• Tidak ada hasil yang ditemukan

KELUARAN YANG DIHASILKAN

Keluaran yang dihasilkan dalam kegiatan Penyusunan SPPIP Kabupaten/Kota pada dasarnya mencakup tiga hal, yaitu:

1. Dokumen Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan (SPPIP), yang memuat :

 Indikasi arah pengembangan kota serta pembangunan permukiman dan infrastruktur permukiman perkotaan

 Rumusan kriteria dan indikator penentuan kawasan permukiman prioritas  Profil hasil identifikasi Kawasan Permukiman prioritas

 Rumusan tujuan dan kebijakan pembangunan permukiman perkotaan

 Rumusan strategi pembangunan permukiman dan infrastruktur permukiman perkotaan

 Analisis korelasi strategi pembangunan permukiman dan kebutuhan infrastruktur permukiman perkotaan dalam skema manajemen pembangunan perkotaan

 Analisis konsekuensi penerapan strategi terhadap penyusunan program pembangunan permukiman dan infrastruktur permukiman perkotaan.

 Rumusan program pembangunan permukiman dan infrastruktur permukiman perkotaan (dalam skala kota dan skala kawasan) sebagai arahan investasi pembangunan permukiman dan infrastruktur perkotaan jangka menengah.  Analisis dampak penerapan program pembangunan permukiman dan

 Dokumen spasial terkait dengan strategi dan program pembangunan permukiman dan infrastruktur permukiman perkotaan.

2. 1 set album peta sebagai bagian tidak terpisahkan dari dokumen SPPIP, berisi dokumen spasial terkait dengan data, informasi, dan hasil strategi dalam skala 1 : 25.000 (skala kota) dan 1 : 5000 (skala kawasan prioritas)

3. Dokumen hasil rangkaian penyelenggaraan kegiatan sebagai bahan untuk proses pemberian kekuatan hukum terhadap strategi pembangunan permukiman dan infrastruktur perkotaan.

Dokumen SPPIP yang dihasilkan diperbanyak sekurang - kurangnya 10 (sepuluh) rangkap untuk disampaikan kepada Pokjanis, Pemberi Pekerjaan, Koordinator Wilayah dan Direktorat Jenderal Cipta Karya Kementerian PU.

B A B 1 ... 1

PENDAHULUAN ... 1

1.1 LATAR BELAKANG ... 1

1.2 MAKSUD, TUJUAN, DAN SASARAN ... 4

1.2.1 MAKSUD ... 4

1.2.2 TUJUAN ... 4

1.2.3 SASARAN ... 4

1.3 RUANG LINGKUP ... 5

1.3.1 RUANG LINGKUP KEGIATAN ... 5

1.3.2 Ruang Lingkup Wilayah ... 7

B A B 1

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Daya tarik aktivitas perkotaan dan tuntutan kehidupan yang semakin tinggi akan selalu menarik pergerakan penduduk dari kawasan sekitarnya maupun kawasan perdesaan untuk berpindah dan beraktivitas di kawasan perkotaan. Sejumlah kajian memperkirakan jumlah penduduk perkotaan pada akhir 2025 akan mencapai mendekati 60% dari total jumlah penduduk Indonesia. Keadaan ini akan diikuti oleh meningkatnya kebutuhan akan permukiman dan infrastruktur pelayanan perkotaan.

Akibat dari peningkatan pertumbuhan penduduk dan aktivitas di perkotaan akan memicu bertambahnya luas kawasan perkotaan secara menerus dan akan menekan ruang penyangga maupun ruang produktif di kawasan perdesaan. Fenomena perubahan tersebut

akan mengubah karakter kawasan non permukiman menjadi kawasan permukiman perkotaan yang cenderung tidak terkontrol dan akan membebani daya dukung kawasan bersangkutan. Keadaan tersebut belum dapat diimbangi oleh kemampuan pemerintah menyediakan jaringan infrastruktur pelayanan perkotaan.

Terjadinya perkembangan aktivitas dan pergerakan penduduk di perkotaan yang tidak diimbangi dengan penyelenggaraan pembangunan perkotaan yang terencana dan terintegrasi semakin memicu meningkatnya permasalahan perkotaan, terutama pada kawasan permukiman dengan tidak tepenuhinya standar pelayanan minimal.

Dengan mencermati hal tersebut, perkembangan kota merupakan sesuatu hal yang tidak dapat dihindari, sekaligus merupakan tantangan utama bagi pemangku kepentingan kota untuk dapat menyusun suatu strategi khusus perkotaan sebagai langkah operasional perencanaan pembangunan kota sesuai dengan visi dan misi kota secara lebih adaptif, antisipatif dan implementatif.

UU No. 26 tahun 2007 tentang penataan ruang mengamanatkan bahwa pemerintah kota/ kabupaten mempunyai tugas melaksanaan pembinaan terhadap pemanfaatan ruang sesuai dengan rencana tata ruangnya. Pemerintah Daerah kini dituntut untuk dapat menyiapkan diri dengan instrumen yang integral dan komprehensif untuk menghadapi tantangan tersebut. Pemerintah Daerah bertanggung jawab untuk menyusun sendiri Rencana Tata Ruang Wilayahnya (RTRW) yang di dalamnya diharapkan sudah tercantum strategi arahan kebijakan pemanfaatan ruang yang terintegrasi dan seimbang sesuai dengan daya dukung yang dimilikinya.

Untuk merealisasikan wujud ruang sebagaimana yang direncanakan dalam dokumen RTRW, Pemerintah Daerah pun wajib memiliki dokumen pembangunan baik jangka panjang maupun jangka menengah. Karenanya, adanya sinergisasi antara perencanaan tata ruang (spatial plan) dan perencanaan pembangunan (development plan) sangat dituntut dalam rangka kemudahan implementasi kegiatan.

Dalam UU No. 32 tahun 2004 tentang pemerintah daerah, diamanatkan kepada pemerintah daerah bertanggung jawab dalam hal kewenangannya untuk mengatur perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian pembangunan di wilayah kewenangannya, agar penyelenggaraan pembangunan perkotaan dapat berjalan lebih sinergis, integratif, efisien dan efektif.

Namun kenyataan yang terjadi menunjukkan bahwa pada pelaksanaan di lapangan, khususnya dalam pelaksanaan pembangunan permukiman dan infrastruktur perkotaan, masih banyak kendala yang harus dihadapi oleh pemerintah daerah, antara lain:

 Belum tersedianya strategi khusus untuk pembangunan permukiman dan infrastruktur perkotaan yang terintegrasi dengan penataan ruang dan perencanaan pembangunan kota secara keseluruhan.

 Tuntutan yang tinggi terhadap kebutuhan permukiman dan infrastruktur perkotaan seringkali belum didukung dengan suatu kebijakan dan strategi pembangunan yang memadai, matang, dan berskala kota.

 Masih seringnya terjadi tumpang tindih kebijakan dan strategi penanganan persoalan pembangunan permukiman dan infrastruktur perkotaan pada tingkat operasional (kabupaten/kota).

 Kebijakan dan strategi pembangunan permukiman dan infrastruktur perkotaan seringkali bersifat sesaat (responsif), sektoral, serta berorientasi pada ketersediaan program atau proyek pendukung.

 Meskipun setiap kabupaten/kota telah menyusun dokumen Rencana Program dan Investasi Jangka Menengah (RPIJM), namun belum terlihat strategi dan kebijakan yang dijadikan sebagai landasan berpijak, dengan pihak-pihak mana saja pemerintah dapat bekerja sama, bagaimana strategi pembiayaan pembangunannya dan bagaimana pengorganisasian program terkait dengan relasi fungsional dan strukturalnya.

Berdasarkan hal tersebut, perlu disiapkan strategi yang berskala kota dan terintegrasi antar sektor pembangunan dengan pendekatan holistik yang mensinergikan perencanaan spasial dan perencanaan pembangunan khususnya dalam bidang pembangunan permukiman dan infrastruktur perkotaan yang dinamakan Strategi Pembangunan Permukiman Dan Infrastruktur Permukiman Perkotaan (SPPIP). Sehingga pada akhirnya strategi ini dapat menjadi acuan bagi pemerintah daerah dalam menetapkan prioritas pembangunan daerah perkotaan, yang diharapkan dapat membantu mengoptimalkan alokasi dana pembangunan secara akurat dan rasional. Selain sebagai acuan bagi pemerintah daerah, dokumen SPPIP ini juga dapat menjadi acuan bagi pemangku kepentingan lain sebagai pelaksana pembangunan kota.

Perencanaan pembangunan yang dimaksud, secara umum, tidak hanya mengedepankan proses teknis namun juga proses pembelajaran. Untuk itu, dalam penyusunan SPPIP ini sangat diutamakan proses duduk bersama para pemangku kepentingan kota khususnya para eksekutif di daerah untuk merumuskan dan menyepakati bersama mengenai strategi dan program yang akan disusun sehingga terbangun proses pembelajaran dalam merencanakan pembangunan yang lebih populis dan humanis serta

rasa memiliki terhadap perencanaan yang disusun. Dengan demikian Pemerintah Daerah pun dapat lebih memiliki legitimasi secara politik, demokrasi dan transparan di wilayahnya.

Untuk mendorong tersedianya dokumen strategi pembangunan permukiman dan infrastruktur perkotaan yang disusun dan disepakati pemangku kepentingan kota, maka Direktorat Jenderal Cipta Karya, Kementerian Pekerjaan Umum bermaksud memberikan dukungan dalam bentuk pembinaan teknis yang bersifat pendampingan dan peningkatan serta penguatan kapasitas bagi Pemerintah Daerah dan pemangku kepentingan untuk melaksanakan penyusunan Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan (SPPIP).

Untuk melaksanakan kebijakan Direktorat Jenderal Cipta Karya dalam mendukung pembangunan di daerah melalui pemanfaatan dana APBN, maka SPPIP sebagai strategi pembangunan dengan program investasi bidang Cipta Karya akan menjadi acuan bagi pengalokasian dukungan tersebut selain dokumen RPIJM yang tentunya sudah mengacu pada SPPIP yang sudah disusun.

1.2 MAKSUD, TUJUAN, DAN SASARAN 1.2.1 MAKSUD

Tersedianya dokumen SPPIP bagi pemerintah kota/ kabupaten, sebagai acuan dalam melaksanakan pembangunan permukiman dan infrastruktur perkotaannya.

1.2.2 TUJUAN

Terfasilitasinya pemangku kepentingan kota/ kabupaten dalam melaksanakan penyusunan dan menghasilkan dokumen SPPIP melalui proses diskusi untuk mencapai kesepakatan strategi pembangunan yang terintegrasi dan berkesinambungan sebagai acuan pembangunan kota/kabupaten bersangkutan.

1.2.3 SASARAN

Dalam rangka mencapai tujuan dari kegiatan ini, maka dalam pelaksanaanya harus dapat melalui beberapa sasaran sebagai berikut:

1. Tersosialisasikannya konsep penyelenggaraan pembangunan perkotaan dan peran strategi pembangunan permukiman dan infrastruktur perkotaan;

2. Terjadinya kerjasama yang berkesinambungan antara tim konsultan pendamping, pokjanis, tim teknis Propinsi dan pihak satker melalui konsolidasi persiapan pelaksanaan penyusunan SPPIP;

3. Terbangunnya pemahaman oleh semua pemangku kepentingan kota/kabupaten terhadap seluruh dokumen perencanaan yang dimiliki oleh wilayahnya dan relasi fungsionalnya dengan dokumen perencanaan di level makro di atasnya;

4. Teridentifikasikannya arah, tujuan dan sasaran pembangunan permukiman dalam mendukung arah pembangunan perkotaan sebagai penerjemahan visi dan misi kabupaten/kota, dengan memperhatikan pertimbangan potensi, peluang, permasalahan dan tantangan yang dimiliki wilayah perkotaan;

5. Terjadinya penguatan kepedulian dan peningkatan kapasitas pemangku kepentingan kota/ kabupaten dalam setiap proses yang dilalui dalam penyusunan SPPIP;

6. Terbangunnya kesepakatan dan mufakat yang mengutamakan asas manfaat dan kepentingan bersama dalam penentuan setiap proses penentuan kriteria, indikator dan penetapan kawasan strategis yang menjadi prioritas penanganan; 7. Terjadinya interaksi dan keterlibatan komponen-komponen masyarakat dalam

proses penyusunan strategi dan program pembangunan permukiman dan infrastruktur perkotaan melalui penyelenggaraan konsultasi publik;

8. Terwujudnya pemahaman yang baik oleh semua pemangku kepentingan kota/kabupaten tentang strategi pembangunan permukiman dan infrastruktur perkotaan sebagai acuan dalam pelaksanaan pembangunan kota/kabupaten; 9. Terbangunnya koordinasi antar pemangku kepentingan kota dan propinsi,

tersusunnya sinkronisasi program dan kegiatan pembangunan kota, sebagai acuan pelaksanaan pembangunan yang optimal sesuai sumber daya dan sumber dana yang dimiliki wilayah;

1.3 RUANG LINGKUP

1.3.1 RUANG LINGKUP KEGIATAN

Pelaksanaan kegiatan ini dilakukan dengan rangkaian lingkup kegiatan sebagai berikut:

1. Melakukan konsolidasi dengan semua pemangku kepentingan dalam proses penyamaan tujuan dan rencana kerja penyusunan dokumen SPPIP (minimal melibatkan tim Tenaga Ahli, Pokjanis, Tim Teknis Provinsi, seluruh Satker Provinsi bidang Cipta Karya, perwakilan Koordinator Pusat/ Koordinator Wilayah SPPIP).

2. Menyiapkan bahan bagi pemangku kepentingan untuk berperan aktif dalam mengikuti sosialisasi penyusunan SPPIP yang akan dikoordinasikan oleh tim

pusat terkait kedudukan dan fungsi SPPIP dalam proses penyelenggaraan pembangunan kota.

3. Melakukan kajian terhadap kebijakan, strategi, dan program pembangunan daerah berdasarkan dokumen kebijakan terkait yang telah tersedia dan dijadikan acuan pelaksanaan pembangunan oleh Pemerintah Daerah.

4. Melakukan kajian terhadap isu-isu permukiman dan infrastruktur perkotaan, serta potensi, permasalahan, peluang dan tantangan yang akan dihadapi dalam pembangunan perkotaan dan permukiman perkotaannya.

5. Melaksanakan pra FGD bersama dengan Tim Teknis Provinsi, Satker terkait dan Pokjanis agar dapat tersedia bahan yang cukup matang untuk dibahas dan mendapatkan masukan/ kesepakatan dalam FGD yang akan dilakukan.

6. Menghasilkan indikasi arah pengembangan kota serta pembangunan permukiman dan infrastruktur permukiman perkotaan.

7. Bersama dengan pemangku kepentingan kota menghasilkan rumusan tujuan dan kebijakan pembangunan permukiman perkotaan berdasarkan visi dan misi kota/kabupaten yang telah disusun dan ditetapkan oleh pemerintah daerah terkait.

8. Bersama dengan pemangku kepentingan kota menghasilkan rumusan strategi pembangunan permukiman dan infrastruktur permukiman perkotaan.

9. Bersama dengan pemangku kepentingan menghasilkan:

 Rumusan kriteria dan indikator penentuan kawasan permukiman prioritas  Profil kawasan permukiman prioritas

10. Bersama dengan pemangku kepentingan menghasilkan :

 Analisis korelasi strategi pembangunan permukiman dan kebutuhan infrastruktur permukiman perkotaan dalam skema manajemen pembangunan perkotaan.

 Analisis konsekuensi penerapan strategi terhadap penyusunan program pembangunan permukiman dan infrastruktur permukiman perkotaan.

 Rumusan program pembangunan permukiman dan infrastruktur permukiman perkotaan (dalam skala kota dan skala kawasan) sebagai arahan investasi pembangunan permukiman dan infrastruktur perkotaan jangka menengah.

 Analisis dampak penerapan program pembangunan permukiman dan infrastruktur permukiman perkotaan.

11. Menyiapkan laporan kemajuan dan capaian dalam proses penyusunan SPPIP sebagai bahan bagi Pokjanis untuk pemaparan dan pembahasan capaian kegiatan pada Kolokium SPPIP yang disampaikan pada kegiatan kolokium yang akan dikoordinasikan oleh tim pusat.

12. Memfasilitasi pemangku kepentingan dalam menyelenggarakan konsultasi publik untuk menjaring masukan terhadap rumusan strategi dan program pembangunan permukiman dan infrastruktur permukiman perkotaan.

13. Memfasilitasi Pokjanis dalam melaksanakan diseminasi hasil kesepakatan perumusan SPPIP kepada dinas/instansi terkait dan pemangku kepentingan lainnya di kota/kabupaten bersangkutan.

1.3.2 Ruang Lingkup Wilayah

Lingkup wilayah dari penyusunan Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan adalah Wilayah Kabupaten Lombok Tengah dengan batasan kawasan perkotaan ditentukan berdasarkan kesepakatan pemangku kepentingan dengan mempertimbangkan peran kota/ kabupaten bersangkutan dalam Rencana Tata Ruang Nasional dan Rencana Tata Ruang Wilayahnya.

1.4 JANGKA WAKTU PELAKSANAAN PEKERJAAN

Kegiatan Penyusunan SPPIP Kota/Kabupaten ini diselenggarakan dalam jangka waktu 7 (tujuh) bulan sejak SPMK diterbitkan.

1.5 KELUARAN YANG DIHASILKAN

Keluaran yang dihasilkan dalam kegiatan Penyusunan SPPIP Kabupaten/Kota pada dasarnya mencakup tiga hal, yaitu:

1. Dokumen Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan (SPPIP), yang memuat :

 Indikasi arah pengembangan kota serta pembangunan permukiman dan infrastruktur permukiman perkotaan

 Rumusan kriteria dan indikator penentuan kawasan permukiman prioritas  Profil hasil identifikasi Kawasan Permukiman prioritas

 Rumusan tujuan dan kebijakan pembangunan permukiman perkotaan

 Rumusan strategi pembangunan permukiman dan infrastruktur permukiman perkotaan

 Analisis korelasi strategi pembangunan permukiman dan kebutuhan infrastruktur permukiman perkotaan dalam skema manajemen pembangunan perkotaan

 Analisis konsekuensi penerapan strategi terhadap penyusunan program pembangunan permukiman dan infrastruktur permukiman perkotaan.

 Rumusan program pembangunan permukiman dan infrastruktur permukiman perkotaan (dalam skala kota dan skala kawasan) sebagai arahan investasi pembangunan permukiman dan infrastruktur perkotaan jangka menengah.  Analisis dampak penerapan program pembangunan permukiman dan

infrastruktur permukiman perkotaan.

 Dokumen spasial terkait dengan strategi dan program pembangunan permukiman dan infrastruktur permukiman perkotaan.

2. 1 set album peta sebagai bagian tidak terpisahkan dari dokumen SPPIP, berisi dokumen spasial terkait dengan data, informasi, dan hasil strategi dalam skala 1 : 25.000 (skala kota) dan 1 : 5000 (skala kawasan prioritas)

3. Dokumen hasil rangkaian penyelenggaraan kegiatan sebagai bahan untuk proses pemberian kekuatan hukum terhadap strategi pembangunan permukiman dan infrastruktur perkotaan.

Dokumen SPPIP yang dihasilkan diperbanyak sekurang - kurangnya 10 (sepuluh) rangkap untuk disampaikan kepada Pokjanis, Pemberi Pekerjaan, Koordinator Wilayah dan Direktorat Jenderal Cipta Karya Kementerian PU.

B A B 1 ... 1

PENDAHULUAN ... 1

1.1 LATAR BELAKANG ... 1

1.2 MAKSUD, TUJUAN, DAN SASARAN ... 4

1.2.1 MAKSUD ... 4

1.2.2 TUJUAN ... 4

1.2.3 SASARAN ... 4

1.3 RUANG LINGKUP ... 5

1.3.1 RUANG LINGKUP KEGIATAN ... 5

1.3.2 Ruang Lingkup Wilayah ... 7

1.4 JANGKA WAKTU PELAKSANAAN PEKERJAAN ... 7

B A B 1

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Daya tarik aktivitas perkotaan dan tuntutan kehidupan yang semakin tinggi akan selalu menarik pergerakan penduduk dari kawasan sekitarnya maupun kawasan perdesaan untuk berpindah dan beraktivitas di kawasan perkotaan. Sejumlah kajian memperkirakan jumlah penduduk perkotaan pada akhir 2025 akan mencapai mendekati 60% dari total jumlah penduduk Indonesia. Keadaan ini akan diikuti oleh meningkatnya kebutuhan akan permukiman dan infrastruktur pelayanan perkotaan.

Akibat dari peningkatan pertumbuhan penduduk dan aktivitas di perkotaan akan memicu bertambahnya luas kawasan perkotaan secara menerus dan akan menekan ruang

akan mengubah karakter kawasan non permukiman menjadi kawasan permukiman perkotaan yang cenderung tidak terkontrol dan akan membebani daya dukung kawasan bersangkutan. Keadaan tersebut belum dapat diimbangi oleh kemampuan pemerintah menyediakan jaringan infrastruktur pelayanan perkotaan.

Terjadinya perkembangan aktivitas dan pergerakan penduduk di perkotaan yang tidak diimbangi dengan penyelenggaraan pembangunan perkotaan yang terencana dan terintegrasi semakin memicu meningkatnya permasalahan perkotaan, terutama pada kawasan permukiman dengan tidak tepenuhinya standar pelayanan minimal.

Dengan mencermati hal tersebut, perkembangan kota merupakan sesuatu hal yang tidak dapat dihindari, sekaligus merupakan tantangan utama bagi pemangku kepentingan kota untuk dapat menyusun suatu strategi khusus perkotaan sebagai langkah operasional perencanaan pembangunan kota sesuai dengan visi dan misi kota secara lebih adaptif, antisipatif dan implementatif.

UU No. 26 tahun 2007 tentang penataan ruang mengamanatkan bahwa pemerintah kota/ kabupaten mempunyai tugas melaksanaan pembinaan terhadap pemanfaatan ruang sesuai dengan rencana tata ruangnya. Pemerintah Daerah kini dituntut untuk dapat menyiapkan diri dengan instrumen yang integral dan komprehensif untuk menghadapi tantangan tersebut. Pemerintah Daerah bertanggung jawab untuk menyusun sendiri Rencana Tata Ruang Wilayahnya (RTRW) yang di dalamnya diharapkan sudah tercantum strategi arahan kebijakan pemanfaatan ruang yang terintegrasi dan seimbang sesuai dengan daya dukung yang dimilikinya.

Untuk merealisasikan wujud ruang sebagaimana yang direncanakan dalam dokumen RTRW, Pemerintah Daerah pun wajib memiliki dokumen pembangunan baik jangka panjang maupun jangka menengah. Karenanya, adanya sinergisasi antara perencanaan tata ruang (spatial plan) dan perencanaan pembangunan (development plan) sangat dituntut dalam rangka kemudahan implementasi kegiatan.

Dalam UU No. 32 tahun 2004 tentang pemerintah daerah, diamanatkan kepada pemerintah daerah bertanggung jawab dalam hal kewenangannya untuk mengatur perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian pembangunan di wilayah kewenangannya, agar penyelenggaraan pembangunan perkotaan dapat berjalan lebih sinergis, integratif, efisien dan efektif.

Namun kenyataan yang terjadi menunjukkan bahwa pada pelaksanaan di lapangan, khususnya dalam pelaksanaan pembangunan permukiman dan infrastruktur perkotaan, masih banyak kendala yang harus dihadapi oleh pemerintah daerah, antara lain:

 Belum tersedianya strategi khusus untuk pembangunan permukiman dan infrastruktur perkotaan yang terintegrasi dengan penataan ruang dan perencanaan pembangunan kota secara keseluruhan.

 Tuntutan yang tinggi terhadap kebutuhan permukiman dan infrastruktur perkotaan seringkali belum didukung dengan suatu kebijakan dan strategi pembangunan yang memadai, matang, dan berskala kota.

 Masih seringnya terjadi tumpang tindih kebijakan dan strategi penanganan persoalan pembangunan permukiman dan infrastruktur perkotaan pada tingkat operasional (kabupaten/kota).

 Kebijakan dan strategi pembangunan permukiman dan infrastruktur perkotaan seringkali bersifat sesaat (responsif), sektoral, serta berorientasi pada ketersediaan program atau proyek pendukung.

 Meskipun setiap kabupaten/kota telah menyusun dokumen Rencana Program dan Investasi Jangka Menengah (RPIJM), namun belum terlihat strategi dan kebijakan yang dijadikan sebagai landasan berpijak, dengan pihak-pihak mana saja pemerintah dapat bekerja sama, bagaimana strategi pembiayaan pembangunannya dan bagaimana pengorganisasian program terkait dengan relasi fungsional dan strukturalnya.

Berdasarkan hal tersebut, perlu disiapkan strategi yang berskala kota dan terintegrasi antar sektor pembangunan dengan pendekatan holistik yang mensinergikan perencanaan spasial dan perencanaan pembangunan khususnya dalam bidang pembangunan permukiman dan infrastruktur perkotaan yang dinamakan Strategi Pembangunan Permukiman Dan Infrastruktur Permukiman Perkotaan (SPPIP). Sehingga pada akhirnya strategi ini dapat menjadi acuan bagi pemerintah daerah dalam menetapkan prioritas pembangunan daerah perkotaan, yang diharapkan dapat membantu mengoptimalkan alokasi dana pembangunan secara akurat dan rasional. Selain sebagai acuan bagi pemerintah daerah, dokumen SPPIP ini juga dapat menjadi acuan bagi pemangku kepentingan lain sebagai pelaksana pembangunan kota.

Perencanaan pembangunan yang dimaksud, secara umum, tidak hanya mengedepankan proses teknis namun juga proses pembelajaran. Untuk itu, dalam penyusunan SPPIP ini sangat diutamakan proses duduk bersama para pemangku kepentingan kota khususnya para eksekutif di daerah untuk merumuskan dan menyepakati bersama mengenai strategi dan program yang akan disusun sehingga terbangun proses pembelajaran dalam merencanakan pembangunan yang lebih populis dan humanis serta

rasa memiliki terhadap perencanaan yang disusun. Dengan demikian Pemerintah Daerah pun dapat lebih memiliki legitimasi secara politik, demokrasi dan transparan di wilayahnya.

Untuk mendorong tersedianya dokumen strategi pembangunan permukiman dan infrastruktur perkotaan yang disusun dan disepakati pemangku kepentingan kota, maka Direktorat Jenderal Cipta Karya, Kementerian Pekerjaan Umum bermaksud memberikan dukungan dalam bentuk pembinaan teknis yang bersifat pendampingan dan peningkatan serta penguatan kapasitas bagi Pemerintah Daerah dan pemangku kepentingan untuk melaksanakan penyusunan Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan (SPPIP).

Untuk melaksanakan kebijakan Direktorat Jenderal Cipta Karya dalam mendukung pembangunan di daerah melalui pemanfaatan dana APBN, maka SPPIP sebagai strategi pembangunan dengan program investasi bidang Cipta Karya akan menjadi acuan bagi pengalokasian dukungan tersebut selain dokumen RPIJM yang tentunya sudah mengacu pada SPPIP yang sudah disusun.

1.2 MAKSUD, TUJUAN, DAN SASARAN 1.2.1 MAKSUD

Tersedianya dokumen SPPIP bagi pemerintah kota/ kabupaten, sebagai acuan dalam melaksanakan pembangunan permukiman dan infrastruktur perkotaannya.

1.2.2 TUJUAN

Terfasilitasinya pemangku kepentingan kota/ kabupaten dalam melaksanakan penyusunan dan menghasilkan dokumen SPPIP melalui proses diskusi untuk mencapai kesepakatan strategi pembangunan yang terintegrasi dan berkesinambungan sebagai acuan pembangunan kota/kabupaten bersangkutan.

1.2.3 SASARAN

Dalam rangka mencapai tujuan dari kegiatan ini, maka dalam pelaksanaanya harus dapat melalui beberapa sasaran sebagai berikut:

1. Tersosialisasikannya konsep penyelenggaraan pembangunan perkotaan dan peran strategi pembangunan permukiman dan infrastruktur perkotaan;

2. Terjadinya kerjasama yang berkesinambungan antara tim konsultan pendamping, pokjanis, tim teknis Propinsi dan pihak satker melalui konsolidasi persiapan pelaksanaan penyusunan SPPIP;

3. Terbangunnya pemahaman oleh semua pemangku kepentingan kota/kabupaten terhadap seluruh dokumen perencanaan yang dimiliki oleh wilayahnya dan relasi fungsionalnya dengan dokumen perencanaan di level makro di atasnya;

4. Teridentifikasikannya arah, tujuan dan sasaran pembangunan permukiman dalam mendukung arah pembangunan perkotaan sebagai penerjemahan visi dan misi kabupaten/kota, dengan memperhatikan pertimbangan potensi, peluang, permasalahan dan tantangan yang dimiliki wilayah perkotaan;

5. Terjadinya penguatan kepedulian dan peningkatan kapasitas pemangku kepentingan kota/ kabupaten dalam setiap proses yang dilalui dalam penyusunan SPPIP;

6. Terbangunnya kesepakatan dan mufakat yang mengutamakan asas manfaat dan kepentingan bersama dalam penentuan setiap proses penentuan kriteria, indikator dan penetapan kawasan strategis yang menjadi prioritas penanganan; 7. Terjadinya interaksi dan keterlibatan komponen-komponen masyarakat dalam

proses penyusunan strategi dan program pembangunan permukiman dan infrastruktur perkotaan melalui penyelenggaraan konsultasi publik;

8. Terwujudnya pemahaman yang baik oleh semua pemangku kepentingan kota/kabupaten tentang strategi pembangunan permukiman dan infrastruktur perkotaan sebagai acuan dalam pelaksanaan pembangunan kota/kabupaten; 9. Terbangunnya koordinasi antar pemangku kepentingan kota dan propinsi,

tersusunnya sinkronisasi program dan kegiatan pembangunan kota, sebagai acuan pelaksanaan pembangunan yang optimal sesuai sumber daya dan sumber dana yang dimiliki wilayah;

1.3 RUANG LINGKUP

1.3.1 RUANG LINGKUP KEGIATAN

Dokumen terkait