• Tidak ada hasil yang ditemukan

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.15. Kelayakan Investasi Proyek

Menurut Kuswadi (2007), untuk mengidentifikasi apakah suatu proyek pantas untuk dilaksanakan atau tidak, biasanya pihak yang akan mengambil keputusan untuk berinvestasi terlebih dahulu melakukan berbagai macam analisis agar usaha yang dijalankan dapat berjalan lancar dan mendapatkan keuntungan yang memadai. Analisis dilaksanakan dengan tujuan untuk mengurangi resiko usaha agar tidak menyesal di kemudian hari. Beberapa analisis tersebut meliputi:

1. Kajian pemasaran, termasuk di dalamnya kajian persaingan, untuk melihat sampai seberapa jauh perusahaan nantinya akan dapat memasarkan produknya dari waktu ke waktu dengan keuntungan yang memadai.

2. Kajian lokasi, termasuk di dalamnya kajian teknologi, untuk melihat apakah tenaga kerja yang diperlukan cukup tersedia di lokasi yang dipilih, kecukupan sumber bahan baku di sekitar lokasi, faktor keamanan dan sebagainya.

3. Kajian lingkungan, untuk melihat sampai seberapa jauh terjadinya dampak lingkungan yang diakibatkan oleh usaha atau proyek yang akan dijalankan termasuk pertimbangan apakah penduduk setempat dapat menerima kehadiran proyek yang akan dijalankan.

4. Kajian politik, sosial dan budaya, dan sebagainya, untuk memastikan apakah proyek akan dapat berjalan dengan lancar untuk jangka waktu yang relatif panjang sesuai dengan jangka waktu proyek yang diperhitungkan.

5. Kajian ekonomi, untuk melihat apakah proyek selama berjalan dapat memberikan keuntungan termasuk kemampuan untuk mengembalikan nilai investasi seperti yang diinginkan.

Menurut Giatman (2007), kegiatan investasi merupakan kegiatan penting yang memerlukan biaya besar dan berdampak jangka panjang terhadap kelanjutan usaha. Berdasarkan hal itu, analisis yang sistematis dan rasional sangat dibutuhkan sebelum kegiatan itu direalisasikan. Pertanyaan yang paling penting diajukan sebelum keputusan diambil adalah sebagai berikut :

1. Apakah investasi tersebut akan memberikan manfaat ekonomi terhadap perusahaan?

2. Apakah investasi yang dimaksud sudah merupakan pilihan yang optimal dari berbagai kemungkinan yang ada?

Menurut Giatman (2007), untuk menjawab pertanyaan pertama diperlukan analisis evaluasi investasi yang bisa menjelaskan apakah kegiatan investasi tersebut akan menjanjikan suatu keuntungan (profit) dalam jangka panjang atau tidak. Berdasarkan hal itu, agar dapat menjelaskan apakah pilihan yang akan diambil sudah merupakan alternatif pilihan yang tersedia, maka perlu dilakukan analisis pemilihan alternatif.

Menurut Giatman (2007), suatu investasi merupakan kegiatan menanamkan modal jangka panjang, dan perlu pula disadari dari awal bahwa investasi akan diikuti oleh sejumlah pengeluaran lain yang secara periodik perlu disiapkan. Pengeluaran tersebut terdiri dari biaya operasional (operation cost), biaya perawatan (maintenance cost), dan biaya-biaya lainnya yang tidak dapat dihindarkan. Disamping pengeluaran, investasi akan menghasilkan sejumlah keuntungan atau manfaat, mungkin dalam bentuk penjualan-penjualan produk benda atau jasa atau penyewaan fasilitas.

Menurut Wijaya (2006), seperti dalam penanaman modal pada umumnya, dalam pengusahaan migas juga diperlukan beberapa indikator keekonomian yang sangat berpengaruh pada siklus bisnis dan siklus keuangan. Penilaian keekonomian suatu proyek dapat dilihat dari semua pengeluaran dan pendapatan sepanjang umur proyek tersebut (life cycle analysis). Indikator keekonomian yang sering digunakan adalah :

2.15.1.Net Present Value(NPV)

Menurut Giatman (2007), metodenet present value(NPV) adalah metode menghitung nilai bersih (netto) pada waktu sekarang (present). Asumsi present yaitu menjelaskan waktu awal perhitungan bertepatan dengan saat evaluasi dilakukan atau pada periode tahun ke-nol (0) dalam perhitungan cash flow investasi. Metode NPV pada dasarnya memindahkan cash flow yang menyebar sepanjang umur investasi ke awal investasi (t=0) atau kondisipresent. Suatucash flow investasi tidak selalu dapat diperoleh secara lengkap, yaitu terdiri dari cash-in dan cash-out, tetapi mungkin saja hanya yang dapat diukur langsung aspek biayanya saja atau benefitnya saja.

Menurut Kuswadi (2007), net present value (NPV) atau nilai sekarang bersih (nilai sekarangnetto = NSN) adalah perbedaan antara nilai sekarangnetto (NSN) atau (total net cash flow) selama umur proyek dengan nilai sekarang dari besarnya investasi (outlay / net investment). Dapat juga dikatakan bahwa NPV adalahpresent value darinet cash flow(selama umur investasi) dikurangipresent valuedari modal yang ditanam atau disebutoutlay(net investment).

Menurut Wijaya (2006), net present valuemerupakan jumlah keuntungan bersih yang dinilai pada waktu sekarang. Perhitungan NPV bukan menggunakan trial and error, memperhitungkan nilai waktu, dan bisa mempertimbangkan resiko. NPV dihitung dengan menggunakan discount rate sama dengan MARR (minimum attractive rate of return). MARR adalah tingkat pengembalian minimum yang diinginkan. MARR tergantung pada lingkungan, jenis kegiatan, tujuan dan kebijakan organisasi, dan tingkat resiko dari masing-masing proyek.

Menurut Wijaya (2007), nilai NPV dapat memberikan penilaian keekonomian proyek, yaitu apabila NPV positif, maka hal tersebut menunjukkan proyek tersebut layak dijalankan karena memberikan keuntungan. Nilai NPV negatif, berarti bahwa proyek tidak layak dijalankan karena akan memberikan kerugian secara ekonomis, dan apabila NPV = 0, berarti investasi tersebut menghasilkanrate of returnyang sama besarnya dengan harga yang digunakan.

2.15.2.Internal Rate of Return(IRR)

Menurut Giatman (2007), berbeda dengan metode sebelumnya, yang pada umumnya mencari nilai ekuivalensi cash flow dengan mempergunakan suku bunga sebagai faktor penentu utamanya, maka pada metodeinternal rate of return (IRR) justru yang akan dicari adalah suku bunganya di saat NPV sama dengan nol. Dalam metode IRR informasi yang dihasilkan berkaitan dengan tingkat kemampuan cash flow dalam mengembalikan investasi yang dijelaskan dalam bentuk % periode waktu. Logika sederhananya menjelaskan seberapa kemampuan cash flow dalam mengembalikan modalnya dan seberapa besar pula kewajiban yang harus dipenuhi. Kemampuan inilah yang disebut dengan internal rate of return (IRR), sedangkan kewajiban disebut dengan minimum atractive rate of return (MARR). Rencana investasi akan dikatakan layak atau menguntungkan jika IRR > MARR.

Menurut Giatman (2007), nilai MARR umumnya ditetapkan secara subjektif melalui beberapa pertimbangan tertentu dari investasi tersebut. Pertimbangan yang dimaksud adalah :

b. Biaya lain yang harus dikeluarkan untuk mendapatkan investasi (Cc); c. Faktor resiko investasi (α).

MARR = i + Cc + ±, jika Cc dan ± tidak ada atau nol, maka MARR = i (suku bunga), sehingga MARR≥ i.

Menurut Giatman (2007), faktor risiko dipengaruhi faktor risiko dari usaha, tingkat persaingan usaha sejenis dan manajemen style dari pimpinan perusahaan. Berdasarkan hal itu, nilai MARR biasanya ditetapkan secara subjektif dengan memperhatikan faktor-faktor di atas. Nilai IRR dapat pula dihitung berdasarkan estimasicash flowinvestasi.

Menurut Kuswadi (2007), internal rate of return (IRR) adalah suatu tingkat bunga (bukan bunga bank) yang menggambarkan tingkat keuntungan proyek, sehingga nilai sekarangnetto dari seluruh ongkos investasi proyek (total net cash flow setelah di-present-value-kan (nilai sekarang netto = NSN), jumlahnya sama dengan biaya investasi (project costatauinitial cost). IRR adalah tingkat penghasilan atau biasa disebut dengan investment rate (yield rate) yang menggambarkan tingkat keuntungan dari proyek atau investasi dalam persen (%) pada angka NPV. Dalam menghitung NPV, tingkat bunga sudah diketahui, maka dalam menghitung IRR, tingkat bunganya belum diketahui tetapi justru akan dicari pada NPV sama dengan nol. Hasil perhitungan IRR selanjutnya harus dibandingkan dengan biaya modal atau tingkat keuntungan yang dikehendaki atau kemungkinan mendapatkan keuntungan lain yang dianggap paling mudah atau yang dikenal dengan MARR.

Menurut Kuswadi (2007), keunggulan dalam perhitungan IRR adalah memperhitungkan nilai uang terhadap fungsi waktu (time value of money), dan baik sekali sebagai tolak ukur dalam pengambilan keputusan, apabila tingkat bunga atas modal atau tingkat bunga disyaratkan (required rate of return) diketahui. Kelemahan dari perhitungan IRR adalah adanya asumsi bahwa hasil dari arus kas bersih pada setiap tahun diinvestasikan kembali dengan tingkat bunga yang sama dengan IRR, namun dalam kenyataan hal ini justru tidak benar, dan cukup sulit perhitungannya karena harus dilakukan dengan metode coba-coba (trial and error). Perhitungan akan lebih mudah bila menggunakan komputer.

Menurut Wijaya (2006), internal rate of return (IRR) merupakan harga bunga yang menyebabkan harga semuacash inflowsama besarnya denganoutflow bila cash flow ini didiskon untuk suatu waktu tertentu. IRR adalah tingkat diskonto yang menyebabkan NPV sama dengan nol. Penghitungan IRR pada umumnya dilakukan dengan penggunaan trial and erroryaitu menentukan NPV pada beberapa tingkat diskon sampai diperoleh nilai NPV negatif dan positif, kemudian dilakukan interpolasi dengan NPV sama dengan nol. IRR juga sering digunakan untuk mendefinisikan segi keekonomian lapangan marjinal, yaitu lapangan yang jika dikembangkan dengan sistem kontrak yang berlaku akan memberikan IRR yang lebih kecil dari MARR. Hal ini perlu diketahui, sebagai landasan kelayakan dan bentuk insentif yang tepat terhadap lapangan marjinal.

2.15.3.Pay Out Time(POT)

Menurut Kuswadi (2007), metode payback period (PBP) sering juga disebutpay out time(POT) atau masa pulang (kembalinya) modal, adalah jangka waktu yang diperlukan untuk mendapatkan kembali jumlah modal yang ditanam. Resiko yang didapat semakin kecil jika modal semakin cepat kembali. Jadi metode ini menilai proyek penanaman modal atas dasar kecepatan kembalinya modal yang ditanam pada proyek. Perhitungan pengembalian modal didasarkan atas laba bersih ditambah penyusutan =net cash flow.

Menurut Giatman (2007), analisis pay out time (POT) pada dasarnya bertujuan untuk mengetahui seberapa lama (periode) investasi akan dikembangkan saat terjadinya kondisi pulang pokok (break even-point). Periode waktu pengembalian (k) saat kondisi BEP adalah :

k(PBP)=∑ CFt > 0

Keterangan : k = periode pengembalian, CFt =cash flowperiode ke t

Menurut Giatman (2007), jika komponen cash flow benefit dan cost-nya bersifatannual, maka formulanya menjadi :

Investasi

k(PBP) = x periode waktu

Annual Benefit

Menurut Wijaya (2006), pay out time (POT) adalah panjangnya waktu yang diperoleh sampai investasi kembali. Investor selalu menginginkan dana yang ditanamkannya cepat kembali yaitu proyek dengan POT lebih pendek, namun indikator POT ini mempunyai kelemahan yaitu tidak memberikan gambaran apa yang terjadi setelah POT tercapai, sehingga POT jarang digunakan sebagai parameter utama dalam pemilihan proyek tetapi sebagai pertimbangan tambahan.

2.15.4.Profitability Index(PI)

Menurut Kuswadi (2007), profitability index atau indeks tingkat laba disebut juga sebagaibenefit cost ratio(BCR), adalah rasio yang menggambarkan perbandingan setiap satu unit uang yang diinvestasikan. Besarnya angka PI tidak lain adalah perbandingan antara laba dan biaya yang telah dikeluarkan.

∑ NCF

PI =

Nilai investasi selama umur proyek

Besarnya angka PI tidak lain adalah perbandingan antara laba dan biaya yang telah dikeluarkan. Proyek baru dikatakan bagus bila PI > 1. Biasanya sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan, BCR suatu proyek harus diperbandingkan juga dengan BCR proyek atau alternatif lainnya.

Menurut Giatman (2007), metode benefit cost ratio (BCR) adalah salah satu metode yang sering digunakan dalam tahap-tahap evaluasi awal perencanaan investasi atau sebagai analisis tambahan dalam rangka memvalidasi hasil evaluasi yang telah dilakukan dengan metode lainnya. Metode BCR memberikan penekanan terhadap nilai perbandingan antara aspek manfaat (benefit) yang akan diperoleh dengan aspek biaya yang akan ditanggung (cost) dengan adanya investasi tersebut.