• Tidak ada hasil yang ditemukan

C. Metode pengambilan contoh

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

2. Kelimpahan fitoplankton

Pada Tabel 3 terlihat bahwa kelimpahan fitoplankton tertinggi berdasarkan musim dan kesamaan spasial, diperoleh pada pengamatan bulan Agustus 2007 dengan nilai rata-rata kelimpahan sebesar 18.080 sel/l dan kisaran kelimpahan antara 8.812 – 35.243 sel/l. Pada bulan Maret 2008 diperoleh nilai rata-rata kelimpahan sebesar 1.742 sel/l dan kisaran kelimpahan antara 193 – 7.250 sel/l. Perbedaan kelimpahan fitoplankton pada bulan Agustus 2007 dan Maret 2008 disebabkan karena adanya pengaruh musim, yaitu musim kemarau pada bulan Agustus 2007 dan musim hujan pada bulan Maret 2008. Pada saat musim kemarau, perairan di sekitar muara Sungai Porong cenderung lebih stabil dibandingkan pada saat musim hujan. Hal ini diduga disebabkan oleh karena perairan tidak terlalu banyak mendapat masukan air tawar dari Sungai Porong. Pada musim kemarau proses dekomposisi bahan organik berjalan lebih cepat karena massa tinggal air di sungai lebih lama sehingga unsur-unsur hara dapat dimanfaatkan secara optimum oleh fitoplankton untuk tumbuh. Berdasarkan nilai parameter kecerahan, bulan Agustus 2007 memiliki kisaran nilai kecerahan perairan yang lebih tinggi, yaitu 0,6 – 2,1 m dibandingkan dengan kisaran nilai kecerahan perairan pada bulan Maret 2008 yaiotu sebesar 0,2 – 0,6 m. Tingginya nilai kecerahan perairan pada bulan Agustus 2007 dapat memudahkan sinar

matahari masuk ke dalam perairan secara optimum, sehingga proses fotosintesis fitoplankton dapat berjalan dengan baik.

Tabel 3. Jumlah jenis dan kelimpahan (sel/l) fitoplankton pada setiap bulan pengamatan Stasiun Agustus 2007 Maret 2008 jml jenis Kelimpahan (sel/l) jml jenis Kelimpahan (sel/l) 1 26 16.864 13 423 2 18 35.243 3 7.250 3 24 8.812 18 5.955 4 26 21.366 15 232 5 26 9.584 17 479 6 23 13.069 11 352 7 21 14.427 12 193 8 23 33.540 17 423 9 19 9.812 7 370 Jumlah 206 162.717 113 15.677 rata-rata 18.080 1.742

Pada bulan Maret 2008 termasuk musim hujan. Air hujan yang turun akan terbawa oleh arus dari sungai dan menuju ke perairan estuari. Pada musim hujan, massa jenis air hujan lebih tinggi dibandingkan dengan massa jenis air di perairan estuari. Sehingga air hujan yang terbawa arus dari sungai masuk ke perairan estuari dan mengaduk perairan yang berada di bawahnya menuju ke permukaan perairan dan begitu pula sebaliknya. Hal ini dapat mempengaruhi kondisi perairan estuari dan juga kelimpahan fitoplankton. Semakin rendah suhu perairan massa jenisnya akan semakin tinggi dan sebaliknya. Hal ini ditunjukkan dari nilai parameter suhu pada bulan Maret 2008 stasiun 1 dan 9 yang cenderung lebih rendah yaitu sebesar 29,5 dan 29 ˚C. Nilai salinitas pada kedua stasiun tersebut juga menunjukkan nilai yang sangat rendah yaitu sebesar 0 ‰. Semakin rendah suhu perairan dan semakin tinggi nilai salinitasnya, maka perairan tersebut akan teraduk menuju ke bawah permukaan perairan. Menurut Wyrtki (1961) in Arinardi et al., (1997) pada bulan Maret angin barat masih berhembus tapi kecepatannya sudah berkurang. Musim barat biasanya mempunyai curah hujan yang tinggi yang dapat mempengaruhi kadar salinitas dan juga kelimpahan fitoplankton terutama di perairan pantai.

Hal ini berbeda dengan kelimpahan pada bulan Maret 2007 yang cenderung tinggi. Pada bulan Maret 2007 kisaran nilai kelimpahan fitoplankton yaitu antara 42.744 sel/l – 335.034 sel/l, dengan kelimpahan tertinggi terdapat pada stasiun 1 dan kelimpahan terendah pada stasiun 6 (Gambar 6.a.). Stasiun 1 memiliki nilai konsentrasi silika yang tinggi yaitu sebesar 3,88 mg/l, sedangkan pada stasiun 6 memiliki nilai konsentrasi silika yang rendah sebesar 1,76 mg/l. Silikat diperlukan untuk mendukung perkembangan atau kehidupan biota laut. Tinggi rendahnya kelimpahan fitoplankton di suatu perairan tergantung pada konsentrasi silikat (Nybakken, 1992). Berdasarkan nilai parameter fisika yang diperoleh, nilai kedalaman pada bulan Maret 2007 cenderung lebih tinggi dibandingkan dengan bulan Agustus 2007 dan Maret 2008. Tingginya kedalaman akan memperkecil pengaruh kekeruhan perairan sehingga cahaya dapat masuk ke perairan secara optimal dan dimanfaatkan dengan baik untuk pertumbuhan fitoplankton.

Pada bulan Agustus 2007 kisaran nilai kelimpahan fitoplankton yaitu antara 8.812 sel/l – 35.243 sel/l, dengan kelimpahan tertinggi terdapat pada stasiun 2 dan kelimpahan terendah terdapat pada stasiun 3 (Gambar 6.b.). Hal ini diduga disebabkan karena letak dari stasiun 2 yang masih termasuk dalam wilayah peralihan, dimana pada wilayah ini terjadi percampuran antara air tawar dan air laut. Sehingga hal ini menyebabkan bervariasinya pula jumlah individu dan kelimpahan fitoplankton. Menurut Arinardi et al., (1997), plankton di estuari umumnya mempunyai jumlah spesies yang sedikit tetapi sering jumlah individunya cukup banyak. Pada stasiun 2 jumlah spesiesnya lebih sedikit dibandingkan dengan stasiun 3 yaitu sebanyak 18 spesies, tapi memiliki jumlah individu yang cukup banyak. Sedangkan pada stasiun 3 termasuk dalam wilayah laut.

Pada bulan Maret 2008 kisaran nilai kelimpahan fitoplankton yaitu antara 193 sel/l – 7.250 sel/l, dimana kelimpahan tertinggi terdapat pada stasiun 2 dan kelimpahan terendah terdapat pada stasiun 7 (Gambar 6.c.). Hal ini diduga karena nilai parameter fisika-kimia perairan yang mendukung. Stasiun 7 memiliki nilai kecerahan yang lebih rendah yaitu sebesar 0,4 m dibandingkan dengan stasiun 2 yaitu sebesar 0,6 m. Nilai kecerahan yang rendah menggambarkan nilai kekeruhan

a)

b)

c)

Gambar 6. Grafik kelimpahan fitoplankton pada bulan ; a) Maret 2007 ; b) Agustus 2007 ; c) Maret 2008

yang tinggi. Kekeruhan yang tinggi menyebabkan rendahnya intensitas cahaya yang masuk ke dalam perairan. Sehingga proses fotosintesis fitoplankton terhambat dan pertumbuhan fitoplankton tidak optimal. Hal ini sesuai dengan

0 5000 10000 15000 20000 25000 30000 35000 40000 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Stasiun K e li m p a h a n F it o p la n k to n ( s e l/ l) Chrysophyceae Cyanophyceae Chlorophyceae Dinophyceae Bacillariophyceae 0 1000 2000 3000 4000 5000 6000 7000 8000 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Stasiun K el im p ah an F ito p lan kt o n ( sel /l ) Chrysophyceae Cyanophyceae Chlorophyceae Dinophyceae Bacillariophyceae 0 50000 100000 150000 200000 250000 300000 350000 400000 1 2 3 4 5 6 Stasiun K e li m p a h a n F it o p la n k to n ( s e l/ l) Cyanophyceae Chlorophyceae Dinophyceae Bacillariophyceae

Goldman dan Horne (1983) yaitu 2 faktor utama penentu tingkat pertumbuhan fitoplankton adalah mencapai tingkat pertumbuhan maksimum pada temperatur tertentu dan mampu mencapai cahaya dan nutrien optimum.

Pada Gambar 7 dapat dilihat bahwa komposisi berdasarkan kelimpahan fitoplankton yang ditemukan selama pengamatan di estuari Sungai Brantas didominasi oleh kelas Bacillariophyceae (diatom) yaitu sebesar 92,36 % pada bulan Maret 2007, 98,54 % pada bulan Agustus 2007, dan 94,56 % pada bulan Maret 2008. Hal ini sesuai dengan pernyataan Nontji (2006), jenis fitoplankton yang paling umum dijumpai di laut dalam jumlah besar adalah diatom. Distribusi plankton diatom banyak ditentukan oleh faktor-faktor lingkungan yang mempengaruhinya. Nybakken (1992) juga menyatakan bahwa fitoplankton yang berukuran besar dan biasanya tertangkap oleh jaring plankton terdiri dari dua kelompok besar yaitu diatom dan dinoflagellata. Di perairan Indonesia diatom paling sering ditemukan, baru kemudian dinoflagellata.

Pada bulan Maret 2007 (Gambar 7.a.) dan Agustus 2007 (Gambar 7.b.) kelas Dinophyceae memiliki komposisi yang besar setelah kelas Bacillariophyceae, yaitu masing-masing sebesar 5,23 dan 1,36 %. Hal ini sesuai dengan pernyataan Day et al., (1989) bahwa pada umumnya kelas yang dominan pada perairan estuari yaitu kelas Bacillariophyceae dan Dinophyceae. Pada bulan Maret 2008 (Gambar 7.c.) kelas Chlorophyceae memiliki komposisi yang besar dibandingkan dengan bulan lainnya setelah diatom yaitu sebesar 2,59 %. Hal ini diduga disebabkan oleh pengaruh salinitas perairan. Pada bulan Maret 2008 kisaran nilai salinitas di muara Sungai Porong cenderung rendah dengan kisaran 7 – 8 ‰, sedangkan pada bulan Maret 2007 dan Agustus 2007 kisaran nilai salinitasnya cenderung lebih tinggi yaitu dengan kisaran masing-masing sebesar 6,2 – 28 ‰ dan 12 – 31,2 ‰. Hal ini sesuai dengan pernyataan Lehmann (2000), bahwa fitoplankton air tawar cenderung akan mati pada salinitas yang lebih tinggi, hal ini terkait dengan proses osmoregulasi. Kelas Cyanophyceae memiliki komposisi yang rendah yaitu pada bulan Maret 2007 sebesar 0,12 %, Agustus 2007 sebesar 0,03 % dan Maret 2008 sebesar 0,65 %. Kelas Chrysophyceae hanya ditemukan pada bulan Agustus 2007 dan Maret 2008, masing-masing sebesar 0,05 % dan 0,01 %.

a) b)

c)

Gambar 7. Komposisi (%) berdasarkan kelimpahan dari masing-masing kelas fitoplankton pada bulan ; a) Maret 2007 ; b) Agustus 2007 ; c) Maret 2008

Jenis fitoplankton yang banyak ditemukan pada bulan Maret 2007 yaitu Chaetoceros sp. dan Skeletonema sp. dari kelas Bacillariophyceae, dan Peridinium sp. dari kelas Dinophyceae. Genus Chaetoceros sp. paling sering ditemukan pada bulan Maret 2007 dengan kelimpahan sebesar 834.689 sel/l diikuti dengan Skeletonema sp. sebesar 55.842 sel/l. Menurut Arinardi et al., (1997), Skeletonema sp. dapat memanfaatkan kadar zat hara lebih cepat daripada diatom lainnya. Genus Scenedesmus sp. dari kelas Chlorophyceae memiliki kelimpahan sebesar 16.393 sel/l dan Oscillatoria sp. dari kelas Cyanophyceae memiliki kelimpahan sebesar 451 sel/l.

Pada bulan Agustus 2007 jenis fitoplankton yang paling banyak ditemukan yaitu Biddulphia sp. dari kelas Bacillariophyceae yang memiliki kelimpahan sebesar 86.953 sel/l. Dari kelas Dinophyceae yaitu Dinophysis sp. memiliki

Bacillariophyceae 92,36% Dinophyceae 5,23% Chlorophyceae 2,29% Cyanophyceae 0,12% Dinophyceae 1,36% Chrysophyceae 0,05% Bacillariophyceae 98,54% Chlorophyceae 0,02% Cyanophyceae 0,03% Chrysophyceae 0,01% Cyanophyceae 0,65% Chlorophyceae 2,59% Dinophyceae 2,19% Bacillariophyceae 94,56%

kelimpahan sebesar 1.025 sel/l. Dari kelas Chlorophyceae dan Cyanophyceae yaitu Scenedesmus dan Oscillatoria sp. masing-masing ditemukan dengan kelimpahan sebesar 24 sel/l dan 31 sel/l. Sedangkan dari kelas Chrysophyceae ditemukan genus Dictyocha sp. dengan kelimpahan sebesar 62 sel/l.

Pada bulan Maret 2008 nilai kelimpahan dari jenis fitoplanktonnya tidak terlalu tinggi dibandingkan dengan pengamatan sebelumnya. Chaetoceros sp. masih ditemukan sebagai jenis yang dominan dengan kelimpahan sebesar 8.916 sel/l diikuti oleh Skeletonema sp. dan Nitzschia sp. dengan kelimpahan masing-masing sebesar 4.600 sel/l dan 1.210 sel/l. Pada kelas Dinophyceae ditemukan genus Ceratium sp. dengan kelimpahan sebesar 320 sel/l. Genus Actinastrum sp. dan Scenedesmus sp. dari kelas Chlorophyceae ditemukan dengan kelimpahan masing-masing sebesar 191 sel/l dan 119 sel/l. Sedangkan dari kelas Chrysophyceae hanya ditemukan genus Mesocena sp. dengan kelimpahan terendah sebesar 1 sel/l.

3. Indeks keanekaragaman (H’), indeks keseragaman (E), dan indeks

Dokumen terkait