• Tidak ada hasil yang ditemukan

KELOMPOK SOSIAL DALAM MASYARAKAT MULTIKULTURAL

Dalam dokumen Modul Sosiologi 1 24 (Halaman 56-66)

BAB III STRUKTUR SOSIAL

KELOMPOK SOSIAL DALAM MASYARAKAT MULTIKULTURAL

Standar Kompetensi:

Menganalisis kelompok sosial dalam masyarakat multikultural Kompetensi dasar

1. Mendeskripisikan berbagai kelompok sosial dalam masyarakat multikultural 2. Menganalisis perkembangan kelompok sosial dalam masyarakat multikultural 3. Menganalisis keanekaragaman kelompok sosial dalam masyarakat

Tujuan Pembelajaran

1. Mengidentifikasi berbagai kelompok sosial dalam masyarakat multikultural 2. Mengidentifikasi cirri-ciri masyarakat multikultural

3. Menganalisis dampak konflik sosial dalam masyarakat multikultural

4. Menganalisis upaya mewujudkan integrasi sosial dalam masyarakat multikultural 5. Menganalisis perkembangan kelompok sosial dalam masyarakat multikultural 6. Menganalisis penyebab keanekaragaman masyarakat multikultural

7. Menganalisis terjadinya primordialisme dalam masyarakat 8. Menganalisis penyebab primordialisme dalam masyarakat Pengantar

Bangsa Indonesia adalah masyarakat yang terdiri dari beranekaragam suku bangsa yang memiliki adat istiadat yang berbeda-beda. Dari catatan yang ada, di Indonesia ini terdapat 656 suku bangsa dengan bahasa lokal 300 macam. Keanekaragaman tersebut merupakan kekayaan milik Bangsa Indonesia yang harus kita jaga dan lestarikan sehingga mampu memberikan warna ketentraman dan kedamaian bagi rakyat Indonesia agar ke depan tidak banyak menimbulkan persoalan yang mengancam disintegrasi bangsa. Selain itu, kebudayaan masyarakat juga mengalami dinamika perubahan yang cukup pesat karena berbagai macam perkembangan teknologi dan modernitas global. Arus globalisasi yang mendera masyarakat kita memberikan pengaruh tersendiri terhadap solidaritas yang dibangun oleh masyarakat kita. Globalisasi juga memunculkan pola interaksi dan perilaku kebudayaan yang berbeda diantara kelompok masyarakat.

Kondisi semacam ini memunculkan persoalan, apakah keanekaragaman di Indonesia ini akan menimbulkan masalah yang mengancam disintegrasi bangsa? Sebuah pendapat menyebutkan bahwa keanekaragaman sebuah masyarakat pada suatu saat akan menimbulkan dua hal yaitu:

a. Berkembangnya perilaku konflik di antara berbagai kelompok etnik, dan

b. Kecenderungan hadirnya kekuatan/kekuasaan sebagai kekuatan pemersatu utama yang mengintegrasikan masyarakat.

Dengan struktur sosial yang sedemikian komplek, sangat rasional sekali Indonesia selalu menghadapi permasalahan konflik antar etnik, kesenjangan sosial, dan sukar sekali terjadinya integrasi secara permanen. Setujukah dengan hal ini? Masyarakat Indonesia yang bercorak majemuk (Plural Society) yang berisikan potensi kekuatan primordial yang otoriter dan militeristik, haruslah diubah dengan multikulturalisme. Dalam multikulturalisme kelompok-kelompok budaya tersebut berada dalam kesetaraan derajat, demokratis dan toleransi sejati. Untuk itu dalam modul ini, akan mempelajari tentang pengertian masyarakat majemuk dan masyarakat multikultural, serta dampak masyarakat multikultural yang rentan terjadinya konflik.

Lebih lanjut, salah satu ancaman bagi integrasi sosial masyarakat di Indonesia adalah berkembangnya modernitas. Hal ini memang tidak dapat dihindari melihat kondisi bangsa Indonesia berada pada posisi peralihan dari ciri masyarakat tradisional menuju masyarakat modern. Modernitas dapat mengancam rasa tenggang rasa, kepedulian sosial dan interaksi antar manusia. Mungkin yang paling dirasakan dari modernitas adalah hilangnya identitas lokal ataupun kebangsaan. Sedangkan, identitas kebangsaan adalah dasar dari integrasi sosial. Identitas kebangsaan yang menyatukan keberagaman dalam bangsa ini. Dengan munculnya modernitas, sikap tidak kepedulian masyarakat akan tumbuh dan hilangnya wujud keadilan sosial.

Kelompok Sosial dalam Masyarakat Multikultural Pengertian Kelompok Sosial

Setiap mahkluk hidup pasti cenderung untuk hidup berkelompok, saling berinteraksi dan melakukan kerjasama dalam kehidupannya. Bukan hanya manusia saja, melainkan juga banyak jenis mahkluk lain yang hidup bersama dengan individu-individu sejenisnya dalam sebuha kelompok. Koentjaraningrat (2009) mendefinisikan bahwa ciri khas kehidupan berkelompok yaitu: (1) pembagian kerja yang tetap antara berbagai macam subkesatuan atau golongan individu dalam kelompok untuk melaksanakan berbagai macam fungsi hidup, (2) ketergantungan individu kepada individu lain dalam kelompok sebagai akibat dari pembagian kerja tadi, (3) kerjasama antar individu yang disebabkan karena sifat ketergantungan tadi, (4) komunikasi antar individu yang diperlukan guna melaksanakan kerjasama tadi, (5) diskriminasi yang diadakan antara individu-individu warga kelompok dan individu- individu dari luarnya.

Kelompok sosial adalah kumpulan orang-orang yang mempunyai hubungan dan saling berinteraksi satu sama lain, memiliki harapan dan tujuan yang sama, serta mempunyai kesadaran diri sebagai anggota kelompok yang diakui pihak luar. Beberapa ahli mendefinisikan pengertian kelompok sosial sebagai berikut:

1. Joseph S.Roucek & Roland S. Warren, Kelompok sosial adalah suatu kelompok yang meliputi

dua atau lebih manusia yang diantara mereka terdapat beberapa pola interaksi yang dapat dipahami oleh para anggotanya/orang lain secara keseluruhan

2. Goodman, Kelompok sosial adalah dua orang atau lebih yang memiliki kesamaan identitas dan

berinteraksi satu sama lain secara terstruktur untuk mencapai tujuan bersama.

3. Paul B. Horton, Kelompok sosial berarti setiap kumpulan manusia secara fisik

4. Sherif, Kelompok sosial adalah suatu kesatuan sosial yang terdiri atas dua atau lebih individu

yang mengadakan interaksi sosial secara intensif dan teratur sehingga diantara individu itu sudah terdapat pembagian tugas, struktur dan norma-norma tertentu yang khas bagi kesatuan sosial tersebut.

5. Robert K. Merton, Kelompok sosial adalah sekumpulan orang yang saling berinteraksi sesuai

dengan pola yang telah mapan. Jenis Kelompok Sosial

1. Kelompok sosial berdasarkan Solidaritas Antara Anggotanya (Emile Durkheim)

a. Kelompok dengan solidaritas mekanik, yakni masyarakat yang masih sederhana dan diikat oleh kesadaran kolektif serta belum mengenal adanya pembagian kerja atau spesialisasi diantara para anggotanya. Hukum yang berlaku adalah hukum adat.

b. Kelompok dengan solidaritas organic, yakni masyarakat yang sudah kompleks dan telah mengenal pembagian kerja secara teratur diantara para anggotanya. Hukum yang berlaku adalah hukum negara.

2. Kelompok sosial berdasarkan Erat Longgarnya Ikatan Dalam Kelompok (Ferdinand Tonnies) a. Gemeinschaft (Paguyuban) yakni kelompok sosial yang memiliki ikatan erat dan intim b. Gesellschaft (Patembayan) yakni kehidupan public yang bersifat sementara dan semu 3. Kelompok sosial berdasarkan Identitas Diri

a. In-Group yakni kelompok yang terbentuk karena adanya kesamaan diantara anggotanya b. Out-Group yakni terbentuk karena adanya rasa benci dan permusuhan antar kelompok 4. Kelompok sosial berdasarkan Hubungan Di Antara Para Anggotanya

a. Kelompok Primer, yakni kelompok sosial yang memiliki hubungan saling mengenal dan memiliki perasaan kebersamaan

b. Kelompok Sekunder, yakni kelompok sosial yang terbentuk karena adanya kepentingan yang sama sehingga kerjasama didasarkan pada hitungan untung rugi

5. Kelompok sosial berdasarkan Sistem Hubungan

a. Kelompok Formal, yakni kelompok yang memiliki system hubungan yang sengaja diciptakan sehingga unsure-unsur dalam suatu organisasi merupakan bagian-bagian fungsional yang berhubungan

b. Kelompok Informal yakni kelompok yang memiliki hubungan secara pribadi, bersifat erat dan intim

Arus globalisasi dan migrasi yang begitu besar di Indonesia menyebabkan beragamnya masyarakat Indonesia tidak hanya dari sisi suku bangsa namun juga agama, ideology, kelas sosial ekonomi dan kebudayaan. Pulau Jawa saat ini tidak hanya dihuni oleh masyarakat Jawa—orang yang lahir dan merupakan keturunan dari budaya Jawa—namun terdapat beragam komunitas dan individu

yang berasal dari beragam suku bangsa. Mereka hidup dalam satu komunitas yang sama sehingga muncullah apa yang disebut dengan masyarakat yang multikultural. Kelompok sosial juga terdapat dalam masyarakat multikultural.

Naluri manusia adalah ingin hidup dengan dengan orang lain,oleh karena itu secara otomatis akan lahir masyarakat yang berarti kesatuan hidup manusia yang berinteraksi menurut suatu sistem adat istiadat tertentu, yang bersifat kontinue atau terikat oleh identitas bersama. Masyarakat multikultural adalah masyarakat yang terdiri dari dua kelompok masyarakat atau lebih yang memiliki perbedaan karakteristik dan kebudayaan yang beragam. Atau dengan definisi lain masyarakat multikultural adalah masyarakat yang memiliki berbagai kultur dan terbentuknya masyarakat tersebut karena adanya proses sosial dan perubahan-perubahan sosial. Masyarakat multikultural secara sederhana adalah masyarakat yang memiliki beragam kebudayaan yang berbeda-beda. Masyarakat jenis ini kadang disebut sebagai masyarakat majemuk atau plural society.

Istilah plural society, pertama kali digunakan oleh JS Furnival untuk menyebut masyarakat masyarakat yang terdiri atas dua atau lebih tertib sosial, komunitas atau kelompok-kelompok yang secara kultural, ekonomi dan politik terpisah-pisah serta memiliki struktur kelembagaan yang berbeda- beda antara satu dengan lainnya, atau dengan kata lain merupakan suatu masyarakat di mana sistem nilai yang dianut oleh berbagai kesatuan sosial yang menjadi bagiannya adalah sedemikian rupa sehingga para anggotanya kurang memiliki loyalitas terhadap masyarakat sebagai keseluruhan.

Istilah plural atau majemuk sebenarnya berbeda dengan pengertian heterogen. Majemuk atau plural itu merupakan lawan dari kata singular atau tunggal. Sehingga, masyarakat plural itu bukan masyarakat yang tunggal. Masyarakat tunggal merupakan masyarakat yang mendukung satu sistem kebudayaan yang sama, sedangkan pada masyarakat plural, di dalamnya terdapat lebih dari satu kelompok baik etnik maupun sosial yang menganut sistem kebudayaan (subkultur) berbeda satu dengan yang lain. Sebuah masyarakat kota, mungkin tepat disebut sebagai masyarakat heterogen, sepanjang meskipun mereka berasal dari latar belakang SARA (sukubangsa, agama, ras, atau pun aliran/golongan-golongan) yang berbeda, tetapi mereka tidak mengelompok berdasarkan SARA tersebut. Heterogen lawan dari kondisi yang disebut homogen. Disebut homogen kalau anggota masyarakat berasal dari SARA yang secara relatif sama. Disebut heterogen kalau berasal dari SARA yang saling berbeda, namun –sekali lagi– mereka tidak mengelompok (tersegmentasi) berdasarkan SARA tersebut.

Indonesia adalah salah satu contoh yang tepat untuk mendefinisikan masyarakat multikultural. Kota Yogyakarta misalnya, kota yang dijuluki kota pendidikan itu sarat akan berbagai lembaga pendidikan tinggi yang banyak dijadikan pilihan bagi masyarakat Indonesia untuk melanjutkan pendidikan jenjang universitas. Ragam individu yang ada dalam kota Yogyakarta merupakan bukti nyata bagaimana multikulturnya masyarakat Indonesia. Sebuah rumah kos mungkin akan dihuni oleh berbagai individu yang sedang menempuh kuliah yang berasal dari beragam suku bangsa, daerah asal, ras, agama dan juga ideology serta gaya hidup yang berbeda karena kelas sosial yang berbeda. Kemunculan masyarakat demikian merupakan ekses dari adanya berbagai perubahan sosial yang ada dalam masyarakat.

Konsep masyarakat multikultural sebenarnya relatif baru. Sekitar 1970-an, gerakan multikultural muncul pertama kali di Kanada. Kemudian diikuti Australia, Amerika Serikat, Inggris, Jerman dan lainnya. Kanada pada waktu itu didera konflik yang disebabkan masalah hubungan antarwarga negara. Masalah itu meliputi hubungan antarsuku bangsa, agama, ras, dan aliran politik yang terjebak pada dominasi. Konflik itu diselesaikan dengan digagasnya konsep masyarakat multikultural yang esensinya adalah kesetaraan, menghargai hak budaya komunitas dan demokrasi. Gagasan itu relatif efektif dan segera menyebar ke Australia, Eropa dan menjadi produk global.

Bagi masyarakat Indonesia yang telah melewati reformasi, masyarakat multikultural bukan sekedar wacana saja. Tetapi sebuah cita-cita yang harus diperjuangkan karena dibutuhkan sebagai landasan bagi tegaknya demokrasi, Hak Asasi Manusia (HAM) dan kesejahteraan masyarakat. Kita harus bersedia menerima kelompok lain secara sama sebagai kesatuan, tanpa mempedulikan perbedaan sukubangsa, agama, budaya, bahasa, kebiasaan, ataupun kedaerahan. Multikultural memberi penegasan, segala perbedaan itu adalah sama di dalam ruang publik. Dengan kata lain, adanya komunitas yang berbeda saja tidak cukup, sebab yang terpenting komunitas itu diperlakukan sama oleh negara. Adanya kesetaraan dalam derajat kemanusiaan yang saling menghormati, diatur oleh hukum yang adil dan beradab yang mendorong kemajuan dan menjamin kesejahteraan hidup warganya.

Kesetaraan dalam derajat kemanusiaan hanya mungkin terwujud dalam praktik nyata dengan adanya pranata sosial, terutama pranata hukum yang merupakan mekanisme kontrol secara ketat dan adil mendukung dan mendorong terwujudnya prinsip demokrasi dalam kehidupan nyata. Diskriminasi

sosial, politik, budaya, pendidikan dan ekonomi yang berlaku di masa pemerintahan Orde Baru, secara bertahap maupun radikal harus dikikis oleh kemauan untuk menegakkan demokrasi demi kesejajaran dalam kesederajatan kemanusiaan sebagai Bangsa Indonesia.

Persatuan dan kesatuan bangsa yang terwujud dari sejumlah suku bangsa yang semula merupakan masyarakat yang berdiri sendiri dan mendukung kebudayaan yang beraneka ragam itu perlu diperkokoh dengan kerangka acuan yang bersifat nasional, yaitu kebudayaan nasional. Suatu kebudayaan yang mampu memberi makna bagi kehidupan berbangsa dan berkepribadian, akan dapat dibanggakan sebagai identitas nasional. Akan tetapi dalam masyarakat majemuk dengan keragaman latar belakang kebudayaan seperti yang terjadi di Indonesia tidaklah mudah untuk mengembangkan suatu kebudayaan nasional hanya dengan mengandalkan pada kemampuan dan kemapanan masyarakat semata-mata. Oleh karena itu kebudayaan nasional yang hendak dikembangkan itu telah ditetapkan landasan dan arah tujuannya yang dituangkan dalam penjelasan pasal 32 UUD 45 yang berbunyi.

"Kebudayaan bangsa ialah kebudayaan yang timbul sebagai buah usaha budinya rakyat Indonesia seluruhnya. Kebudayaan-kebudayaan lama dan asli yang terdapat sebagai puncak-puncak kebudayaan di daerah-daerah di seluruh Indonesia, terhitung sebagai kebudayaan bangsa. Usaha kebudayaan harus menuju ke arah kemajuan adab, budaya dan persatuan dengan tidak menolak bahan-bahan baru dari kebudayaan asing yang dapat memperkembangkan atau memperkaya kebudayaan bangsa sendiri serta mempertinggi derajat kemanusiaan bangsa Indonesia".

Berdasarkan penjelasan tersebut, nyatalah bahwa perkembangan kebudayaan bangsa yang hendak dimajukan itu terselenggara tanpa ketentuan arah serta tanpa memperhatikan keberagaman masyarakat dengan segala kebutuhan yang timbul dalam proses perkembangan masyarakat bangsa. Sejak kemerdekaannya pada tanggal 17 Agustus 1945, Indonesia selalu dirongrong oleh gerakan sparatisme seperti DI/TII Kartosuwiryo di Jawa Barat, Permesta Kahar Muzakar di Sumatera, APRA, PKI, DI/TII Daud Barureh di Aceh, dan RMS di Maluku yang menyisakan luka lama. Bahkan sampai sekarang gerakan itu masih terus berlangsung di Aceh lewat GAM (Gerakan Aceh Merdeka) dan OPM (Organisasi Papua Merdeka) di propinsi paling timur di Indonesia. Pemerintah Indonesia selalu berhadapan dengan gerakan separatisme, sehingga Indonesia mempunyai peluang yang sama seperti Yugoslavia dan Uni Soviet menjadi negara yang pecah akibat ketidakstabilan kondisi sosiokultural dan politik. Samuel Hutingthon pernah berkomentar pada akhir abad ke-20, bahwa Indonesia adalah negara yang mempunyai potensi paling besar untuk hancur, setelah Yugoslavia dan Uni Soviet akhir abad ke-20 ini. Demikian juga Cliffrod Gertz Antropolog yang Indonesianis ini pernah mengatakan; kalau bangsa Indonesia tidak pandai-pandai memanajemen keanekaragaman etnik, budaya, dan solidaritas etnik, maka Indonesia akan pecah menjadi negara-negara kecil. Hal ini terbukti dengan lepas Timor Timur menjadi negara yang berdiri sendiri.

Selanjutnya, suatu masyarakat disebut multikultural, majemuk, atau plural apabila para anggota-anggotanya berasal dari SARA yang saling berbeda, dan SARA tersebut menjadi dasar pengelompokan para anggota masyarakat, sehingga dalam masyarakat terdiri atas dua atau lebih kelompok etnis maupun sosial yang didasarkan pada SARA yang pada umumnya bersifat primordial, dan masing-masing mengembangkan subkultur tertentu. Interaksi antar-kelompok lebih rendah daripada interaksi internal kelompok. Bahkan, di dalam banyak masyarakat majemuk, struktur sosial yang ada sering bersifat konsolidatif, sehingga proses menuju integrasi sosialnya terhambat.

Masyarakat multikultural menurut van Den Berghe memiliki beberapa karakteristik, yakni: 1. Mengalami segmentasi ke dalam kelompok-kelompok dengan subkultur saling berbeda

2. Memiliki struktur yang terbagi ke dalam lembaga-lembaga yang nonkomplemen 3. Kurang dapat mengembangkan konsensus mengenai nilai dasar

4. Relatif sering mengalami konflik

5. Secara relatif integrasi sosial tumbuh di atas paksaan, dan/atau 6. Ketergantungan ekonomi, dan/atau

7. Dominasi politik oleh suatu kelompok terhadap kelompok yang lain Faktor-faktor Penyebab Munculnya Masyarakat Multikultural

Meskipun menurut sejarah, masyarakat Indonesia relatif berasal dari nenek moyang yang sama, tetapi karena keadaan geografiknya, akhirnya masyarakat Indonesia bersifat majemuk. Kondisi geografik yang menjadi penyebab kemajemukan masyarakat, adalah:

1. Bentuk wilayah yang berupa kepulauan. Kondisi ini mengakibatkan, meskipun berasal dari nenek moyang yang sama, tetapi akhirnya mereka terpisah-pisah di pulau-pulau yang saling berbeda, sehingga masing-masing terisolasi dan mengembangkan kebudayaan sendiri.

2. Jadilah masyarakat Indonesia mengalami kemajemukan ethnik atau sukubangsa.

3. Letak wilayah yang strategis, di antara dua benua dan dua samudera, kondisi ini mengakibatkan Indonesia banyak didatangi oleh orang-orang asing yang membawa pengaruh unsur kebudayaan, antara lain –yang paling menonjol– adalah agama. Kondisi ini mengakibatkan masyarakat Indonesia majemuk dalam hal agama. Lima agama besar dunia ada di Indonesia. Lima agama besar yang dimaksud adalah (1) Hindu (pengaaruh India), (2) Budha (pengaruh bangsa-bangsa Asia), (3) Katholik (pengaruh kedatangan bangsa portugis), (4) Kristen (pengaruh kedatangan bangsa Belanda), dan (5) Islam (pengaruh masuknya pedagang-pedagang dari Timur Tengah). 4. Variasi iklim, jenis serta kesuburan tanah yang berbeda di antara beberapa tempat, misalnya

daerah Indonesia bagian Timur yang lebih kering, tumbuh menjadi sukubangsa peternak, daerah Jawa dan Sumatra yang dipengaruhi vulkanisme tumbuh menjadi daerah dengan masyarajat yang hidup dari bercocok tanam. Variasi iklim dan jenis serta kesuburan tanah ini mengakibatkan masyarakat Indonesia majemuk dalam hal kultur, antara lain cara hidup.

Macam-macam masyarakat multikultural

1. Masyarakat majemuk dengan kompetisi seimbang.

Yaitu masyarakat majemuk yang terdiri atas sejumlah komonitas atau kelompok etnis yang memiliki kekuatan kompetitif seimbang.

2. Masyarakat majemuk dengan mayoritas dominan.

Yaitu masyarakat majemuk yang terdiri atas sejumlah komonitas atau kelompok etnis yang kekuatan kompetitifnya tidak seimbang.salah satunya yang merupakan kelompok mayoritas memiliki kekuatan yang lebih besar daripada lainnya.

3. Masyarakat majemuk dengan minoritas dominan.

Yaitu masyarakat yang diantara komunitas atau kelompok etnisnya terdapat kelompok minoritas, tetapi mempunyai kekuatan kompetitif diatas yang lain.

4. Masyarakat majemuk dengan fragmentasi.

Yaitu masyarakat yang terdiri atas sejumlah besar komunitas atau kelompok etnis dan tidak ada satu kelompok pun mempunyai posisi politik atau ekonomi yang dominan.

Sifat-sifat masyarakat multikultural

1. Terjadi segmentasi ke dalam bentuk-bentuk kelompok sub kebudayaan yang berbeda satu dengan yang lain.

2. Memiliki struktur sosial yang terbagi-bagi ke dalam lembaga-lembaga yang bersifat non komplementer.

3. Kurang mengembangkan konsensus diantara para anggotanya terhadap nilai-nilai yang bersifat dasar.

4. Secara relatif sering mengalami konflik diantara kelompok yang satu dengan kelompok yang lain. 5. Secara relatif tumbuh integrasi sosial diatas paksaan dan saling ketergantungan di bidang

ekonomi.

6. Adanya dominasi politik oleh satu kelompok atas kelompok-kelompok yang lain. Konflik Sosial dalam Masyarakat Multikultural

Suatu masyarakat pada dasarnya merupakan kumpulan individu yang membentuk organisasi sosial yang bersifat kompleks. Di dalam organisasi sosial tersebut terdapat nilai-nilai, norma-norma, pranata-pranata sosial, dan peraturan-peraturan untuk bertingkah laku dalam kelompoknya. Meskipun setiap keelompok mempunyai norma, nilai, dan pranatanya sendiri, namun tidak semua anggota kelompok mengetahuinya sehingga tidak mungkin semua orang akan berperilaku sesuai dengan norma dan nilai-nilai yang ada. Selalu ada penyimpangan perilaku dalam kelompok tersebut. Kenyataan ini menyebabkan ketidakselarasan dalam kelompok atau bahkan bisa mendatangkan pertentangan dalam masyarakat.

Pada lingkup yang lebih luas seperti masyarakat Indoensia yang memiliki keragaman etnik, budaya, dan latar belakang, pertentangan di antara kelompok yang berbeda sangat mungkin terjadi baik yang skalanya kecil maupun besar. Oleh sebab itu dibutuhkan kesadaran dan kemampuan dalam mengelola perbedaan dan keragaman yang terdapat di masyarakat agar keragaman dan perbedaan tersebut menghasilkan sesuatu yang positif. Salah satu caranya adalah dengan cara menjaga keharmonisan dan saling menghargai perbedaan agar tetap terdapat integrasi sosial yang harmonis.

Namun demikian, kadangkala pertentangan-pertentangan tidak bisa dihindarkan. Pertentangan yang timbul dari perbedaan-perbedaan tersebut bisa mendatangkan konflik. Pertentangan ini bisa saja disebabkan karena perbedaan tata cara, adat istiadat, suku bangsa, dan bahkan agama yang seharusnya tidak perlu dibesar-besarkan. Padahal, apabila dikelola dan ditangani dengan baik bisa mendatangkan kemanfaatan bagi masyarakat.

Masyarakat Indonesia yang memiliki keragaman etnik, budaya, dan latar belakang sangat berpotensi untuk terlibat konflik. Oleh sebab itu, dibutuhkan kesadaran dan kemampuan untuk dapat mengelola konflik sesuatu yang positif, yaitu dengan cara mengendalikan dan menjaga integritas sosial yang harmonis.

Meskipun menurut Parsons bahwa tidak semua sistem sosial yang terintegrasi secara sempurna, selalu ada kemungkinan ketidaksesuaian dalam memberikan prioritas pada nilai-nilai yang berbeda, interpretasi yang berbeda, konflik peran, ketegangan kebutuhan antara individu serta ketidakkonsistenan harapoan individu satu sama lain.

Pengertian Konflik

Konflik adalah percekcokan, perselisihan, pertentangan antara orang, tokoh, kelompok kekuatan karena suatu kepentingan. Ada beberapa jenis konflik:

1. Konflik batin yaitu konflik yang disebabkan oleh adanya dua atau lebih gagasan atau keinginan yang bertentangan menguasai diri individu sehingga mempengaruhi tingkah laku.

2. Konflik kebudayaan yaitu persaingan dua masyarakat sosial yang mempunyai kebduayaan berbeda / hampir sama.

3. Konflik sosial yaitu bertentangan antar anggota masyarakat yang bersifat menyeluruh dalam kehidupan.

Tetapi definisi yang sederhana itu tentu beelum memadai,karena konflik tidak saja tampak sebagai pertentangan fisik semata. Secara sosiologis, konflik diartikan sebagai suatu proses sosial antara dua ornag atau lebih (atau juga kelompok) yang berusaha menyingkirkan pihak lain dengan jalan menghancurkan atau membuatnya tidak berdaya. Sebagai proses sosial, konflik dilatarbelakangi oleh perbedaan ciri-ciri yang dibawa individu yang terlibat dalam suatu interaksi. Perbedaan-

Dalam dokumen Modul Sosiologi 1 24 (Halaman 56-66)

Dokumen terkait