• Tidak ada hasil yang ditemukan

KECAMATAN LUBUK PAKAM

2.1. SEJARAH DAN PROFIL KELUARGA SIAHAAN 1 Keluarga B Siahaan (Alm)/ S.Br Napitupulu (Alm)

2.1.4. Keluarga K Siahaan (Alm)/ I.Br Nasution

Peneliti bersama M. Lumban Gaol melakukan observasi rumah dan wawancara terhadap I.Br.Nasution tentang sejarah dan profil keluarga mereka tepat pukul 14.00 WIB. Pada saat itu I.Br. Nasution sedang duduk di dapur sambil

merokok karena kecapain setelah berjualan ikan di pasar tradisional Lubuk Pakam, sedangkan anaknya Dodi sedang istrahat siang di atas sebuah karpet di ruang tengah tepatnya di depan Televisi.

Pada awal kami menuju dapur, I.Br. Nasution tersenyum kecil sambil mematikan rokoknya menyambut kedatangan kami. Ia agak sedikit heran melihat kedatangan kami, karena sebelumnya kami tidak pernah melakukan kunjungan secara pribadi tanpa didampingi angkang boru-nya E.Br. Lumban Gaol terkecuali ada hal penting yang disampaikan tetapi angkang boru-nya tersebut berhalangan datang. Sesampai di dapur, I.Br. Nasution meminta kami untuk duduk di ruang tengah dan menyuruh Dodi untuk menyediakan minuman, namun kami menolaknya secara halus karena tidak ingin merepotkan.

Di atas kursi yang terletak di ruang tengah, peneliti menjelaskan maksud kedatangannya ke rumah adalah untuk melakukan observasi dan wawancara tentang sejarah dan profil keluarga mereka. Pada mulanya ia sangat heran dan menanyakan atas tujuan apa menanyakan hal tersebut. Dalam kesempatan teresbut peneliti meyakinkanya lagi hingga akhirnya berhasil memecahkan suasana yang hampir tegang terebut menjadi suasana yang lebih rileks dan berhasil menjalin hubungan yang baik dengannya ketika melakukan wawancara. Hal ini terbukti dari caranya berbicara lepas ketika menjelaskan apa yang ditanyakan oleh peneliti.

Ia menjelaskan bahwa pada awalnya pertemuannya dengan suaminya K. Siahaan (Alm) bermula ketika ia dikenalkan oleh sahabat dekatnya Leo yang

sekarang sudah tinggal di Jambi. Leo adalah teman dekat K. Siahaan (Alm) juga ketika masih duduk di bangku SMP di Kelurahan Cemara, Lubuk Pakam. Perkenalan tersebut berlanjut hingga mereka berpacaran selama 4 tahun.

Pada saat ingin melanjutkan hubungan ke pernikahan, awalnya Keluarga Siahaan, yaitu orang tua mereka B. Siahaan (Alm)/ S.Br. Napitupulu sangat tidak setuju dengan hal tersebut, sementara ketiga saudaranya yang lainnya tidak mengundang perbedaan pandangan terhadap pernikah tersebut. Ini terbukti dari sikap mereka yang tidak pernah menyambut kedatangan I.Br. Nasution ketika K. Siahaan (Alm) membawanya ke rumah. Namun K. Siahaan (Alm) tidak berhenti sampai di situ saja, karena ia selalu berusaha memberikan alasan yang cukup kuat untuk meyakinkan kedua orang tua bahwa keluarganya akan baik-baik saja setelah ia menikah nanti.

Alasan tersebut bisa dipahami dan diterima oleh kedua orang tuanya dengan berbagai macam persyaratan, yaitu dengan mengajak I.Br. Nasution berpindah agama menjadi agama Kristen Protestan. Sementara itu di sisi lain, pihak keluarga I.Br. Nasution akan merestui pernikan mereka dengan syarat bahwa I.Br. Nasution boleh menikah dengan K. Siahaan (Alm) tetap beragama Islam dan mengajak suaminya untuk ikut beragama Islam pula.

Perbedaan maksud dan keinginan yang dijadikan sebagai syarat restu bagi masing-masing kedua belah pihak menimbulkan permasalahan yang menimbulkan konflik. Hingga pada akhirnya pihak Keluarga Siahaan mengalah dan memberikan

izin kepada K. Siahaan (Alm) untuk menikahi I.Br. Nasution dan menganut agama Islam. Pernikahan juga dilakukan di rumah pihak perempuan yang juga dijadikan sebagai syarat restu yang diberikan orang tua I.Br. Nasution. Walaupun demikian setelah menikah hubungan I.Br. Nasution dengan kedua mertuanya tetap saja tidak terlalu dekat.

Setelah menikah mereka membentuk keluarga dan rumah tangga tersendiri di Gg. Bidan, Bakaran Batu, Lubuk Pakam. Di sana mereka bekerja sebagai pedagang ikan laut di pasar tradisional Lubuk Pakam. Setiap pukul 02.00 WIB mereka berangkat dari rumah dengan mengendarai sepeda motor hingga selesai berjualan pada pukul 14.00 WIB. Namun hal tersebut tidak bersifat mutlak, tergantung pada laris tidaknya ikan yang di jual. Pada saat ikannya laris, mereka akan pulang lebih awal. Demikian pula sebaliknya, jika ikannya tidak cepat habis maka mereka lebih lama pulang dari biasanya. Namun jika ikan juga tidak habis hingga sore hari, mereka membawanya pulang dan menyimpannya di rumah untuk dijual kembali pada esok harinya.

K. Siahaan meninggal sekitar 5 tahun yang lalu, yaitu ketika ia berusia 52 tahun. Meninggalnya ia di rumah pada saat isterinya I.Br. Nasution sedang berada di penjara sebagai tahanan pengedar ganja. Sebenarnya penyakit yang dideritanya berawal dari stress yang berkepanjangan karena memikirkan isterinya masuk penjara sudah setahun lamanya. Sementara itu penyebab isterinya masuk penjara adalah akibat pengaduan keluarga adiknya sendiri yaitu L. Siahaan/ U.Br. Panjaitan.

Akibatnya ia tidak lagi memperdulikan kesehatannya dan mengurung diri di kamar sepanjang hari hingga meninggal dunia di kamar itu juga.

Keluarga K. Siahaan (Alm)/ I.Br. Nasution memiliki 3 orang anak, yaitu Hendri Siahaan, Noni Br. Siahaan, dan Dodi Siahaan. Hendri Siahaan berusia 28 tahun dan sudah menikah dengan Vero, perempuan berusia 22 tahun beragama Islam. Sekarang mereka tinggal di rumah mertuanya di Jalan Antara, Bakaran Batu yang yang tidak jauh dari rumah orang tuanya. Di sana ia bekerja sebagai kuli bangunan sedangkan isterinya sebagai ibu rumah tangga. Saat ini mereka sudah memiliki 3 orang anak, bernama Bagas, Cici, dan Magnalita.

Anak mereka yang ke-2 adalah Noni yang sekarang berusia 27 tahun dan sudah menikah dengan Boby, yaitu sbekerja sebagai seorang polisi. Sekarang Noni sudah memiliki 1 orang anak perempuan bernama Kiki yang masih berusia 4 tahun. Sedangkan ito-nya yang paling kecil, yaitu Dodi yang sekarang berusia 24 tahun tinggal bersama orang tuanya di Gg. Bidan, Bakaran Batu. Di sana ia bekerja sebagai karyawan di salah satu pabrik di Tanjung Morawa.