• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV : SIKAP KETELA DANAN DARI SA’ D BIN ABI >> WAQQA>S{

C. Kelembutan Hati

Sa’d bin Abi> Waqqa>s{ merupakan sosok yang memiliki sikap mulia, berhati bening dan berjiwa lembut dan bersih. Hatinya senantiasa tersambung kepada Allah diatas fondasi yang benar, jiwanya tidak pernah membawa keburukan kepada seorang muslim dan tidak pernah berniat jahat kepada satu makhluk pun.136

Pada Saat itu, para sahabat duduk mendengarkan Rasulullah SAW,

beliau mengingatkan mereka dan menyentuh hati mereka, dan Sa‟ad pun

menangis sejadi-jadinya. Kelembutan hati Sa‟ad dan kejernihan jiwa membuatnya mampu melihat malaikat pada saat perang Uhud. Ia berkata,

“Aku telah melihat Rasulullah SAW pada perang Uhud, dan bersama

beliau terdapat dua orang yang ikut bertempur melindungi beliau dengan sangat hebat, dan kedua orang tersebut memakai pakaian putih. Aku tidak pernah melihat mereka baik sebelum ataupun sesudah perang.”

135

Murad, 30 Shahabat Nabi yang Dijamin Surga, 148.

136

59

Pada saat akhir hayatnya, Sa‟ad ingin menemui Allah dengan

membawa kenang-kenangan yang paling manis dan mengharukan, yang telah menghubungkan dengan agamanya dan mempertemukan dengan Rasul-Nya. Itulah sebabnya ia memberi isyarat ke arah peti simpanannya, yang ketika mereka buka dan keluarkan isinya, ternyata sehelai kain tua yang telah usang dan lapuk.137

Ia menyuruh keluarganya agar mengafani mayatnya nanti dengan

kain itu. Ketika itu ia berkata, “Aku telah menghadapi orang-orang musyrik waktu perang Badar dengan memakai kain itu dan telah kusimpan

ia sekian lama untuk keperluan hari ini.” Kain yang telah usang dan lapuk

itu adalah panji-panji yang senantiasa berkibar di puncak kehidupan tinggi dan panjang yang dilalui pemiliknya dengan tulus dan beriman.138

Takut dan kelembutan hatinya kepada Allah, Sa‟ad sering

menangis. Jika ia mendengar Rasulullah SAW berpidato dan menasehati umat, air matanya bercucuran hingga hampir-hampir memenuhi pangkuannya.139

D. Semangat Tempur

Sa‟ad bin Abi Waqqas adalah prajurit yang bertugas melindungi

Rasulullah pada perang Badar, dengan tugas ini Sa‟ad semakin semangat

137

Khalid, Biografi 60 Sahabat Nabi, 137.

138

Ibid.

139

60

melepaskan anak-anak panahnya ke arah sasarannya dengan tepat. Maka banyaklah orang Quraisy yang tewas terkena oleh panahnya.140

Pasukan lasykar Islam melanggar perintah Rasulullah dengan turun dari puncak bukit. pada ketika itulah Rasulullah memberi semangat tempur

kepada Sa‟ad agar ia terus memanahi musuh. Teriak Rasulullah, “Panahlah, hai Sa‟ad, kedua orang tuaku menjadi tebusanmu!”. Mendengar teriakan Rasulullah itu, Sa‟ad pun kemudian semakin gencar

memanah musuh. Anak panahnya beterbangan ke sasarannya, yakni kaum kafir Quraisy.141

Inilah semangat tempur yang ditunjukkan Sa‟ad bin Abi Waqqas dalam perang Qadisyiyah, dengan ketabahan menahan rasa sakit yang

dideritanya, Sa‟ad naik ke teras barak yang ditinggalinya dan dijadikan

sebagai markas komandonya. Ia duduk bersandar dengan dialasi bantal sementara pintu barak terbuka lebar. Sedikit saja serangan dari orang- orang persia ke barak itu sudah dapat menyebabkan panglima kaum muslimin jatuh ke tangan mereka, hidup atau mati. Tetapi, ia tidak gentar dan tidak merasa takut.142

Bisul-bisul ditubuhnya pecah tetapi ia tidak peduli dan terus berseru dan bertakbir serta mengeluarkan perintah kepada anak buahnya,

“Majulah ke kanan”, “Tutup pertahanan sebelah kiri”, “Awas didepanmu,

140

Aswara, Sa’ad bin Abi Waqqash, 25.

141

Ibid.

142

61

wahai Mughirah”, “pukullah, wahai Nu‟man”, “Hantamlah, wahai Qa‟qa”,

“Majulah semua, wahai sahabat-sahabat Muhammad SAW”. Suaranya yang berwibawa, penuh tekad, dan semangat baja, menyebabkan setiap prajurit itu berubah menjadi kesatuan yang utuh.143

Sejarah juga tidak pernah melupakan keberanian Sa‟ad bertempur

pada pasukan perang Ubaidah bin Al-Harits144, ketika Rasulullah SAW menyerahkan bendera kepadanya dalam pasukan yang berjumlah enam puluh orang, semuanya dari golongan Muhajirin. Orang yang pertama

melemparkan anak panah di jalan Allah adalah Sa‟ad bin Abi Waqqas.145

E. Kedermawanan

Sa‟ad bin Abi Waqqas adalah sahabat yang kaya raya. Namun, kekayaannya tidak sampai menutup mata hatinya. Kekayaannya di infaqkan di jalan Allah. Ia memberikan hartanya untuk berdakwah dan berjihad. Kedermawanan Sa‟ad terlihat pada haji wada‟, Sa‟ad ditimpa penyakit yang hampir merenggut nyawanya. Dan saat itu ia hanya memiliki seorang anak perempuan. Maka ia berniat untuk menginfaqkan

hartanya di jalan Allah, dan Sa‟ad meminta pendapat Nabi SAW dalam hal

tersebut, dan memberitahukan kepada beliau tentang tekadnya untuk

143

Khalid, Biografi 60 Sahabat Nabi, 132.

144

Beliau adalah „Ubaidah bin Al-Harits bin Abdil Muthallib bin Abdi Manaf, yang dipanggil Abdul Harits. Beliau masuk islam sebelum Nabi SAW masuk ke rumah Al-Arqam dan ikut

berhijrah ke Madinah. Beliau gugur di perang Badar. Murad, 30 Shahabat Nabi yang Dijamin

Surga, 151

145

62

menginfaqkan seluruh hartanya, dan Nabi SAW melarangnya untuk hal itu.146

Lalu Sa‟ad masih terus memaksa dan menurunkan jumlah yang

akan disedekahkannya sedikit demi sedikit, dan Rasulullah SAW tetap menolak, hingga akhirnya beliau menyetujui dengan ucapan “Ya dan sepertiga itu pun sudah banyak. Lebih baik engkau meninggalkan ahli waris dalam keadaan mampu dari pada membiarkannya dalam keadaan miskin dan menadahkan tangannya kepada orang lain. Setiap nafkah yang diberi ganjaran, bahkan walau sesuap makanan yang engkau suapkan di

mulut istrimu.” Maka siapa yang mampu mengeluarkan sepertiga dari hartanya sebagai shadaqah murni, maka ia termasuk orang-orang yang paling dermawan.147

146

Murad, 30 Shahabat Nabi yang Dijamin Surga, 151

147

63

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan

Berdasarkan uraian yang terdapat pada karya penelitian ini, adapun kesimpulannya sebagai berikut:

1. Sa‟d bin Abi> Waqqa>s{ adalah seorang putra dari Abi Waqqas, Malik bin Uhaib Abu Ishaq Al-Qursyi Az-Zuhri Al Makki Al Maddani adalah nama asli dari Sa‟ad. Dia mempunyai keturunan yang berasal dari kabilah Bani Zuhrah dari suku Quraisy. Beliau lahir di Makkah. Ia membenci praktik penyembahan berhala yang membudaya di Makkah saat itu. Sa‟d bin Abi> Waqqa>s{ termasuk dari salah satu dari sepuluh sahabat yang pertama masuk Islam (As-Sabiqunal Awwalun). Senjata ampuh yang digunakan Sa‟d yaitu panah dan doanya. Sa‟d bin Abi> Waqqa>s{ wafat pada tahun 55 H di daerah Aqiq dan di kubur di tanah Baqi‟ Madinah.

2. Pada tahun 2 Hijriyah, Sa‟d bin Abi> Waqqa>s{ mengikuti perang Badar yang menjadi pertempuran pertama dan terbesar antara orang-orang mukmin melawan orang-orang musyrik. Di perang ini Sa‟d banyak memanah para pembesar Quraisy hingga banyak yang kena. Perang Uhud terjadi pada tanggal 7 Syawal 3 H. Di perang Uhud ini terjadi kekalahan, tetapi Sa‟d bin Abi> Waqqa>s{ tetap meneruskan pertempuran bersama Rasulullah SAW.

Perang Qadisyiyah terjadi pada hari kamis 13 Sya‟ban 15 H dan berakhir

pada Ahad 16 Sya‟ban. Sang singa yang menyembunyikan kukunya itu terpilih menjadi panglima dalam perang Qadisyiyah. Hari pertama dan

64

kedua merupakan periode kekalahan, hari ketiga dan keempat adalah

periode kemenangan Sa‟d dan pasukan muslimin di perang Qadisyiyah. Di

perang Mada‟in ini terdapat keajaiban, Sa‟d dan para pasukannya dapat menyebrangi sungai Tigris yang sangat lebar, alirannya sangat deras dan banjir yang meluap-luap. Sa‟d dan pasukannya seperti berjalan terapung di air.

3. Yang dapat diteladani dari Sa‟d bin Abi> Waqqa>s{ adalah taat kepada Allah SWT dan Rasulullah SWT. Jika ada larangan dari ibunya, Sa‟d tetap taat kepada Allah dan Rasulnya.

65

B. Saran

1. Segala sesuatu yang terjadi dapat terselesaikan dengan jalan lurus dan benar. Seperti yang pernah dilakukan oleh Sa‟ad bin Abi Waqqas dalam melawan pasukan Quraisy. Dalam keadaan apapun, Sa‟ad bin Abi Waqqas mampu memberikan kontribusi dan kepemimpinan untuk melawan pasukan Quraisy, sehingga beberapa kemenangan dapat diraihnya beserta pasukan Islam lainnya.

2. Semoga pembahasan-pembahasan di atas mampu membuat pembaca mendaptkan ilmu-ilmu baru tentang Sejarah dan Kebudayaan Islam, Khususnya mengenai perjuangan Sa‟ad bin Abi Waqqas. Bagi pihak jurusan ataupun fakultas semoga dapat memberikan dukungan terhadap kajian sejarah Islam mengenai Perjuangan Sa‟ad bin Abi Waqqas Sang pemanah kebanggaan Rasulullah SAW.

66

DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman, Dudung. Metode Penelitian Sejarah. Yogyakarta: PT Tiara Wacana, 1994.

Al-Kandhlawy, Yusuf. Kehidupan Para Sahabat Rasulullah 2. Surabaya: PT Bina Ilmu, 2012.

As-Sa‟id, Shalahuddin Mahmud. 10 Sahabat yang Dijamin Surga. Solo: Al-Qowam, 2012.

Asy-Syaikh, Abdus Sattar. 10 Sahabat yang Dijamin Masuk Surga. Jakarta: Darus Sunnah, 2012.

Aizid, Rizem. Para Panglima Perang Islam. Yogyakarta: Saufa, 2015. Aswara, Subagdjo. Sa’ad bin Abi Waqqash. Bandung: PT Remaja

Rosdakarya, 1985.

Bastoni, Hepi Andi. 101 Sahabat Nabi. Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2002.

Hisyam, Ibnu. Sirah Nabawiyah Ibnu Hisyam. Terj. Fadhli Bahri. Jakarta: Darul Falah, 2006.

Kartono, Kartini. Pemimpin dan Kepemimpinan. Jakarta: CV Rajawali, 1998.

Kartodirjo, Sartono. Pendekatan Ilmu Sosial dalam Metodologi Sejarah. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1992.

Kuntowijoyo. Pengantar Ilmu Sejarah. Yogyakarta: Yayasan Bentang Budaya, 2001.

67

Khalid, Khalid Muhammad. Para Sahabat yang Akrab Dalam

Kehidupan Rasul. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2000.

Khalid, Khalid Muhammad. Karakteristik Perihidup 60 Shahabat

Rasulullah. Bandung: Diponegoro Bandung, 2002.

Khalid, Khalid Muhammad. Biografi 60 Sahabat Nabi. Jakarta: Ummul Qura, 2012.

Murad, Mustofa. 30 Sahabat Nabi yang Dijamin Surga. Solo: Insan Kamil, 2011.

Mursi, Syaikh Muhammad Sa‟id. Tokoh-Tokoh Besar Islam Sepanjang

Sejarah. Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2007.

Nawawi, Hadari. Kepemimpinan Menurut Islam. Yogyakarta: Gajah Mada University Press, 1993.

Nasution. Metode Penelitian Naturalistik-Kualitatif. Bandung: Tarsito, 1996.

Syukur,Yanuardi. Kisah Perjuangan Sahabat-sahabat Nabi. Jakarta: Al- Maghfiroh, 2014.

Tamburaka, Rustam E. Pengantar Ilmu Sejarah, Teori Filsafat Sejarah

dan IPTEK. Jakarta: Rineka Cipta, 1999.

Waqid Al-Waqidi, Abu „Abdillah Muhammad bin Umar bin. Mughozhi

68

Zulaicha, Lilik. Metodologi Sejarah 1. Surabaya: Fak. Adab IAIN Sunan Ampel, 2004.

Dokumen terkait