• Tidak ada hasil yang ditemukan

KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA"

Copied!
296
0
0

Teks penuh

(1)

KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM

DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA

PK. PEMBINAAN TEKNIS PENGEMBANGAN PERMUKIMAN

SATUAN KERJA PENGEMBANGAN KAWASAN PERMUKIMAN PROVINSI NTB Jalan Semanggi Nomor 05 Telp. (0370) 636557, (0370) 627046 Mataram 83127

S P P I P

Strategi Pembangunan Permukiman &

Infrastruktur Perkotaan

Kabupaten Lombok Tengah

KEGIATAN PENYUSUNAN

(2)

B A B

1

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Daya tarik aktivitas perkotaan dan tuntutan kehidupan yang semakin tinggi akan selalu menarik pergerakan penduduk dari kawasan sekitarnya maupun kawasan perdesaan untuk berpindah dan beraktivitas di kawasan perkotaan. Sejumlah kajian memperkirakan jumlah penduduk perkotaan pada akhir 2025 akan mencapai mendekati 60% dari total jumlah penduduk Indonesia. Keadaan ini akan diikuti oleh meningkatnya kebutuhan akan permukiman dan infrastruktur pelayanan perkotaan.

Akibat dari peningkatan pertumbuhan penduduk dan aktivitas di perkotaan akan memicu bertambahnya luas kawasan perkotaan secara menerus dan akan menekan ruang penyangga maupun ruang produktif di kawasan perdesaan. Fenomena perubahan tersebut akan mengubah karakter kawasan non permukiman menjadi kawasan permukiman

(3)

perkotaan yang cenderung tidak terkontrol dan akan membebani daya dukung kawasan bersangkutan. Keadaan tersebut belum dapat diimbangi oleh kemampuan pemerintah menyediakan jaringan infrastruktur pelayanan perkotaan.

Terjadinya perkembangan aktivitas dan pergerakan penduduk di perkotaan yang tidak diimbangi dengan penyelenggaraan pembangunan perkotaan yang terencana dan terintegrasi semakin memicu meningkatnya permasalahan perkotaan, terutama pada kawasan permukiman dengan tidak tepenuhinya standar pelayanan minimal.

Dengan mencermati hal tersebut, perkembangan kota merupakan sesuatu hal yang tidak dapat dihindari, sekaligus merupakan tantangan utama bagi pemangku kepentingan kota untuk dapat menyusun suatu strategi khusus perkotaan sebagai langkah operasional perencanaan pembangunan kota sesuai dengan visi dan misi kota secara lebih adaptif, antisipatif dan implementatif.

UU No. 26 tahun 2007 tentang penataan ruang mengamanatkan bahwa pemerintah kota/ kabupaten mempunyai tugas melaksanaan pembinaan terhadap pemanfaatan ruang sesuai dengan rencana tata ruangnya. Pemerintah Daerah kini dituntut untuk dapat menyiapkan diri dengan instrumen yang integral dan komprehensif untuk menghadapi tantangan tersebut. Pemerintah Daerah bertanggung jawab untuk menyusun sendiri Rencana Tata Ruang Wilayahnya (RTRW) yang di dalamnya diharapkan sudah tercantum strategi arahan kebijakan pemanfaatan ruang yang terintegrasi dan seimbang sesuai dengan daya dukung yang dimilikinya.

Untuk merealisasikan wujud ruang sebagaimana yang direncanakan dalam dokumen RTRW, Pemerintah Daerah pun wajib memiliki dokumen pembangunan baik jangka panjang maupun jangka menengah. Karenanya, adanya sinergisasi antara perencanaan tata ruang (spatial plan) dan perencanaan pembangunan (development plan) sangat dituntut dalam rangka kemudahan implementasi kegiatan.

Dalam UU No. 32 tahun 2004 tentang pemerintah daerah, diamanatkan kepada pemerintah daerah bertanggung jawab dalam hal kewenangannya untuk mengatur perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian pembangunan di wilayah kewenangannya, agar penyelenggaraan pembangunan perkotaan dapat berjalan lebih sinergis, integratif, efisien dan efektif.

Namun kenyataan yang terjadi menunjukkan bahwa pada pelaksanaan di lapangan, khususnya dalam pelaksanaan pembangunan permukiman dan infrastruktur perkotaan, masih banyak kendala yang harus dihadapi oleh pemerintah daerah, antara lain:

 Belum tersedianya strategi khusus untuk pembangunan permukiman dan infrastruktur perkotaan yang terintegrasi dengan penataan ruang dan perencanaan pembangunan kota secara keseluruhan.

(4)

 Tuntutan yang tinggi terhadap kebutuhan permukiman dan infrastruktur perkotaan seringkali belum didukung dengan suatu kebijakan dan strategi pembangunan yang memadai, matang, dan berskala kota.

 Masih seringnya terjadi tumpang tindih kebijakan dan strategi penanganan persoalan pembangunan permukiman dan infrastruktur perkotaan pada tingkat operasional (kabupaten/kota).

 Kebijakan dan strategi pembangunan permukiman dan infrastruktur perkotaan seringkali bersifat sesaat (responsif), sektoral, serta berorientasi pada

ketersediaan program atau proyek pendukung.

 Meskipun setiap kabupaten/kota telah menyusun dokumen Rencana Program dan Investasi Jangka Menengah (RPIJM), namun belum terlihat strategi dan kebijakan yang dijadikan sebagai landasan berpijak, dengan pihak-pihak mana saja pemerintah dapat bekerja sama, bagaimana strategi pembiayaan pembangunannya dan bagaimana pengorganisasian program terkait dengan relasi fungsional dan strukturalnya.

Berdasarkan hal tersebut, perlu disiapkan strategi yang berskala kota dan terintegrasi antar sektor pembangunan dengan pendekatan holistik yang mensinergikan perencanaan spasial dan perencanaan pembangunan khususnya dalam bidang pembangunan permukiman dan infrastruktur perkotaan yang dinamakan Strategi Pembangunan Permukiman Dan Infrastruktur Permukiman Perkotaan (SPPIP). Sehingga pada akhirnya strategi ini dapat menjadi acuan bagi pemerintah daerah dalam menetapkan prioritas pembangunan daerah perkotaan, yang diharapkan dapat membantu mengoptimalkan alokasi dana pembangunan secara akurat dan rasional. Selain sebagai acuan bagi pemerintah daerah, dokumen SPPIP ini juga dapat menjadi acuan bagi pemangku kepentingan lain sebagai pelaksana pembangunan kota.

Perencanaan pembangunan yang dimaksud, secara umum, tidak hanya mengedepankan proses teknis namun juga proses pembelajaran. Untuk itu, dalam penyusunan SPPIP ini sangat diutamakan proses duduk bersama para pemangku kepentingan kota khususnya para eksekutif di daerah untuk merumuskan dan menyepakati bersama mengenai strategi dan program yang akan disusun sehingga terbangun proses pembelajaran dalam merencanakan pembangunan yang lebih populis dan humanis serta rasa memiliki terhadap perencanaan yang disusun. Dengan demikian Pemerintah Daerah pun dapat lebih memiliki legitimasi secara politik, demokrasi dan transparan di wilayahnya.

(5)

Untuk mendorong tersedianya dokumen strategi pembangunan permukiman dan infrastruktur perkotaan yang disusun dan disepakati pemangku kepentingan kota, maka Direktorat Jenderal Cipta Karya, Kementerian Pekerjaan Umum bermaksud memberikan dukungan dalam bentuk pembinaan teknis yang bersifat pendampingan dan peningkatan serta penguatan kapasitas bagi Pemerintah Daerah dan pemangku kepentingan untuk melaksanakan penyusunan Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan (SPPIP).

Untuk melaksanakan kebijakan Direktorat Jenderal Cipta Karya dalam mendukung pembangunan di daerah melalui pemanfaatan dana APBN, maka SPPIP sebagai strategi pembangunan dengan program investasi bidang Cipta Karya akan menjadi acuan bagi pengalokasian dukungan tersebut selain dokumen RPIJM yang tentunya sudah mengacu pada SPPIP yang sudah disusun.

1.2 MAKSUD, TUJUAN, DAN SASARAN 1.2.1 MAKSUD

Tersedianya dokumen SPPIP bagi pemerintah kota/ kabupaten, sebagai acuan dalam melaksanakan pembangunan permukiman dan infrastruktur perkotaannya.

1.2.2 TUJUAN

Terfasilitasinya pemangku kepentingan kota/ kabupaten dalam melaksanakan penyusunan dan menghasilkan dokumen SPPIP melalui proses diskusi untuk mencapai kesepakatan strategi pembangunan yang terintegrasi dan berkesinambungan sebagai acuan pembangunan kota/kabupaten bersangkutan.

1.2.3 SASARAN

Dalam rangka mencapai tujuan dari kegiatan ini, maka dalam pelaksanaanya harus dapat melalui beberapa sasaran sebagai berikut:

1. Tersosialisasikannya konsep penyelenggaraan pembangunan perkotaan dan peran strategi pembangunan permukiman dan infrastruktur perkotaan;

2. Terjadinya kerjasama yang berkesinambungan antara tim konsultan

pendamping, pokjanis, tim teknis Propinsi dan pihak satker melalui konsolidasi persiapan pelaksanaan penyusunan SPPIP;

3. Terbangunnya pemahaman oleh semua pemangku kepentingan kota/kabupaten terhadap seluruh dokumen perencanaan yang dimiliki oleh wilayahnya dan relasi fungsionalnya dengan dokumen perencanaan di level makro di atasnya;

4. Teridentifikasikannya arah, tujuan dan sasaran pembangunan permukiman dalam mendukung arah pembangunan perkotaan sebagai penerjemahan visi dan

(6)

misi kabupaten/kota, dengan memperhatikan pertimbangan potensi, peluang, permasalahan dan tantangan yang dimiliki wilayah perkotaan;

5. Terjadinya penguatan kepedulian dan peningkatan kapasitas pemangku kepentingan kota/ kabupaten dalam setiap proses yang dilalui dalam penyusunan SPPIP;

6. Terbangunnya kesepakatan dan mufakat yang mengutamakan asas manfaat dan kepentingan bersama dalam penentuan setiap proses penentuan kriteria, indikator dan penetapan kawasan strategis yang menjadi prioritas penanganan; 7. Terjadinya interaksi dan keterlibatan komponen-komponen masyarakat dalam

proses penyusunan strategi dan program pembangunan permukiman dan infrastruktur perkotaan melalui penyelenggaraan konsultasi publik;

8. Terwujudnya pemahaman yang baik oleh semua pemangku kepentingan kota/kabupaten tentang strategi pembangunan permukiman dan infrastruktur perkotaan sebagai acuan dalam pelaksanaan pembangunan kota/kabupaten; 9. Terbangunnya koordinasi antar pemangku kepentingan kota dan propinsi,

tersusunnya sinkronisasi program dan kegiatan pembangunan kota, sebagai acuan pelaksanaan pembangunan yang optimal sesuai sumber daya dan sumber dana yang dimiliki wilayah;

1.3 RUANG LINGKUP

1.3.1 RUANG LINGKUP KEGIATAN

Pelaksanaan kegiatan ini dilakukan dengan rangkaian lingkup kegiatan sebagai berikut:

1. Melakukan konsolidasi dengan semua pemangku kepentingan dalam proses penyamaan tujuan dan rencana kerja penyusunan dokumen SPPIP (minimal melibatkan tim Tenaga Ahli, Pokjanis, Tim Teknis Provinsi, seluruh Satker Provinsi bidang Cipta Karya, perwakilan Koordinator Pusat/ Koordinator Wilayah SPPIP).

2. Menyiapkan bahan bagi pemangku kepentingan untuk berperan aktif dalam mengikuti sosialisasi penyusunan SPPIP yang akan dikoordinasikan oleh tim pusat terkait kedudukan dan fungsi SPPIP dalam proses penyelenggaraan pembangunan kota.

3. Melakukan kajian terhadap kebijakan, strategi, dan program pembangunan daerah berdasarkan dokumen kebijakan terkait yang telah tersedia dan dijadikan acuan pelaksanaan pembangunan oleh Pemerintah Daerah.

(7)

4. Melakukan kajian terhadap isu-isu permukiman dan infrastruktur perkotaan, serta potensi, permasalahan, peluang dan tantangan yang akan dihadapi dalam pembangunan perkotaan dan permukiman perkotaannya.

5. Melaksanakan pra FGD bersama dengan Tim Teknis Provinsi, Satker terkait dan Pokjanis agar dapat tersedia bahan yang cukup matang untuk dibahas dan mendapatkan masukan/ kesepakatan dalam FGD yang akan dilakukan.

6. Menghasilkan indikasi arah pengembangan kota serta pembangunan permukiman dan infrastruktur permukiman perkotaan.

7. Bersama dengan pemangku kepentingan kota menghasilkan rumusan tujuan dan kebijakan pembangunan permukiman perkotaan berdasarkan visi dan misi kota/kabupaten yang telah disusun dan ditetapkan oleh pemerintah daerah terkait.

8. Bersama dengan pemangku kepentingan kota menghasilkan rumusan strategi pembangunan permukiman dan infrastruktur permukiman perkotaan.

9. Bersama dengan pemangku kepentingan menghasilkan:

 Rumusan kriteria dan indikator penentuan kawasan permukiman prioritas

 Profil kawasan permukiman prioritas

10. Bersama dengan pemangku kepentingan menghasilkan :

Analisis korelasi strategi pembangunan permukiman dan kebutuhan infrastruktur permukiman perkotaan dalam skema manajemen pembangunan perkotaan.

Analisis konsekuensi penerapan strategi terhadap penyusunan program pembangunan permukiman dan infrastruktur permukiman perkotaan.

Rumusan program pembangunan permukiman dan infrastruktur permukiman perkotaan (dalam skala kota dan skala kawasan) sebagai arahan investasi pembangunan permukiman dan infrastruktur perkotaan jangka menengah.

Analisis dampak penerapan program pembangunan permukiman dan infrastruktur permukiman perkotaan.

11. Menyiapkan laporan kemajuan dan capaian dalam proses penyusunan SPPIP sebagai bahan bagi Pokjanis untuk pemaparan dan pembahasan capaian kegiatan pada Kolokium SPPIP yang disampaikan pada kegiatan kolokium yang akan dikoordinasikan oleh tim pusat.

12. Memfasilitasi pemangku kepentingan dalam menyelenggarakan konsultasi publik untuk menjaring masukan terhadap rumusan strategi dan program pembangunan permukiman dan infrastruktur permukiman perkotaan.

(8)

13. Memfasilitasi Pokjanis dalam melaksanakan diseminasi hasil kesepakatan perumusan SPPIP kepada dinas/instansi terkait dan pemangku kepentingan lainnya di kota/kabupaten bersangkutan.

1.3.2 Ruang Lingkup Wilayah

Lingkup wilayah dari penyusunan Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan adalah Wilayah Kabupaten Lombok Tengah dengan batasan kawasan perkotaan ditentukan berdasarkan kesepakatan pemangku kepentingan dengan mempertimbangkan peran kota/ kabupaten bersangkutan dalam Rencana Tata Ruang Nasional dan Rencana Tata Ruang Wilayahnya.

1.4 JANGKA WAKTU PELAKSANAAN PEKERJAAN

Kegiatan Penyusunan SPPIP Kota/Kabupaten ini diselenggarakan dalam jangka waktu 7 (tujuh) bulan sejak SPMK diterbitkan.

1.5 KELUARAN YANG DIHASILKAN

Keluaran yang dihasilkan dalam kegiatan Penyusunan SPPIP Kabupaten/Kota pada dasarnya mencakup tiga hal, yaitu:

1. Dokumen Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan (SPPIP), yang memuat :

 Indikasi arah pengembangan kota serta pembangunan permukiman dan

infrastruktur permukiman perkotaan

 Rumusan kriteria dan indikator penentuan kawasan permukiman prioritas

 Profil hasil identifikasi Kawasan Permukiman prioritas

 Rumusan tujuan dan kebijakan pembangunan permukiman perkotaan

 Rumusan strategi pembangunan permukiman dan infrastruktur permukiman perkotaan

 Analisis korelasi strategi pembangunan permukiman dan kebutuhan

infrastruktur permukiman perkotaan dalam skema manajemen pembangunan perkotaan

 Analisis konsekuensi penerapan strategi terhadap penyusunan program pembangunan permukiman dan infrastruktur permukiman perkotaan.

 Rumusan program pembangunan permukiman dan infrastruktur permukiman

perkotaan (dalam skala kota dan skala kawasan) sebagai arahan investasi pembangunan permukiman dan infrastruktur perkotaan jangka menengah.

(9)

 Dokumen spasial terkait dengan strategi dan program pembangunan permukiman dan infrastruktur permukiman perkotaan.

2. 1 set album peta sebagai bagian tidak terpisahkan dari dokumen SPPIP, berisi dokumen spasial terkait dengan data, informasi, dan hasil strategi dalam skala 1 : 25.000 (skala kota) dan 1 : 5000 (skala kawasan prioritas)

3. Dokumen hasil rangkaian penyelenggaraan kegiatan sebagai bahan untuk proses pemberian kekuatan hukum terhadap strategi pembangunan permukiman dan infrastruktur perkotaan.

Dokumen SPPIP yang dihasilkan diperbanyak sekurang - kurangnya 10 (sepuluh) rangkap untuk disampaikan kepada Pokjanis, Pemberi Pekerjaan, Koordinator Wilayah dan Direktorat Jenderal Cipta Karya Kementerian PU.

B A B 1

... 1

PENDAHULUAN

... 1

1.1

LATAR BELAKANG

... 1

1.2

MAKSUD, TUJUAN, DAN SASARAN

... 4

1.2.1

MAKSUD

... 4

1.2.2

TUJUAN

... 4

1.2.3

SASARAN

... 4

1.3

RUANG LINGKUP

... 5

1.3.1

RUANG LINGKUP KEGIATAN

... 5

1.3.2

Ruang Lingkup Wilayah

... 7

(10)
(11)

B A B

1

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Daya tarik aktivitas perkotaan dan tuntutan kehidupan yang semakin tinggi akan selalu menarik pergerakan penduduk dari kawasan sekitarnya maupun kawasan perdesaan untuk berpindah dan beraktivitas di kawasan perkotaan. Sejumlah kajian memperkirakan jumlah penduduk perkotaan pada akhir 2025 akan mencapai mendekati 60% dari total jumlah penduduk Indonesia. Keadaan ini akan diikuti oleh meningkatnya kebutuhan akan permukiman dan infrastruktur pelayanan perkotaan.

Akibat dari peningkatan pertumbuhan penduduk dan aktivitas di perkotaan akan memicu bertambahnya luas kawasan perkotaan secara menerus dan akan menekan ruang penyangga maupun ruang produktif di kawasan perdesaan. Fenomena perubahan tersebut

(12)

akan mengubah karakter kawasan non permukiman menjadi kawasan permukiman perkotaan yang cenderung tidak terkontrol dan akan membebani daya dukung kawasan bersangkutan. Keadaan tersebut belum dapat diimbangi oleh kemampuan pemerintah menyediakan jaringan infrastruktur pelayanan perkotaan.

Terjadinya perkembangan aktivitas dan pergerakan penduduk di perkotaan yang tidak diimbangi dengan penyelenggaraan pembangunan perkotaan yang terencana dan terintegrasi semakin memicu meningkatnya permasalahan perkotaan, terutama pada kawasan permukiman dengan tidak tepenuhinya standar pelayanan minimal.

Dengan mencermati hal tersebut, perkembangan kota merupakan sesuatu hal yang tidak dapat dihindari, sekaligus merupakan tantangan utama bagi pemangku kepentingan kota untuk dapat menyusun suatu strategi khusus perkotaan sebagai langkah operasional perencanaan pembangunan kota sesuai dengan visi dan misi kota secara lebih adaptif, antisipatif dan implementatif.

UU No. 26 tahun 2007 tentang penataan ruang mengamanatkan bahwa pemerintah kota/ kabupaten mempunyai tugas melaksanaan pembinaan terhadap pemanfaatan ruang sesuai dengan rencana tata ruangnya. Pemerintah Daerah kini dituntut untuk dapat menyiapkan diri dengan instrumen yang integral dan komprehensif untuk menghadapi tantangan tersebut. Pemerintah Daerah bertanggung jawab untuk menyusun sendiri Rencana Tata Ruang Wilayahnya (RTRW) yang di dalamnya diharapkan sudah tercantum strategi arahan kebijakan pemanfaatan ruang yang terintegrasi dan seimbang sesuai dengan daya dukung yang dimilikinya.

Untuk merealisasikan wujud ruang sebagaimana yang direncanakan dalam dokumen RTRW, Pemerintah Daerah pun wajib memiliki dokumen pembangunan baik jangka panjang maupun jangka menengah. Karenanya, adanya sinergisasi antara perencanaan tata ruang (spatial plan) dan perencanaan pembangunan (development plan) sangat dituntut dalam rangka kemudahan implementasi kegiatan.

Dalam UU No. 32 tahun 2004 tentang pemerintah daerah, diamanatkan kepada pemerintah daerah bertanggung jawab dalam hal kewenangannya untuk mengatur perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian pembangunan di wilayah kewenangannya, agar penyelenggaraan pembangunan perkotaan dapat berjalan lebih sinergis, integratif, efisien dan efektif.

Namun kenyataan yang terjadi menunjukkan bahwa pada pelaksanaan di lapangan, khususnya dalam pelaksanaan pembangunan permukiman dan infrastruktur perkotaan, masih banyak kendala yang harus dihadapi oleh pemerintah daerah, antara lain:

(13)

 Belum tersedianya strategi khusus untuk pembangunan permukiman dan infrastruktur perkotaan yang terintegrasi dengan penataan ruang dan perencanaan pembangunan kota secara keseluruhan.

 Tuntutan yang tinggi terhadap kebutuhan permukiman dan infrastruktur perkotaan seringkali belum didukung dengan suatu kebijakan dan strategi pembangunan yang memadai, matang, dan berskala kota.

 Masih seringnya terjadi tumpang tindih kebijakan dan strategi penanganan persoalan pembangunan permukiman dan infrastruktur perkotaan pada tingkat operasional (kabupaten/kota).

 Kebijakan dan strategi pembangunan permukiman dan infrastruktur perkotaan seringkali bersifat sesaat (responsif), sektoral, serta berorientasi pada

ketersediaan program atau proyek pendukung.

 Meskipun setiap kabupaten/kota telah menyusun dokumen Rencana Program dan Investasi Jangka Menengah (RPIJM), namun belum terlihat strategi dan kebijakan yang dijadikan sebagai landasan berpijak, dengan pihak-pihak mana saja pemerintah dapat bekerja sama, bagaimana strategi pembiayaan pembangunannya dan bagaimana pengorganisasian program terkait dengan relasi fungsional dan strukturalnya.

Berdasarkan hal tersebut, perlu disiapkan strategi yang berskala kota dan terintegrasi antar sektor pembangunan dengan pendekatan holistik yang mensinergikan perencanaan spasial dan perencanaan pembangunan khususnya dalam bidang pembangunan permukiman dan infrastruktur perkotaan yang dinamakan Strategi Pembangunan Permukiman Dan Infrastruktur Permukiman Perkotaan (SPPIP). Sehingga pada akhirnya strategi ini dapat menjadi acuan bagi pemerintah daerah dalam menetapkan prioritas pembangunan daerah perkotaan, yang diharapkan dapat membantu mengoptimalkan alokasi dana pembangunan secara akurat dan rasional. Selain sebagai acuan bagi pemerintah daerah, dokumen SPPIP ini juga dapat menjadi acuan bagi pemangku kepentingan lain sebagai pelaksana pembangunan kota.

Perencanaan pembangunan yang dimaksud, secara umum, tidak hanya mengedepankan proses teknis namun juga proses pembelajaran. Untuk itu, dalam penyusunan SPPIP ini sangat diutamakan proses duduk bersama para pemangku kepentingan kota khususnya para eksekutif di daerah untuk merumuskan dan menyepakati bersama mengenai strategi dan program yang akan disusun sehingga terbangun proses pembelajaran dalam merencanakan pembangunan yang lebih populis dan humanis serta

(14)

rasa memiliki terhadap perencanaan yang disusun. Dengan demikian Pemerintah Daerah pun dapat lebih memiliki legitimasi secara politik, demokrasi dan transparan di wilayahnya.

Untuk mendorong tersedianya dokumen strategi pembangunan permukiman dan infrastruktur perkotaan yang disusun dan disepakati pemangku kepentingan kota, maka Direktorat Jenderal Cipta Karya, Kementerian Pekerjaan Umum bermaksud memberikan dukungan dalam bentuk pembinaan teknis yang bersifat pendampingan dan peningkatan serta penguatan kapasitas bagi Pemerintah Daerah dan pemangku kepentingan untuk melaksanakan penyusunan Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan (SPPIP).

Untuk melaksanakan kebijakan Direktorat Jenderal Cipta Karya dalam mendukung pembangunan di daerah melalui pemanfaatan dana APBN, maka SPPIP sebagai strategi pembangunan dengan program investasi bidang Cipta Karya akan menjadi acuan bagi pengalokasian dukungan tersebut selain dokumen RPIJM yang tentunya sudah mengacu pada SPPIP yang sudah disusun.

1.2 MAKSUD, TUJUAN, DAN SASARAN 1.2.1 MAKSUD

Tersedianya dokumen SPPIP bagi pemerintah kota/ kabupaten, sebagai acuan dalam melaksanakan pembangunan permukiman dan infrastruktur perkotaannya.

1.2.2 TUJUAN

Terfasilitasinya pemangku kepentingan kota/ kabupaten dalam melaksanakan penyusunan dan menghasilkan dokumen SPPIP melalui proses diskusi untuk mencapai kesepakatan strategi pembangunan yang terintegrasi dan berkesinambungan sebagai acuan pembangunan kota/kabupaten bersangkutan.

1.2.3 SASARAN

Dalam rangka mencapai tujuan dari kegiatan ini, maka dalam pelaksanaanya harus dapat melalui beberapa sasaran sebagai berikut:

1. Tersosialisasikannya konsep penyelenggaraan pembangunan perkotaan dan peran strategi pembangunan permukiman dan infrastruktur perkotaan;

2. Terjadinya kerjasama yang berkesinambungan antara tim konsultan

pendamping, pokjanis, tim teknis Propinsi dan pihak satker melalui konsolidasi persiapan pelaksanaan penyusunan SPPIP;

(15)

3. Terbangunnya pemahaman oleh semua pemangku kepentingan kota/kabupaten terhadap seluruh dokumen perencanaan yang dimiliki oleh wilayahnya dan relasi fungsionalnya dengan dokumen perencanaan di level makro di atasnya;

4. Teridentifikasikannya arah, tujuan dan sasaran pembangunan permukiman dalam mendukung arah pembangunan perkotaan sebagai penerjemahan visi dan misi kabupaten/kota, dengan memperhatikan pertimbangan potensi, peluang, permasalahan dan tantangan yang dimiliki wilayah perkotaan;

5. Terjadinya penguatan kepedulian dan peningkatan kapasitas pemangku kepentingan kota/ kabupaten dalam setiap proses yang dilalui dalam penyusunan SPPIP;

6. Terbangunnya kesepakatan dan mufakat yang mengutamakan asas manfaat dan kepentingan bersama dalam penentuan setiap proses penentuan kriteria, indikator dan penetapan kawasan strategis yang menjadi prioritas penanganan; 7. Terjadinya interaksi dan keterlibatan komponen-komponen masyarakat dalam

proses penyusunan strategi dan program pembangunan permukiman dan infrastruktur perkotaan melalui penyelenggaraan konsultasi publik;

8. Terwujudnya pemahaman yang baik oleh semua pemangku kepentingan kota/kabupaten tentang strategi pembangunan permukiman dan infrastruktur perkotaan sebagai acuan dalam pelaksanaan pembangunan kota/kabupaten; 9. Terbangunnya koordinasi antar pemangku kepentingan kota dan propinsi,

tersusunnya sinkronisasi program dan kegiatan pembangunan kota, sebagai acuan pelaksanaan pembangunan yang optimal sesuai sumber daya dan sumber dana yang dimiliki wilayah;

1.3 RUANG LINGKUP

1.3.1 RUANG LINGKUP KEGIATAN

Pelaksanaan kegiatan ini dilakukan dengan rangkaian lingkup kegiatan sebagai berikut:

1. Melakukan konsolidasi dengan semua pemangku kepentingan dalam proses penyamaan tujuan dan rencana kerja penyusunan dokumen SPPIP (minimal melibatkan tim Tenaga Ahli, Pokjanis, Tim Teknis Provinsi, seluruh Satker Provinsi bidang Cipta Karya, perwakilan Koordinator Pusat/ Koordinator Wilayah SPPIP).

2. Menyiapkan bahan bagi pemangku kepentingan untuk berperan aktif dalam mengikuti sosialisasi penyusunan SPPIP yang akan dikoordinasikan oleh tim

(16)

pusat terkait kedudukan dan fungsi SPPIP dalam proses penyelenggaraan pembangunan kota.

3. Melakukan kajian terhadap kebijakan, strategi, dan program pembangunan daerah berdasarkan dokumen kebijakan terkait yang telah tersedia dan dijadikan acuan pelaksanaan pembangunan oleh Pemerintah Daerah.

4. Melakukan kajian terhadap isu-isu permukiman dan infrastruktur perkotaan, serta potensi, permasalahan, peluang dan tantangan yang akan dihadapi dalam pembangunan perkotaan dan permukiman perkotaannya.

5. Melaksanakan pra FGD bersama dengan Tim Teknis Provinsi, Satker terkait dan Pokjanis agar dapat tersedia bahan yang cukup matang untuk dibahas dan mendapatkan masukan/ kesepakatan dalam FGD yang akan dilakukan.

6. Menghasilkan indikasi arah pengembangan kota serta pembangunan permukiman dan infrastruktur permukiman perkotaan.

7. Bersama dengan pemangku kepentingan kota menghasilkan rumusan tujuan dan kebijakan pembangunan permukiman perkotaan berdasarkan visi dan misi kota/kabupaten yang telah disusun dan ditetapkan oleh pemerintah daerah terkait.

8. Bersama dengan pemangku kepentingan kota menghasilkan rumusan strategi pembangunan permukiman dan infrastruktur permukiman perkotaan.

9. Bersama dengan pemangku kepentingan menghasilkan:

 Rumusan kriteria dan indikator penentuan kawasan permukiman prioritas

 Profil kawasan permukiman prioritas

10. Bersama dengan pemangku kepentingan menghasilkan :

Analisis korelasi strategi pembangunan permukiman dan kebutuhan infrastruktur permukiman perkotaan dalam skema manajemen pembangunan perkotaan.

Analisis konsekuensi penerapan strategi terhadap penyusunan program pembangunan permukiman dan infrastruktur permukiman perkotaan.

Rumusan program pembangunan permukiman dan infrastruktur permukiman perkotaan (dalam skala kota dan skala kawasan) sebagai arahan investasi pembangunan permukiman dan infrastruktur perkotaan jangka menengah.

Analisis dampak penerapan program pembangunan permukiman dan infrastruktur permukiman perkotaan.

(17)

11. Menyiapkan laporan kemajuan dan capaian dalam proses penyusunan SPPIP sebagai bahan bagi Pokjanis untuk pemaparan dan pembahasan capaian kegiatan pada Kolokium SPPIP yang disampaikan pada kegiatan kolokium yang akan dikoordinasikan oleh tim pusat.

12. Memfasilitasi pemangku kepentingan dalam menyelenggarakan konsultasi publik untuk menjaring masukan terhadap rumusan strategi dan program pembangunan permukiman dan infrastruktur permukiman perkotaan.

13. Memfasilitasi Pokjanis dalam melaksanakan diseminasi hasil kesepakatan perumusan SPPIP kepada dinas/instansi terkait dan pemangku kepentingan lainnya di kota/kabupaten bersangkutan.

1.3.2 Ruang Lingkup Wilayah

Lingkup wilayah dari penyusunan Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan adalah Wilayah Kabupaten Lombok Tengah dengan batasan kawasan perkotaan ditentukan berdasarkan kesepakatan pemangku kepentingan dengan mempertimbangkan peran kota/ kabupaten bersangkutan dalam Rencana Tata Ruang Nasional dan Rencana Tata Ruang Wilayahnya.

1.4 JANGKA WAKTU PELAKSANAAN PEKERJAAN

Kegiatan Penyusunan SPPIP Kota/Kabupaten ini diselenggarakan dalam jangka waktu 7 (tujuh) bulan sejak SPMK diterbitkan.

1.5 KELUARAN YANG DIHASILKAN

Keluaran yang dihasilkan dalam kegiatan Penyusunan SPPIP Kabupaten/Kota pada dasarnya mencakup tiga hal, yaitu:

1. Dokumen Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan (SPPIP), yang memuat :

 Indikasi arah pengembangan kota serta pembangunan permukiman dan

infrastruktur permukiman perkotaan

 Rumusan kriteria dan indikator penentuan kawasan permukiman prioritas

 Profil hasil identifikasi Kawasan Permukiman prioritas

 Rumusan tujuan dan kebijakan pembangunan permukiman perkotaan

 Rumusan strategi pembangunan permukiman dan infrastruktur permukiman perkotaan

(18)

 Analisis korelasi strategi pembangunan permukiman dan kebutuhan infrastruktur permukiman perkotaan dalam skema manajemen pembangunan perkotaan

 Analisis konsekuensi penerapan strategi terhadap penyusunan program pembangunan permukiman dan infrastruktur permukiman perkotaan.

 Rumusan program pembangunan permukiman dan infrastruktur permukiman

perkotaan (dalam skala kota dan skala kawasan) sebagai arahan investasi pembangunan permukiman dan infrastruktur perkotaan jangka menengah.

 Analisis dampak penerapan program pembangunan permukiman dan

infrastruktur permukiman perkotaan.

 Dokumen spasial terkait dengan strategi dan program pembangunan

permukiman dan infrastruktur permukiman perkotaan.

2. 1 set album peta sebagai bagian tidak terpisahkan dari dokumen SPPIP, berisi dokumen spasial terkait dengan data, informasi, dan hasil strategi dalam skala 1 : 25.000 (skala kota) dan 1 : 5000 (skala kawasan prioritas)

3. Dokumen hasil rangkaian penyelenggaraan kegiatan sebagai bahan untuk proses pemberian kekuatan hukum terhadap strategi pembangunan permukiman dan infrastruktur perkotaan.

Dokumen SPPIP yang dihasilkan diperbanyak sekurang - kurangnya 10 (sepuluh) rangkap untuk disampaikan kepada Pokjanis, Pemberi Pekerjaan, Koordinator Wilayah dan Direktorat Jenderal Cipta Karya Kementerian PU.

(19)

B A B 1

... 1

PENDAHULUAN

... 1

1.1

LATAR BELAKANG

... 1

1.2

MAKSUD, TUJUAN, DAN SASARAN

... 4

1.2.1

MAKSUD

... 4

1.2.2

TUJUAN

... 4

1.2.3

SASARAN

... 4

1.3

RUANG LINGKUP

... 5

1.3.1

RUANG LINGKUP KEGIATAN

... 5

1.3.2

Ruang Lingkup Wilayah

... 7

1.4

JANGKA WAKTU PELAKSANAAN PEKERJAAN

... 7

(20)

B A B

1

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Daya tarik aktivitas perkotaan dan tuntutan kehidupan yang semakin tinggi akan selalu menarik pergerakan penduduk dari kawasan sekitarnya maupun kawasan perdesaan untuk berpindah dan beraktivitas di kawasan perkotaan. Sejumlah kajian memperkirakan jumlah penduduk perkotaan pada akhir 2025 akan mencapai mendekati 60% dari total jumlah penduduk Indonesia. Keadaan ini akan diikuti oleh meningkatnya kebutuhan akan permukiman dan infrastruktur pelayanan perkotaan.

Akibat dari peningkatan pertumbuhan penduduk dan aktivitas di perkotaan akan memicu bertambahnya luas kawasan perkotaan secara menerus dan akan menekan ruang

(21)

akan mengubah karakter kawasan non permukiman menjadi kawasan permukiman perkotaan yang cenderung tidak terkontrol dan akan membebani daya dukung kawasan bersangkutan. Keadaan tersebut belum dapat diimbangi oleh kemampuan pemerintah menyediakan jaringan infrastruktur pelayanan perkotaan.

Terjadinya perkembangan aktivitas dan pergerakan penduduk di perkotaan yang tidak diimbangi dengan penyelenggaraan pembangunan perkotaan yang terencana dan terintegrasi semakin memicu meningkatnya permasalahan perkotaan, terutama pada kawasan permukiman dengan tidak tepenuhinya standar pelayanan minimal.

Dengan mencermati hal tersebut, perkembangan kota merupakan sesuatu hal yang tidak dapat dihindari, sekaligus merupakan tantangan utama bagi pemangku kepentingan kota untuk dapat menyusun suatu strategi khusus perkotaan sebagai langkah operasional perencanaan pembangunan kota sesuai dengan visi dan misi kota secara lebih adaptif, antisipatif dan implementatif.

UU No. 26 tahun 2007 tentang penataan ruang mengamanatkan bahwa pemerintah kota/ kabupaten mempunyai tugas melaksanaan pembinaan terhadap pemanfaatan ruang sesuai dengan rencana tata ruangnya. Pemerintah Daerah kini dituntut untuk dapat menyiapkan diri dengan instrumen yang integral dan komprehensif untuk menghadapi tantangan tersebut. Pemerintah Daerah bertanggung jawab untuk menyusun sendiri Rencana Tata Ruang Wilayahnya (RTRW) yang di dalamnya diharapkan sudah tercantum strategi arahan kebijakan pemanfaatan ruang yang terintegrasi dan seimbang sesuai dengan daya dukung yang dimilikinya.

Untuk merealisasikan wujud ruang sebagaimana yang direncanakan dalam dokumen RTRW, Pemerintah Daerah pun wajib memiliki dokumen pembangunan baik jangka panjang maupun jangka menengah. Karenanya, adanya sinergisasi antara perencanaan tata ruang (spatial plan) dan perencanaan pembangunan (development plan) sangat dituntut dalam rangka kemudahan implementasi kegiatan.

Dalam UU No. 32 tahun 2004 tentang pemerintah daerah, diamanatkan kepada pemerintah daerah bertanggung jawab dalam hal kewenangannya untuk mengatur perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian pembangunan di wilayah kewenangannya, agar penyelenggaraan pembangunan perkotaan dapat berjalan lebih sinergis, integratif, efisien dan efektif.

Namun kenyataan yang terjadi menunjukkan bahwa pada pelaksanaan di lapangan, khususnya dalam pelaksanaan pembangunan permukiman dan infrastruktur perkotaan, masih banyak kendala yang harus dihadapi oleh pemerintah daerah, antara lain:

(22)

 Belum tersedianya strategi khusus untuk pembangunan permukiman dan infrastruktur perkotaan yang terintegrasi dengan penataan ruang dan perencanaan pembangunan kota secara keseluruhan.

 Tuntutan yang tinggi terhadap kebutuhan permukiman dan infrastruktur perkotaan seringkali belum didukung dengan suatu kebijakan dan strategi pembangunan yang memadai, matang, dan berskala kota.

 Masih seringnya terjadi tumpang tindih kebijakan dan strategi penanganan persoalan pembangunan permukiman dan infrastruktur perkotaan pada tingkat operasional (kabupaten/kota).

 Kebijakan dan strategi pembangunan permukiman dan infrastruktur perkotaan seringkali bersifat sesaat (responsif), sektoral, serta berorientasi pada

ketersediaan program atau proyek pendukung.

 Meskipun setiap kabupaten/kota telah menyusun dokumen Rencana Program dan Investasi Jangka Menengah (RPIJM), namun belum terlihat strategi dan kebijakan yang dijadikan sebagai landasan berpijak, dengan pihak-pihak mana saja pemerintah dapat bekerja sama, bagaimana strategi pembiayaan pembangunannya dan bagaimana pengorganisasian program terkait dengan relasi fungsional dan strukturalnya.

Berdasarkan hal tersebut, perlu disiapkan strategi yang berskala kota dan terintegrasi antar sektor pembangunan dengan pendekatan holistik yang mensinergikan perencanaan spasial dan perencanaan pembangunan khususnya dalam bidang pembangunan permukiman dan infrastruktur perkotaan yang dinamakan Strategi Pembangunan Permukiman Dan Infrastruktur Permukiman Perkotaan (SPPIP). Sehingga pada akhirnya strategi ini dapat menjadi acuan bagi pemerintah daerah dalam menetapkan prioritas pembangunan daerah perkotaan, yang diharapkan dapat membantu mengoptimalkan alokasi dana pembangunan secara akurat dan rasional. Selain sebagai acuan bagi pemerintah daerah, dokumen SPPIP ini juga dapat menjadi acuan bagi pemangku kepentingan lain sebagai pelaksana pembangunan kota.

Perencanaan pembangunan yang dimaksud, secara umum, tidak hanya mengedepankan proses teknis namun juga proses pembelajaran. Untuk itu, dalam penyusunan SPPIP ini sangat diutamakan proses duduk bersama para pemangku kepentingan kota khususnya para eksekutif di daerah untuk merumuskan dan menyepakati bersama mengenai strategi dan program yang akan disusun sehingga terbangun proses pembelajaran dalam merencanakan pembangunan yang lebih populis dan humanis serta

(23)

rasa memiliki terhadap perencanaan yang disusun. Dengan demikian Pemerintah Daerah pun dapat lebih memiliki legitimasi secara politik, demokrasi dan transparan di wilayahnya.

Untuk mendorong tersedianya dokumen strategi pembangunan permukiman dan infrastruktur perkotaan yang disusun dan disepakati pemangku kepentingan kota, maka Direktorat Jenderal Cipta Karya, Kementerian Pekerjaan Umum bermaksud memberikan dukungan dalam bentuk pembinaan teknis yang bersifat pendampingan dan peningkatan serta penguatan kapasitas bagi Pemerintah Daerah dan pemangku kepentingan untuk melaksanakan penyusunan Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan (SPPIP).

Untuk melaksanakan kebijakan Direktorat Jenderal Cipta Karya dalam mendukung pembangunan di daerah melalui pemanfaatan dana APBN, maka SPPIP sebagai strategi pembangunan dengan program investasi bidang Cipta Karya akan menjadi acuan bagi pengalokasian dukungan tersebut selain dokumen RPIJM yang tentunya sudah mengacu pada SPPIP yang sudah disusun.

1.2 MAKSUD, TUJUAN, DAN SASARAN 1.2.1 MAKSUD

Tersedianya dokumen SPPIP bagi pemerintah kota/ kabupaten, sebagai acuan dalam melaksanakan pembangunan permukiman dan infrastruktur perkotaannya.

1.2.2 TUJUAN

Terfasilitasinya pemangku kepentingan kota/ kabupaten dalam melaksanakan penyusunan dan menghasilkan dokumen SPPIP melalui proses diskusi untuk mencapai kesepakatan strategi pembangunan yang terintegrasi dan berkesinambungan sebagai acuan pembangunan kota/kabupaten bersangkutan.

1.2.3 SASARAN

Dalam rangka mencapai tujuan dari kegiatan ini, maka dalam pelaksanaanya harus dapat melalui beberapa sasaran sebagai berikut:

1. Tersosialisasikannya konsep penyelenggaraan pembangunan perkotaan dan peran strategi pembangunan permukiman dan infrastruktur perkotaan;

2. Terjadinya kerjasama yang berkesinambungan antara tim konsultan

pendamping, pokjanis, tim teknis Propinsi dan pihak satker melalui konsolidasi persiapan pelaksanaan penyusunan SPPIP;

(24)

3. Terbangunnya pemahaman oleh semua pemangku kepentingan kota/kabupaten terhadap seluruh dokumen perencanaan yang dimiliki oleh wilayahnya dan relasi fungsionalnya dengan dokumen perencanaan di level makro di atasnya;

4. Teridentifikasikannya arah, tujuan dan sasaran pembangunan permukiman dalam mendukung arah pembangunan perkotaan sebagai penerjemahan visi dan misi kabupaten/kota, dengan memperhatikan pertimbangan potensi, peluang, permasalahan dan tantangan yang dimiliki wilayah perkotaan;

5. Terjadinya penguatan kepedulian dan peningkatan kapasitas pemangku kepentingan kota/ kabupaten dalam setiap proses yang dilalui dalam penyusunan SPPIP;

6. Terbangunnya kesepakatan dan mufakat yang mengutamakan asas manfaat dan kepentingan bersama dalam penentuan setiap proses penentuan kriteria, indikator dan penetapan kawasan strategis yang menjadi prioritas penanganan; 7. Terjadinya interaksi dan keterlibatan komponen-komponen masyarakat dalam

proses penyusunan strategi dan program pembangunan permukiman dan infrastruktur perkotaan melalui penyelenggaraan konsultasi publik;

8. Terwujudnya pemahaman yang baik oleh semua pemangku kepentingan kota/kabupaten tentang strategi pembangunan permukiman dan infrastruktur perkotaan sebagai acuan dalam pelaksanaan pembangunan kota/kabupaten; 9. Terbangunnya koordinasi antar pemangku kepentingan kota dan propinsi,

tersusunnya sinkronisasi program dan kegiatan pembangunan kota, sebagai acuan pelaksanaan pembangunan yang optimal sesuai sumber daya dan sumber dana yang dimiliki wilayah;

1.3 RUANG LINGKUP

1.3.1 RUANG LINGKUP KEGIATAN

Pelaksanaan kegiatan ini dilakukan dengan rangkaian lingkup kegiatan sebagai berikut:

1. Melakukan konsolidasi dengan semua pemangku kepentingan dalam proses penyamaan tujuan dan rencana kerja penyusunan dokumen SPPIP (minimal melibatkan tim Tenaga Ahli, Pokjanis, Tim Teknis Provinsi, seluruh Satker Provinsi bidang Cipta Karya, perwakilan Koordinator Pusat/ Koordinator Wilayah SPPIP).

2. Menyiapkan bahan bagi pemangku kepentingan untuk

(25)

dikoordinasikan oleh tim pusat terkait kedudukan dan fungsi SPPIP dalam proses penyelenggaraan pembangunan kota.

3. Melakukan kajian terhadap kebijakan, strategi, dan

program pembangunan daerah berdasarkan dokumen kebijakan terkait yang telah tersedia dan dijadikan acuan pelaksanaan pembangunan oleh Pemerintah Daerah.

4. Melakukan kajian terhadap isu-isu permukiman dan

infrastruktur perkotaan, serta potensi, permasalahan, peluang dan tantangan yang akan dihadapi dalam pembangunan perkotaan dan permukiman perkotaannya.

5. Melaksanakan pra FGD bersama dengan Tim Teknis

Provinsi, Satker terkait dan Pokjanis agar dapat tersedia bahan yang cukup matang untuk dibahas dan mendapatkan masukan/ kesepakatan dalam FGD yang akan dilakukan.

6. Menghasilkan indikasi arah pengembangan kota serta

pembangunan permukiman dan infrastruktur permukiman perkotaan.

7. Bersama dengan pemangku kepentingan kota

menghasilkan rumusan tujuan dan kebijakan pembangunan permukiman perkotaan berdasarkan visi dan misi kota/kabupaten yang telah disusun dan ditetapkan oleh pemerintah daerah terkait.

8. Bersama dengan pemangku kepentingan kota

menghasilkan rumusan strategi pembangunan permukiman dan infrastruktur permukiman perkotaan.

9. Bersama dengan pemangku kepentingan menghasilkan:

 Rumusan kriteria dan indikator penentuan kawasan permukiman prioritas

 Profil kawasan permukiman prioritas

10. Bersama dengan pemangku kepentingan menghasilkan :

Analisis korelasi strategi pembangunan permukiman dan kebutuhan infrastruktur permukiman perkotaan dalam skema manajemen pembangunan perkotaan.

Analisis konsekuensi penerapan strategi terhadap penyusunan program pembangunan permukiman dan infrastruktur permukiman perkotaan.

Rumusan program pembangunan permukiman dan infrastruktur permukiman perkotaan (dalam skala kota dan skala kawasan) sebagai arahan

(26)

investasi pembangunan permukiman dan infrastruktur perkotaan jangka menengah.

Analisis dampak penerapan program pembangunan permukiman dan infrastruktur permukiman perkotaan.

11. Menyiapkan laporan kemajuan dan capaian dalam proses

penyusunan SPPIP sebagai bahan bagi Pokjanis untuk pemaparan dan pembahasan capaian kegiatan pada Kolokium SPPIP yang disampaikan pada kegiatan kolokium yang akan dikoordinasikan oleh tim pusat.

12. Memfasilitasi pemangku kepentingan dalam

menyelenggarakan konsultasi publik untuk menjaring masukan terhadap rumusan strategi dan program pembangunan permukiman dan infrastruktur permukiman perkotaan.

13. Memfasilitasi Pokjanis dalam melaksanakan diseminasi

hasil kesepakatan perumusan SPPIP kepada dinas/instansi terkait dan pemangku kepentingan lainnya di kota/kabupaten bersangkutan.

1.3.2 Ruang Lingkup Wilayah

Lingkup wilayah dari penyusunan Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan adalah Wilayah Kabupaten Lombok Tengah dengan batasan kawasan perkotaan ditentukan berdasarkan kesepakatan pemangku kepentingan dengan mempertimbangkan peran kota/ kabupaten bersangkutan dalam Rencana Tata Ruang Nasional dan Rencana Tata Ruang Wilayahnya.

1.4 JANGKA WAKTU PELAKSANAAN PEKERJAAN

Kegiatan Penyusunan SPPIP Kota/Kabupaten ini diselenggarakan dalam jangka waktu 7 (tujuh) bulan sejak SPMK diterbitkan.

1.5 KELUARAN YANG DIHASILKAN

Keluaran yang dihasilkan dalam kegiatan Penyusunan SPPIP Kabupaten/Kota pada dasarnya mencakup tiga hal, yaitu:

1. Dokumen Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan (SPPIP), yang memuat :

 Indikasi arah pengembangan kota serta pembangunan permukiman dan infrastruktur permukiman perkotaan

(27)

 Profil hasil identifikasi Kawasan Permukiman prioritas

 Rumusan tujuan dan kebijakan pembangunan permukiman perkotaan

 Rumusan strategi pembangunan permukiman dan infrastruktur permukiman perkotaan

 Analisis korelasi strategi pembangunan permukiman dan kebutuhan

infrastruktur permukiman perkotaan dalam skema manajemen pembangunan perkotaan

 Analisis konsekuensi penerapan strategi terhadap penyusunan program pembangunan permukiman dan infrastruktur permukiman perkotaan.

 Rumusan program pembangunan permukiman dan infrastruktur permukiman perkotaan (dalam skala kota dan skala kawasan) sebagai arahan investasi pembangunan permukiman dan infrastruktur perkotaan jangka menengah.

 Analisis dampak penerapan program pembangunan permukiman dan

infrastruktur permukiman perkotaan.

 Dokumen spasial terkait dengan strategi dan program pembangunan permukiman dan infrastruktur permukiman perkotaan.

2. 1 set album peta sebagai bagian tidak terpisahkan dari dokumen SPPIP, berisi dokumen spasial terkait dengan data, informasi, dan hasil strategi dalam skala 1 : 25.000 (skala kota) dan 1 : 5000 (skala kawasan prioritas)

3. Dokumen hasil rangkaian penyelenggaraan kegiatan sebagai bahan untuk proses pemberian kekuatan hukum terhadap strategi pembangunan permukiman dan infrastruktur perkotaan.

Dokumen SPPIP yang dihasilkan diperbanyak sekurang - kurangnya 10 (sepuluh) rangkap untuk disampaikan kepada Pokjanis, Pemberi Pekerjaan, Koordinator Wilayah dan Direktorat Jenderal Cipta Karya Kementerian PU.

(28)

B A B 1

... 1

PENDAHULUAN

... 1

1.1

LATAR BELAKANG

... 1

1.2

MAKSUD, TUJUAN, DAN SASARAN

... 4

1.2.1

MAKSUD

... 4

1.2.2

TUJUAN

... 4

1.2.3

SASARAN

... 4

1.3

RUANG LINGKUP

... 5

1.3.1

RUANG LINGKUP KEGIATAN

... 5

1.3.2

Ruang Lingkup Wilayah

... 7

1.4

JANGKA WAKTU PELAKSANAAN PEKERJAAN

... 7

(29)

B A B

2

TINJAUAN KEBIJAKAN, STRATEGI

DAN PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH

KABUPATEN LOMBOK TENGAH

2.1 SUMBER DATA DAN INFORMASI

Berdasarkan hasil review kebijakan yang terkait dengan pengembangan Kabupaten Lombok Barat, terdapat beberapa kebijakan-kebijakan yang pada saat ini belum tersusun ataupun dalam tahap penyusunan, yang telah tersusun antara lain Dokumen Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Kab. Lombok Tengah (RPJPD), Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD), Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM), Rencana Tata Ruang Wilayah Kab. Lombok Tengah (RTRW) serta Rencana Detail Tata Ruang Perkotaan Praya (RDTR). Berikut hasil review beberapa kebijakan terkait pengembangan Kabupaten Lombok Tengah seperti yang tersaji dalam table 2.1.

Tabel 2.1

(30)

Kabupaten Lombok Tengah

No Nama Data Sumber

Data

Kondisi Saat Ini

Keterangan Sudah Didapat Belum Didapat Belum Tersedia

1 RPJP dan RPJM Nasional Buku,

Internet V -

2 Kebijakan Nasional. Lainnya Buku,

Internet V

Perlu dilengkapi

3

Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD)

BAPPEDA V Status

PERDA

3

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD)

BAPPEDA V Status

PERDA

4

Rencana Program Investasi Jangka Menengah Kab. Lombok Tengah (RPIJM)

BAPPEDA V Status

PERDA

5 Rencana Tata Ruang Wilayah

Provinsi NTB (RTRW) BAPPEDA V

Status PERDA

6

Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Lombok Tengah (RTRW)

BAPPEDA V Status

PERDA

7 Kabupaten Lombok Tengah

Dalam Angka (5 tahun) BPS V Lengkap

8 RENSTRA & RENJA Sektoral I SKPD V -

9 RP4D BAPPEDA V Belum

Tersusun 10 RDTR (Rencana Detail Tata

Ruang Kota) BAPPEDA/ PU V Status BELUM PERDA Sumber: Konsultan, 2012

2.2 ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH

KABUPATEN LOMBOK TENGAH 2011 - 2031

2.1.1 Sasaran Pokok dan Arah Pembangunan Jangka Panjang Daerah

Tujuan akhir pelaksanaan pembangunan jangka panjang daerah di Kabupaten Lombok Tengah adalah untuk mewujudkan masyarakat Lombok Tengah yang Religius, Maju

(31)

dan Sejahtera dalam kerangka dan ikatan Negara Kesatuan Republik Indonesia yang selaras dengan tujuan nasional sebagaimana termaktub dalam Pembukaan UUD 1945.

Tolak ukur bagi tercapainya visi Kabupaten Lombok Tengah yang Religius, Maju dan Sejahtera melalui pembangunan daerah selama kurun waktu 20 tahun mendatang diarahkan pada upaya pencapaian sasaran-sasaran pokok pembangunan dengan arah kebijakan sebagai berikut:

Misi 1. Mewujudkan Masyarakat Lombok Tengah Yang Religius, Menjunjung Tinggi Hukum dan Berbudaya Luhur

A. Sasaran Pokok

1. Terwujudnya kerukunan umat beragama; 2. Terwujudnya kondisi kamtibmas yang kondusif.

B. Arah Kebijakan

1. Peningkatan kesadaran, pemahaman, pendalaman dan pengamalan nilai-nilai serta ajaran agama;

2. Penguatan kapasitas lembaga keagamaan, lembaga adat dan kemasyarakatan; 3. Peningkatan kesadaran hukum masyarakat;

4. Penguatan kearifan lokal dalam kehidupan bermasyarakat.

Misi 2. Mewujudkan Masyarakat Lombok Tengah Yang Sejahtera A. Sasaran Pokok

1. Terwujudnya SDM yang berkualitas;

2. Terwujudnya peningkatan dan pemerataan pendapatan masyarakat.

B. Arah Kebijakan

1. Peningkatan kualitas pendidikan masyarakat; 2. Peningkatan derajat kesehatan masyarakat;

3. Pemenuhan kebutuhan dasar masyarakat seperti sandang, pangan, papan dan kebutuhan dasar lainnya;

4. Penurunan angka pengangguran, penyediaan dan peningkatan jumlah serta jenis lapangan pekerjaan bagi masyarakat;

5. Penataan kelembagaan ketenagakerjaan, termasuk di dalamnya peningkatan jaringan kerja dan perangkat hukum bagi perlindungan dan keselamatan serta kesehatan kerja.

(32)

Misi 3. Mewujudkan Pembangunan Yang Merata, Seimbang dan Berkelanjutan A. Sasaran Pokok

Terwujudnya pembangunan Daerah yang berkelanjutan berbasis Sumberdaya Lokal dan berwawasan lingkungan.

B. Arah Kebijakan

1. Pelaksanaan pembangunan yang merata antar wilayah pembangunan;

2. Peningkatan pengelolaan dan pendayagunaan sumber daya yang dimiliki secara efektif, efisien dan bertanggungjawab;

3. Peningkatan pemeliharaan seluruh sumber daya alam secara berkelanjutan;

4. Peningkatan pemberdayaan masyarakat dalam pengelolaan kelestarian alam dan lingkungannya.

Misi 4. Mewujudkan Peningkatan Perkonomian dan Daya Saing Daerah A. Sasaran Pokok

1. Terwujudnya penguatan struktur perekonomian daerah yang berbasis pada potensi unggulan daerah;

2. Terwujudnya tata kelola pemerintahan yang baik.

B. Arah Kebijakan

1.

Peningkatan sarana dan prasarana infrastruktur perekonomian daerah;

2.

Peningkatan penguasaan dan pemanfaatan ilmu pengetahuan dan teknologi tepat guna;

3.

Peningkatan fasilitasi sistem produksi, distribusi dan pemasaran;

4.

Peningkatan kemitraan ekonomi antar wilayah;

5.

Peningkatan peran serta kaum perempuan dalam pembangunan daerah;

6.

Penerapan standar pelayanan minimal dalam memberikan pelayanan publik.

Indikator dan target pencapaian masing-masing misi dalam rangka pencapaian tujuan pembangunan jangka panjang dapat dilihat pada tabel 2.2 berikut ini:

Tabel 2.2

Arah Kebijakan Pembangunan Jangka Panjang Daerah

Kabupaten Lombok Tengah Tahun 2011-2031

Visi Misi Sasaran Pokok Arah Kebijakan

Pembangunan Uraian Indikator Target

(33)

Visi Misi Sasaran Pokok Arah Kebijakan Pembangunan Uraian Indikator Target

TERWUJUDNYA MASYARAKAT LOMBOK TENGAH YANG RELIGIUS, SEJAHTERA, DAN MAJU BERDAYA SAING Mewujudkan Masyarakat Lombok Tengah Yang Religius, Menjunjung Tinggi Hukum dan Berbudaya Luhur Terwujudnya kerukunan umat beragama

Konflik SARA Nol Peningkatan kesadaran,

pemahaman, pendalaman dan pengamalan nilai – nilai serta ajaran agama

Penguatan kapasitas lembaga keagamaan, lembaga adat dan kemasyarakatan Terwujudnya kondisi kamtibmas yang kondusif Angka kriminalitas tertangani

100% Peningkatan kesadaran hukum

masyarakat

Penguatan kearifan lokal dalam kehidupan bermasyarakat Mewujudkan Masyarakat Lombok Tengah Yang Sejahtera Terwujudnya SDM yang berkualitas

Status IPM Menengah

Atas (80)

Peningkatan kualitas

pendidikan masyarakat Peningkatan derajat kesehatan masyarakat Terwujudnya peningkatan dan pemerataan pendapatan masyarakat Persentase Penduduk di atas garis kemiskinan

90% Pemenuhan kebutuhan dasar

masyarakat seperti sandang, pangan, papan dan kebutuhan dasar lainnya.

Penurunan angka

pengangguran, penyediaan dan peningkatan jumlah serta jenis lapangan pekerjaan bagi masyarakat.

Penataan kelembagaan ketenagakerjaan, termasuk di dalamnya peningkatan jaringan kerja dan perangkat hukum bagi perlindungan dan keselamatan serta kesehatan kerja. Mewujudkan Pembangunan Yang Merata, Seimbang dan berkelanjutan Terwujudnya pembangunan Daerah yang berkelanjutan berbasis Sumberdaya Lokal dan berwawasan lingkungan Nilai PDRB ADHK Rp. 8,6 Triliun Pelaksanaan pembangunan yang merata antar wilayah pembangunan

Peningkatan pengelolaan dan pendayagunaan sumber daya yang dimiliki secara efektif, efisien dan bertanggungjawab. Status

Lingkungan Hidup

Baik Peningkatan pemeliharaan

seluruh sumber daya alam secara berkelanjutan

Peningkatan pemberdayaan

masyarakat dalam pengelolaan

kelestarian alam dan

lingkungannya. Mewujudkan

Peningkatan Perkonomian dan Daya Saing Daerah Terwujudnya penguatan struktur perekonomian daerah yang berbasis pada potensi unggulan daerah Persentase laju pertumbuhan ekonomi daerah

9% Peningkatan sarana dan

prasarana infrastruktur

perekonomian daerah.

Peningkatan penguasaan dan pemanfaatan ilmu pengetahuan dan teknologi tepat guna Peningkatan fasilitasi sistem

produksi, distribusi dan

pemasaran

Peningkatan kemitraan ekonomi antar wilayah Gender

Development Index

Medium (75)

Peningkatan peran serta kaum

perempuan dalam pembangunan daerah. Terwujudnya tata kelola Pemerintahan Yg Baik Hasil evaluasi pelaksanaan otonomi daerah

Baik Penerapan standar pelayanan

minimal dalam memberikan pelayanan publik.

Sumber : RPJPD Kabupaten Lombok Tengah 2011 – 2031

(34)

Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Kabupaten Lombok Tengah adalah proses jangka panjang, bertahap dan berkesinambungan terhadap rencana pelaksanaan pembangunan di Kabupaten Lombok Tengah yang diarahkan untuk mencapai tujuan daerah yaitu Terwujudnya Masyarakat Lombok Tengah Yang Religius, Maju dan Sejahtera.

Pentahapan pelaksanaan pembangunan dilakukan secara bertahap dimaksudkan untuk memastikan bahwa pelaksanaan pembangunan telah melalui suatu mekanisme dan prosedur yang tepat sesuai arahan dan rencana yang telah disusun sebelumnya. Selain itu, pentahapan rencana pelaksanaan pembangunan juga dimaksudkan untuk menentukan skala dan prioritas yang akan dilaksanakan terlebih dahulu untuk menjamin kesinambungan pembangunan. Oleh karena itu antara tahapan pembangunan yang satu dengan yang lain akan berbeda atau mungkin juga sama sasaran, program dan kegiatannya tergantung dari tingkat kemendesakkannya.

Pentahapan pelaksanaan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Kabupaten Lombok Tengah untuk jangka waktu 20 tahun, terbagi dalam 4 (empat) tahapan atau periode dan tertuang dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Lombok Tengah dengan waktu pelaksanaan untuk setiap periode atau

tahapan RPJMD selama lima tahun yaitu RPJMD kesatu tahun 2011 – 2015, RPJMD kedua

tahun 2016 – 2020, RPJMD ketiga tahun 2021 – 2025 dan RPJMD keempat tahun 2026 – 2031.

Karena RPJPD Kabupaten Lombok Tengah adalah merupakan dokumen perencanaan pembangunan jangka panjang daerah yang penjabaran lebih lanjutnya tertuang dalam RPJMD Kabupaten Lombok Tengah, maka dalam penyusunan RPJMD harus senantiasa mengacu kepada RPJPD ini.

A. RPJMD Kabupaten Lombok Tengah Periode I (2010 – 2015)

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Lombok Tengah untuk periode ini adalah merupakan tahapan awal dari rangkaian panjang pelaksanaan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah yang diharapkan sebagai peletak dasar bagi upaya pembangunan selanjutnya demi mewujudkan Masyarakat Lombok Tengah Yang Religius, Maju dan Sejahtera.

Pada tahap ini fokus pembangunan daerah diarahkan untuk peningkatan pertumbuhan ekonomi dan pemerataan pembangunan untuk mengurangi kemiskinan, menciptakan lapangan kerja dan meningkatkan kesejahteraan sosial yang berbasis pada pengembangan agrobisnis dan pariwisata.

Titik tekan dalam pelaksanaan RPJMD Kabupaten Lombok Tengah periode tahun

(35)

1. Penekanan pembangunan agrobisnis dan pariwisata menjadi pilihan utama dalam upaya peningkatan taraf hidup dan kesejahteraan masyarakat mengingat kondisi dan sumber daya alam serta potensi yang dimiliki daerah ini yang belum tereksploitasi secara optimal, sementara itu desakan akan pemenuhan kebutuhan dasar masyarakat semakin kuat sehingga mengharuskan pemerintah dan masyarakat harus mengambil sikap dengan memilih kedua bidang tersebut. 2. Pada periode pertama ini diperkirakan telah banyak investor yang masuk mengingat telah rampung dan mulai beroperasinya Bandara Internasional Lombok dan Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) di Awang. Peluang tersebut dapat dimanfaatkan untuk mendorong pengembangan sektor-sektor potensial terutama sektor pariwisata, Pertanian dan Kelautan. Oleh karena itu sangat diperlukan faktor-faktor pendukung, seperti sarana dan prasarana transportasi, infrastruktur, suplai bahan-bahan kebutuhan pokok.

3. Kualitas Sumber Daya Manusia dan derajat kesehatan masyarakat di Kabupaten Lombok Tengah yang masih jauh dari harapan, kiranya perlu mendapatkan perhatian pada periode pertama pelaksanaan RPJMD Kabupaten Lombok Tengah. Untuk itu program peningkatan pendidikan dan kesehatan masih perlu dikedepankan dalam rangka meningkatkan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di Kabupaten Lombok Tengah.

4. Program penanggulangan kemiskinan melalui berbagai bentuk intervensi dari pemerintah diharapkan mampu menurunkan angka kemiskinan dan menekan angka pengangguran yang semakin hari semakin bertambah jumlahnya.

5. Peningkatan infrastruktur terutama di daerah perdesaan dimaksudkan selain untuk pemerataan dan kesinambungan pembangunan juga untuk mengurangi tingkat keterisolasian dan ketertinggalan daerah- daerah yang relatif jauh dari perkotaan.

6. Target IPM pada tahun 2015 Lombok Tengah berada pada ranking 5-7 di NTB.

B. RPJMD Kab. Lombok Tengah Periode II (2016 – 2020)

Pelaksanaan RPJMD periode kedua ini adalah merupakan kelanjutan dari pelaksanaan RPJMD pertama.

1. Pada pelaksanaan RPJMD periode kedua ini isu – isu sentral yang dilaksanakan adalah merupakan hasil evaluasi dan pengembangan serta pemantapan pelaksanaan program dan kegiatan RPJMD periode sebelumnya, mengingat pada periode pertama masih ada program kegiatan yang masih belum rampung pelaksanaannya seperti penurunan angka kemiskinan, peningkatan kualitas SDM

(36)

masyarakat, peningkatan kapasitas kelembagaan pemerintahan daerah termasuk juga upaya peningkatan derajat kesehatan masyarakat.

2. Pada periode kedua ini diperkirakan pertumbuhan ekonomi telah berjalan dengan baik akan tetapi tingkat pengangguran dan kemiskinan masih menjadi masalah yang cukup serius untuk ditangani seiring dengan semakin bertambahnya jumlah penduduk di Kabupaten Lombok Tengah, baik akibat kelahiran di dalam warga masyarakat Lombok Tengah itu sendiri maupun akibat terjadinya migrasi

penduduk pasca beroperasinya Bandara Internasional Lombok dan

menggeliatnya usaha di sektor pariwisata.

3. Sekalipun ekonomi Kabupaten Lombok Tengah mulai membaik, akan tetapi bidang pertanian masih mendapat porsi terbesar dalam menyumbangkan pendapatan bagi masyarakat dan pemerintah daerah. Oleh karena itu pengelolaan bidang pertanian mutlak diperlukan, baik melalui kegiatan ekstensifikasi, intensifikasi maupun diversifikasi pertanian. Pada periode kedua ini pengembangan agrobisnis diarahkan selain untuk mampu memenuhi kebutuhan masyarakat Lombok Tengah juga diharapkan dapat menyuplai kebutuhan bagi daerah lainnya. Untuk itu pembangunan agrobisnis harus bersinergi dengan bidang pembangunan lainnya seperti kehutanan dan

perkebunan, perikanan dan kelautan agar terjamin kesinambungan

pembangunan bidang pertanian.

4. Pembangunan dan pemeliharaan infrastruktur daerah terus ditingkatkan mengingat semakin menggeliatnya usaha perekonomian di Kabupaten Lombok Tengah sehingga harus didukung oleh kondisi infrastruktur yang memadai. Pada periode ini infrastruktur jalan terutama di daerah – daerah perdesaan harus tetap terpelihara dan terus ditingkatkan, demikian juga halnya dengan jaringan irigasi harus tetap terpelihara dengan baik.

5. Pada periode kedua ini kualitas SDM sudah memadai yang ditandai oleh terbebasnya Kabupaten Lombok Tengah dari masalah 3B yaitu buta aksara, buta baca tulis dan buta bahasa Indonesia. Selain itu tingkat IPM Lombok Tengah sudah meningkat seiring perbaikan di bidang pendidikan, kesehatan dan ekonomi.

C. RPJMD Kab. Lombok Tengah Periode III (2021 – 2025)

Periode ketiga adalah merupakan periode lanjutan dari pelaksanaan RPJPD untuk masa 2011 – 2031.

(37)

dari pelaksanaan RPJMD periode kedua dalam rangka mewujudkan masyarakat Lombok Tengah yang Religius, Maju dan Sejahtera melalui kegiatan pembangunan pada segala bidang dan aspek kehidupan masyarakat.

2. Tujuan pembangunan jangka panjang daerah 2011 – 2030 hanya dapat terlaksana jika mendapat dukungan penuh dari semua aspek, mulai dari sumber daya sampai dengan sumber dana terlebih lagi menjelang berlangsungnya era pasar bebas.

3. Dalam rangka memantapkan keberlanjutan pembangunan, maka segenap potensi sumber daya yang dimiliki harus tetap terpelihara dengan baik terlebih lagi sumber daya yang tidak terbarukan.

4. Pertumbuhan ekonomi yang semakin baik akan tetap dipertahankan demi mewujudkan masyarakat Lombok Tengah Yang Religius, Maju dan Sejahtera dengan cara memperkokoh pondasi perekonomian daerah, memperbaiki struktur perekonomian daerah yang dintadai dengan kemampuan beradaptasi, berkompetisi dan memiliki daya saing.

5. Peningkatan taraf hidup dan kesejahteraan masyarakat dapat digambarkan dengan meningkatnya pendapatan daerah dan pendapatan perkapita, peningkatan Indeks Pembangunan Manusia berkat keberhasilan pembangunan bidang pendidikan dan kesehatan.

D. RPJMD Kab. Lombok Tengah Periode IV (2026 – 2031)

Periode keempat adalah merupakan periode terahir dari pelaksanaan RPJPD untuk masa 2011 – 2031.

Tahapan dan prioritas pembangunan jangka panjang di kabupaten Lombok Tengah 2011-2031 secara terperinci dapat dilihat pada tabel berikut ini:

1. Pelaksanaan RPJMD periode ke empat ini berlandaskan atau mengacu kepada hasil evaluasi pelaksanaan, pencapaian dan keberlanjutan atau kesinambungan dari pelaksanaan RPJMD periode ketiga dalam rangka mewujudkan masyarakat Lombok Tengah yang Religius, Maju dan Sejahtera melalui kegiatan pembangunan pada segala bidang dan aspek kehidupan masyarakat.

2. Pada periode ke empat ini tetap berupaya meningkatkan pembangunan bidang ekonomi guna tetap meningkatkan kesejahteraan masyarakat yang dilaksanakan secara sinergis dengan bidang-bidang lain guna mewujudkan pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan, inklusif dan berkeadilan.

3. Peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) yang berdaya saing harus terus dilakukan guna mewujudkan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) dan Indeks Pembangunan Gender (IPG) yang tinggi dan didukung oleh tercapainya

(38)

penduduk tumbuh seimbang serta tetap menjaga jati diri dan karakter yang bertumpu pada nilai-nilai serta ajaran agama.

4. Mempertahankan upaya-upaya peningkatan pengarusutamaan pembangunan berkelanjutan yang bertumpu pada aspek sosial, aspek ekonomi dan aspek lingkungan yang dilaksanakan secara sinergis dan saling memperkuat satu dengan yang lain.

5. Dalam rangka meningkatkan keberhasilan pembangunan, maka harus tetap didukung dengan peningkatan tata kelola pemerintah yang baik yang dilaksanakan secara konsisten dan berkelanjutan dalam rangka mewujudkan pemerintahan yang bersih dan bebas KKN, pelayanan publik yang berkualitas dan kapasitas serta akuntabilitas kinerja birokrasi yang tinggi.

2.3 KEBIJAKAN, STRATEGI DAN PROGRAM PEMBANGUNAN KAB. LOMBOK TENGAH BERDASARKAN RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) 2011 - 2015

Strategi dan arah kebijakan merupakan rumusan perencanaan komperhensif tentang bagaimana Pemerintah Daerah mencapai tujuan dan sasaran RPJMD dengan efektif dan efisien. Dengan pendekatan yang komprehensif, strategi juga dapat digunakan sebagai sarana untuk melakukan tranformasi, reformasi, dan perbaikan kinerja birokrasi. Perencanaan strategik tidak saja mengagendakan aktivitas pembangunan, tetapi juga segala program yang mendukung dan menciptakan layanan masyarakat tersebut dapat dilakukan dengan baik, termasuk di dalamnya upaya memberbaiki kinerja dan kapasitas birokrasi, sistem manajemen, dan pemanfaatan teknologi informasi.

Berbagai strategi pembangunan yang ditetapkan dalam kurun waktu lima tahun kedepan diarahkan pada kebijakan untuk meningkatkan posisi Kabupaten Lombok Tengah yang diukur dengan berbagai indikator seperti Indeks Pembangunan Manusia, Indeks Kemiskinan Penduduk dan Indeks Pembangunan Gender, serta memperhatikan konsep pembangunan berkelanjutan.

Adapun perumusan langkah-langkah untuk menentukan strategi dan arah kebijakan, dilakukan dengan menganalisis factor-faktor internal dan eksternal (kekuatan, kelemahan, peluang, dan tantangan). Berdasarkan Tujuan dan Sasaran Strategis pembangunan yang

Gambar

Tabel 3.7  Kepadatan Penduduk
Tabel 3.34  Populasi Ternak (ekor)
Gambar 3.8  Sub Satuan Wilayah Sungai (Daerah Aliran Sungai)/DAS  Pulau Lombok
Foto : Fasilitas  Pendidikan di Perkotaan Praya
+7

Referensi

Dokumen terkait

Petunjuk Pelaksanaan izin masuk ke ruang khusus berlaku untuk membatasi pegawai yang tidak berkepentingan, kontraktor, vendor, konsultan, atau pihak ketiga lainnya masuk ke

Perlu dilakukan pembaharuan Data Dasar Teknis yang akan digunakan dalam perhitungan lndeks Teknis DAK Bidang lnfrastruktur Air Minum dan Sanitasi TA.2015 sesuai dengan

Cipta Karya dalam pencapaian sasaran program tersebut dengan melaksanakan kegiatan-kegiatan berupa Penyusunan Kebijakan, Program dan Anggaran, Kerjasama Luar Negeri, Data

Program Kota Tanpa Kumuh (KOTAKU) merupakan upaya strategis Direktorat Pengembangan Kawasan Permukiman, Ditjen Cipta Karya, dalam rangka meningkatkan peran masyarakat dan

Faktor-faktor yang mempengaruhi proses penyalutan antara lain sifat dan bentuk tablet inti (bentuk yang ideal : sferis, elips, bikonveks, bulat dan bikonveks oval

Dari hasil wawancara dapat diketahui bahwa Perum Jasa Tirta I Malang sudah menerapkan manajemen risiko TI yang terbukti dengan adanya pengelolaan terhadap risiko yang

Pada perlakuan penggunaan nira tebu 100% dan di Kalium hidrogen fosfat tanpa ekstrak ragi teknis dihasilkan kadar dekstran rata-rata sebesar 45 mg per g atau sekitar 88% dari

Pada angka 1 sub angka 3 huruf b: Yang disebut dengan “sentana rajeg” ialah biasanya seorang anak perempuan tunggal yang oleh orang tuanya ditetapkan sebagai sentana dalam