• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV : ANALISIS PENERAPAN PERLINDUNGAN DATA PRIBADI

B. Faktor-Faktor Penyebab Terjadinya Pelanggaran Perlindungan

3. Kelemahan Budaya Hukum

Merupakan hal yang perlu mendapatkan perhatian secara serius dari sistem hukum adalah lemahnya budaya hukum yang terdapat dalam

8

Yusuf Shofie, Kapita Selekta Hukum Perlindungan Konsumen, (Jakarta: PT Citra Aditya Bakti, 2008), h. 231.

68

masyarakat. Budaya hukum yang timbul pun tidak terlepas dari lemahnya substansi hukum yang memberikan persepsi pesimisme konsumen terhadap upaya perlindungan hukum yang diberikan undang-undang. Adapun budaya hukum yang menimbulkan kelemahan tersebut adalah meliputi kesadaran hukum masyarakat dan pelaku usaha.

a. Kesadaran Hukum Masyarakat

Apa yang dimaksud dengan budaya hukum adalah sikap konsumen maupun pelaku usaha terhadap hukum dan sistem hukum, tentang keyakinan nilai, gagasan serta harapan tentang hukum. Undang-undang sebagai produk hukum yang dibuat untuk melindungi konsumen hanya dipandang sebagai sebuah aturan tanpa kejelasan maksud dan tujuan.

Bagi konsumen, keamanan serta kenyamanan dalam menggunakan produk bagi barang maupun jasa serta adanya jaminan kepastian hukum yang diberikan kepada mereka sudah cukup untuk meningkatkan stabilitas perdagangan barang dan atau jasa tentunya dengan adanya dukungan kepercayaan terhadap penggunaan, pemanfaatan, pemakaian produk barang dan atau jasa.9

Jika pendapat seperti itu dipertahankan, konsumen dengan tingkat pendidikan rendah akan menjadi sasaran empuk bagi pelaku usaha yang berorientasi bisnis, memberikan informasi yang tidak benar, menyesatkan

9

Munculnya Kesadaran Konsumen Untuk Menggugat, diakses pada tanggal 20 November 2013 dari http://www.hukumonline.com/detail.asp?id=19346&cl=Berita

sehingga pada akhirnya menimbulkan kerugian bagi konsumen atau nasabah tersebut.

Konsumen dengan latar pendidikan cukup pun apabila berpandangan antipati terhadap produk hukum justru akan terjerumus ke dalam situasi dimana hukum tidak akan mempertahankan realitas kehidupan ekonomi masyarakat karena dipandang selalu meguntungkan pelaku usaha.

b. Kesadaran Hukum Pelaku Usaha

Dari sisi pelaku usaha, sebagaimana hasil wawancara dengan pihak Bank ditemukan masih sering terjadi pelanggaran-pelanggaran kecil terhadap penerapan aturan hukum yang berlaku dalam perbankan. Hal ini dikarenakan oleh alasan efisiensi dalam operasional bank. Hal-hal kecil seperti inilah yang biasanya menjadi awal-mula dari permasalahan yang terjadi antara pihak bank sebagai pelaku usaha dan nasabah sebagai konsumen dan juga yang menjadi faktor kelemahan hukum yang memungkinkan terjadinya pelanggaran hukum dalam memproduksi dan memperdagangkan barang dan atau jasa. Berbanding terbalik dengan kesadaran hukum konsumen, dalam hal ini pelaku usaha justru memanfaatkan produk hukum yang ada dan ketidaksadaran hukum konsumen untuk mengambil keuntungan.

Pengaturan pada batang tubuh Undang-Undang Perlindungan Konsumen yang berisikan pengaturan secara umum memberikan

70

kemungkinan beraneka ragam interpretasi sehingga memberikan ruang gerak bagi pelaku usaha yang dari segi bisnis menguntungkan namun dari segi hukum dapat merugikan konsumen.

C. Bentuk-bentuk Mekanisme Perlindungan Hukum Atas Pelanggaran Data Pribadi Nasabah Perbankan

Dalam perkembangannya hubungan nasabah dengan bank tidak selalu berjalan dengan baik. Hal ini dapat terlihat dari pengaduan nasabah. Pengaduan ini jika tidak terselesaikan dengan baik berpotensi menjadi perselisihan atau sengketa yang akhirnya akan menurunkan reputasi bank di mata masyarakat dan mampu menurunkan kepercayaan masyarakat pada lembaga perbankan apabila hal tersebut tidak segera diselesaikan dengan baik.

Secara konvensional sengketa biasanya diselesaikan melalui pengadilan. Pengadilan merupakan lembaga resmi kenegaraan yang diberi kewenangan untuk mengadili, yaitu menerima, memeriksa dan memutus perkara berdasarkan hukum acara dan ketentuan perundang-undangan yang berlaku.10 Namun pengadilan mempunyai beberapa kelemahan yang kurang disukai seperti lamanya waktu yang tersita dalam proses pengadilan sehubungan dengan tahapan-tahapan (banding dan kasasi) yang harus dilalui dan sifat pengadilan yang terbuka untuk umum.

10

Gatot Soemartono, Arbitrase dan Mediasi di Indonesia, (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2006), h. 2.

Pada umumnya para pengusaha tidak suka masalah-masalah bisnisnya dipublikasikan.11

Untuk itu Bank Indonesia perlu membuat Peraturan untuk mengatur penyelesiaan pengaduan nasabah yang ditujukan untuk mendukung kesetaraan hubungan antara bank sebagai pelaku usaha dan nasabah sebagai konsumen pengguna jasa perbankan sebagaimana yang diamanatkan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen. Penyelesaian nasabah merupakan salah satu bentuk peningkatan perlindungan nasabah dalam rangka menjamin hak-hak nasabah dalam berhubungan dengan bank. Pengaturan akan hal ini diatur dalam Peraturan Bank Indonesia Nomor 7/7/PBI/2005 tentang Penyelesaiaan Pengaduan Nasabah. Bank wajib menyelesaikan setiap pengaduan yang diajukan nasabah atau perwakilan nasabah.

Untuk menyelesaikan pengaduan, bank wajib menetapkan kebijakan dan memiliki prosedur tertulis meliputi:

a. Penerimaan pengaduan;

b. Penanganan dan penyelesaiaan pengaduan; dan

c. Pemantauan penanganan dan penyelesaian pengaduan.

Bank wajib menerima setiap pengaduan yang diajukan oleh nasabah dan atau perwakilan nasabah yang terikat dengan Transaksi keungan yang dilakukan oleh nasabah. Pengaduan tersebut dapat dilakukan secara tertulis dan atau lisan. Dalam hal pengaduan secara tertulis, maka pengaduan tersebut wajib dilengkapi

11

72

fotokopi identitas dan dokumen pendukung lainnya. Sementara itu apabila pengaduan dilakukan secara lisan wajib diselesaikan dalam waktu 2 (dua) hari kerja.

Dalam hal pengaduan yang diadukan secara lisan tidak dapat diselesaikan oleh Bank dalam jangka waktu yang telah ditentukan, Bank wajib meminta nasabah dan atau perakilan nasabah untuk mengajukan pengaduan secara tertulis dengan dilengkapi dokumen sebagaimana ketentuan pengaduan secara tertulis. Penerimaan pengaduan dapat dilakukan pada setiap Kantor Bank dan tidak terbatas hanya pada Kantor Bank tempat nasabah membuka rekening dan atau Kantor Bank tempat nasabah melakukan transaksi keuangan. Bank wajib memberikan penjelasan kepada nasabah dan atau perwakilan nasabah mengenai kebijakan dan prosedur penyelesaian pengaduan pada saat nasabah dan atau perwakilan nasabah mengajukan pengaduan.

Bank wajib menyampaikan bukti tanda terima pengaduan kepada nasabah dan atau perwakilan nasabah yang mengajukan pengaduan secara tertulis.

Bukti penerimaan pengaduan paling tidak memuat: a. Nomor registrasi pengaduan;

b. Tanggal penerimaan pengaduan; c. Nama nasabah;

d. Nama dan nomor telepon petugas bank yang menerima pengaduan; dan e. Deskripsi singkat pengaduan.

Bukti penerimaan pengaduan tersebut ditanda tangani oleh petugas yang menerima pengaduan. Selain itu bank wajib memelihara catatan penerimaan pengaduan. Catatan penerimaan pengaduan tersebut paling kurang memuat: a. Nomor registrasi pengaduan;

b. Tanggal penerimaan pengaduan; c. Nama nasabah;

d. Petugas penerima pengaduan; dan e. Deskripsi singkat pengaduan.

Bank wajib menyelesaikan pengaduan paling lambat 20 (dua puluh) hari kerja setelah tanggal penerimaan pengaduan tertulis. Dalam hal terdapat kondisi tertentu, bank dapat memperpanjang jangka waktu sampai dengan paling lama 20 (dua puluh) hari kerja. Yang dimaksud dengan kondisi tertentu adalah:

a. Kantor bank yang menerima pengaduan tidak sama dengan kantor bank tempat terjadinya permasalahan yang diadukan dan terdapat kendala komunikasi diantara kedua kantor bank tersebut;

b. Transaksi keuangan yang diadukan oleh nasabah dan atau perwakilan nasabah memerlukan penelitian khusus terhadap dokumen-dokumen bank;

c. Terdapat hal-hal lain yang berada diluar kendali bank, seperti adanya keterlibatan pihak ketiga diluar bank dalam transaksi keuangan yang dilakukan nasabah.

74

Perpanjangan jangka waktu penyelesaian pengaduan tersebut wajib diberitahukan secara tertulis kepada nasabah dan atau perwakilan nasabah yang mengajukan pengaduan sebelum jangka waktu awalnya berakhir.

Dalam hal pengaduan terkait dengan transaksi keuangan yang melibatkan pejabat bank yang memiliki kewenangan untuk menyelesaikan pengaduan tersebut, maka penanganan dan penyelesaian pengaduan wajib dilakukan oleh pejabat bank yang tingkatannya lebih tinggi. Apabila pengaduan terkait dengan kewenangan pemimpin kantor bank tempat nasabah mengalami permasalahan, maka penanganan dan penyelesaian pengaduan diselesaikan oleh unit dan atau fungsi khusus penanganan dan penyelesaian pengaduan di kantor bank yang lebih tinggi tingkatannya.

Bank wajib menginformasikan status penyelesaian pengaduan setiap saat nasabah dan atau perwakilan nasabah meminta penjelasan kepada bank mengenai pengaduan yang diajukannya. Dalam hal ini pengaduan diajukan secara tertulis, bank wajib menyampaikan hasil penyelesaian pengaduan secara tertulis kepada nasabah dan atau perwakilan nasabah sesuai batas waktu yang ditentukan. Dalam hal pengaduan diajukan secara lisan, bank dapat menyampaikan hasil penyelesaian pengaduan secara tertulis dan atau kisan kepada nasabah dan atau perwakilan nasabah sesuai batas waktu yang ditentukan. Hasil penyelesaian pengaduan paling kurang memuat:

a. Nomor registrasi pengaduan; b. Permasalahan yang diadukan; dan

c. Hasil penyelesaian pengaduan yang disertai penjelasan dan alasan yang cukup.

Bank wajib menatausahakan seluruh dokumen yang berkaitan dengan penerimaan, penanganan, dan penyelesaian pengaduan. Bank wajib memiliki mekanisme pelaporan internal penyelesaian pengaduan. Bank wajib menyampaikan laporan penanganan dan penyelesaian pengaduan secara triwulanan kepada Bank Indonesia. Laporan penanganan dan penyelesaian pengaduan wajib disampaikan sesuai dengan format yang ditetapkan Bank Indonesia.

Pelaporan tersebut dilakukan paling lambat 1 (satu) bulan setelah berakhirnya masa laporan. Bank dinyatakan terlambat menyampaikan laporan apabila laporan disampaikan melampaui batas waktu penyampaian tetapi belum melampaui 1 (satu) bulan sejak akhir batas waktu penyampaian laporan. Bank dinyatakan tidak menyampaikan laporan apabila laporan belum disampaikan oleh bank sampai dengan berakhirnya batas waktu.

D. Model Ideal Perlindungan Hukum Terhadap Pelanggaran Perlindungan Data Pribadi Nasabah Perbankan

Berdasarkan pemaparan penulis di sub-bab sebelumnya ditemukan bahwa masih terdapat banyak pelanggaran terhadap perlindungan hukum data pribadi nasabah. Hal ini terjadi oleh karena masih banyaknya faktor yang menyebabkan pelanggaran ini terus terjadi. Salah satu faktor yang terus menyebabkan

76

pelanggaran ini terjadi adalah karena kekurangtajaman hukum atau aturan perundang-undangan yang mengatur hal ini.

Dalam PBI Nomor 7/6/PBI/2005 tentang Transparansi Informasi Produk Bank Dan Penggunaan Data Pribadi Nasabah, penulis tidak menemukan adanya sanksi pidana bagi pelaku tindak pelanggaran perlindungan hukum data nasabah perseorangan. Sanksi yang dijelaskan dalam PBI Nomor 7/6/PBI/2005 tentang Transparansi Informasi Produk Bank Dan Penggunaan Data Pribadi Nasabah tersebut hanya mencakup sanksi administratif bagi pelaku pelanggaran perlindungan data nasabah yang dilakukan oleh suatu perusahaan perbankan maupun oknum pegawai perusahaan perbankan. Hal ini menjadi kelemahan dari peraturan tersebut, karena sanksi pidana bagi perseorangan yang melanggar tidak disebutkan.

Penulis melakukan studi lapangan dengan cara mewawancarai pihak Bank BNI terkait mekanisme perlindungan data nasabah. Dalam studi tersebut penulis menemukan bahwa beberapa pegawai Bank BNI tidak kooperatif dalam menjelaskan mengenai perlindungan data nasabah. Perlindungan data nasabah tersebut disebutkan dalam klausula formulir pembukaan rekening tabungan, namun tidak dijelaskan secara rinci oleh beberapa pegawai Bank BNI. Sehingga nasabah tidak mendapatkan kejelasan soal penggunaan data pribadinya oleh pihak bank tersebut.

Penulis juga menemukan tidak adanya keefesiensian dari Bank BNI ketika terjadi pengaduan nasabah yang merasa data pribadinya telah sampai ke pihak

lain selain Bank BNI tanpa sepengatahuan nasabah itu sendiri. Karena pengaduan hal ini ditangani juga oleh seorang pegawai yang menjabat sebagai Customer Service. Dalam hal ini berarti nasabah tersebut mendapatkan pelayanan bersamaan dengan para nasabah yang baru akan membuka rekening tabungan, giro, deposito, dan lainnya.

Jadi dalam hal model yang ideal untuk perlindungan hukum data pribadi nasabah seharusnya PBI Nomor 7/6/PBI/2005 tentang Transparansi Informasi Produk Bank Dan Penggunaan Data Pribadi Nasabah, memuat sanksi pidana bagi yang melakukan tindak pelanggaran perlindungan data pribadi nasabah. Dalam PBI tersebut paling tidak juga dijelaskan mengenai sanksi admnistratif bagi bank yang tidak melakukan pengawasan terhadap beberapa pegawainya, yang tidak kooperatif dalam hal menjelaskan mengenai ketentuan perlindungan hukum nasabah, serta membuat suatu kebijakan bagi perusahaan bank untuk dapat membuat staff khusus yang menangani pengaduan perlihal pelanggaran hukum data pribadi nasabah.

78 BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Setelah penulis melakukan penelitian, penulis menemukan bentuk pelanggaran hukum data pribadi nasabah perbankan yang banyak dilakukan oleh oknum pegawai bank itu sendiri tanpa sepengetahuan dan seizin nasabah yang bersangkutan. Selain itu bentuk pelanggaran hukum terhadap bocornya data pribadi nasabah juga dikarenakan oleh ulah oknum pegawai dari perusahaan yang terafiliasi dengan bank itu sendiri.

2. Faktor-faktor yang menjadi penyebab bocornya data pribadi nasabah yaitu karena masih lemahnya struktur hukum di Indonesia, substansi hukum serta budaya hukum Indonesia yang juga masih lemah.

3. Setelah penulis melakukan studi lapangan ke PT. Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk penulis menemukan bentuk perlindungan hukum yang diberikan oleh bank tersebut yaitu selalu menerapkan setiap regulasi yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia. Peraturan Bank Indonesia tersebut diterapkan dalam bentuk SOP (Standard Operational Procedure) maupun di dalam klausula-klausula produk PT. Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk.

B. SARAN

1. Bagi Bank selaku pelaku usaha dalam bidang perbankan, hendaknya menjalankan secara konsisten sistem dan prosedur internal terkait yang telah ditetapkan selain tetap memegang teguh prinsip-prinsip dasar perbankan dan Kode Etik Bankir, termasuk kegiatan edukasi bagi nasabah. Bank pun hendaknya secara aktif memberi masukan kepada BI atas setiap kebijakan terkait yang menyulitkan dalam operasional bank jika dipaksakan keberlakuannya.

2. Bagi nasabah selaku konsumen perbankan sudah sepatutnya mengemban hak tanpa mengabaikan untuk mengemban kewajiban dengan jalan memanfaatkan berbagai fasilitas informasi yang disediakan bank maupun lembaga keuangan lainnya dan kritis dalam menyikapi hal-hal yang dibutuhkan demi perlindungan haknya dalam hubungan dengan bank sebagai penyimpan dana. 3. Bagi BI selaku regulator sektor perbankan, sebaiknya dalam membuat

regulasi di bidang perbankan harus sedapat mungkin menyusunnya dengan lebih peka terhadap kepentingan nasabah. Agar tidak terkesan mementingkan kepentingan pelaku usaha dalam perbankan saja. Diperlukan juga penegakan hukum terkait yang lebih tegas.

4. Bagi badan legislatif negara dan pemerintah selaku penyusun kebijakan publik harus sedapat mungkin menyikapi dan mempertimbangkan wacana eksistensi Undang-Undang yang melindungi data dan informasi pribadi nasabah secara nasional.

80

DAFTAR PUSTAKA

Buku:

Arthesa, Ade & Handiman, Edia, Bank dan Lembaga Keuangan Bukan Bank, Jakarta: PT Indeks Kelompok Gramedia, 2006.

Bako, Ronny Sautma Hotma, Hubungan Bank dan Nasabah Terhadap Produk Tabungan dan Deposito Bandung: Citra Aditya Bakti, 1995.

Ferdian, Ruly, Perlindungan Data Pribadi Nasabah Pemegang Kartu Kredit Ditinjau dari Aspek Hukum Perlindungan Konsumen, Tesis S2 Fakultas Hukum, Universitas Indonesia, Depok, 2009.

Fuady, Munir, Hukum Perbankan Modern, Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 2003. Hermansyah, Hukum Perbankan Nasional Indonesia, cet. VI, Jakarta: Kencana,

2010.

Husein, Yunus, Rahasia Bank Privasi versus Kepentingan Umum, Jakarta: Program Pascasarjana Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2003

Irianto, Sulistyowati dan Sidharta, Metode Penelitian Hukum Konstelasi dan Refleksi,

Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2009.

Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi ke-IV, Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2008.

Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (Bugerlijk Wetbook), diterjemahkan oleh R. Subekti dan R. Tjitrosudibio, cet. XXXIV Jakarta: PT. Pradnya Paramita, 2004.

Lina, Perlindungan Hukum Bagi Msyarakat Pengguna Jasa Perbankan (Walk In Interview dalam kaitannya dengan Ketentuan Rahasia Bank, Tesis Magister Kenotariatan Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2004.

Manurung, Marina Yulia Herina, Keterbukaan Data Nasabah bank Untuk Kepentingan Perpajakan, Tesis S2 Fakultas Hukum, Universitas Indonesia, Depok, 2008.

Marzuki, Peter Mahmud Penelitian Hukum, cet. IV, Surabaya: Kencana, 2010.

Prasetyo, Teguh dan Barkatullah, Abdul Halim, Ilmu Hukum & Filsafat Hukum, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009.

Roscoe Pound, Cf, Law Finding Through Experience and Reason. Three Lectures, University of Georgia Press, Athens, 1960.

Sarwono, Hukum Acara Perdata Teori dan Praktik, Jakarta: Sinar Grafika, 2011. Sembiring, Sentosa, Hukum Perbankan, Bandung: CV. Mandar Maju, 2000.

Shidarta, Hukum Perlindungan Konsumen Indonesia, cet. I, Jakarta: PT Grasindo, 2006.

Shofie, Yusuf, Kapita Selekta Hukum Perlindungan Konsumen, Jakarta: PT Citra Aditya Bakti, 2008.

Sidablok, Janus, Hukum Perlindungan Konsumen di Indonesia, Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 2006.

Soekanto, Soejono, Pengantar Penelitian Hukum, Jakarta: Universitas Indonesia (UI-Press), 2006.

82

Soekanto, Soerjono dan Mamudji, Sri, Penelitian Hukum Normatif: Suatu Tinjauan Singkat, cet. I, Jakarta: Raja Grafindo, 2006.

Soekanto, Soerjono, Pengantar Penelitian Hukum, cet. III, Jakarta: UI Press, 2008. Soemartono, Gatot, Arbitrase dan Mediasi di Indonesia, Jakarta: PT. Gramedia

Pustaka Utama, 2006.

Subekti, Pokok-pokok Hukum Perdata, Jakarta: Intermasa, 1993.

Susilo, Leo J. & Simarmata, Karlen, Good Corporate Governance pada Bank Umum, Bandung: PT. Hikayat Dunia, 2007.

Sutedi, Adrian, Hukum Perbankan, Jakarta: Sinar Grafika, 2007.

Wignyosoebroto, Soetandyo, Keragaman dalam Konsep Hukum Tipe Kajian dan Metode Penelitiannya, (Universitas Airlangga, t.t).

Peraturan Perundang-undangan:

Ringkasan: Kajian Akademik RUU tentang Perlindungan Data dan Informasi Pribadi, (Jakarta: Kementrian Negara Pendayagunaan Aparatur Negara, 4 September 2007), h. 4.

Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen.

Peraturan Bank Indonesia No. 7/6/PBI/2005 tentang Transparansi Informasi Produk Bank dan Penggunaan Data Pribadi Nasabah.

Undang-Undang No 21 Tahun 2011 Tentang Otoritas Jasa Keuangan (OJK).

Undang Undang No. 10 Tahun 1998 tentang Perubahan Undang Undang No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan.

Undang-Undang No 9 Tahun 1994 Tentang Ketentuan Umum Dan Tata Cara Perpajakan.

Peraturan Bank Indonesia No. 11/11/PBI/2009 tentang Penyelenggaraan Kegiatan Alat Pembayaran Dengan Menggunakan Kartu.

Peraturan Bank Indonesia No. 9/14/PBI/2007 Tentang Sistem Informasi Debitur.

Internet:

Ardhi Suryadi, Awas, Jadi Korban Jual-Beli Data Nasabah, diakses pada tanggal 4 Juni 2013 dari

http://inet.detik.com/read/2009/08/25/123426/1189237/323/awas-jadi-korban-jual-beli-data-nasabah

Imam Budi P, Jual Beli Database di Internet, diakses pada tanggal 4 Juni 2013 dari

http://www.mail-archieve.com/referensi_maya@yahoogroups.com/msg01268.html Agus Sugiarto, Membangun Fundamental Perbankan yang Kuat, diakses pada

tanggal 4 Juni 2013 dari http://www.ppatk.go.id/content.php?s_sid=400 Sabaruddin Siagian, Mencermati Paket Kebijakan BI, diakses pada tanggal 4 Juni

2013 dari http://www.freelists.org/archive/listindonesia/02-2005/msg00154.html

Putra, Definisi Hukum menurut Para Ahli, diakses pada tanggal 27 September 2013 dari http://www.putracenter.net

84

Sejarah Bank BNI, diakses pada tanggal 1 Desember 2013 dari http://www.bni.co.id/id-id/tentangkami/sejarah.aspx

Visi & Misi Bank BNI, diakses pada tanggal 1 Desember 2013 dari http://www.bni.co.id/id-id/tentangkami/visimisi.aspx

klikBCA.com Typosquatting atau Phising, diakses pada 18 November 2013 dari http://www.hukumonline.com/klinik/detail/cl4936/klikbca.com-typosquatting-atau-phishing

Bukan Nasabah Dikirimi rekening Koran, Surat Pembaca Kompas, diakses pada tanggal 18 November 2013 dari

http://cetak.kompas.com/read/xml/2009/02/12/01042134/redaksi.yth

Palsukan Data, Sales Kartu Kredit Bobol 46 Juta, Tempo Interaktif, diakses pada tanggal 18 November 2013 dari

http://202.158.52.210/hg/jakarta/2005/09/26/brk,20050926-67107,id.html

Munculnya Kesadaran Konsumen Untuk Menggugat, diakses pada tanggal 20 November 2013 dari

http://www.hukumonline.com/detail.asp?id=19346&cl=Berita

Wawancara:

Wawancara Pribadi dengan Bapak Wawan Setyawan selaku Compliance Regulatory and Policy Manager Divisi Kepatuhan PT. Bank Negara

Wawancara Pribadi dengan Ibu Endah Kusumaningrum selaku Manager Customer Care PT. Bank Negara Indonesia(Persero) Tbk, Jakarta, 07 Januari 2014. Wawancara pribadi dengan 5 (lima) nasabah PT. Bank Negara Indonesia(Persero)

Lampiran Hasil Wawancara

Narasumber : Wawan Setyawan

Jabatan : Compliance Regulatory and Policy Manager, divisi kepatuhan Hari/Tanggal : Senin, 06 Januari 2014

Waktu : 16.00

Tempat : Gedung BNI 46 Jakarta Pusat, Lantai 10

1. Bagaimana konsep perlindungan data pribadi nasabah di Bank BNI? Jawaban :

Konsep perlindungan data pribadi nasabah di Bank BNI menganut akan ketentuan yang terdapat di dalam PBI No. 7/6/PBI/2005 Tentang Transparansi Informasi Produk Bank Dan Penggunaan Data Pribadi Nasabah namun Bank BNI sendiri membuat prosedur yang jauh lebih spesifik lagi untuk menafsirkan ketentuan yang ada di dalam PBI tersebut yaitu dengan menetapkan kebijakan yang dikeluarkan oleh divisi kepatuhan Bank BNI dalam bentuk sistem prosedur perihal transparansi informasi mengenai produk Bank BNI. Tetapi kebijakan tersebut secara detail tidak boleh dijelaskan selain dengan pihak yang berwenang. 2. Bagaimana penerapan perlindungan data pribadi nasabah di BNI?

Jawaban :

Bentuk penerapannya itu tersalurkan di dalam bentuk-bentuk ketentuan dalam formulir yang selalu diupdate sesuai dengan regulasi yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia.

Regulasi tersebut dibuat menjadi satu bagian di dalam formulir pembukaan rekening karena untuk menghemat biaya (cost benefit) dan karena alasan

tersebut tidak berani untuk membuka rekening di bank kami.

3. Apa yang dilakukan BNI jika menerima keluhan dari nasabah perihal nasabah yang merasa terganggu dengan penawaran-penawaran produk BNI lainnya?

Jawaban :

Pastinya kami akan selalu menampung keluhan yang disampaikan dari setiap nasabah. Mengenai detail alur respons Bank BNI terhadap nasabah bisa kamu tanyakan langsung kepada Ibu Endah Kusumaningrum. Karena beliau adalah

Lampiran Hasil Wawancara

Narasumber : Endah Kusumaningrum

Jabatan : Manager Customer Care, divisi contact center

Hari/Tanggal : Selasa, 07 Januari 2014 Waktu : 10.00

Tempat : Gedung Landmark Tower A Jakarta Pusat, Lantai 15

1. Bagaimana konsep perlindungan data pribadi nasabah di Bank BNI? Jawaban :

Apa yang dijelaskan oleh pak Wawan kemarin pada dasarnya sama dengan apa yang akan saya jelaskan.

2. Bagaimana penerapan perlindungan data pribadi nasabah di Bank BNI? Jawaban :

Pihak kami tidak langsung menerapkan apa yang menjadi ketentuan dari PBI tersebut. Hal itu terjadi karena banyaknya pertimbangan yang melatarbelakanginya yaitu diantaranya fleksibilitas usaha bank. Lagipula pihak kami memikirkan efisiensi terhadap cara untuk menyampaikan ketentuan

Dokumen terkait