokumen terkait