• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Pertumbuhan Anakan fuciphagus

Berdasarkan hasil penelitian selama 21 hari dapat diperoleh gambaran mengenai pertumbuhan berat, pertumbuhan bulu, kelangsungan hidup anakan A. fuciphagus. Parameter tersebut didukung dengan hasil analisis kualitas media pemeliharaan.

Pertumbuhan merupakan pertambahan ukuran, panjang, maupun berat (Kimball, 1994), proses pematangan alat reproduksi dan proses pertumbuhan bulu (Rasyaf, 1993). Dalam penelitian ini, parameter yang digunakan untuk menjelaskan data pertumbuhan adalah pertambahan berat dan pertumbuhan bulu.

Tabel 2. Pertambahan Berat Badan Anakan A. fuciphagus Berdasarkan Frekuensi Pemberian Telur O. smaragdina

Jenis Pakan Frekuensi

Pemberian Pakan Pertambahan Berat Badan ± SD (gram) Rata-rata Pertambahan Berat Badan ± SD (gram) Telur O. smaragdina 3 kali 10,76 ±0,58a 12,35±1,45a 5 kali 12,20±0,23b 7 kali 14,09±0,20c Larva O. smaragdina 3 kali 8,70±0,48d 10,13±1,36b 5 kali 9,90±0,30e 7 kali 11,78±0,43f

Keterangan : angka yang diikuti huruf yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan adanya beda nyata (P<0,05) antara perlakuan.

SD : Standar Deviasi

Gambar 2. Rata-rata berat badan anakan A. fuciphagus setiap 7 hari pengamatan berdasarkan frekuensi pemberian telur O. smaragdina.

Gambar 2 menyajikan data pertumbuhan anakan A. fuciphagus dalam penelitian yaitu berat individu pada tiap perlakuan. Hasil analisis sidik ragam dari data hasil pengamatan pertumbuhan anakan A. fuciphagus menunjukkan adanya pengaruh yang nyata dari perlakuan frekuensi pemberian telur O. smaragdina setelah 21 hari pemeliharaan. Hasil

penelitian menunjukkan bahwa berat individu anakan A. fuciphagus

tertinggi dicapai pada pemberian pakan 7 kali per hari dan terendah pada pemberian pakan 3 kali per hari.

Pada tabel 2 terlihat bahwa dari pemberian telur O. smaragdina 7 kali sehari diperoleh pertambahan berat tubuh rata-rata sebesar 14,09 gram dan dari hasil uji DMRT 5%. Perlakuan tersebut berbeda nyata (P<0.05) dengan frekuensi pemberian telur O. smaragdina 3 kali sehari yaitu 10,76 gram, dan frekuensi pemberian telur O. smaragdina 5 kali sehari sebesar 12,20 gram. Berbeda nyata (P<0.05) berarti frekuensi pemberian telur O. smaragdina berpengaruh terhadap pertambahan berat badan A. fuciphagus Hasil pengukuran berat tubuh rata-rata anakan A. fuciphagus tiap perlakuan untuk setiap waktu pengamatan disajikan pada gambar 2.

Sebagai kontrol, pemberian larva O. smaragdina dengan frekuensi 3, 5, dan 7 kali per hari. Pada tabel 2 terlihat bahwa dari perlakuan pemberian telur O. smaragdina diperoleh pertambahan berat badan rata-rata sebesar 12,35 gram. Hasil uji DMRT 5% menunjukkan perlakuan tersebut beda nyata (P<0,05) dengan perlakuan pemberian larva O. smaragdina sebesar 10,13 gram. Dari analisis sidik ragam menunjukkan bahwa perlakuan memperlihatkan beda nyata pada pemberian telur O. smaragdina memperlihatkan respon pertumbuhan lebih baik daripada pemberian larva O. smaragdina.

Larva serangga mengandung kitin yang dapat memberi efek negatif antara lain mempengaruhi metabolisme protein dan lemak serta menurunkan koefisien energi metabolisme. Dalam saluran pencernaan, kitin memiliki 2 mekanisme kerja. Pertama yaitu dapat mengikat asam lemak dan asam empedu menjadi suatu komplek yang tidak dapat diserap tubuh dan akhirnya terbuang bersama kotoran. Kedua, akan membungkus butiran lemak yang telah bercampur dengan enzim lipase pankreas (Kurniastuti, 2007). Sifat kitin tidak bisa dicerna dan mempunyai daya pengikat lemak yang tinggi sehingga mampu menghambat absorbsi lemak oleh tubuh (Pavinatto, 2005). Ketika kitin terkena asam lambung, senyawa tersebut akan berubah menjadi jeli. Lemak yang berasal dari asupan makanan yang masuk, baik sesudah atau sebelum diemulsikan oleh getah lambung agar dapat diabsorbsi oleh usus, akan bertemu dengan kitin. Kitin yang berubah

menjadi jeli tersebut akan membungkus molekul lemak dari makanan (Rismana, 2003). Sehingga asupan nutrisi yang diperlukan khususnya lemak pada anakan A. fuciphagus yang diberi larva O. smaragdina akan berkurang, karena tidak dapat diserap tubuh dan terbuang bersama kotoran.

Gambar 2 menunjukkan bahwa pertumbuhan anakan A. fuciphagus pada fase starter berdasarkan pemberian telur O. smaragdina mulai terlihat pada hari ke-7, pertumbuhan anakan A. fuciphagus mulai meningkat. Pada pengamatan harian, dari hari ke-0 sampai hari ke-2 pertambahan berat

anakan A. fuciphagus pada semua perlakuan hampir sama. Pada tahap awal

anakan beberapa spesies burung pemakan serangga masih memiliki cadangan makanan, akibatnya makanan yang diberikan belum banyak berpengaruh pada pertumbuhan anakan (Konarzewski et al., 2003). Ketika memasuki hari ke-3 sampai hari ke-7, anakan mulai bergantung pada makanan yang diberikan. Oleh karena itu, setelah tujuh hari pengaruh pakan yang diberikan pada anakan A. fuciphagus mulai terlihat. Seperti yang ditunjukkan pada gambar 1, pertambahan berat anakan A. fuciphagus dari setiap perlakuan mulai hari ke-7 cenderung meningkat. Hal ini disebabkan A. fuciphagus masih dalam fase pertumbuhan pada saat dipelihara. Pertumbuhan yang pesat ini disebabkan kandungan nutrisi yang terdapat dalam telur O. smaragdina yang diberikan dapat digunakan secara efisien untuk proses fisiologi tubuh anakan A. fuciphagus.

Burung pemakan serangga memiliki esofagus yang sempit, tetapi memiliki lambung lebih luas yang diperlukan untuk menyediakan lebih banyak pepsin dan HCL untuk mencerna protein (Wooleer et al., 1990), mengingat telur ataupun larva O. smaragdina yang dikonsumsi oleh anakan A. fuciphagus mengandung protein dengan presentase nutrisi tertinggi dibanding nutrisi lain di dalamnya. Selain itu, protein juga sangat penting bagi pertumbuhan dan kelangsungan hidup anakan A. fuchiphagus.

Menurut Barton dan Houston (1993), tingkat konsumsi pakan dipengaruhi oleh kecepatan pakan meninggalkan saluran pencernaan. Anakan A. fuciphagus mempunyai kapasitas lambung yang terbatas dibandingkan burung dewasa. Saat pemberian pakan pada pemberian telur O. smaragdina 3 kali jumlah pakan yang diberikan setiap waktu pemberian lebih banyak daripada jumlah pakan pada pemberian telur O. smaragdina 5 kali dan pemberian telur O. smaragdina 7 kali. Jumlah pakan pada pemberian telur O. smaragdina 3 kali per hari tersebut melebihi kapasitas lambung anakan A. fuciphagus sehingga terlihat telur O. smaragdina berdesakan di esofagus karena tidak semua pakan bisa memasuki lambung,

sedangkan jumlah pakan yang diberikan pada pemberian telur O.

smaragdina 7 kali per hari lebih sedikit dengan frekuensi pemberian yang lebih banyak. Saat pemberian pakan, seluruh telur O. smaragdina yang diberikan dapat memasuki lambung, terlihat bahwa tidak ada pakan yang masih berdesakan di esofagus. Selain itu volume makanan yang berlebih

menyebabkan anakan A. fuciphagus lekas kenyang sehingga menurunkan nafsu makannya (Royama, 1976). Saat memasuki minggu yang kedua, nafsu makan anakan pada perlakuan pemberian pakan 3 kali per hari dan pemberian pakan 5 kali per hari mengalami penurunan dan mengalami puncaknya pada saat anakan A. fuciphagus memasuki minggu ketiga yaitu pada umur 14 hari, terlihat anakan tidak membuka mulut dan tidak memakan telur O. smaragdina yang diberikan.

Dengan meningkatkan frekuensi pemberian pakan yaitu pemberian pakan sedikit demi sedikit maka makanan yang ada dalam saluran pencernaan tidak terlalu banyak sehingga lebih banyak kesempatan untuk dicerna (Shim dan Vohra, 1984). Peningkatan frekuensi pemberian pakan tidak hanya akan meningkatkan konsumsi pakan tetapi juga meningkatkan jumlah bahan pakan yang tercerna dan akan menambah nutrisi yang dapat dimanfaatkan untuk kebutuhan tubuh (Austin, 1977). Menurut Soeparno (1992) konsumsi pakan mempunyai pengaruh yang besar terhadap pertambahan berat badan. Konsumsi pakan yang menurun pada anakan A. fuciphagus pada kelompok pemberian telur O. smaragdina 3 kali per hari dan pemberian telur O. smaragdina 5 kali per hari menyebabkan nutrisi yang didapatkan anakan terutama untuk pertumbuhan juga menurun sehingga terlihat bahwa berat badan anakan kelompok pemberian telur O. smaragdina 3 kali per hari dan pemberian telur O. smaragdina 5 kali per hari lebih rendah daripada pemberian telur O. smaragdina 7 kali per hari.

Pakan dan kebiasaan makan berubah sesuai dengan tahap kehidupan. Jumlah yang diperlukan oleh anakan burung tergantung dari umur dan ukuran lambung. Kemampuan lambung pada anakan burung terbatas dibanding burung dewasa maka untuk memenuhi kebutuhan energi dan protein, anakan perlu masukan kalori dan protein dalam pakan secara kontinyu (Nir et al.,1978). Pemenuhan kebutuhan pakan secara kontinyu perlu dilakukan dengan mengatur frekuensi pemberian pakan.

Tabel 3. Data pertumbuhan bulu anakan A. fuciphagus berdasarkan

frekuensi pemberian telur O. smaragdina.

Jenis Pakan Frekuensi Pemberian

Pakan

Pertumbuhan Bulu (Hari ke-)

Telur O.smaragdina 3 kali 8

5 kali 7

7 kali 6

Larva O.smaragdina 3 kali 10

5 kali 8

7 kali 7

Pertumbuhan bulu pada anakan A. fuciphagus tiap perlakuan juga

berbeda. Pada pemberian pakan dengan menggunakan telur O. smaragdina

7 kali per hari, anakan mengalami pertumbuhan bulu lebih cepat yaitu pada hari ke-6, sedangkan anakan A. fuciphagus dengan pemberian larva O. smaragdina dengan frekuensi pemberian yang sama mengalami pertumbuhan bulu pada hari ke-7.

Pengamatan harian yang dilakukan pada anakan A. fuciphagus menunjukkan bahwa pada perlakuan pemberian pakan telur O. smaragdina 7 kali per hari, anakan mengalami pertumbuhan bulu lebih cepat daripada

anakan A. fuciphagus pada pemberian telur O. smaragdina 3 kali per hari dan 5 kali per hari. Pada pemberian telur O. smaragdina 7 kali per hari anakan A. fuciphagus mengalami pertumbuhan bulu pada hari ke-6. Pada pemberian telur O. smaragdina 5 kali per hari, anakan mengalami

pertumbuhan bulu pada hari ke-7 sedang pada pemberian telur O.

smaragdina 3 kali per hari pertumbuhan bulu anakan mulai terjadi pada hari ke-8 pemeliharaan.

Kebutuhan asam amino saat A. fuciphagus mengalami pertumbuhan bulu akan meningkat. Karena asam amino dibutuhkan burung untuk mensintesis folikel dan kantung bulu,serta pembuluh darah epidermis (Klasing, 1998). Folikel dan kantung bulu terdiri lebih dari 90% masa protein. Komposisi asam amino pada bulu sangat berbeda dengan protein tubuh ataupun protein dalam telur (Wetherbee, 1997). Bulu diperkaya kandungan asam amino sistein, valin, dan leusin (Weller, 1987). Pada saat pertumbuhan bulu, usia anakan A. fuciphagus sudah memasuki minggu kedua sehingga anakan sudah sangat tergantung pada makanan yang diberikan. Nafsu makan anakan terutama pada kelompok pemberian telur O. smaragdina 3 kali dan 5 kali per hari sudah mulai menurun sehingga nutrisi yang diperlukan untuk pertumbuhan bulu tidak terpenuhi. Hal ini

menyebabkan pertumbuhan bulu pada anakan A. fuciphagus kelompok

smaragdina 5 kali lebih lambat daripada anakan A. fuciphagus dengan pemberian telur O. smaragdina 7 kali per hari.

Dokumen terkait