• Tidak ada hasil yang ditemukan

5.1 Latar Belakang dan Kelayakan Pemekaran Wilayah

5.1.4 Kelayakan Pemekaran dalam Kenyataannya

Jumlah penduduk Kota Tangerang Selatan pada saat pemekaran tahun 2008 sebesar 1.076.302 jiwa, sedangkan Kabupaten Tangerang berjumlah 1.826.146 jiwa. Tahun 2009, penduduk Kota Tangerang Selatan berjumlah 1.163.483 jiwa, dan Kabupaten Tangerang berpenduduk 1.345.557 jiwa. Kepadatan penduduk Kota Tangerang Selatan mencapai 8.856 orang/km2, sedangkan Kabupaten Tangerang sebesar 715 orang/km2.

Tabel 12. Kependudukan Kabupaten Tangerang dan Kota Tangerang Selatan

Keterangan Kabupaten Tangerang

Kota Tangerang Selatan 2008 2009 2008 2009

Jumlah Pria (jiwa) 948.753 684.155 543.671 586.313 Jumlah Wanita (jiwa) 877.393 661.402 532.631 577.170 Total 1.826.146 1.345.557 1.076.302 1.163.483 Kepadatan Penduduk (jiwa/km2) 1.072 715 7.312 7.905

Sumber: BPS Kabupaten Tangerang (2010)

Kepadatan penduduk yang tinggi disebabkan kecenderungan peningkatan penduduk dari waktu ke waktu. Hal tersebut bukan hanya disebabkan oleh pertambahan secara alamiah, tetapi juga tidak terlepas dari kecenderungan masuknya migran yang disebabkan oleh daya tarik Kota Tangerang Selatan, seperti banyaknya perumahan-perumahan baru yang dibangun. Sebagai daerah yang berbatasan langsung dengan Kota Jakarta menjadikan Kota Tangerang Selatan sebagai daerah limpahan penduduk Kota Jakarta.

b. Kemampuan Ekonomi

Kemampuan ekonomi adalah cerminan hasil kegiatan usaha perekonomian yang berlangsung pada suatu daerah dan dapat diukur dari berbagai indikator. Kemampuan ekonomi dalam penelitian ini diukur melalui pendekatan data Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) dan Laju Pertumbuhan Ekonomi (LPE). Kota Tangerang Selatan dimekarkan pada akhir tahun 2008 dari Kabupaten Tangerang sebagai induknya. Hal tersebut mempengaruhi jumlah PDRB dan LPE pada masing-masing wilayah. Tahun 2008, Kabupaten Tangerang memiliki PDRB atas dasar harga berlaku senilai 35.121.755,73 (juta rupiah) dan senilai 19.958.306,79 (juta rupiah) atas dasar harga konstan tahun 2000. Pada tahun 2009, setahun setelah pemekaran terjadi, nilai PDRB tersebut turun menjadi 32.366.548,62 (juta rupiah) atas dasar harga berlaku dan menjadi senilai 18.050.110,47 (juta rupiah) berdasar harga konstan tahun 2000. Laju Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Tangerang tahun 2008 sebesar 6,22%, turun menjadi 4,67% pada tahun 2009.

Tabel 13. Kemampuan Ekonomi Kabupaten Tangerang dan Kota Tangerang Selatan Wilayah PDRB a.d.h. Berlaku (juta rupiah) PDRB a.d.h. Konstan (juta rupiah) Laju Pertumbuhan Ekonomi (%) 2008 2009 2008 2009 2008 2009 Kabupaten Tangerang 35.121.755,73 32.366.548,62 19.958.306,79 18.050.110,47 6,22 4,67 Kota Tangerang Selatan 8.931.176,87 10.127.849,79 4.560.506,50 4.947.866,89 9,39 8,49 Sumber: BPS Kabupaten Tangerang (2010)

Pada tahun 2009, PDRB Kota Tangerang Selatan atas dasar harga berlaku senilai 10.127.849,79 (juta rupiah) naik dari sebelumnya yang nilainya 8.931.176,87 (juta rupiah). Sedangkan PDRB Kota Tangerang Selatan atas harga konstan sebesar 4.947.866,89 (juta rupiah) naik dari tahun sebelumnya yang nilainya 4.560.506,50 (juta rupiah). Laju Pertumbuhan Ekonomi Kota Tangerang Selatan tahun 2008 sebesar 9,39%, turun menjadi 8,49% pada tahun 2009. Melambatnya pertumbuhan ekonomi tersebut diakibatkan menurunnya pertumbuhan pada sektor perdagangan, hotel dan restoran yang cukup signifikan yaitu 13,22 persen turun menjadi 9 persen; dan 10,24 persen turun menjadi 8,88 persen untuk sektor jasa-jasa. Meskipun LPE lebih lambat dari tahun sebelumnya, namun secara keseluruhan semua sektor ekonomi di Kota Tangerang Selatan menunjukkan pertumbuhan yang positif.

c. Potensi Daerah

Potensi daerah merupakan cerminan tersedianya sumber daya yang dapat dimanfaatkan dan memberikan sumbangan terhadap penerimaan daerah dan kesejahteraan masyarakat. Kabupaten Tangerang dan Kota Tangerang Selatan memiliki skor potensi daerah yang sama, yaitu sebesar 60, berarti baik kabupaten induk dan daerah otonom baru memiliki nilai potensi daerah yang sama. Dengan nilai sebesar 60 berarti kedua wilayah sama-sama mampu untuk menjadi wilayah yang otonom karena memenuhi syarat kelulusan.

Tabel 14. Sebaran Fasilitas Perdagangan dan Jasa di Kota Tangerang Selatan Sebaran No Kecamatan Pasar Modern Pasar Tradisional Bank BPR KUD / Koperasi Kompleks Ruko Minimart 1 Serpong 2 1 21 0 76 10 8 2 Serpong Utara 1 0 4 1 5 3 3 Ciputat 1 0 5 2 113 4 13 4 Ciputat Timur 1 1 9 0 15 13 5 Pamulang 1 2 9 0 69 20 23 6 Pondok Aren 1 2 12 0 46 6 4 7 Setu 1 2 1 1 26 0 7

Kota Tangerang Selatan 8 8 61 4 330 60 71 Sumber: BPS Kabupaten Tangerang (2008)

Untuk melayani 1.1.63.483 jiwa penduduk, Kota Tangerang Selatan memiliki 8 pasar modern dan 8 pasar tradisional, 61 bank, 4 Bank Perkreditan Rakyat, 330 koperasi, 60 kompleks ruko dan 71 minimart. Jumlah total unit sekolah yang ada di Kota Tangerang Selatan adalah sebesar 1,098 unit dengan rincian 459 unit Taman Kanak-kanak, 376 unit Sekolah Dasar, 145 unit Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama, dan 118 unit Sekolah Lanjutan Tingkat Atas. Fasilitas kesehatan yang terdapat di Kota Tangerang Selatan pada tahun 2009 diantaranya Rumah Sakit, Puskesmas, Balai Pengobatan, dan Posyandu. Jumlah total Posyandu berjumlah 771 unit dengan 3.492 orang kader aktif. Jumlah rumah sakit yang ada di Kota Tangerang Selatan sebanyak 14 unit. Praktek dokter umum swasta berjumlah 660 orang, praktek dokter gigi swasta berjumlah 267 orang, praktek dokter spesialis berjumlah 112 orang, dan praktek bidan swasta sebanyak 276 orang. Fasilitas kesehatan lain yang terdapat di Kota Tangerang Selatan adalah laboratorium klinik swasta sebanyak 30 unit, optik sebanyak 42 unit, dan apotik sebanyak 75 unit.

Komposisi penduduk berdasarkan tingkat pendidikan pada tahun 2008, menunjukkan bahwa penduduk dengan pendidikan SLTA berjumlah paling besar, yaitu 32,62%. Diikuti oleh penduduk dengan tingkat pendidikan perguruan tinggi yang juga memiliki nilai cukup tinggi, sebesar 14,50%. Jumlah rasio Pegawai Negeri Sipil per 10.000 penduduk di Kabupaten Tangerang sebesar 1.086 orang. di kota Tangerang Selatan, jumlah rasio PNS per 10.000 penduduk senilai 219 orang.

d. Kemampuan Keuangan

Kemampuan keuangan dinilai melalui pendekatan terhadap Penerimaan Daerah Sendiri (PDS) yang dihitung berdasarkan PDS terhadap jumlah penduduk dan rasio PDS terhadap PDRB. Penerimaan Daerah Sendiri Kota Tangerang Selatan sebesar 3.572.215.563 rupiah, dengan rasio PDS terhadap PDRB senilai 7.483 rupiah. Sedangkan PDS Kabupaten Tangerang sebesar 12.055.136.834 rupiah, dengan rasio PDS terhadap PDRB senilai 43.389 rupiah. Dari hasil skor, Kota Tangerang Selatan memiliki skor sebesar 62, lebih tinggi dari skor Kabupaten Tangerang yang sebesar 61.

e. Sosial Budaya

Sosial budaya dinilai melalui rasio sarana peribadatan per 10.000 penduduk, rasio fasilitas lapangan olahraga per 10.000 penduduk, dan jumlah balai pertemuan. Kondisi sosial budaya di Kabupaten Tangerang lebih baik daripada di Kota Tangerang Selatan, dengan nilai skor Kabupaten Tangerang sebesar 16. Nilai tersebut lebih tinggi daripada skor Kota Tangerang Selatan sebesar 14. Sarana peribadatan yang tersedia di Kota Tangerang Selatan untuk para pemeluk agama adalah mesjid sebanyak 436 buah, langgar/mushola 968 buah, gereja 42 buah, vihara/kuil 7 buah. Pondok pesantren berjumlah 24 buah dengan 66 orang kyai dan 295 orang ustadz serta 4.405 orang santri. Rasio sarana peribadatan di Kabupaten Tangerang sebesar 1.113, sedangkan di Kota Tangerang Selatan sebesar 81. Rasio fasilitas lapangan olahraga di Kabupaten Tangerang sebesar 279, sedangkan di Kota Tangerang Selatan hanya sebesar 82. Jumlah balai pertemuan di Kabupaten Tangerang sebanyak 48 unit, sedangkan di Kota Tangerang Selatan sebanyak 15 unit.

f. Sosial Politik

Sosial politik merupakan cerminan kondisi sosial politik masyarakat yang dapat diukur melalui indikator partisipasi masyarakat dalam pemilu dan organisasi masyarakat. Rasio penduduk yang ikut serta dalam pemilu legislatif terhadap penduduk yang mempunyai hak pilih di Kabupaten Tangerang adalah sebesar 2.449, sedangkan di Kota Tangerang Selatan sebesar 541. Jumlah organisasi

kemasyarakatan di Kabupaten Tangerang sebanyak 48 buah, sedangkan Kota Tangerang Selatan sebanyak 139 buah. Berdasarkan hasil skor keseluruhan dalam indikator sosial politik, skor Kabupaten Tangerang senilai 21, lebih tinggi daripada skor Kota Tangerang Selatan yang senilai 19.

g. Luas Daerah

Luas daerah dalam penelitian ini merupakan luas daerah Kabupaten Tangerang dan Kota Tangerang Selatan yang dapat diukur dengan indikator luas daerah. Luas wilayah berupa jumlah daratan ditambah luas lautan, sedangkan luas wilayah efektif yang dapat dimanfaatkan adaah jumlah luas wilayah yang dapat digunakan untuk permukiman dan industri. Luas wilayah keseluruhan Kabupaten Tangerang adalah seluas 992 km2, dengan luas wilayah efektif yang dapat digunakan sebesar 931 km2. Sedangkan luas wilayah keseluruhan Kota Tangerang Selatan adalah 152 km2, dan luas wilayah efektif yang dapat digunakan seluas 130 km2

h. Pertahanan

. Berdasarkan hasil skor, Kabupaten Tangerang memiliki skor 20 yang lebih tinggi daripada Kota Tangerang Selatan yang hanya sebesar 14.

Indikator yang digunakan untuk mengukur faktor pertahanan, adalah rasio jumlah personil aparat pertahanan (anggota TNI-AD, TNI-AL, dan TNI-AU) terhadap luas wilayah dan karakteristik wilayah. Kabupaten Tangerang memiliki rasio jumlah aparat pertahanan tehadap luas wilayah sebesar 32 orang/km2. Sedangkan Kota Tangerang Selatan memiliki rasio jumlah aparat pertahanan tehadap luas wilayah sebesar 11 orang/km2

i. Keamanan

. Karakteristik wilayah Kabupaten dan Kota Tangerang Selatan memiliki skor 2, karena keduanya masuk dalam kriteria suatu wilayah yang tidak berbatasan dengan negara lain, hamparan fisik wilayah berupa kepulauan, daratan dan pantai, atau daratan.

Indikator yang digunakan untuk mengukur faktor keamanan adalah angka kriminalitas per 10.000 penduduk dan rasio jumlah personil aparat keamanan (anggota POLRI) terhadap luas wilayah. Tingkat kriminalitas per 10.000

penduduk di Kabupaten Tangerang adalah sebesar 0,00814. Tingkat kriminalitas per 10.000 penduduk di Kota Tangerang Selatan adalah sebesar 0,00394, lebih rendah daripada angka kriminalitas di Kabupaten Tangerang. Jumlah aparat pertahanan sipil (anggota POLRI) per 10.000 penduduk di Kabupaten Tangerang adalah sebanyak 202 orang, sedangkan jumlah aparat pertahanan sipil lebih rendah di Kota Tangerang Selatan hanya sebanyak 25 orang.

j. Tingkat Kesejahteraan Masyarakat

Indeks Pembangunan Manusia (IPM) merupakan indeks yang digunakan sebagai alat ukur untuk melihat taraf hidup (kemajuan) masyarakat, yang menjadi ukuran pembangunan dalam pemenuhan tiga unsur, yaitu usia hidup (longevity), pengetahuan (knowledge), dan standar hidup layak (decent living). IPM Kota Tangerang Selatan tahun 2009, berdasarkan perhitungan sementara BPS Kabupaten Tangerang adalah sebesar 75,01 meningkat dari angka perbaikan tahun 2008 yang sebesar 74,82. Angka tersebut merupakan angka tertinggi kabupaten/kota di Provinsi Banten dan termasuk ke dalam kategori “menengah atas”. Pada tahun 2008 IPM Kabupaten Tangerang sebesar 71,14, dan naik menjadi 71,45 pada tahun 2009. Kenaikan tersebut dipicu dengan meningkatnya daya beli masyarakat kabupaten Tangerang.

k. Rentang Kendali

Rentang kendali merupakan rata-rata jarak dari kecamatan ke ibukota kabupaten dan rata-rata lama waktu perjalanan dari kecamatan ke ibukota kabupaten. Rata-rata jarak dari kecamatan ke ibukota kabupaten di Kabupaten Tangerang adalah 765 kilometer, dengan rata-rata lama waktu perjalanan dari kecamatan ke ibukota kabupaten adalah 1.427 menit. Sedangkan rata-rata jarak dari kecamatan ke ibukota kabupaten di Kota Tangerang Selatan adalah 373 kilometer, dengan rata-rata lama waktu perjalanan dari kecamatan ke ibukota kabupaten adalah 650 menit. Dengan jarak dan waktu tempuh yang lebih singkat tentu akan memungkinkan suatu wilayah dapat terlayani dengan lebih baik, sehingga pemekaran Kota Tangerang Selatan layak untuk dilakukan.

5.2. Dampak Pemekaran Terhadap Potensi Keuangan Kota Tangerang

Dokumen terkait