• Tidak ada hasil yang ditemukan

m

e

a

n

o

f

ju

m

la

h

r

a

ta

-ra

ta

s

e

l

s

p

e

rm

a

ti

d

Gambar 1. Grafik jumlah rata-rata sel spermatid testis kiri dan testis kanan dari masing-masing kelompok

B. Analisis Data 1. Uji Anova

Data dari tabel 1 dilakukan uji statistik Anova searah untuk mengetahui perbedaan rata-rata jumlah sel spermatid antara ketiga kelompok perlakuan yaitu : K, PI, dan PII. Hasil uji Anova searah dapat dilihat pada tabel dibawah ini :

Tabel 3. Hasil uji Anova searah antara ketiga kelompok untuk rata-rata jumlah sel spermatid

Df Fo Nilai p

Antar kelompok 2 4,332 0,025

Dalam kelompok 24

Total 26

Hasil analisis uji Anova rata-rata jumlah sel spermatid pada semua kelompok perlakuan didapatkan nilai p=0,025 (p<0,05), sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaaan yang bermakna rata-rata jumlah sel spermatid antara ketiga kelompok perlakuan (tabel 2). Analisis dilanjutkan dengan uji LSD (Least Significant Difference) dengan derajat kemaknaan α=0,05 untuk mengetahui letak perbedaan rata-rata jumlah sel spermatid antara dua kelompok.

2. Uji LSD (Least Significant Difference)

Hasil perhitungan statistik dengan Uji LSD (Least Significant Difference) didapatkan :

Tabel 4. Hasil uji LSD (Least Significant Difference) antara dua kelompok untuk rata-rata jumlah sel spermatid

NO Kelompok Perbedaan rata-rata P Confidence Interval 95% 1 K dan PI 31,444 0,108 -7,47 - 70,36 2 K dan PII 55,333 0,007 16,42 - 94,25 3 PI dan PII 23,889 0,217 -15,03 - 62,81 Sumber : out put data SPSS

Perhitungan statistik dengan uji LSD (Least Significant Difference) dengan derajat kemaknaan α=0,05 diperoleh nilai p > 0,05 pada kelompok K-PI dengan nilai perbedaan=31,444 pada confidence interval 95%= -7,47 s/d 70,36 dan kelompok PI-PII dengan nilai perbedaan=23,889pada confidence interval 95%= -15,03 s/d 62,81 dengan demikian Ho diterima (tidak ada perbedaan yang

sedangkan nilai p <0,05 pada kelompok K-PII dengan nilai perbedaan=55,333 pada confidance interval 95%= 16,42 s/d 94,25 dengan demikian Ho ditolak (ada perbedaan yang bermakna rata-rata jumlah sel spermatid antara 2 kelompok yang dibandingkan).

BAB V PEMBAHASAN

Penelitian dengan membarikan ekstrak biji pepaya selama 10 hari diperoleh hasil jumlah rata-rata sel spermatid testis kanan dan testis kiri untuk kelompok kontrol (K) 291,889, untuk kelompok perlakuan I (PI) 260,444, dan untuk kelompok perlakuan II (PII) 236,556. jumlah sel spermatid mengalami penurunan yang bermakna. Besar penurunan jumlah sel spermatid semakin besar dengan peningkatan dosis yang diberikan. Dari data diaas dapat disimpulkan pemberian ekstrak biji pepaya dosis 10mg/ekor/hari dan 30 mg/ekor/hari dapat menyebabkan perubahan jumlah rata-rata sel spermatid yang cenderung semakin menurun, semakin besar dosis yang diperlukan semakin besar pula penurunan jumlah sel spermatid. Penurunan jumlah sel spermatid ini menunjukkan adanya pengaruh ekstrak biji pepaya terhadap spermatogenesis.

Penurunan jumlah rata-rata sel spermatid pada kelompok perlakuan I sebesar {(291,889 – 260,444) / 291,889} x 100% = 10,773% dibanding dengan kelompok kontrol. Penurunan rata-rata jumlah sel spermatid pada kelompok perlakuan II sebesar {(291,889 – 236,556) / 291,889} x 100% = 18,957% dibanding dengan kelompok kontrol.

Uji Anova searah pada penelitian ini diperoleh nilai nilai p=0,000 (p<0,05) yang menunjukkan adanya perbedaan rata-rata jumlah sel spermatid yang bermakna diantara ketiga kelompok perlakuan. Post Hoc Test dilakukan untuk mencari letak perbedaan

perlakuan I diperoleh nilai p=0,108 (p>0,05) yang berarti tidak ada perbedaan yang bermakna diantara keduanya. Kelompok kontrol dengan kelompok perlakuan II diperoleh nilai p=0,007 (p<0,05) yang berarti ada perbedaan yang bermakna diantara keduanya. Kelompok perlakuan I dengan kelompok perlakuan II diperoleh nilai p=0,217 (p>0,05) yang berarti tidak ada perbedaan bermakna diantara kedua kelompok. Dari data diatas menunjukkan bahwa pada kelompok perlakuan II terjadi penurunan rata-rata jumlah sel spermatid jika dibanding dengan kelompok kontrol. Penurunan rata-rata ini diduga disebabkan oleh katekolamine. Mekanisme kerja senyawa katekolamine yang terkandung dalam ekstrak biji pepaya diduga bekerja menghambat laju metabolisme sel spermatogenik dengan cara mengganggu keseimbangan sistem hormon (Winarno, 1997).. Post Hoc Test yang membandingkan kelompok kontrol dengan kelompok perlakuan I; dan kelompok perlakuan II masing-masing diperoleh nilai p = 0,108; 0,007. Kelompok perlakuan II menunjukkan perbedaan yang bermakna (p<0,05). Hal ini menunjukkan bahwa pemberian ekstrak biji pepaya dosis 30mg/ekor/hari dapat menyebabkan penurunan rata-rata jumlah sel spermatid yang bermakna dibanding dengan kelompok kontrol. Tingkat penurunan rata-rata jumlah sel spermatid sebanding dengan peningkatan dosis pemberian ekstrak biji pepaya. Hal ini sesuai teori pada penelitian sebelumnya bahwa tikus putih yang mengkonsumsi ekstrak biji pepaya menunjukkan penurunan gambaran histologis spermatogenesis (Yumadi, 2001). Terjadi penurunan jumlah sel spermatid pada kelompok perlakuan karena adanya mekanisme umpan balik yang berlebihan ke hipofisis sehingga hipofisis tidak melepaskan FSH dan LH, sehingga akan menghambat spermatogenesis ( Winarno, 1997).

Penelitian sebelumnya yang dapat mendukung penelitian ini menunjukkan bahwa pemberian ekstrak biji pepaya selama 40 hari pada dosis 30 mg/ekor/hari dapat menyebabkan penurunan fertilitas tikus jantan yang dilakukan oleh Sudarsono. Hal ini dibuktikan dengan adanya penipisan epitel germinal dan peregangan jarak epitel tubuli seminiferi. Epitel germinal terdiri atas 2 macam sel, yaitu sel spermatogenik yang menghasilkan sperma dan sel penyokong (sel sartoli) yang memberi makan sperma yang sedang berkembang (Eroschenko, 2003). Penelitian ini berbeda dengan penelitian sebelumnya pada lama perlakuan dan objek yang diamati, yaitu: lama perlakuan terhadap mencit pada penelitian ini dilakukan selama 10 hari, mengikuti siklus spermatogenesis, sedangkan pada penelitian sebelumnya lama perlakuan 40 hari.

BAB VI

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Simpulan yang dapat ditarik dari hasil penelitian yang telah dilakukan uji statistik dan pembahasan adalah sebagai berikut:

1. Pemberian ekstrak biji pepaya peroral dapat mempengaruhi jumlah sel spermatid yang ditandai dengan adanya perbedaan rata-rata jumlah sel spermatid untuk masing-masing kelompok.

2. Tingkat perbedaan rata-rata jumlah sel spermatid mencit semakin menurun sebanding dengan besarnya dosis ekstrak biji pepaya yang diberikan, yaitu semakin besar dosis ekstrak biji pepaya yang diberikan, maka jumlah sel spermatid mencit semakin menurun.

3. Penurunan jumlah rata-rata sel spermatid testis mencit yang paling besar terjadi pada kelompok perlakuan II (30 mg/ekor/hari) yaitu sebesar 18,957%

B. Saran

1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang pengaruh ekstak katekolamin murni terhadap spermatogenesis.

2. Perlunya dilakukan penelitian lebih lanjut dengan dosis yang berbeda untuk mengetahui dosis efektif terhadap penurunan jumlah sel spermatid testis mencit.

3. Perlu diketahui pengaruhnya terhadap hormon gonadotropin FSH dan LH serta hormon testosteron (libido).

DAFTAR PUSTAKA

Dianes, C., 1989. Ringkasan Biokimiawi. Jakarta : PT Gamedia Pustaka Utama.

Dorland, dan Newman, W.A., 2006. Kamus Kedokteran Dorland. Edisi 29. Jakarta: EGC.

Eroschenko, V.P., 2003. Atlas Histologi di Fiore dengan Korelasi Fungsional. Jakarta: EGC. pp : 278-295.

Ganong, W.F., 1992. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta: EGC. pp: 405-414.

Guyton, A.C., dan Hall, J.E., 1997. Fisiologi Kedokteran. Edisi 9. Jakarta : EGC. pp : 1265-1281.

Hanafiah, J.M.,1981. Fisiologi Sistem Hormonal dan Reproduksi dengan Pathofisiologinya. Bandung : Alumni

Herwiyanti, S. dan Ghufron, M., 1993. Gambaran Histologik Spermatogenesis Tikus Putih (Rattus norvegicus) setelah diberi Makan Juice Daun Pepaya (Carica papaya). Laporan Penelitian. Yogyakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Gajah Mada.

Johnson, K.E., 1994. Seri Kapita Selekta Histologi dan Biologi Sel. Jakarta : Bina Rupa Aksara.

Junqueira,C., et al, 1997. Histologi Dasar. Edisi ke-8. Jakarta : EGC. pp : 419-432.

Leeson, C.R., et al, 1996. Buku Ajar Histologi. Jakarta : EGC. pp : 511-538.

Marieb, E.N., 1998. Human Anatomy and Physiology. California : Benjamin / Cummings Science Publishing. p : 1043.

Murthi, B., 1994. Penerapan Metode Statistik Non Parametrik Dalam Ilmu-Ilmu Kesehatan. Jakarta : PT Gamedia Pustaka Utama.

Nalbandov, A.V.,1990. Fisiologi Reproduksi pada Mamalia dan Unggas. Jakarta : Penerbit Universitas Indonesia (UI-Press).

Ngatidjan, 1991. Petunjuk Laboratorium Metode Laboratorium dalam Toksikologi. Yogyakarta : Pusat Antar Universitas Bioteknologi UGM.

Pointis, G.,dan Latreille, M.T., 1987. Chatecolamine-induced Stimulation of Testosteron Production by Leydig Cells From Fetal Mous Testis. www.reproduction-online.org/cgi/content/abstract/80/1/32. (20 agustus 2009)

Price, S.A., dan Wilson, L.M., 1995. Patofisiologi. Edisi 4. Jakarta : EGC. pp: 1146-1160.

Rahmat, Rukmana, 2003. Pepaya.

http://books.google.co.id/books?id=Ngr_Gr91RWwCdanpg=PA18danlpg=PA 18dandq=morfologi+tanaman+pepayadansource=bldanots=Fkid_tPZXBdansi g=Mv4tWuapDM_8148f30Sw4RTt04Edanhl=iddanei=dOXZStmOA8eBkQX 9obnLDgdansa=Xdanoi=book_resultdanct=resultdanresnum=1danved=0CAg Q6AEwADgK#v=onepagedanq=morfologi%20tanaman%20pepayadanf=false . (17oktober 2009)

Raji, Y. dan Morakinyo, A.O., 2005. Impact of the Chloroform Extract of Carica papaya Seeds on Oestrous Oycle and Fertility in Female Albino Rats. Nigeria: Departement of Physiology Collage of Medicine Ibadan University.

Schefler, W.C., 1999. Statistika untuk Biologi, Farmasi, Kedokteran, dan Ilmu yang Bertautan. Bandung : Penerbit ITB.

Siri, Z. dan Sulaeman, S., 2002. Efek Pemberian secara Oral Infusa Daun Tembakau (Nicotina tabacum L) terhadap jumlah, kecepatan dan morfologi spermatozoa mencit (Mus musculus). Majalah Andrologi Indonesia No. 3, september 2002.

2003.

Taufiqqurohman, M.A., 2003. Metodologi Penelitian Kedokteran dan Kesehatan. Surakarta : CSGF.

William, H.M., 1982. Cathecolamine Stimulation of Androgen Production by Mouse

Interstitial Cells in Primary Culture.

www.andrologyjournal.org/cgi/reprint/3/4/227.pdf. (17 oktober 2009)

Winarno, W.M., dan Sundari, Dian, 1997. Informasi Tanaman Obat Untuk

Kontrasepsi Tradisional.

http://www.kalbe.co.id/files/cdk/files/10InformasiTanamanObatuntukKontras epsi120.pdf/10InformasiTanamanObatuntukKontrasepsi120.html. (17 oktober 2009)

Yurnardi dan Puiji, Sari, 2001. Pengaruh Penyuntikan Ekstrak Biji Pepaya (Carica papaya L.) terhadap Konsentrasi Spermatozoa dan Keadaan Sel SpermatogenikTikus Jantan Strain LMR. http://www.mkb- online.org/index.php?option=com_contentdanview=articledanid=77:efek-biji- pepaya-carica-papaya-linn-terhadap-ketebalan-epitel-germinal-dan-jarak-

Dokumen terkait