BAB V PENUTUP
B. Saran
4. Bagi Para Keluarga Muda Katolik
Membangun keluarga Katolik tantangannya tidak semudah yang
pendampingan dari Gereja. Untuk itu diperlukan sikap rendah hati, siap
untuk didampingi, dan mau terbuka untuk didampingi. Perlu diketahui
bahwa pendampingan beda dengan pembinaan. Dalam pendampingan
pendamping dan yang didampingi posisinya sejajar, tidak ada senioritas
ataupun sikap menggurui dalam pendampingan. Jadi keluaga muda tidak
perlu takut untuk mendapatkan pendampingan. Setiap keluarga Katolik
berhak mendapat pendampingan dari Gereja. Oleh karena itu untuk
mendapatkan pendampingan keluarga muda tidak perlu menunggu ketika
DAFTAR PUSTAKA
Adams Linda dan Lenz Elinor. (1995). Be Your Best Jadilah Diri Anda Sendiri.
Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Arikunto, Prof. Dr. Suharsimi. (1990). Manajemen Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.
_________. (2006). Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.
Azwar, Saifuddin. (2005). Metode Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Bala Pito Duan Yeremias. (2003). Keluarga Kristiani Kabar Gembira Bagi
Milenium Ketiga. Yogyakarta: Kanisius.
Etty Maria. (2008). Kembali Bersulang Kasih. Majalah Hidup Edisi No. 41 Tanggal 12 Oktober 2008
Gilarso, T. (1996). Membangun Keluarga Kristiani Pembinaan Persiapan
Berkeluarga. Yogyakarta: Kanisius
Hardiwiratno, J. (1994). Menuju Keluarga Bertanggung Jawab. Jakarta: Obor.
Heuken, Adolf. (2005). Ensiklopedi Gereja, Jakarta: Yayasan Cipta Loka Caraka.
Konferensi Waligereja Indonesia. (1996). Iman Katolik Buku Informasi dan
Referensi. Yogyakarta: Kanisius.
________. (2009). Kompendium Katekismus Gereja Katolik. Terjemahan dari
Catechismo della Chiesa Cattolica. Yogyakarta: Kanisius.
________. (2011). Pedoman Pastoral Keluarga. Jakarta: Obor.
Mangunharjana, A.M.(1986). Pembinaan Arti dan Metodenya. Yogyakarta: Kanisius.
Nana Sudjana. (2004). Penelitian dan Penilaian Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Paroki HKTY Ganjuran. (2011). Buletin Perwitosari. Edisi 1. Yogyakarta: Paroki HKTY Ganjuran.
________. (2012). Buletin Perwitosari. Edisi 2. Yogyakarta: Paroki HKTY Ganjuran.
Purwa Hadiwardoyo, Al. (1988). Perkawinan dalam Tradisi Katolik. Yogyakarta: Kanisius.
Relasi. (2013). Mengenal Lebih Mendalam Mariage Encounter. http://v2.me-indonesia.org/relasi/?p=2343. diakses 31 Juli 2013
Riberu, J. (1983). Tonggak Sejarah Pedoman Arah, terjemahan
dokumen-dokumen Konsili Vatikan II. Jakarta: Departemen Dokumentasi dan
Penerangan MAWI.
Riduwan. (2010). Metode dan Teknik Menyusun Tesis. Bandung: Alfabeta.
Rubiyatmoko, Robertus. (2011). Perkawinan Katolik menurut Kitab Hukum
Kanonik. Yogyakarta: Kanisius.
Suhardiyanto, H.J. (2010). Sejarah PAK Indonesia. Diktat Mata Kuliah Sejarah PAK Indonesia.
Sumarno Ds, M. (2011). Program Pengalaman Lapangan Pendidikan Agama
Katolik Paroki (PPL PAK Paroki). Diktat Mata Kuliah PPL PAK Paroki.
Utomo, Gregorius. (2011). Gereja Hati Kudus Yesus di Ganjuran. Yogyakarta: Unggul Jaya
Yohanes Paulus II (1981). Keluarga Kristiani dalam Dunia Modern, Amanat
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1: Surat Penelitian untuk Paroki ... (1)
Lampiran 2: Surat Penelitian untuk Ketua Lingkungan ... (2)
Lampiran 3: Program Tim Kerja Pend Keluarga ... (3)
Lampiran 4: Jadwal Kursus Perkawinan paroki HTKY ... (4)
Lampiran 5: Kuesioner Penelitian ... (5)
Lampiran 6: Teks Cerita Kembali Bersulang Kasih ... (9)
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
Lampiran 5
KUESIONER
KELUARGA KATOLIK YANG BAHAGIA DAN UTUH A. Kata Pengantar
Kuesioner ini dimaksudkan untuk mengetahui bagaimana keluarga katolik di Paroki Hati Kudus Tuhan Yesus Ganjuran dalam mewujudkan keluarga bahagia dan utuh. Maka dari itu, pada kesempatan ini, saya mohon kesediaan Bapak/Ibu untuk mengisi kuesioner ini sesuai dengan kenyataan yang ada di dalam keluarga.
B. Petunjuk Pengisian
Kuesioner ini terdiri dari sejumlah pernyataan dan pertanyaan. Sebelum mengisi kuesioner ini, Bapak/Ibu dimohon untuk membaca setiap pernyataan dan pertanyaan dengan cermat. Setelah membacanya dengan cermat, Bapak/Ibu dipersilahkan untuk memilih jawaban yang sesuai dengan keadaan yang dialami Bapak/Ibu dalam keluarga dengan memberi tanda silang (X) pada jawaban yang telah disediakan
1. Apakah keluarga anda didasarkan relasi saling mencintai a. Ya
b. Tidak
c. Kadang-kadang d. ...
2. Apakah anda menerima kekurangan pasangan anda? a. Ya
b. Tidak
c. Kadang-kadang d. ...
3. Apakah anda menerima kelebihan pasangan anda? a. Ya
b. Tidak
c. Kadang-kadang d. ...
4. Apakah anda mendukung pasangan anda untuk berkembang sesuai dengan kemampuannya?
a. Ya b. Tidak
c. Kadang-kadang d. ...
(6)
5. Apakah anda selalu mengampuni kesalahan pasangan a. Ya
b. Tidak
c. Kadang-kadang d. ...
6. Apakah anda selalu merasa diampuni? a. Ya
b. Tidak
c. Kadang-kadang d. ...
7. Apakah saling menghormati satu sama lain? a. Ya
b. Tidak
c. Kadang-kadang d. ...
8. Apakah anda selalu memperhatikan penampilan pasangan? a. Ya
b. Tidak
c. Kadang-kadang d. ...
9. Keluarga anda merupakan pesekutuan iman a. Ya
b. Tidak
c. Kadang-kadang d. ...
10.Sakramen perkawinan menjadi sumber rahmat kekuatan yang tetap untuk mengatasi kesulitan-kesulitan keluarga anda
a. Ya b. Tidak
c. Kadang-kadang d. ...
11.Keluarga yang anda bangun adalah keluarga yang tidak terceraikan. a. Ya
b. Tidak
c. Kadang-kadang d. ...
(7)
12.Keluarga anda mendukung perkembangan iman seluruh anggota keluarga a. Ya
b. Tidak
c. Kadang-kadang d. ...
13.Dalam kehidupan sehari-hari keluarga anda selalu mewujudkan iman kristiani
a. Ya b. Tidak
c. Kadang-kadang d. ...
14.Keluarga anda merupakan keluarga dengan hanya satu istri satu suami. a. Ya
b. Tidak
c. Kadang-kadang d. ...
15.Kesatuan keluarga anda adalah kesatuan secara lahir batin a. Ya
b. Tidak
c. Kadang-kadang d. ...
16.Layanan apa saja yang disediakan paroki sejauh anda tahu? a. Rekoleksi
b. Retret
c. Pertemuan dalam bentuk katekese (pendalaman iman) d. ...
17.Layanan apa saja yang telah anda terima dari paroki a. Rekoleksi
b. Retret
c. Pertemuan dalam bentuk katekese (pendalaman iman) d. ...
18.Menurut anda apa saja yang menghambat sehingga layanan dari paroki tidak sampai pada keluarga anda
a. Tidak tahu ada layanan
b. Jadwal layanan yang tidak sesuai c. Tidak ada petugas yang melayani d. ...
(8)
19.Layanan seperti apa yang anda harapkan dari paroki a. Rekoleksi
b. Retret
c. Pertemuan dalam bentuk katekese (pendalaman iman) d. ...
20.Bentuk layanan yang anda harapkan dari paroki a. Rekoleksi
b. Retret
c. Pertemuan dalam bentuk katekese (pendalaman iman) d. ...
(9)
Lampiran 6
Kembali Bersulang Kasih HIDUPKATOLIK
Padahal, Eva baru saja ingin menguakkan pintu maaf bagi suaminya, Alfonsus Liquori Eddy Partadinata. Meski pria yang menikahinya tahun 1975 itu kerap menorehkan luka di hatinya, dengan sikapnya yang acuh tak acuh, Eva masih mendambakan rumah tangganya utuh kembali.
- Sepulang dari gereja, Agatha Eva Leonita terhenyak mendapati sepucuk surat dari suaminya tergeletak di rumahnya. ”Dia memberitahu akan pergi, saya tak usah mencarinya,” sitirnya.
Sesaat sebelumnya, di hadapan altar Gereja St Bonaventura, Pulo Mas, Jakarta Timur, Eva terhanyut dalam khusyuknya doa. Sementara itu, bendungan air matanya jebol. Seraya menatap salib di dinding gereja, ia mencanangkan ikrar akan memulihkan relasinya yang terkoyak dengan sang suami selama dua tahun belakangan.
Begitu suaminya beranjak dari rumah, Eva sontak mengusung persoalan ini ke pangkuan Tuhan. Seraya menunjukkan selembar surat dari suaminya itu ke arah salib di kamar tidurnya, ia mendaraskan doa. ”Nyatanya, Tuhan lekas bertindak,” ucap Eva mengenang peristiwa pada 29 Mei 1992 itu.
Tak dinyana, putra keduanya Vadyan Pranata mengirim pesan kepada ayahnya melalui pager. ”Kalau Papa tidak pulang, malam ini juga rumah akan dibakar!” Ancaman itu sanggup menggoyahkan kekerasan hati sang ayah. Tak lama kemudian, Eddy menelepon ke rumah. Pekikan Vadyan merobek keheningan malam. ”Papa pulang, korek api sudah ada di tanganku!” Selang beberapa waktu, Eddy tiba di rumah. Lantas, rekonsiliasi mulai bertaut di antara mereka.
Sejak itu, perlahan-lahan koreng di batin Eva mengering. ”Padahal, sudah tiga kali suami mau menceraikan saya,” kata warga Paroki St Monika, Serpong, Tangerang ini seraya menyapu pandangan. Pengalaman itu membuat Eva dan Eddy mulai menanggalkan ego masing-masing. Seiring waktu, mereka berkarya di bidang pewartaan.
Menanggung cibiran
Sikap Eddy, sebelum pertobatannya, bermuasal dari realita kelabu yang berliku. Ia lahir dan dibesarkan di lingkungan keluarga yang tak berpunya. Ayahnya pegawai negeri berpangkat rendah. Alhasil, keluarganya kerap menanggung cibiran dari orang-orang di sekitarnya. Pengalaman kelam itu membuahkan pemikiran ekstrem di benak Eddy: hanya orang kaya dan bertitel yang dihormati. ”Akibatnya, saya gila cari uang dan gila sekolah,” kenang Eddy.
Setelah lulus dari Jurusan Kimia Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Ilmu Alam Universitas Gajah Mada Yogyakarta, Eddy mempersunting Eva. Sewaktu putra pertamanya, Jovian Pranata masih orok, Eddy sudah keburu memburu gelar kesarjanaan lainnya. Ia menimba ilmu di Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Kesibukan kuliah dan mengejar harta membuat keluarganya terbengkalai.
Selain berbisnis, Eddy mengajar di Universitas Bina Nusantara, Jakarta. Ia juga giat memberikan pelatihan-pelatihan kepada para perwira Angkatan Laut.
(10)
”Saya menjadi dosen bukan karena dedikasi tetapi karena ingin menjaring relasi bisnis,” ucap Eddy. Dari hari ke hari, benak Eddy dijejali ambisi. Ia pun mengepakkan sayap bisnis dengan mendirikan empat perusahaan di bidang farmasi dan perdagangan. ”Karena banyak uang, saya lupa diri hingga ada perempuan lain dalam hidup saya,” kata Eddy terus terang.
Sementara itu, Eva terbenam dalam rutinitas rumah tangga. Kesehariannya kerap bergelimun kejenuhan. Tak jarang suaminya tak pulang ke rumah. Sulur wasangka pun menjurai di benaknya. ”Anehnya, setiapkali suami melakukan sesuatu, saya memperoleh tanda melalui mimpi,” tukas Eva. Pertengkaran demi pertengkaran pun meletup membuat batin Eva penat. Meski demikian, keinginannya bersulang kasih dengan suaminya tak beringsut.
Secara sistematis
Setelah berbaikan, Eddy dan Eva mengikuti Retret Penyembuhan Luka Batin yang diselenggarakan oleh Pastor Yohanes Indrakusuma OCarm di kawasan Bogor. Selanjutnya, mereka rajin hadir dalam persekutuan doa. Setahun berselang, Eddy menjadi Koordinator Persekutuan Doa Stasi Pulo Gebang, Jakarta Timur. ”Tuhan menangkap saya secara sistematis,” tegas Eddy.
Sementara itu, satu per satu perusahaan-perusahaan Eddy ambruk sehingga banyak waktu luang untuk melayani. ”Awalnya, kami mendirikan persekutuan doa di lingkungan supaya banyak rumah tangga yang berantakan seperti yang kami alami bisa diselamatkan,” ungkap penggiat persekutuan doa ini.
Kerinduan akan Tuhan yang menggebu menuntun pasutri ini mengikuti Kursus Evangelisasi Pribadi di Paroki St Yakobus, Kelapa Gading, Jakarta Utara. Ternyata, kursus itu belum memuaskan dahaga rohani mereka.
Selanjutnya, mereka mengikuti Trainer’s Course di Sekolah Evangelisasi Pribadi Shekinah. Selain itu, Eddy dan Eva juga memperluas wawasan dengan mengikuti kursus-kursus Kitab Suci yang dipandu oleh Pastor Tom Jacobs SJ (Almarhum). ”Berbarengan dengan itu, saya menjadi Ketua Persekutuan Doa Karismatik Katolik Dekanat Jakarta Timur,” urai Eddy.
Tak lama berselang, Eddy bergabung dalam Badan Pelayanan Keuskupan Pembaruan Karismatik Katolik-Keuskupan Agung Jakarta (BPK PKK-KAJ). Tahun 1998, Eddy menjadi Kepala Sekolah Evangelisasi Pribadi Shekinah. Setahun kemudian, Eddy menjadi Ketua Bidang Evangelisasi di BPK Harian. ”Dengan kondisi demikian, tentu saja saya tidak bisa berbuat macam-macam lagi,” kata Eddy seraya melepas tawa.
Belakangan, Eddy menjadi Wakil Koordinator Umum BPK PKK-KAJ. ”Karena tugas di bidang pembinaan BPK, saya sering diminta membina tim-tim persekutuan doa. Di samping itu, saya juga mengajar di Sekolah Evangelisasi Pribadi Shekinah,” imbuhnya.
Ikut mewartakan
Seiring waktu, kebersamaan dengan sang suami dalam pelayanan mengantar Eva menjadi pewarta. Seperti Eddy, Eva juga menjadi pengajar di Sekolah Evangelisasi Pribadi Shekinah. Selain itu, ia juga mewartakan dalam berbagai kesempatan, seperti dalam persekutuan doa, pendalaman iman, dan juga Kursus Persiapan Perkawinan.
(11)
Eva seakan bermetamorfosis. Sosok yang semula pemalu berganti menjadi pewarta yang sanggup bicara di hadapan banyak orang. ”Padahal, dulu saya ini susah bicara. Jika diajak suami menghadiri pertemuan dengan klien, saya minder,” ungkapnya. Ia yakin, kemampuannya mengajar merupakan anugerah Tuhan. ”Tuhan memampukan kami mengajar,” timpal Eddy.
Sejak tahun 1996, Eva kerap memimpin rombongan ziarah ke gua-gua Maria di Jawa Barat, Jawa Tengah, Medan, Bangka, Batam, Manado, dsb. ”Sejak pertama kali berziarah ke Sendangsono saya sudah terkesan. Waktu itu, saya minta didoakan oleh Bunda Maria agar suami bertobat,” kenangnya.
Setelah kekerasan hati suaminya luluh, Eva membawanya berziarah ke Sendangsono tahun 1992. Selang setahun, Eva bersama suami dan kedua putranya berziarah ke Lourdes dan Tanah Suci. ”Meski uang simpanan kami habis karena biayanya besar sekali, saya tak peduli,” lanjut Eva.
Kegemarannya membawa rombongan ziarah membuat Eva mandiri. Bila awalnya, ia masih ditemani suaminya memimpin rombongan, belakangan ia melakukannya sendiri. Biasanya ia bekerjasama dengan travel biro yang mengoordinir tetek-bengek ziarah. ”Dulu, saya memimpin satu bus rombongan, sementara suami juga memimpin satu bus rombongan.” Belakangan, aktivitas rohani Eddy kian membukit sehingga tak mungkin lagi ia membawa rombongan ziarah.
Eva mengaku, tidak menggalang dana dalam memimpin ziarah. Semua semata karena devosinya yang mendalam kepada Bunda Maria. ”Kalau ada kelebihan uang, saya serahkan kepada Gereja,” akunya.
Meraih tangan
Awalnya, Eddy sempat risih dibuntuti istrinya dalam tugas-tugas pewartaan. ”Sepertinya dia mau mengontrol saya,” kilahnya. Namun, lama-kelamaan ia justru merasa nyaman didampingi Eva. ”Sekarang kalau bertugas sendiri, saya malah canggung. Apalagi, orang-orang selalu menanyakan istri saya.”
Karena mendalami Kitab Suci dan melayani bersama, Eddy dan Eva membiasakan diri berhimpun dalam doa dan diskusi di rumahnya. Tak jarang terjadi gesekan pendapat di antara keduanya. ”Berbeda pendapat itu biasa,” beber Eddy.
Meski demikian, mereka sepakat mewartakan bersama jika waktunya memungkinkan. Ketika anak-anaknya masih remaja, tak jarang Eddy dan Eva membawa mereka dalam persekutuan doa. ”Adakalanya kami melantunkan puji-pujian bersama,” tambah Eva. Kadang anak-anak mereka terlibat dalam kepanitiaan acara rohani yang diselenggarakan oleh Eddy dan Eva.
”Mewartakan itu membawa sukacita. Ada kebahagiaan tersendiri membagikan pengalaman akan Tuhan,” lanjut Eddy dengan paras berseri-seri. Itu sebabnya, keletihan tak kuasa menderanya kendatipun ia baru tiba di rumah setelah rembulan lindap dari hamparan cakrawala.
Keinginan bisa mewartakan Tuhan bersama sang istri, nyatanya tak pernah lekang. Setiapkali menerima komuni, Eddy menggenggam tangan istrinya. Dalam hati, ia memadahkan permohonan, ”Tuhan, pakailah kami berdua sebagai saluran berkat-Mu...”
(12)
Lampiran 7
Markus 10:1-12 PERCERAIAN
10:1. Dari situ Yesus berangkat ke daerah Yudea dan ke daerah seberang sungai Yordan dan di situpun orang banyak datang mengerumuni Dia; dan seperti biasa Ia mengajar mereka pula.
10:2 Maka datanglah orang-orang Farisi, dan untuk mencobai Yesus mereka bertanya kepada-Nya: "Apakah seorang suami diperbolehkan menceraikan isterinya?"
10:3 Tetapi jawab-Nya kepada mereka: "Apa perintah Musa kepada kamu?" 10:4 Jawab mereka: "Musa memberi izin untuk menceraikannya dengan
membuat surat cerai."
10:5 Lalu kata Yesus kepada mereka: "Justru karena ketegaran hatimulah maka Musa menuliskan perintah ini untuk kamu.
10:6 Sebab pada awal dunia, Allah menjadikan mereka laki-laki dan perempuan,
10:7 sebab itu laki-laki akan meninggalkan ayahnya dan ibunya dan bersatu dengan isterinya,
10:8 sehingga keduanya itu menjadi satu daging. Demikianlah mereka bukan lagi dua, melainkan satu.
10:9 Karena itu, apa yang telah dipersatukan Allah, tidak boleh diceraikan manusia."
10:10 Ketika mereka sudah di rumah, murid-murid itu bertanya pula kepada Yesus tentang hal itu.
10:11 Lalu kata-Nya kepada mereka: "Barangsiapa menceraikan isterinya lalu kawin dengan perempuan lain, ia hidup dalam perzinahan terhadap isterinya itu.
10:12 Dan jika si isteri menceraikan suaminya dan kawin dengan laki-laki lain, ia berbuat zinah."