• Tidak ada hasil yang ditemukan

Modul Sosiologi 1 24

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Modul Sosiologi 1 24"

Copied!
95
0
0

Teks penuh

(1)

Penulis:

Basuki Haryono

Siti Rochani

Atik Catur Budiati

Siany Indria Liestyasari

Siti Chotidjah

(2)

KATA PENGANTAR

Kehadiran modul ini merupakan bagian dari sistem pembelajaran yang diselenggarakan oleh Pemerintah untuk mendukung program Sertifikasi Guru bidang Sosiologi. Hal yang penting untuk dipahami bahwa Sosiologi bukanlah seperangkat doktrin yang kaku dan selalu menekan apa yang “seharusnya terjadi”. Ada banyak perspektif yang melingkupi kajian Sosiologi sehingga mampu mengungkap fakta-fakta yang tersembunyi di balik realitas sosial yang ada di dalam masyarakat. Hal ini seperti yang diungkapkan oleh Peter Berger bahwa dunia ini bisa dipahami dan dikaji lebih mendalam dan diinterpretasikan sehingga gambaran dunia bukanlah sebagaimana nampaknya.

Sosiologi pada hakikatnya bukanlah semata-mata ilmu murni (pure science) yang hanya mengembangkan ilmu pengetahuan secara abstrak demi usaha peningkatan kualitas ilmu itu sendiri namun sosiologi juga menjadi ilmu terapan (applied science). Modul ini diharapkan dapat membantu para pengajar SMA untuk lebih memahami ilmu Sosiologi. Modul ini dibagi menjadi 8 bab yang masing-masing bab membahas konsep dasar (fundamental) dari ilmu Sosiologi. Modul ini berupaya menyesuaikan dengan kurikulum mata pelajaran Sosiologi di SMA meskipun ada pembenahan di beberapa hal untuk pengembangan studi sosiologi lebih lanjut.

Selanjutnya, kami mengucapkan terima kasih atas kesempatan yang diberikan untuk menyusun modul mata pelajaran sosiologi jenjang SMA. Namun, kami menyadari bahwa modul ini masih banyak kekurangannya. untuk itu kami mengharapkan adanya kritik dan saran yang bersifat membangun demi perbaikan dan penyempurnaan untuk penulisan selanjutnya. Semoga modul akan menambah wawasan dan pengetahuan tentang studi sosiologi bagi pengajar sosiologi khususnya.

Surakarta, 31 Desember 2012

Tim Penyusun

(3)

DAFTAR ISI

Halaman Judul ... i

Kata Pengantar ... ii

Daftar Isi ... iii

Glossary ... v

Bab 1. Sosiologi Sebagai Ilmu Yang Mengkaji Hubungan Masyarakat dan Lingkungan - Pengantar ...1

- Sejarah Lahirnya Sosiologi ...1

- Pengertian Sosiologi ...4

- Sosiologi Berparadigma Ganda ...6

- Sumbangan Sosiologi bagi Masyarakat ...7

- Metode Sosiologi ...8

- Perspektif Teori Sosiologi ...9

Bab 2. Nilai dan Norma Sosial - Pengantar ... 11

- Nilai Sosial ... 11

- Norma Sosial ... 13

- Interaksi Sosial ... 15

- Syarat Interaksi Sosial ... 16

- Bentuk-bentuk Interaksi Sosial ... 17

- Perspektif Teori Interaksi Sosial ... 20

Bab 3. Sosialisasi dan Kepribadian - Pengantar ... 23

- Pengertian Sosialisasi ... 23

- Agen Sosialisasi ... 25

- Sosialisasi dalam Pembentukan Kepribadian ... 25

- Teori Sosialisasi dan Kepribadian ... 27

- Perilaku Menyimpang ... 29

- Jenis-jenis Perilaku Menyimpang ... 30

- Teori Perilaku Menyimpang ... 31

- Pengendalian Sosial ... 33

- Cara-cara Pengendalian Sosial ... 33

Bab 4. Struktur Sosial - Pengantar ... 36

- Pengertian Struktur Sosial ... 36

- Diferensiasi Sosial ... 38

- Stratifikasi Sosial ... 39

- Dampak Stratifikasi Sosial ... 44

- Struktur Sosial dan Mobilitas Sosial ... 45

Bab 5. Kelompok Sosial dalam Masyarakat Multikultural - Pengantar ... 50

- Pengertian Kelompok Sosial ... 51

- Jenis Kelompok Sosial dalam Masyarakat Multikultural ... 51

- Faktor Penyebab Munculnya Masyarakat Multikultural ... 53

- Konflik Sosial dalam Masyarakat Multikultural ... 54

- Integrasi Sosial dalam Masyarakat Multikultural ... 57

Bab 6. Perubahan Sosial - Pengantar ... 61

- Konsep Perubahan dalam Masyarakat ... 61

- Teori Perubahan Sosial ... 62

- Proses Perubahan Sosial ... 64

- Faktor Penghambat dan Pendorong terjadinya Perubahan Sosial ... 65

- Bentuk-bentuk Perubahan Sosial ... 65

- Dampak Perubahan Sosial ... 66

(4)

Bab 7. Lembaga Sosial

- Pengantar ... 68

- Pengertian Lembaga Sosial ... 68

- Karakteristik Lembaga Sosial ... 69

- Tipe Lembaga Sosial ... 70

Bab 8. Penelitian Sosial - Pengantar ... 76

- Pengertian Penelitian Sosial ... 76

- Rancangan Penelitian Sosial ... 80

- Seminar Hasil Penelitian Sosial ... 87

Daftar Pustaka ... 89

(5)

GLOSSARY

Akulturasi; Proses pengambilan unsur-unsur (sifat) kebudayaan lain oleh sebuah kelompok atau

individu

Amalgamasi; Perbauran biologis antara dua atau lebih ras manusia yang berbeda ciri-ciri fisiknya

sehingga mereka menjadi satu rumpun.

Anomie; Kondisi masyarakat yang tidak memiliki seperangkat norma dan nilai yang konsisten yang

dapat dihayati dan digunakan sebagai pedoman oleh para anggota masyarakat itu

Applied science (Ilmu pengetahuan terapan); Metodologi ilmiah yang digunakan dalam

pengembangan pengetahuan yang dapat bermanfaat untuk memecahkan masalah-masalah praktis.

Asimilasi; Peleburan dua kebudayaan atau lebih sehingga menjadi satu kebudayaan

Case study (Studi kasus); Studi mendalam terhadap suatu peristiwa, tempat, orang, kelompok,

atau lembaga tertentu

Counterculture; Sebuah kebudayaan khusus (subkultur) yang tidak hanya berbeda dnegan

kebudayaan masyarakat yang berlaku dan diterima, tetapi juga bertentangan dengan kebudayaan masyarakat tersebut

Cross-sectional study (Studi lintas-seksional); Studi yang mencakup sejumlah besar fenomena

dan sampel serta dilakukan dalam jangka waktu tertentu

Difusi; Penyebaran unsur-unsur budaya dari suatu kelompok ke kelompok lainnya atau dari suatu

masyarakat ke masyarakat lainnya

Discovery; Persepsi manusia terhadap aspek kenyataan yang sudah ada dan telah disepakati

bersama

Diskriminasi; Perbedaan perlakuan terhadap sesama manusia, pembatasan kesempatan atau

imbalan yang berdasarkan ras, agama, atau kelompok etnik

Etnosentrisme; Kecenderungan setiap kelompok untuk percaya begitu saja akan keunggulan

kebudayaan sendiri

Evaluation study (Studi evaluasi); Studi yang menelaah hasil dari suatu program atau kebijakan.

Extended Family (Keluarga Luas); Keluarga batih yang ditambah dengan beberapa anggota sank

keluarga yang memiliki hubungan dekat.

Folkways (Kebiasaan); Perilaku kebiasaan yang normal dan sering dilakukan serta merupakan ciri

dari para anggota kelompok

Gerakan Separatisme; Gerakan pemutusan hubungan terhadap golongan mayoritas yang dilakukan

oleh kelompok-kelompok yang menderita sebagai akibat dari adanya diskriminasi pada masa lalu sehingga mereka menghendaki terciptanya kehidupan sosial dan ekonomi yang terpisah

Hegemoni ; Pengaruh kepemimpinan, dominasi, kekuasaan, dan sebagainya dalam suatu negara

atas negara lain atau suatu kelompok atas kelompok lain

Integrasi Bangsa; Penyatuan berbagai kelompok budaya dan sosial ke dalam suatu wilayah dan

pembentukan suatu indentitas nasional

Inovasi; Cara dimana perilaku mengikuti tujuan yang ditentukan masyarakat tetapi memakai cara

yang dilarang oleh masyarakat.

Invention; Suatu penggambungan (kombinasi) baru atau kegunaan baru dari pengetahuan yang

sudah ada

Interview study (Studi wawancara) ; Studi dimana para informan (pemberi informasi) menjawab

sejumlah pertanyaan yang diajukan oleh pewawancara.

Kelompok Etnik; Sejumlah orang yang memiliki persamaan ras dan warisan budaya yang

membedakan mereka dengan kelompok lainnya

Kepribadian; Keseluruhan perilaku seseorang bserta kecenderungan tertentu yang berinteraksi

dengan serangkaian situasi

Ketertiban Sosial; Sistem kemasyarakatan pola hubungan dan kebiasaan yang berjalan lancar demi

mencapai tujuan masyarakat

Konservatif; Seseorang yang mungkin saja dapat menerima perubahan-perubahan kecil, namun

tetap yakin bahwa sistem sosial yang berlangsung pada hakikatnya sudah baik.

Kebudayaan; Segala sesuatu yang dipelajari melalui masyarakat dan dilakukan oleh para anggota

masyarakat, warisan sosial yang diterima oleh seseorang dari kelompoknya, sistem perilaku yang dimiliki bersama oleh para anggotanya.

(6)

Kelompok Etnik; Sejumlah orang yang memiliki persamaan ras dan warisan budaya yang membedakan mereka dengan kelompok lainnya

Longitudinal study (Studi longitudinal); Suatu studi menyangkut suatu fenomena yang sama

pada masa tertentu

Mores; Pandangan ketat mengenai hal yang benar dan salah yang mewajibkan tindakan tertentu dan

melarang tindakan tertentu lainnya

Nilai; Pandangan mengenai apa yang penting dan tidak penting, yang berguna dan yang tidak

berguna

Norma ; Pedoman untuk melaksanakan hubungan sosial dalam masyarakat yang berisi perintah,

larangan dan anjuran agar seseorang agar dapat bertingkah laku pantas guna menciptakan ketertiban, keteraturan, dan kedamian dalam masyarakat

Nuclear Family (Keluarga batih); Keluarga yang terdiri atas suami, istri dan beserta anak-anak

mereka. Dapat juga disebut keluarga konjugal

Perilaku Menyimpang; Perilaku pelangggaran terhadap norma-norma kelompok sosial atau

masyarakatnya

Konformitas merupakan perilaku yang mengikuti tujuan yang ditentukan oleh masyarakat dan

mengikuti cara yang ditentukan masyarakat untuk mencapai tujuan tersebut.

Penyimpangan Primer; Penyimpangan yang bersifat sementara dan tidak banyak memberikan

kerugian bagi masyarakat sekitar.

Penyimpangan Sekunder; Penyimpangan yang dilakukan secara terus menerus meskipun sanksi

telah diberikan.

Pengendalian Sosial; Metode pengawasan terhadap masyarakat baik secara persuasif maupun

memaksa sehingga perilaku anggota masyarakatnya sesuai dengan nilai dan norma yang berlaku.

Pluralisme Budaya; Toleransi terhadap adanya perbedaan budaya dalam suatu masyarakat,

memperkenankan kelompok-kelompok yang berbeda untuk tetap memelihara keunikan budaya masing-masing

Primordialisme; Pemikiran yang mengutamakan atau menempatkan pada tempat yang pertama

kepentingan suatu kelompok atau komunitas masyarakat.

Pure Science (Ilmu pengetahuan murni); Upaya pengembangan pengetahuan baru tanpa

memusatkan perhatian pada kegunaan atau hasil praktisnya

Ras; Suatu kelompok orang yang agak berbeda dengan orang lain dalam segi ciri-ciri fisik bawaan.

Reference Group; setiap kelompok yang menjadi model atau penuntun bagi keputusan dan

tindakan seseorang

Ritualisme; Perilaku seseorang yang telah meninggalkan tujuan budaya namun masih tetap

berpegang pada cara-cara yang telah digariskan masyarakat.

Retreatism; Perilaku seseorang tidak mengikuti tujuan budaya dan juga tidak mengikuti cara untuk

meraih tujuan budaya.

Rebellion (Pemberontakan); Bentuk adaptasi dimana orang tidak lagi mengakui struktur sosial

yang ada dan berupaya menciptakan suatu struktur sosial yang lain.

Questionnaire study (Studi kuesioner); Studi yang datanya diperoleh dari jawaban yang

diberikan oleh para informan dengan cara mengisi (menjawab) sejumlah pertanyaan setulis

Science (Ilmu pengetahuan) ; Sejumlah pengetahuan yang teratur dan dapat dibuktikan yang

diperoleh melalui penyelidikan ilmiah, suatu metode studi yang dipakai untuk memperoleh sejumlah pengetahuan yang bisa dibuktikan kebenarannya

Simbol; Segala sesuatu yang melambangkan yang lain daripada benda (lambang) itu sendiri,

misalnya kata, gerakan, atau bendera.

Society (Masyarakat) ; Kelompok manusia yang secara nisbi mampu menghidupi kelompoknya,

bersifat independen dan mendiami suatu wilayah tertentu, memiliki kebudayaan, serta kebanyakan kegiatannya berlangsung di dalam kelompok itu sendiri.

Sociology (Sosiologi) ; Studi ilmiah tentang kehidupan masyarakat

Xenosentrisme; Sikap yang lebih menyenangi pandangan atau produk asing, lawan kata dari

etnosentrisme

(7)

BAB I

SOSIOLOGI SEBAGAI ILMU YANG MENGKAJI HUBUNGAN MASYARAKAT DAN LINGKUNGAN

Standar Kompetensi:

Menguasai materi, struktur, konsep, dan pola pikir keilmuan yang mendukung mata pelajaran sosiologi

Kompetensi Dasar:

1. Memahami materi, struktur, dan pola pikir keilmuan yang mendukung mata pelajaran sosiologi 2. Menjelaskan fungsi sosiologi sebagai ilmu yang mengkaji hubungan masyarakat dan lingkungan

Tujuan Pembelajaran

1. Menjelaskan kriteria sosiologi yang dapat dinyatakan sebagai ilmu pengetahuan

2. Membedakan pengertian sosiologi sebagai ilmu murni dan sosiologi sebagai ilmu terapan 3. Menjelaskan metode-metode yang digunakan sosiologi

4. Membandingkan pejelasan sosiologi dalam pendekatan struktural fungsional dan pendekatan struktural konflik

5. Membandingkan pendapat ahli tentang konsep sosiologi

6. Menjelaskan sumbangan sosiologi dalam pembangunan kehidupan masyarakat

A. Pengantar

Tindakan sosial telah ada sejak manusia itu ada. Namun baru pada akhir abad 19, manusia berusaha menyusun sebuah ilmu tentang kehidupan sosial. Hal ini karena manusia mulai mempertanyakan tentang apa yang mendorong manusia melakukan tindakan sosial? Bagaimana kehidupan masyarakat itu berjalan? Bagaimana tindakan kekerasan sering terjadi dalam masyarakat? Melalui pertanyaan-pertanyaan tersebut, manusia berusaha mencari jawabannya dengan cara yang dianggap ilmiah bukan lagi berdasarkan legenda, mitos ataupun dongeng semata.

Pada perkembangannya, sejumlah ilmuwan berusaha menemukan suatu sistem pengetahuan yang mampu memverifikasi tindakan sosial manusia, hubungan antar manusia dan perilaku sosial budaya melalui kehidupan bermasyarakat. Gambaran jelas mengenai kehidupan manusia di dalam masyarakat yang sangat dipengaruhi oleh lingkungan sosial, budaya dan fisik terkandung dalam ilmu Sosiologi.

Dalam modul pertama ini, akan mempelajari tentang fungsi sosiologi sebagai ilmu yang mengkaji hubungan masyarakat dan lingkungan. Pada kegiatan belajar ini, akan mengenal sejarah sosiologi (awal munculnya sosiologi), pengertian sosiologi menurut tokoh sosiologi, sumbangan sosiologi pada pembangunan sampai pada sosiologi sebagai ilmu pengetahuan berparadigma ganda yang berpengaruh pada metode-metode mempelajari sosiologi. Untuk itu bab 1 ini akan dibagi menjadi 3 kegiatan pembelajaran.

Sejarah Lahirnya Sosiologi

Pernahkan membayangkah hidup dalam situasi dan kondisi masyarakat yang penuh dengan konflik? Apa yang akan lakukan mengingat pada waktu itu tidak ada sesuatu dukungan apapun tentang sebuah konsep masyarakat. Hal ini memicu munculnya suatu ilmu yang dinamakan sosiologi. Sosiologi lahir karena keinginan untuk memahami kehiduan sosial dan cara orang bertindak di dalamnya. (Cabin, 2004: xii). Dalam sejarahnya, sosiologi berusaha untuk menjawab berbagai pertanyaan, yaitu:

a. Pengetahuan tentang fenomena-fenomena kolektif. Sosiologi dianggap dapat menjawab perilaku patologis manusia sehingga dapat mewujudkan harmonisasi dalam masyarakat

b. Sosiologi bertujuan mendeskripsikan masyarakat dan fungsinya. Hal ini berangkat dari prinsip bahwa materi dasar kehidupan manusia adalah tindakan manusia sebagai individu (aktor)

c. Kepedulian manusia untuk memahami kehidupan sosial secara ilmiah dan rasional sehingga sosiologi mampu membuktikan hukum-hukum fungsional dalam masyarakat

d. Munculnya kritik dalam masyarakat untuk mengungkapkan suatu tatanan sosial yang tersembunyi.

(8)

Berbagai pertanyaan mendasar itu melahirkan sosiologi sebagai ilmu pengetahuan. Sosiologi lahir sebagai ilmu yang paling muda dari ilmu-ilmu sosial lainnya lahir dari suatu kekacauan yaitu pada masa transisi ke arah masyarakat baru yang merupakan titik pertemuan antara tiga peristiwa, yaitu: a. Revolusi Politik (Revolusi Perancis)

Perubahan masyarakat yang terjadi selama revolusi politik sangat luar biasa baik bidang ekonomi, politik dan sosial. Adanya semangat liberalisme muncul di segala bidang seperti penerapan dalam hukum dan undang-undang. Pembagian masyarakat perlahan-lahan terhapus dan disemua diberikan hak yang sama dalam hukum.

b. Revolusi Ekonomi (Revolusi Industri)

Abad 19 merupakan saat terjadinya revolusi industri. Berkembangnya kapitalisme perdagangan, mekanisasi proses dalam pabrik, terciptanya unit-unit produksi yang luas, terbentuknya kelas buruh dan terjadinya urbanisasi merupakan manifestasi dari hiruk-pikuknya perekonomian. Struktur masyarakat mengalami perubahan dengan munculnya kelas buruh dan kelas majikan dengan kelas majikan yang menguasai perekonomian semakin melemahkan kelas buruh sehingga muncul kekuatan-kekuatan buruh yang bersatu membentuk perserikatan.

c. Revolusi Intelektual (Kemenangan rasionalisme, ilmu pengetahuan, dan positvisme).

Auguste Comte yang mengumumkan datangnya zaman positivisme yaitu sebuah dunia yang didasarkan pada penjelasan ilmiah, yang tunduk pada pengetahuan tentang tindakan dan percobaan (eksperimental). Bahwa sebuah ilmu harus berdasarkan observasi empiris dan eksak tentang fenomena-fenomena sosial.

Dari ketiga peristiwa tersebut semua berawal dari kondisi yang memprihatinkan. Terjadinya perubahan besar-besaran di tengah-tengah masyarakat yang mempengaruhi kehidupan ekonomi, sosial dan politik melahirkan suatu pemikiran bagaimana mengatur masyarakat sehingga tercipta keharmonisan dan keseimbangan masyarakat.

Istilah sosiologi muncul pertama kali pada tahun 1839 pada keterangan sebuah paragraf dalam pelajaran ke 47 Cours de la Philosophie (Kuliah Filsafat) karya Auguste Comte. Tetapi sebelumnya Comte sempat menyebut ilmu pengetahuan ini dengan sebutan fisika sosial tetapi karena istilah ini sudah dipakai oleh Adolphe Quetelet dalam studi ilmu barunya yaitu tentang statistik kependudukan maka dengan berat hati Comte harus melepaskan nama fisika sosial dan merumuskan istilah baru yaitu sosiologi yang berasal dari bahasa Yunani yaitu socius (masyarakat) dan logos (ilmu). Dengan harapan bahwa tujuan sosiologi adalah untuk menemukan hukum-hukum masyarakat dan menerapkan pengetahuan itu demi kepentingan pemerintahan kota yang baik.

Sosiologi lahir di tempat yang berbeda yaitu Perancis, Jerman dan Amerika Serikat yang kemudian melahirkan mazhab-mazhab yang menunjukkan adanya beberapa kemajuan intelektual yang secara radikal bertentangan. Mazhab Perancis ditandai dengan personalitas Emile Durkheim melalui pendekatan yang obyektif dengan menggunakan model ilmu pengetahuan alam. Mazhab Jerman, membedakan antara ilmu pengetahuan alam dengan ilmu pengetahuan kejiwaan, penjelasan, serta cakupannya. Sedangkan di Amerika terkenal dengan Mazhab Chicago bertujuan untuk mengintervensi dan membahas permasalahan yang konkret secara empiris dengan membangun laboratoium, melakukan penelitian sampai mempublikasikan buku-buku dan majalah.

Dari tempat-tempat lahirnya Sosiologi tersebut memunculkan banyak tokoh perintis sosiologi dan mulai menggeluti ilmu pengetahuan ini dan melakukan banyak penelitian tentang sebuah masyarakat dan permasalahan sosialnya. Mereka mencoba mencari sebuah pemikiran yang murni sosiologi karena selama kurun waktu tersebut sosiologi masih banyak terpengaruh dari ilmu filsafat dan psikologi yang telah terlebih dahulu ada.

Sebelum pembahasan tentang fungsi sosiologi bagi perkembangan masyarakat, ada baiknya mengenal sumbangan pemikiran para tokoh perintis awal sosiologi (klasik) dan pemikiran tokoh sosiologi setelahnya.

Auguste Comte (1798 – 1857)

Tokoh sosiologi yang memiliki banyak julukan sebagai Bapak Sosiologi, Perintis Positivis dan Nabi sebuah Agama Baru. Salah satu sumbangan pemikiran sosiologi adalah tentang hukum kemajuan kebudayaan masyarakat yang dibagi menjadi tiga zaman yaitu pertama, zaman teologis adalah zaman dimana masyarakatnya mempunyai kepercayaan magis, percaya pada roh, jimat serta agama, dunia bergerak menuju alam baka, menuju ke pemujaan terhadap nenek moyang, menuju ke sebuah dunia dimana orang mati mengatur orang hidup. Kedua, zaman metafisika yaitu masa masyarakat dimana pemikiran manusia masih terbelenggu oleh konsep filosofis yang abstrak dan universal. Ketiga, zaman

(9)

positivis yaitu masa dimana segala penjelasan gejala sosial maupun alam dilakukan dengan mengacu pada deskripsi ilmiah (hukum-hukum ilmiah).

Karena memperkenalkan metode positivis maka Comte dianggap sebagai perintis positivisme. Ciri-ciri metode positivis adalah obyek yang dikaji berupa fakta, bermanfaat, dan mengarah kepastian serta kecermatan. Sumbangan pemikiran yang juga penting adalah pemikiran tentang agama baru yaitu agama humanitas yang mendasarkan pada kemanusiaan. Menurut Comte, intelektualitas yang dibangun manusia harus berdasarkan pada sebuah moralitas. Bagi Comte, kesejahteraan, kebahagiaan dan kemajuan sosial tergantung perkembangan perasan altruistik serta pelaksanaan tugas meningkatkan kemanusiaan sehingga masyarakat yang tertib, maju, dan modern dapat terwujud. Tetapi agama humanitas ini belum sempat dikhotbahkan Comte sebagai agama baru bagi masyarakat dunia karena pada tahun 1957, Comte meninggal dunia.

Karl Marx (1818 – 1883)

Lahir di Jerman pada tahun 1818 dari kalangan keluarga rohaniawan Yahudi. Pada tahun 1814 mengakhiri studinya di Unversitas Berlin. Karena pergaulannya dengan orang-orang yang dianggap radikal terpaksa mengurungkan niat untuk menjadi pengajar Universitas dan menerjunkan diri ke kancah politik.

Sumbangan utama Marx bagi sosiologi terletak pada teorinya mengenai kelas social yang tertuang dalam tulisannya berjudul The Communist Manifest yang ditulis bersama Friedrich Engels. Marx berpandangan bahwa sejarah masyarakat manusia merupakan sejarah perjuangan kelas. Menurut Marx perkembangan pembagian kerja dalam kapitalisme menumbuhkan dua kelas yang berbeda yaitu kelas borjuis (majikan) terdiri dari orang-orang yang menguasai alat produksi dan kelas proletar (buruh) yang tidak memiliki alat produksi dan modal sehingga menjadi kelas yang dieksploitasi oleh kelas proletar. Menurut Marx, suatu saat kelas proletar akan menyadari kepentingan bersama dengan melakukan pemberontakan dan menciptakan masyarakat tanpa kelas. Meskipun ramalan Marx tidak pernah terwujud tetapi pemikiran tentang stratifikasi dan konflik social tetap berpengaruh terhadap pemikiran perkembangan sosiologi khususnya terkait dengan kapitalisme.

Emile Durkheim (1858 – 1917)

Merupakan seorang ilmuwan yang sangat produktif. Karya utamanya antara lain Rules of The Socioligical Method, The Division of Labour in Society, Suicide, Moral Education, dan The Elementary Forms of The Religious Life. Durkheim melihat bahwa setiap masyarakat manusia memerlukan solidaritas dengan membedakan dua tipe utama solidaritas yaitu solidaritas mekanis yang merupakan tipe solidaritas yang didasarkan pada persamaan dan biasanya ditemui pada masyarakat sederhana dan solidaritas organis ditandai dengan adanya saling ketergantungan antar individu atau kelompok lain, masyarakat tidak lagi memenuhi semua kebutuhannya sendiri. Dalam pengembangan selanjutnya, Durkheim menggunakan lima metode untuk mempelajari sosiologi, yaitu:

a. Sosiologi harus bersifat ilmiah, dimana fenomena-fenomena social harus dipelajari secara obyektif dan menunjukkan sifat kausalitasnya.

b. Sosiologi harus memperlihatkan karakteristik sendiri yang berbeda dengan ilmu-ilmu lain. c. Menjelaskan kenormalan patologi

d. Menjelaskan masalah social secara ‘sosial’ pula e. Mempergunakan metode komparatif secara sistematis

Metode tersebut telah diterapkan dalam sebuah penelitian tentang gejala bunuh diri yang melanda masyarakat Eropa saat itu dengan judul Suicide. Dengan menggunakan metode tersebut, Durkheim menjelaskan adanya pengaruh integrasi sosial terhadap kecenderungan individu untuk mengakhiri hidupnya sendiri (bunuh diri).

Max Weber (1864 – 1920)

Max Weber lahir di Erfurt pada tahun 1864. Menyelesaikan studi di bidang hukum, ekonomi, sejarah, filsafat, teologi dan mengajar disiplin ilmu tersebut di berbagai universitas di Jerman, serta terus-menerus menyebarluaskan terbentuknya ilmu sosiologi yang saat itu masih berusia muda. Karya penting dari Weber berjudul The Protestant Ethic and The Spirit of Capitalism yang berisi hubungan antara Etika Protestan (Sekte Kalvinisme) dengan munculnya perkembangan kapitalisme. Menurut Weber, ajaran Kalvinisme mengharuskan umatnya untuk bekerja keras dengan harapan dapat menuntun mereka ke surga dengan syarat bahwa keuntungan dari hasil kerja keras tidak boleh untuk berfoya-foya atau bentuk konsumsi lainnya. Hidup sederhana dan melarang segala bentuk kemewahan menjadikan para penganut agama ini semakin makmur karena keuntungan yang

(10)

dihasilkan ditanamkan kembali menjadi modal. Dan dari sinilah kapitalisme di Eropa berkembang pesat.

Pengertian Sosiologi

Setelah mengetahui perkembangan awal sosiologi, dapat diketahui bahwa sosiologi adalah salah satu ilmu sosial yang berumur paling muda diantara ilmu sosial lainnya yang dikenalkan oleh Auguste Comte. Satu pertanyaan yang menarik adalah apa yang sebenarnya menjadi pokok pembahasan dalam sosiologi? Sebelumnya telah melihat bahwa ilmu sosiologi muncul ketika terjadinya kekacauan-kekacauan dalam masyarakat dunia sehingga melahirkan tokoh-tokoh sosiologi. Oleh karena itu, pada bagian ini akan dijelaskan tentang pengertian sosiologi dari sudut pandang tokoh sosiologi klasik mulai Auguste Comte sampai tokoh sosiologi modern George Simmel.

1. Auguste Comte

Sosiologi adalah studi tentang statika sosial (social statics) dan dinamika sosial (social dynamics). Dalam hal ini statika sosial mewakili stabilitas sedangkan dinamika mewakili perubahan. Dengan memakai analogi biologi, Comte menyatakan hubungan antara statika sosial dengan dinamika sosial dapat disamakan dengan hubungan antara anatomi dan fisiologi dan menganggap masyarakat seperti organisme hidup artinya masyarakat dapat dilihat sebagai suatu sistem yang terdiri dari bagian-bagian yang saling bergantung satu sama lain. Akan tetapi pada akhirnya Comte tidak benar-benar mengembangkan pemikiran ini.

2. Emile Durkheim

Sosiologi merupakan ilmu yang mempelajari fakta sosial. Fakta sosial adalah cara bertindak, berpikir, dan mampu melakukan pemaksaan dari luar terhadap individu. Adapun ciri fakta sosial adalah:

a. Bersifat eksternal terhadap individu artinya fakta social berada di luar individu. b. Bersifat memaksa individu.

c. Bersifat umum atau tersebar secara meluas dalam satu masyarakat.

Fakta sosial dibagi menjadi 2 yaitu fakta sosial yang bersifat material dan non material. Adapun ciri-ciri fakta sosial yang bersifat material adalah:

a. Berusaha menjelaskan ciri-ciri dasar kehidupan kaitannya dengan kondisi praktis material dari eksistensi manusia. Kondisi tersebut meliputi lingkungan fisik, tingkat teknologi, dan sistem organisasi ekonomi

b. Sifat-sifat tersebut sebagai pembentuk prasyarat dasar eksistensi manusia

c. Jenis teknologi dan sistem ekonomi yang berbeda akan melahirkan jenis pola-pola sosial yang berbeda

d. Menganggap gagasan dan nilai-nilai berasal dari pola-pola yang diciptakan sebelumnya

e. Gagasan dan nilai-nilai bukanlah sesuatu yang lahir sebagai respon terhadap berbagai kondisi material dan sosial yang telah mapan

f. Contoh fakta sosial yang bersifat material adalah bentuk-bentuk arsistektur sebuah bangunan (masjid, gereja, rumah adat,dll), komponen morfologi masyarakat (distribusi penduduk, tata ruang daerah,dll).

Sedangkan ciri-ciri fakta sosial non material adalah:

a. Berusaha memahami (verstehen), makna, kepercayaan dan nilai-nilai dasar yang membentuk pola-pola perilaku (tindakan) masyarakat, tentang realitas sosial

b. Setiap masyarakat merupakan jalinan makna, kepercayaan dan nilai-nilai yang dianut bersama, kepercayaan dan nilai-nilai suatu masyarakat yang dapat membentuk struktur dan cara-cara dasar masyarakat dalam mengorganisir kehidupan sosial

c. Contoh fakta sosial yang bersifat non materiil adalah adat istiadat, nilai-nilai/norma yang disepakati bersama dalam masyarakat, kesadaran sosial, maupun situasi sosial yang sedang terjadi

3. Max Weber

Sosiologi adalah ilmu pengetahuan tentang tindakan sosial. Masyarakat adalah produk dari tindakan individu-individu yang berbuat dalam kerangka fungsi nilai, motif, dan kalkulasi rasional. Lebih lanjut, Weber menjelaskan sosiologi adalah ilmu pengetahuan yang berusaha memahami dengan cara melakukan interprestasi atas tindakan sosial. Bertitik tolak dari konsep dasar tentang

(11)

tindakan sosial, Weber menyebutkan ada lima ciri pokok yang menjadi sasaran penelitian ilmu sosiologi:

a. Tindakan manusia yang menurut si aktor mengandung makna yang subyektif. b. Tindakan nyata dan yang bersifat membatin sepenuhnya dan bersifat subyektif.

c. Tindakan yang meliputi pengaruh positif dari suatu situasi, tindakan yang sengaja diulang serta tindakan dalam bentuk persetujuan secara diam-diam.

d. Tindakan itu diarahkan kepada seseorang atau kepada beberapa individu.

e. Tindakan itu memperhatikan tindakan orang lain dan terarah kepada orang lain itu.

4. George Simmel

Sosiologi bagi Simmel bertujuan untuk mempelajari dan menguraikan bentuk-bentuk dari interaksi sosial. Masyarakat terdiri dari orang yang mempersatukan diri melalui relasi-relasi timbal balik. Dalam memberikan penjelasannya, lebih lanjut Simmel memberikan pengertian dasar tentang hal ini, yaitu:

a. Masyarakat terdiri dari dari jariangan relasi-relasi antara orang yang menjadikan mereka bersatu. Masyarakat merupakan sekumpulan pola perilau yang disepakati dan ditunjang bersama. Interaksi anggota yang bertumpu pada konsepsi-konsepsi dan pola-pola perilaku yang ditunjang bersama, itulah satu-satunya titik tolak agar kita mencapai suatu pengertian akan masyarakat yang sebenarnya.

b. Relasi-relasi aktif antara yang berkelompok atau bermasyarakat tidak semua sama sifatnya. Di zaman sekarang ini, terdapat kecenderungan dalam masyarakat untuk menggantikan pola relasi yang bersifat personal dan afektif dengan pola yang bersifat fungsional dan rasional.

c. Kesatuan-kesatuan sosial tidak hanya terbentuk dari relasi-relasi integratif dan harmonis. Untuk mencapai strukturisasi sosial yang sehat maka kritik, oposisi, persaingan, konflik sama-sama diperlukan seperti kerjasama, persahabatan, kesesuaian paham, partisipasi,dll.

d. Tidak semua kesatuan sosial mempunyai lama waktu dan intensitas yang sama. Ada kelompok yang mempunyai frekuensi interaksi dan integrasi yang rendah tetapi ada juga kelompok yang mempunyai frekuensi interaksi dan integrasi yang tinggi. Semakin pentinglah hal yang mempertemukan orang dalam relasi-relasi timbal balik, semakin cepatlah juga relasi-relasi itu dilembagakan menjadi pranata.

5. C Wright Mills

Satu pernyataan yang penting dari Mills adalah bahwa untuk dapat memahami apa yang terjadi di dunia maupun apa yang ada dalam diri sendiri manusia memerlukan apa yang dinamakan dengan ‘sociological imagination’ (khayalan sosiologis). Pemikiran ini bertujuan untuk memahami sejarah masyarakat, riwayat hidup pribadi, dan hubungan antara keduanya. Untuk melakukannya diperlukan dua peralatan pokok yaitu ‘personal troubles of millieu’ (gangguan pada lingkungan pergaulan bersifat pribadi) dan ‘public issues of social structure’ (isu-isu umum tentang struktur sosial).

6. Peter Berger

Suatu konsep yang digeluti oleh Berger adalah ‘masalah sosiologis’. Suatu masalah sosiologi tidak sama dengan suatu masalah sosial karena masalah sosiologis menyangkut pemahaman terhadap interaksi sosial. Seorang ahli sosiologi dapat mempelajari pengangguran, kemiskinan, pelacuran (sering disebut masalah sosial) tetapi dapat pula mempelajari mengapa suatu kelompok masyarakat lebih berhasil meraih sukses daripada yang lain atau tentang kemajuan lainnya.

7. Alex Inkeles

Sosiologi mempunyai tiga pokok bahasan yang khas yaitu hubungan sosial, institusi dan masyarakat. Hubungan sosial merupakan ‘molekul’ kehidupan sosial. Hubungan sosial merupakan satuan analisis khas sosiologis. Sistem kompleks hubungan sosial itulah yang akan membentuk institusi. Menurut Inkeles sosiologi tidak hanya membahas bagian-bagian tertentu masyarakat melainkan dapat pula mempelajari masyarakat itu sendiri sebagai satuan analisa.

(12)

Sosiologi Berparadigma Ganda

Berawal dari pemikiran Thomas Kuhn bahwa perkembangan ilmu pengetahuan bukan bersifat kumulatif melainkan bersifat revolusi. Hal ini mendorong lahirnya paradigma dalam ilmu pengetahuan. Bagi Kuhn, paradigma adalah suatu pandangan mendasar tentang apa yg menjadi pokok persoalan (subject matter) dari suatu cabang ilmu. Dari konsep yang dikemukakan oleh Kuhn, George Ritzer berusaha menjembatani teori sosiologi yang dihasilkan pada tokoh untuk memantapkan posisi sosiologi sebagai ilmu pengetahuan meskipun pada perkembangannya tidak hanya terbatas pada 3 paradigma yaitu fakta sosial, definisi sosial dan perilaku sosial. Paradigma menggolong-golongkan, mendefinisikan, dan mengubung-hubungkan antara exsemplar, teori-teori, metode serta peralatan analisis yang terkandung didalammya. Ada 3 hal yang membedakan paradigma dalam mempelajari sosiologi yaitu:

a. Pandangan filsafat yang mendasari pemikiran ilmuwan (tokoh sosiologi) berbeda

b. Sebagai konsekuensi logis dari pandangan filsafat maka teori yg dibangun dan dikembangkan juga berbeda

c. Pada akhirnya melahirkan metode yang digunakan juga berbeda

Di satu sisi, sosiologi adalah ilmu pengetahuan yang berdiri sendiri. Sebagai sebuah ilmu pengetahuan maka sosiologi sekurang-kurangnya harus dirumuskan dalam dua cara, pertama suatu ilmu adalah satuan kerangka pengetahuan yang tersusun dan teruji yang diperoleh melalui suatu penelitian ilmiah dan kedua, adalah suatu ilmu adalah suatu metode untuk menemukan suatu kerangka pengetahuan yang tersusun dan teruji. Sosiologi dapat disebut sebagai ilmu pengetahuan dan mampu berdiri sendiri karena telah terpenuhinya unsur-unsur ilmu pengetahuan sebagai berikut: a. Empiris yang berarti bahwa ilmu pengetahuan tersebut didasarkan pada observasi terhadap

kenyataan dan akal sehat serta hasilnya tidak bersifat spekulatif

b. Teoritis yaitu ilmu pengetahuan yang selalu berusaha untuk menyusun abstraksi dari hasil-hail observasi. Abstraksi merupakan kerangka unsur-unsur yang tersusun secara logis serta bertujuan untuk menjelaskan hubungan-hubungan sebab akibat sehingga menjadi teori.

c. Kumulatif, bahwa teori-teori sosiologi dibentuk atas dasar teori-teori yang sudah ada dalam arti memperbaiki, memperluas, serta memperhalus teori-teori lama.

d. Bersifat non-etis, yang dipersoalkan dalam sosiologi bukan baik buruknya fakta tetapi bertujuan untuk menjelaskan fakta tersebut secara analitis.

Pertanyaannya sekarang termasuk dalam ilmu pengetahuan apa sosiologi itu? Pada perkembangannya, terdapat perdebatan apakah sosiologi merupakan ilmu murni (pure science) atau ilmu terapan (applied scinence). Ilmu murni adalah pencarian pengetahuan, penggunaan praktisnya bukan merupakan perhatian utama. Sedangkan ilmu terapan adalah pencarian cara-cara untuk mempergunakan pengetahuan ilmiah guna memecahkan masalah praktis. Banyak sarjana atau tokoh sosiologi yang mencoba menerapkan teori sosiologi untuk memecahkan masalah-masalah sosial dan di lain pihak sosiologi secara konstan tetap mencari pengetahuan yang lebih mendasar sebagai dukungan bagi penerapan pengetahuan praktisnya, sehingga sosiologi adalah ilmu murni dan ilmu terapan.

KOTAK PENGETAHUAN

Objek Kajian Sosiologi

Dalam perspektif struktural fungsional, Talcott Parsons mendeskripsikan masyarakat sebagai suatu sistem yang stabil dan terorganisasi melalui 4 fungsi Adaptation, Goal, Integration, dan Lattent pattern (AGIL). Sebuah masyarakat akan tetap eksis apabila fungsi adaptasi (A) terhadap lingkungannya dapat menjamin kelangsungan hidup masyarakat tersebut lebih lama, selanjutnya mengejar tujuan (G) sebab suatu sistem hanya akan berfungsi jika diorientasikan menuju suatu tujuan yaitu integrasi (I) para anggota terhadap kelompok, dan akhirnya terpeliharanya model-model dan norma (L).

Sumber: Dortier, 2004:107-108

(13)

Sumbangan Sosiologi bagi Masyarakat

Sekarang ini sosiolog mulai dipekerjakan sebagai konsultan ahli di pemerintahan, lembaga swadaya masyarakat, dan badan-badan sosial lainnya. Di Indonesia, sosiologi telah banyak digunakan sebagai alat untuk membantu atau memecahkan masalah sosial. Menurut Horton & Hunt (1984), peran sosiolog terbagi menjadi 5 yang mampu memberikan alternatif pengembangan karir sosiologi. 1. Sebagai Ahli Riset (Peneliti)

Tugas utama seorang sosiolog adalah mencari dan mengorganisasi ilmu pengetahuan tentang kehidupan sosial. Melalui penelitian sosial, seorang sosiolog akan menjelaskan segala hal yang terjadi di dalam masyarakat dengan metode ilmiah sehingga menjadi lebih jelas bukan lagi berdasar cerita-cerita fiktif atau tahayul semata.

2. Sebagai Konsultan Kebijakan (Pengamat)

Sosiolog dapat membantu meramalkan pengaruh dari suatu kebijaksanaan sehingga dapat memberikan sumbangan dalam pemilihan kebijakan untuk mencapai tujuan yang dimaksud. Termasuk didalamnya pengaruh kebijakan tersebut bagi kehidupan masyarakat secara luas. 3. Sebagai Teknisi

Sumbangan sosiologi dalam perencanaan dan pelaksanaan program kegiatan masyarakat, memberi saran-saran dalam hubungan masyarakat, hubungan antar karyawan, masalah moral atau hubungan antar kelompok dalam suatu organisasi, penyelesaian berbagai masalah tentang hubungan antar manusia. Artinya, inilah saatnya sosiologi sebagai ilmu terapan yang mengkaji bidang khusus antara lain sosiologi pedesaan/perkotaan, sosiologi industri, psikologi sosial, sampai sosiologi organisasi.

4. Sebagai Guru

Kegiatan mengajar adalah karir utama bagi sosiolog, meskipun kenetralan nilai versus komitmen nilai masih menjadi perdebatan. Sosiologi harus mampu keluar dari “indoktrinasi” sebagai pengembangan kode etik sebagai guru.

5. Sebagai Relawan Sosial

Peran ini berkaitan dengan ciri sosiologi yang bebas nilai, yang mencoba menuntut peran utama dalam pengambilan keputusan tentang kebijaksanaan umum dan melibatkan diri dalam masalah utama masyarakat yaitu sebagai relawan sosial.

Setelah mempunyai pemahaman dan pengertian mendalam tentang sosiologi, hal terpenting lainnya adalah mengetahui metode-metode penelitian dalam sosiologi sehingga mampu mempergunakan konsep-konsep sosiologi secara mudah.

KOTAK PENGETAHUAN

Membandingkan Sosiologi Murni dan Terapan

Sosiologi Murni (Dasar) Sosiologi Terapan

(14)

Metode Sosiologi

Ada banyak metode yang dilakukan para ahli dalam mempelajari sosiologi sebagai ilmu pengetahuan. Pada saat ini telah berkembang menjadi sebuah metodologi penelitian untuk memperdalam dan menganalisis perubahan-perubahan sosial budaya dalam masyarakat. Metode yang digunakan dalam sosiologi (Horton & Hunt, 1984), antara lain:

a. Studi Cross-Sectional dan Longitudinal

Studi Cross-Sectional adalah studi yang meliput suatu daerah pengamatan yang luas dalam suatu jangka waktu tertentu. Misalnya penelitian tentang pengukuran kepuasan dan ketidakpuasan terhadap kinerja Presiden Susilo Bambang Yudoyono selama satu tahun dengan penyebaran lokasi di kota-kota besar seperti Jakarta, Surabaya, Medan, dan Makasar.

Studi Longitudinal adalah studi yang berlangsung sepanjang waktu yang menggambarkan suatu kecenderungan atau serangkaian observasi sebelum dan sesudah. Misalnya melihat tingkat kemiskinan suatu daerah sebelum dan setelah mendapatkan bantuan dengan daftar pertanyaan yang sama.

Secara sederhana, pengumpulan pendapat umum dalam skala nasional disebut studi cross-sectional sedangkan penggunaan daftar pertanyaan yang sama diulang dalam selang waktu akan diperoleh perbandingan disebut studi longitudinal.

b. Eksperimen Laboratorium dan Eksperimen Lapangan

Dalam penelitian laboratorium, subjek orang dikumpulkan di dalam suatu tempat atau laboratorium kemudian diberi pengalaman yang sesuai dengan yang diinginkan peneliti kemudian dicatat dan ditarik kesimpulan. Sedangkan eksperimen lapangan adalah pengamatan yang dilakukan di luar laboratorium dimana peneliti memberikan pengalaman-pengalaman baru kepada obyek secara umum kemudian diamati hasilnya dan ditarik kesimpulannya.

c. Metode Evaluasi

Ini biasa dilakukan untuk mengukur keefektifan suatu program kegiatan dengan tujuan untuk melihat keberhasilan program melalui pengetahuan yang ilmiah. Misalnya tentang evaluasi pengembangan Kurikulum Berbasis Kompetensi dalam pendidikan nasional kita. Biasanya dalam penelitian evaluasi ini banyak menggunakan variabel yang harus dikendalikan dan tidak mudah karena seringkali hasil kesimpulan yang ada dengan kenyataannya berbeda.

d. Metode Kuantitatif dan Kualitatif

Merupakan metode dasar dalam sosiologi. Metode kuantitatif merupakan metode yang menggunakan angka-angka yang kemudian diolah dan diwujudkan dalam bentuk statistik seperti skala, tabel, indeks, dan lainnya. Yang termasuk metode kuantitatif adalah

1. Metode deduktif, yaitu metode yang dimulai dari hal-hal yang berlaku umum untuk menarik kesimpulan yang bersifat khusus

2. Metode induktif, yaitu metode yang mempelajari suatu gejala khusus untuk mendapatkan kesimpulan yang bersifat umum

3. Metode empiris, yaitu metode yang mengutamakan keadaan-keadaan nyata di dalam masyarakat

4. Metode rasional, yaitu metode yang mengutamakan penalaran dan logika akal sehat untuk mencapai pengertian tentang masalah

5. Metode Fungsional, metode yang dipergunakan untuk menilai kegunaan lembaga-lembaga sosial kemasyarakatan dan struktur sosial masyarakat.

Metode kualitatif merupakan metode yang lebih menekankan pada terjadinya interaksi yang membentuk tindakan, dan kondisi sosial tertentu. Yang termasuk metode kualitatif adalah 1. Metode historis, metode pengamatan yang menganalisis peristiwa-peristiwa dalam masa silam

untuk merumuskan prinsip-prinsip umum.

2. Metode komparatif, metode pengamatan dengan membandingkan antara bermacam-macam masyarakat serta bidang-bidangnya untuk memperoleh perbedaan dan persamaan sebagai petunjuk tentang perilaku suatu masyarakat pertanian Indonesia pada masa lalu dan masa depan.

3. Metode studi kasus, metode pengamatan tentang suatu keadaan, kelompok, masyarakat setempat, lembaga-lembaga maupun individu-individu.

Lebih lanjut, penjelasan metode-metode sosiologi akan dijelaskan pada bab 9 dalam modul ini dengan kegiatan belajar mempraktifkan metode penelitian sosial yang fokus pada 2 metode penelitian yaitu penelitian kuantitatif dan kualitatif.

(15)

Perspektif Teoritis dalam Sosiologi

Selanjutnya dalam memahami sosiologi, ada banyak pendekatan yang digunakan sebagai seperangkat dasar dalam menelaah sosiologi lebih mendalam. Ada banyak pendekatan yang digunakan tetapi yang paling mendasar yang dipakai adalah analisis struktural fungsional, analisis struktural konflik dan analisis interaksionisme simbolik. Dalam pendekatan fungsional, masyarakat dipandang sebagai suatu sistem yang stabil dengan suatu kecenderungan ke arah keseimbangan yaitu suatu kecenderungan untuk mempertahankan sistem kerja yang selaras dan seimbang. Sedangkan menurut pendekatan konflik, masyarakat dilihat selalu berada dalam konflik antar kelas-kelas kepentingan. Adapun analisis interaksionisme simbolik berusaha untuk mengkaji bagaimana manusia menggunakan simbol untuk mengembangkan persepsi manusia tentang dunia sosial dan cara berkomunikasi. Para penganut ini berupaya untuk menganalisis perilaku manusia yang mendasarkan pada makna diri sendiri dan orang lain dimana diri (self) disebut juga simbol.

Pendekatan dalam sosiologi membantu untuk memahami bahwa masyarakat selalu mengalami perubahan dan melalui analisis sosiologis, perubahan tersebut dapat diramalkan dan mencoba mencari alternatif pemecahan masalahnya. Namun demikian, karena setiap pedekatan memiliki penafsiran dan analisis yang berbeda tentang kehidupan sosial maka dalam penggunaannya diperlukan fakta-fakta sosial melalui metode sosiologi sehingga akan menghasilkan suatu gambaran yang komprehensif mengenai kehidupan sosial. Hal ini menandakan bahwa teori dan metode saling bergantung. Teori digunakan untuk menafsirkan data yang dikumpulkan melalui metode penelitian, dan dilain pihak, penelitian membantu memunculkan teori.

KOTAK PENGETAHUAN

Perspektif Utama Sosiologi

Perspektif Jenjang Analisis Fokus Analisis Istilah Kunci

(16)

Lembar Kerja

Lembar Latihan

1. Apa yang dimaksud dengan sosiologi sebagai ilmu pengetahuan yang dapat berdiri sendiri? 2. Mengapa sosiologi disebut ilmu terapan dan juga ilmu murni, jelaskan?

3. Jelaskan perbedaan analisis fungsional dan analisis konflik dalam melihat kehidupan sosial masyarakat?

4. Bagaimana hubungan antara teori dan metode penelitian dalam sosiologi? Mengapa keduanya saling mempengaruhi?

5. Tunjukkan apa saja sumbangsih sosiologi dalam pembangunan di Indonesia? KOTAK PENGETAHUAN

Hubungan Paradigma, Teori dan Metode

Paradigma Pokok Persoalan Teori Metode

Fakta Sosial Struktur makro sosial dan pranata sosial

Struktural Fungsional Struktural Konflik

Survei dengan menggunakan kuesioner dan interview Definisi Sosial Definisi situasi dan

dampaknya terhadap tindakan sosial

Interaksionisme Simbolik Fenomenologi

Interview dan Observasi

Perilaku Sosial Perilaku manusia, reward dan punishment yang mempengaruhinya

Behavioral Sociology Exchange Theory

Eksperimen

Sumber: Kamanto Sunarto, 2004; Ritzer, 2009

BERPIKIR KRITIS

Bahan : Koran, Majalah, Gambar, Film (jika dimungkinkan) Alat : Gunting, Kertas Flano, Selotip, Spidol, Laptop

Perkembangan perspektif teori dan metode dalam sosiologi yang beragam, sebagai guru, buatlah media pembelajaran mengenai contoh kehidupan sosial yang terjadi di lingkungan masyarakat untuk menjelaskan 3 perspektif teori tersebut sehingga mampu dipahami oleh siswa. Bandingkan ketiga perspektif teori tersebut untuk melihat fenomena sosial yang terjadi berdasar data-data yang dapat diperoleh melalui koran, majalah maupun film yang disediakan oleh fasilitator. Untuk mendapatkan pemahaman yang benar, buatlah kelompok yang terdiri dari 3 – 4 orang. Diskusikan dan presentasikan hasil tersebut di depan kelas.

(17)

BAB II

NILAI DAN NORMA SOSIAL

Standar Kompetensi

Memahami perilaku keteraturan hidup sesuai dengan nilai dan norma yang berlaku dalam masyarakat

Kompetensi Dasar

1. Mendeskripsikan nilai dan norma yang berlaku dalam masyarakat

2. Mendeskripsikan proses interaksi sosial sebagai dasar pengembangan pola keteraturan dan dinamika kehidupan sosial

Tujuan Pembelajaran

1. Membedakan ciri nilai dan norma sosial dalam masyarakat 2. Mengidentifikasi jenis nilai sosial yang ada dalam masyarakat 3. Menjelaskan fungsi norma sosial dalam masyarakat

4. Mengidentifikasi ciri-ciri dan syarat interaksi sosial sebagai dasar pengembangan pola keteraturan dan dinamika kehidupan sosial

5. Menganalisis bentuk-bentuk interaksi sosial yang bersifat asosiatif dan disosiatif 6. Menganalisis wacana interaksi sosial berdasarkan teori-teori sosiologi

Pengantar

Hal terpenting dalam proses sosial kehidupan masyarakat adalah adanya nilai dan norma sosial yang dijadikan pedoman bagi masyarakat sebagai peraturan untuk memahami lingkungan sosial budayanya. Nilai dan norma sosial memiliki peranan penting dalam setiap masyarakat yang beradab. Hal ini dianggap penting karena seperangkat nilai dan norma tersebut berperanan dan berfungsi untuk mengatur tata kehidupan setiap anggota masyarakat sebagai makhluk sosial, sehingga tercapai suatu bentuk keteraturan yang berlandaskan pada sistem budaya masing-masing.

Cara berpikir orang awam dalam kehidupan sehari-hari dimana mereka menafsirkan dan memahami keteraturan sosial pada hakikatnya adalah suatu teori moral. Hal ini tidak hanya berarti bahwa anggota-anggota masyarakat dalam kehidupan sehari-harinya dibatasi oleh kode-kode moral yaitu mengenai apa yang harus mereka kerjakan dan apa yang tidak, tetapi keseluruhan dari dunia sosial itu sendiri adalah suatu konstruksi moral. Sosiolog dapat melakukan pendekatan pada keteraturan moral dalam kehidupan sosial dengan mempertimbangkan nilai dan norma sosial yang ditetapkan masyarakat yang mengatur terjadinya realitas sosial di dalam masyarakat. Pada akhirnya, kondisi inilah yang akan menciptakan proses terjadinya interaksi sosial dalam masyarakat yang terpola secara teratur sebagai dasar pengembangan pola perilaku manusia.

Dalam kegiatan belajar ini, akan mempelajari pengertian, jenis dan fungsi nilai dan norma sosial serta keterkaitan nilai dan norma sosial dalam interaksi sosial yang mencakup ciri, syarat, bentuk dan analisis teori mengenai interaksi sosial. Sebagai bagian dari kekayaan budaya, norma dan nilai sosial harus dijunjung tinggi, dibina dan dipertahankan sehingga keberadaannya tidak diremehkan dan terancam musnah. Bila nilai dan norma tersebut sudah diperlakukan dengan baik maka kehidupan masyarakat akan lebih terkendali dan teratur sesuai dengan nilai dan norma yang berlaku dalam masyarakat itu.

Nilai Sosial

Nilai sosial lahir sebagai bagian dari kebutuhan manusia sebagai makhluk sosial yang diciptakan dan disepakati bersama untuk mencapai ketentraman dan kenyamanan hidup bersama orang lain. Nilai sosial sebagai alat ukur bagi manusia untuk mengendalikan beragam kemauan manusia yang selalu berubah dalam berbagai situasi. Diharapkan manusia akan mempunyai gambaran tentang apa yang baik dan apa yang buruk, mana yang boleh dan mana yang dilarang. Nilai sosial yang hidup langgeng akan mampu menjadi sistem nilai budaya.

Nilai sosial dapat diartikan sebagai konsep abstrak mengenai segala sesuatu yang baik, dicita-citakan, yang penting, dan yang berguna bagi kehidupan manusia menurut ukuran masyarakat dimana nilai itu dijunjung tinggi. Nilai sosial merupakan landasan bagi masyarakat untuk menentukan apa yang benar dan penting, memiliki ciri-ciri tersendiri serta mendorong individu untuk berbuat sesuai norma yang berlaku. Untuk lebih memahami nilai-nilai sosial, maka perlu tahu ciri-ciri nilai sosial yang ada di masyarakat, yaitu:

(18)

a. Tercipta dari proses interaksi antar manusia secara intensif dan bukan perilaku yang dibawa sejak lahir.

b. Ditransformasikan melalui proses belajar seperti melalui proses sosialisasi atau diwariskan dari generasi satu ke generasi lainnya.

c. Berupa ukuran atau peraturan sosial yang turut memenuhi kebutuhan sosial. d. Berbeda-beda pada tiap kelompok manusia

e. Masing-masing nilai mempunyai efek yang berbeda-beda bagi tindakan manusia f. Dapat mempengaruhi kepribadian individu sebagai anggota masyarakat

Nilai sebagai suatu bagian penting dari kebudayaan sehingga nilai senantiasa akan ikut berubah seiring perkembangan masyarakat. Misalnya keberadaan tayangan televisi swasta di Indonesia, perlahan-lahan mendorong pergeseran nilai dalam masyarakat. Misalnya rambut yang diwarnai di kalangan remaja dianggap wajar karena mengikuti mode rambut terkini. Tetapi dulu rambut yang diwarnai dianggap sebagai bentuk pelanggaran nilai moral dalam masyarakat. Nilai sosial yang sangat beragam dan kompleks yang ada di masyarakat, dapat diklasifikasikan menurut jenisnya sendiri. Beberapa jenis nilai sosial yang ada dalam masyarakat dapat dibedakan sebagai berikut: a. Menurut Prof. Notonegoro, nilai sosial dibedakan menjadi 3 macam yaitu:

1. Nilai Material adalah nilai yang terkandung dalam materi suatu benda yang berguna bagi kehidupan manusia. Misalnya bahan bangunan (pasir, batu-batuan) yang berguna untuk membuat rumah, gedung bertingkat, sekolah, dll.

2. Nilai Vital adalah sesuatu yang berguna bagi manusia agar dapat melakukan aktivitas atau kegiatan dalam kehidupannya. Misalnya komputer sebagai alat teknologi canggih yang membantu kegiatan administrasi di perkantoran.

3. Nilai Spiritual/Rohani adalah sesuatu hal yang berguna untuk kebutuhan rohani masyarakat, yang dibagi menjadi 4. Pertama, Nilai Religius, merupakan nilai yang berisi filsafat-filsafat hidup yang dapat diyakini kebenarannya, misalnya nilai-nilai yang terkandung dalam kitab suci. Kedua, Nilai Estetika, merupakan nilai keindahan yang bersumber dari unsur rasa manusia (perasaan atau estetika) misalnya kesenian daerah atau penghayatan sebuah lagu. Ketiga, Nilai Moral, merupakan nilai mengenal baik buruknya suatu perbuatan misalnya kebiasaan merokok pada anak sekolah. Keempat, Nilai Kebenaran/Empiris, merupakan nilai yang bersumber dari proses berpikir menggunakan akal dan sesuai dengan fakta-fakta yang terjadi (logika/rasio) misalnya ilmu pengetahuan bahwa bumi berbentuk bulat.

b. Berdasarkan itensitasnya, dibagi menjadi dua:

1. Nilai-nilai yang terencanakan adalah nilai-nilai yang telah menyatu dalam pribadi seseorang sehingga sikap dan perilakunya selalu sesuai dengan nilai-nilai yang dijunjung tinggi oleh masyarakat. Misalnya nilai gotong royong di dalam masyarakat pedesaan.

2. Nilai-nilai dominan adalah nilai-nilai yang diutamakan daripada nilai-nilai lainnya. Adapun ciri-ciri nilai dominan adalah banyaknya orang yang menganut nilai tersebut, lamanya nilai itu dirasakan oleh para anggotanya, tingginya usaha untuk mempertahankan nilai itu, tingginya kedudukan orang yang membawakan nilai tersebut. Misalnya segala sikap dan perilaku manusia selalu didasarkan pada nilai agama yang dianutnya.

c. Menurut C. Klukhon, nilai budaya pada masyarakat mendasarkan pada lima masalah pokok yaitu: 1. Nilai hakikat hidup manusia, masyarakat yang menganggap hidup itu baik, buruk atau hidup

buruk tetapi berusaha untuk mengubah menjadi hidup yang baik

2. Nilai hakikat karya manusia, masyarakat yang menganggap karya manusia untuk memungkinkan hidup, memberikan kedudukan yang terhormat atau sebagai gerak hidup untuk menghasilkan karya lagi.

3. Nilai hakikat kehidupan manusia dalam ruang dan waktu, masyarakat yang memandang penting berorientasi masa lampau, masa sekarang atau masa mendatang.

4. Nilai hakikat hubungan manusia dengan alam sekitar, masyarakat yang memandang alam sebagai suatu hal yang dasyat, suatu yang bisa dilawan manusia atau berusaha mencari keselarasan dengan alam.

5. Nilai hakikat manusia dengan sesamanya, masyarakat yang lebih mendahulukan hubungan vertikal antara manusia dengan sesamanya, hubungan horisontal antara manusia dengan sesamanya, atau bergantung dengan orang lain adalah tindakan tidak benar.

(19)

Dari penjelasan panjang lebar tentang nilai sosial tersebut, maka nilai sosial sangat penting bagi manusia karena sangat memberikan pengaruh bagi sikap dan perilaku manusia. Adapun peran nilai sosial dalam masyarakat dapat dijelaskan sebagai berikut:

a. Sebagai petunjuk arah untuk bersikap dan bertindak bagi warga masyarakat. Misalnya gotong royong atau kerja bakti membersihkan selokan atau memperbaiki jalan.

b. Sebagai acuan dan sumber motivasi untuk berbuat sesuatu. Misalnya penanaman nilai-nilai keagamaan melalui pengajian.

c. Alat solidaritas atau mendorong masyarakat untuk saling bekerjasama untuk mencapai sesuatu yang tidak dapat dicapai sendiri. Misalnya nilai-nilai yang ditanamkan di sebuah negara untuk melindungi negara dari ancaman negara lain.

d. Mengarahkan masyarakat untuk berpikir dan bertingkah laku sesuai dengan nilai-nilai yang ada dalam masyarakat. Misalnya penanaman nilai-nilai dalam keluarga kewajiban untuk menghormati orang tua.

e. Pengawas, pembatas, pendorong, dan penekan individu untuk selalu berbuat baik.

Norma Sosial

Secara sosiologis, norma sosial itu tumbuh dari proses kemasyarakatan dan hasil dari kehidupan bermasyarakat. Individu dilahirkan dalam suatu masyarakat dan disosialisasikan untuk menerima aturan-aturan dari masyarakat yang sudah ada sebelumnya. Oleh karena itu norma sosial itu adalah sesuatu yang berada di luar individu, membatasi mereka dan mengendalikan tingkah laku mereka. Bagi siapapun yang melakukan pelanggaran terhadap norma sosial maka akan ada sanksi atau hukuman dari masyarakat..

Norma sosial dibuat oleh manusia agar nilai-nilai sosial yang ada dapat dipatuhi dan dilaksanakan oleh semua warga masyarakat. Apabila di dalam masyarakat telah menjalankan norma yang berisi nilai-nilai maka di dalam masyarakat akan tercipta suatu tata hubungan yang harmonis tanpa adanya pelanggaran terhadap hak-hak setiap individu dalam masyarakat. Norma sosial adalah aturan-aturan dengan sanksi-sanksi sebagai pedoman untuk melangsungkan hubungan sosial dalam masyarakat yang berisi perintah, larangan, anjuran agar seseorang dapat bertingkah laku yang pantas guna menciptakan ketertiban, keteraturan, dan kedamaian dalam bermasyarakat. Adapun tingkatan norma sosial dibedakan menjadi 5 yaitu:

a. Cara (Usage)

Proses interaksi yang terus menerus akan melahirkan pola tertentu yang disebut cara (usage). Cara (usage) adalah suatu bentuk perbuatan tertentu yang dilakukan individu dalam suatu masyarakat tetapi tidak secara terus menerus. Sanksi yang diberikan hanya berupa celaan. Norma ini mempunyai kekuatan yang lemah dibanding norma lain. Misalnya bersendawa dengan keras dikelas, berpakaian seragam yang seksi ke sekolah,dll.

b. Kebiasaan (Folkways)

Kebiasaan adalah sebuah bentuk perbuatan yang dilakukan berulang-ulang dengan cara yang sama. Hal ini juga menunjukkan bahwa orang tersebut menyukai perbuatan itu. Sanksi terhadap pelanggaran norma ini berupa teguran, sindiran, dipergunjingkan. Folkways kebanyakan dianut orang di dalam batas-batas kelompok tertentu. Ancaman sanksi terhadap pelanggaran folkways hanya akan datang dari kelompok tertentu saja. Oleh karena tiu, sanksi informal yang mempertahankan folkways seringkali terbukti tidak efektif apabila ditunjukkan kepada orang yang KOTAK PENGETAHUAN

Kebudayaan Ideal versus Kebudayaan Nyata

Banyak diantara norma yang mengitari nilai budaya hanya diikuti secara sebagian. Selalu terdapat perbedaan antara apa yang IDEAL bagi suatu kelompok dengan apa yang NYATA dilakukan para anggotanya. Kebudayaan Ideal merujuk nilai, norma dan tujuan yang oleh suatu kelompok dianggap ideal, yang pantas dijadikan aspirasi. Sedang Kebudayaan Nyata merujuk pada nilai, norma dan tujuan sebenarnya yang diikuti orang.

Sumber: Henslin, 2007:57

Sebagai contoh, setiap anak di Indonesia wajib mengikuti pendidikan dasar 9 tahun (Ideal) namun kenyataannya ada orang yang tidak memenuhi ideal budayanya, misal keterbatasan ekonomi, maka tidak semua anak dapat mengenyam pendidikan.

(20)

tidak menjadi warga penuh dari kelompok pendukung folkways tersebut. Misalnya seorang remaja kota yang memiliki banyak tato datang ke sebuah desa maka dengan sendirinya akan mendapatkan gunjingan warga desa. Meskipun begitu, remaja tersebut tidak akan terpengaruh karena secara sosial remaja tersebut hidup di kota yang menerima keberadaan tato sebagai nilai artistik meski secara fisik berada di desa.

c. Tata kelakuan (Mores)

Mores adalah sekumpulan perbuatan yang mencerminkan sifat-sifat hidup dari sekelompok manusia yang dilakukan secara sadar guna melaksanakan pengawasan oleh kelompok terhadap anggota-anggotanya. Kesamaan mores dan folkways terletak pada kenyataan bahwa kedua-duanya tidak jelas asal-usulnya, terjadi tidak terencana. Dasar eksistensinya pun tidak pernah dibantah, dan kelangsungannya karena didukung tradisi. Walaupun ada kesamaan, namun mores selalu dipandang sebagai bagian dari hakikat kebenaran. Pelanggaran terhadap folkways akan dianggap aneh tetapi pelanggaran terhadap mores akan dikucilkan atau dikutuk oleh sebagian besar masyarakat. Misalnya mempekerjakan anak dibawah umur, suka melakukan perampasan/pemalakan, suka bertindak kekerasan,dll. Adapun fungsi mores adalah sebagai berikut:

1. Memberikan batasan pada perilaku individu dalam masyarakat tertentu

2. Mendorong seseorang agar sanggup menyesuaikan tindakan-tindakannya dengan tata kelakuakn yang berlaku di dalam kelompoknya.

3. Membentuk solidaritas antara anggota-anggota masyarakat dan sekaligus memberikan perlindungan terhadap keutuhan dan kerjasama antara anggota yang bergaul di dalam masyarakat.

d. Hukum (Law)

Pada kebanyakan masyarakat, disamping folkways dan mores, diperlukan pula adanya suatu gugus kaidah lain yang lazim disebut hukum, yang berfungsi untuk menegakkan keadaan tertib sosial. Berbeda dengan folkways dan mores pada hukum didapati adanya organisasi politik yang secara formal dan prosedural bertugas memaksakan ditaatinya kaidah sosial yang berlaku. Organisasi ini dikenal dengan lembaga hukum (peradilan) seperti kepolisian, kejaksaan,dll. Pada perkembangannya, untuk menegakkan ketertiban sosial lembaga peradilan yang ada pun berkembang sesuai dengan kebutuhan masyarakat.

e. Adat istiadat (customs)

Tata kelakuan yang kekal dan kuat integrasinya dengan pola perilaku masyarakat dapat mengikat menjadi adat istiadat (customs). Adat istiadat adalah kumpulan tata kelakuan yang paling tinggi kedudukannya karena bersifat kekal dan terintegrasi sangat kuat terhadap masyarakat yang memilikinya. Pelanggaran terhadap adat istiadat ini akan menerima sanksi yang keras dari anggota lainnya. Tetapi kadang-kadang pelanggaran terhadap norma adat tidak mempunyai akibat apa-apa misalnya upacara adat perkawinan suku Jawa seperti siraman tidak banyak masyarakat sekarang yang melakukannya karena biaya yang mahal dan telah bercampurnya dengan kebudayaan lain.

Lebih lanjut, norma sosial yang ada di masyarakat terbagi menjadi 4 macam yang kesemuanya merupakan pedoman yang dapat dijumpai sehari-hari dalam kehidupan masyarakat.

a. Norma Agama

Merupakan norma yang berfungsi sebagai petunjuk dan pegangan hidup bagi manusia yang berasal dari Tuhan, berisi perintah dan larangan. Pelanggaran terhadap norma agama akan mendapatkan sanksi dosa dan balasan neraka di dunia akhirat nantinya.

b. Norma Hukum

Merupakan rangkaian aturan yang ditunjukkan kepada anggota masyarakat yang berisi ketentuan, perintah, kewajiban, dan larangan agar suatu masyarakat tercipta suatu ketertiban dan keadilan yang biasanya dibuat oleh lembaga khusus. Aturan ini bersifat tertulis sehingga sanksi yang diberikan lebih jelas berupa denda, penjara, dan atau hukuman mati.

c. Norma Kesusilaan

Merupakan peraturan sosial yang berasal dari hati nurani yang menghasilkan akhlak sehingga seseorang dapat membedakan apa yang dianggap baik dan apa yang dianggap buruk. Norma ini biasanya untuk menjalankan nilai moral dalam rangka menghargai harkat dan martabat orang lain.

d. Norma Kesopanan

Merupakan pedoman hidup bagi anggota masyarakat yang mengatur bagaimana seseorang harus bertingkah laku dalam masyarakat.

(21)

Nah, untuk melihat perbedaan dari keempat macam norma tersebut, coba diskusikan dengan kelompok contoh-contoh norma sosial tersebut yang dapat ditemui dalam kehidupan masyarakat sehari-hari.

Dalam kehidupan sosial, tidak ada kelompok manusia yang dapat berlangsung tanpa norma, karena norma memungkinkan adanya kehidupan sosial dengan cara membuat suatu perilaku dapat diprediksikan. Hal ini karena norma menentukan panduan utama mengenai bagaimana manusia harus memainkan peran dan berinteraksi dengan orang lain. Untuk itu, norma sosial memiliki fungsi sebagai:

1. Sebagai petunjuk perilaku yang benar

Tujuan terciptanya norma sosial adalah mewujudkan keteraturan sosial (sosial order) yaitu pengaturan sosial suatu kelompok berdasarkan kebiasaan sehingga masyarakat tidak mengalami kekacauan sosial. Hal ini karena individu dalam masyarakat memahami norma yang berlaku. 2. Sebagai pengatur sistem dalam masyarakat

Sistem merupakan serangkaian perilaku yang terstruktur dan sistematis, melalu terciptanya nilai dan norma sosial untuk menjamin masyarakat berjalan pada sistem yang disepakai sehingga keseimbangan hidup dalam masyarakat dapat tercipta.

3. Sebagai pelindung bagi mereka yang lemah

Secara umum, kelompok masyarakat terbagi menjadi dua yaitu kelompok kuat dan kelompok lemah yang telah melembaga dalam kehidupan masyarakat. Disepakatinya norma sosial dalam masyarakat diharapkan mampu melindungi kelompok lemah dari ketidaknyamanan dan sikap yang merugikan dari kelompok kuat yang biasanya menjadi penguasa (pemimpin).

4. Sebagai khasanah budaya masyarakat

Norma sosial dapat menjadi ciri khas atau etos budaya suatu masyarakat yang membedakan dengan masyarakat lain.

Pada perkembangannya, norma-norma sosial yang tumbuh dan berkembang di dalam suatu masyarakat dapat terbentuk menjadi lembaga sosial jika mengalami proses sosial yaitu:

a. Proses pelembagaan (institutionalization) yaitu norma-norma mulai dikenal, diakui, dihargai, dan kemudian ditaati.

b. Proses internalized (internalisasi) yaitu norma-norma sudah mendarah daging dalam jiwa anggota masyarakat.

Kedua proses tersebut yang melegalkan norma-norma itu menjadi pedoman bagi masyarakat. Seperti misalnya aturan pembayaran pajak tanah bagi pemilik rumah atau lahan yang dilembagakan dalam bentuk peraturan pemerintah tentang pajak dan dikelola oleh dinas pajak. Untuk lebih jelasnya, bahasan lembaga sosial akan dijabarkan dalam bab 8 modul ini.

Interaksi Sosial

Sebagian besar interaksi sosial manusia berdasarkan sekumpulan asumsi yang tidak tertulis, yang mengarahkan perilaku manusia sehari-hari. Interaksi sosial dapat juga dinamakan sebagai proses sosial karena interaksi sosial merupakan syarat utama terjadinya aktivitas-aktivitas sosial. Proses sosial diartikan sebagai pengaruh timbal-balik antara berbagai segi kehidupan bersama, misalnya pengaruh antara sosial dengan politik, politik dengan ekonomi, ekonomi dengan hukum, dan sebagainya. Interaksi sosial merupakan kunci dari semua kehidupan sosial, karena tanpa interaksi sosial tak mungkin ada kehidupan bersama.

Interaksi sosial merupakan hubungan sosial yang dinamis yang menyangkut hubungan antara orang-orang perorangan, antara kelompok-kelompok manusia, maupun antara orang perorangan dengan kelompok manusia. Interaksi sosial antara kelompok-kelompok manusia terjadi antara kelompok tersebut sebagai suatu kesatuan dan biasanya tidak menyangkut pribadi anggota-anggotanya. Berlangsungnya suatu proses interaksi didasarkan pada faktor yang mempengaruhinya, yaitu:

a. Imitasi

Imitasi adalah tindakan sosial meniru sikap, tindakan, tingkah laku atau penampilan fisik seseorang secara berlebihan. Secara positif, imitasi dapat mendorong seseorang untuk mematuhi kaidah-kaidah dan nilai-nilai yang berlaku apabila yang ditiru adalah individu yang baik menurut masyarakat. Namun, dampak negatif dari proses ini adalah apabila yang ditiru berlawanan dengan persepsi umum masyarakat.

Gambar

Tabel 3 Tipologi Adaptasi Individual Merton
Gambar 6.1. Perspektif evolusioner dalam perubahan sosial
Gambar 6.2. Teori Siklus dalam Perubahan sosial
Tabel 7.1. Hubungan Lembaga Sosial dan Asosiasi
+3

Referensi

Dokumen terkait

Orang yang mengkonsumsi dan kecanduan minuman keras atau alkohol.. disebut dengan istilah alcoholism (ketagihan alkohol), istilah ini

Pada masa ini pula telah dikenal istilah Diwan yang.. pertama kali diperkenalkan oleh Sa’ad in Abi Waqqas

Istilah regresi pertama kali digunakan oleh Francis Galton pada tahun 1887 ketika mengadakan penelitian tentang hubungan antara tinggi orang tua dengan tinggi anaknya, dan

Istilah “ ” pertama kali ditulis oleh Castillon pada “The Philosophical Transactions of The Royal Society “di tahun 1971 , dan tentang keliling pertama kali ditulis oleh La

Istilah “pokok-pokok pikiran” Pembukaan UUD 1945 pertama kali tertuang dalam Penjelasan Umum UUD 1945 yang menyebutkan bahwa Pembukaan UUD 1945 mengandung 4 (empat) pokok

Yang pertama kali menggunakan istilah narkotika adalah orang Yunani. Mereka menggunakan istilah “narkotikos” yang berarti kaku atau seperti patung atau tidur. Di Yunani

Kata kunci: pendidikan karakter bangsa, teknologi ,era society 5.0 PENDAHULUAN Society 5.0 atau bisa diartikan masyarakat 5.0 pertama kali diluncurkan di Jepang pada tanggal 21

Untuk menyiasati agar tidak terlalu mahal dalam membeli suatu komoditas atau memilih jasa, masyarakat cenderung berpaling kepada anggota dari kelompok etnis yang sama, karena terdapat