• Tidak ada hasil yang ditemukan

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.3 Studi Kelayakan Proyek

2.3.3 Kelayakan Finansial dan Ekonomi

Dalam menilai Kelayakan finansial dan ekonomi suatu proyek perlu memperhatikan beberapa aspek yaitu, ketersediaan bahan baku, ketersediaan teknologi pengolahan, kriteria kelayakan finansial dan ekonomi, dan perkiraan dampak sosial serta lingkungan.

2.3.3.1 Ketersediaan bahan baku

Pabrik memerlukan bahan baku yang akan diproses menjadi produk. Suatu perusahaan amat berkepentingan menjaga agar pasokan bahan baku dapat berkesinambungan dengan harga yang layak dan biaya transportasi yang rendah. Oleh karena itu, salah satu pertimbangan dalam lokasi adalah dekat dengan sumber bahan baku. Bahkan untuk industri tertentu, hal ini merupakan suatu keharusan bila ingin mencapai biaya produksi yang ekonomis (Suharto, 2002).

19 Ketersediaan bahan baku dinyatakan layak apabila :

1. Jumlah total volume produksi lestari kayu bulat merbau dari seluruh IUPHHK yang beroperasi dapat mencukupi kebutuhan industri pengolahan yang akan dikembangkan,

2. Kelangsungan pasokan kayu bulat paling kurang sama dengan umur proyek yang diharapkan

2.3.3.2 Ketersediaan Teknologi Pengolahan

Teknologi pengolahan dinyatakan layak apabila dapat dioperasikan pada lokasi yang akan dibangun dengan ketersediaan sumber daya manusia dan infrastruktur setempat.

2.3.3.3 Kriteria Kelayakan Finansial dan Ekonomi

Kadariah (2001) menjelaskan batasan dan tujuan dari penilaian aspek finansial dan aspek ekonomi dalam menilai kelayakan proyek dengan penjelasan sebagai berikut; Aspek finansial menyelidiki terutama perbandingan antara pengeluaran dan "revenue earnings" proyek; apakah proyek itu akan terjamin dananya yang diperlukan; apakah proyek akan mampu membayar kembali dana tersebut, dan apakah proyek akan berkembang sedemikian rupa sehingga secara finansial dapat berdiri sendiri. Sedangkan Aspek ekonomi menyelidiki apakah proyek itu akan memberi sumbangan atau mempunyai peranan yang cukup besar dalam pembangunan ekonomi seluruhnya, dan apakah peranannya cukup besar untuk membenarkan (to justify) penggunaan sumber-sumber yang langka.

Lebih lanjut ditambahkan dalam analisis finansial, proyek dilihat dari sudut badan atau orang yang menanam modalnya dalam proyek atau yang berkepentingan langsung dalam proyek. Dalam analisis ini yang diperhatikan adalah hasil untuk modal saham (equity capital) yang ditanam dalam proyek.

Hasil finansial sering disebut 'private returns'. Analisis finansial ini penting artinya dalam memperhitungkan rangsangan (incentive) bagi mereka yang turut serta dalam mensukseskan pelaksanaan proyek.

20

Dalam analisis ekonomi, proyek dilihat dari sudut perekonomian sebagai keseluruhan. Dalam analisis ini yang diperhatikan adalah hasil total, atau produktivitas atau keuntungan yang diperoleh dari semua sumber yang dipakai dalam proyek untuk masyarakat atau perekonomian sebagai keseluruhan, tanpa

melihat siapa yang menyediakan sumber-sumber tersebut dan siapa dalam masyarakat yang menerima hasil proyek tersebut. Hasil ini disebut 'the social return' atau 'the economic return' bagi proyek.

Ada beberapa unsur yang berbeda penilaiannya dalam kedua macam analisis tersebut di atas, yaitu harga, biaya, pembayaran transfer dan bunga.

Harga, di dalam analisis ekonomi selalu dipakai harga bayangan (shadow prices atau accounting prices), adalah harga yang menggambarkan nilai sosial atau nilai ekonomi yang sesungguhnya bagi unsur-unsur biaya maupun hasil, sedang dalam analisis finansial selalu dipakai harga pasar.

Biaya, di dalam analisis ekonomi biaya bagi input proyek adalah manfaat yang hilang (the benefit foregone) bagi perekonomian karena input itu dipakai dalam proyek, atau 'the opportunity cost' bagi input.

Pembayaran transfer, Pajak di dalam analisis ekonomi pembayaran pajak tidak dikurangkan/dikeluarkan dari manfaat proyek. Pajak adalah bagian dari hasil neto proyek yang diserahkan kepada pemerintah untuk digunakan bagi

kepentingan masyarakat sebagai keseluruhan, dan oleh karenanya tidak

dianggap sebagai biaya. Subsidi, subsidi akan menimbulkan persoalan dalam penghitungan biaya suatu proyek. Subsidi ini sesungguhnya adalah suatu pembayaran transfer dari masyarakat kepada proyek, sehingga dalam analisis finansial, subsidi mengurangi (menurunkan biaya proyek), jadi menambah manfaat proyek, sedang dalam analisis ekonomi harga pasar harus

disesuaikan (adjusted) untuk menghilangkan pengaruh subsidi. Subsidi ini

menurunkan harga barang-barang input, maka besarnya subsidi harus ditambahkan pada harga pasar barang-barang input tersebut. Bunga, di dalam

analisis ekonomi bunga modal tidak dipisahkan atau dikurangkan dari hasil

21 ( 3 ) ( 1 ) Dan untuk menilai kelayakan investasi terhadap proyek yang direncanakan, Klemperer (1996) memberikan empat kriteria yang dapat dipakai untuk menerima atau menolak rencana investasi suatu proyek yaitu Net Present Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR), Benefit Cost Ratio (BCR) dan Payback Period. NPV adalah nilai saat ini dari selisih pendapatan yang diperoleh dengan biaya yang dikeluarkan. IRR adalah suatu discount rate yang akan membuat nilai NPV menjadi sama dengan 0, atau sama dengan satu nilai yang akan membuat nilai sekarang pendapatan sama dengan nilai sekarang biaya. BCR atau yang biasa disebut profitability index adalah rasio perbandingan antara nilai sekarang pendapatan yang diperoleh dengan nilai sekarang biaya yang dikeluarkan, dengan menggunakan tingkat bunga minimum yang diinginkan pemodal. Dalam studi ini tiga kriteria investasi tersebut yang dipakai sebagai pertimbangan. Ketiga kriteria kelayakan tersebut dapat dihitung dengan menggunakan formula seperti pada persamaan (1), (2) dan (3).

∑ ∑

Dimana,

Ry = pendapatan yang diperoleh pada tahun ke y,

Cy = biaya yang dikeluarkan pada tahun ke y,

n = adalah umur ekonomis proyek, r = adalah realinterestrate.

22 Rencana investasi suatu proyek dikatakan layak finansial apabila :

1. NPV > 0, dimana NPV adalah Net Present Value,

2. IRR > RI dimana IRR adalah Internal Rate Return dan RI adalah (Rate of Interest) adalah suku bunga yang dipakai dalam perhitungan NPV,

3. BCR > 1, dimana BCR adalah Benefit Cost Ratio.

2.3.3.4 Perkiraan Dampak Ekonomi dan Sosial

Menurut Kadariah (2001), tujuan dilakukannya analisis kelayakan ekonomi adalah untuk melihat apakah proyek yang akan dilaksanakan akan memberikan sumbangan atau mempunyai peranan yang cukup besar dalam pembangunan ekonomi seluruhnya, dan apakah peranannya cukup besar untuk membenarkan penggunaan sumber-sumber daya yang langka.

Proyek dinyatakan layak secara ekonomi dan sosial apabila :

1. Dapat meningkatkan pertumbuhan PAD dan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) secara nyata,

2. Meningkatkan kesempatan kerja dan berusaha bagi masyarakat lokal, 3. Menambah prasarana yang bermanfaat bagi peningkatan kualitas hidup

masyarakat setempat,

4. Tidak ditentang oleh masyarakat setempat.

2.3.3.5 Perkiraan Dampak Lingkungan

Peraturan Pemerintah No. 51 Tahun 1993 mendefinisikan analisis Dampak Lingkungan adalah hasil studi atas dampak penting suatu usaha atau kegiatan yang direncanakan terhadap lingkungan hidup yang diperlukan bagi proses pengambilan keputusan.

Dalam analisis ini potensi dampak lingkungan yang mungkin ditimbulkan akan diprediksi berdasarkan pengalaman perusahaan penggergajian kayu merbau dan woodworking terintegrasi yang telah beroperasi di Jawa Timur kemudian dibandingkan dengan ambang batas mutu baku limbah cair yang diperkenankan.

Dalam Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. KEP- 51/MENLH/10/1995 tentang Baku mutu limbah cair bagi kegitan industri, baku

23

1 BOD 75 22,5

7 Debit Limbah Maksimum 0.30 m3 per m3 produk kayu lapis No Parameter Kadar Maksimum Beban pencemaran Maksimum

2 COD 125 37,5

3 TSS 50 15

4 Fenol 0,25 0,08

5 Amonia Total (sbg N) 4 1,2

6 PH 6.0 – 9.0

mutu limbah industri yang relevan dengan pengolahan kayu adalah industri kayu lapis dengan parameter baku mutu limbah cair seperti yang ditampilkan pada Tabel 7.

Tabel 7 Baku mutu limbah cair untuk industri kayu lapis

Sumber : Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No. KEP-51/MENLH/10/1995.

Proyek dinyatakan layak terhadap aspek dampak lingkungan apabila : Dampak lingkungan dari industri pengolahan kayu merbau yang akan dikembangkan dapat diatasi dengan teknologi yang tersedia.

24

Dokumen terkait