• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

2. Konsep Keluarga

Keluarga didefinisikan berbeda-beda tergantung kepada orientasi teoritis “pendefinisi” yaitu dengan menggunakan penjelasan yang penulis cari untuk menghubungkan keluarga (Friedman, 1998).

Keluarga adalah dua orang atau lebih yang disatukan oleh ikatan-ikatan kebersamaan dan ikatan emosional dan yang mengidentifikasikan diri mereka sebagai bagian dari keluarga. Dari definisi ini juga termasuk keluarga besar yang hidup dalam satu atau dua rumah tangga, pasangan yang hidup bersama sebagai pasangan suami istri, keluarga-keluarga tanpa anak, keluarga lesbian dan homoseks, dan keluarga-keluarga dengan orang tua tunggal (Friedman, 1998).

Keluarga menurut Duvall adalah sekumpulan orang yang dihubungkan oleh ikatan perkawinan, adopsi, kelahiran yang bertujuan menciptakan dan mempertahankan budaya yang umum, meningkatkan perkembangan fisik, mental, emosional, dan sosial dari tiap anggota. WHO (1969) mendefinisikan keluarga yaitu anggota rumah tangga yang saling berhubungan melalui pertalian darah, adopsi atau perkawinan. Sedangkan menurut Departemen kesehatan RI (1988), keluarga adalah unit terkecil dari suatu masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga dan beberapa orang yang terkumpul dan tinggal di suatu tempat di bawah suatu atap dalam keadaan saling ketergantungan (Mubarak, 2009).

Indonesia merupakan salah satu negara yang menjunjung tinggi adat ketimuran yang menekankan bahwa keluarga harus dibentuk atas dasar perkawinan, seperti yang tertulis dalam Peraturan Pemerintah (PP) No. 21 tahun 1994 bahwa keluarga dibentuk berdasarkan atas perkawinan yang sah (Suprajitno, 2004).

2.2 Struktur Keluarga

Parad dan Caplan (1965) yang diadopsi oleh Friedman mengatakan ada empat elemen struktur keluarga, yaitu:

2.2.1 Struktur peran keluarga

Peran menunjukkan serangkaian perilaku yang kurang lebih bersifat homogen, yang didefinisikan dan diharapkan secara normatif dari seorang yang memegang suatu posisi dalam situasi sosial tertentu (Friedman, 1998).

Struktur peran menggambarkan peran masing-masing anggota keluarga dalam keluarga sendiri dan perannya di lingkungan masyarakat atau peran formal dan informal (Suprajitno, 2004).

2.2.2 Nilai atau norma keluarga

Nilai-nilai keluarga merupakan suatu sistem ide, sikap, dan kepercayaan tentang nilai suatu keseluruhan atau konsep yang secara sadar maupun tidak sadar mengikat secara bersama-sama seluruh anggota keluarga dalam suatu budaya lazim (Friedman, 1998).

2.2.3 Pola komunikasi keluarga

Komunikasi adalah proses tukar-menukar perasaan, keinginan, kebutuhan-kebutuhan, opini-opini yang berfungsi penting untuk mengikat subsistem-subsistem secara bersama-sama dalam rangka membentuk ikatan (kohesif) menyeluruh dan memelihara seluruh sistem.

Pola-pola komunikasi dalam sistem keluarga mempunyai suatu pengaruh besar terhadap anggota individu. Individualisasi, belajar tentang orang lain, dan

mampu membuat pilihan, semuanya tergantung kepada informasi yang masuk melewati para anggota keluarga.

Komunikasi dalam keluarga yang sehat merupakan proses dua arah yang sangat dinamis. Pengirim pesan sebaiknya menyatakan dengan tegas masalahnya, menjelaskan dan mengubah apa yang dikatakan pada saat yang sama, meminta dan menerima umpan balik. Sedangkan penerima pesan sebaiknya menjadi pendengar yang aktif, memberikan umpan balik, dan melakukan validasi (Friedman, 1998).

2.2.4 Struktur kekuatan keluarga

Kekuatan keluarga menggambarkan kemampuan anggota keluarga untuk memengaruhi dan mengendalikan orang lain untuk mengubah perilaku keluarga yang mendukung kesehatan (Suprajitno, 2004). Komponen utama dari kekuatan keluarga adalah pengaruh dan pengambilan keputusan. Pengaruh didefinisikan sebagai tingkat penggunaan tekanan formal maupun informal oleh seorang anggota keluarga terhadap orang lain dan berhasil dalam memaksakan pandangan orang tersebut, walaupun pada awalnya menjadi lawan. Pembuatan keputusan yaitu proses pencapaian persetujuan dan komitmen anggota keluarga untuk melakukan serangkaian tindakan atau merupakan alat untuk menyelesaikan segala sesuatu (Friedman, 1998). Struktur kekuatan berupa hak (legitimate power), ditiru (referent power), keahlian (expert power), hadiah (reward power), paksa (coercive power), dan afektif (affektif power) (Mubarak, 2009).

Peranan keluarga menggambarkan seperangkat perilaku interpersonal, sifat, kegiatan yang berhubungan dengan individu dalam posisi dan situasi tertentu. Peranan individu dalam keluarga didasari oleh harapan dan pola perilaku dari keluarga, kelompok, dan masyarakat (Setiadi, 2008).

2.3.1 Peran formal keluarga

Peran formal dalam keluarga adalah peran-peran yang terkait, yaitu sejumlah perilaku yang kurang lebih bersifat homogen. Keluarga membagi peran secara merata kepada para anggotanya seperti cara masyarakat membagi peran-perannya menurut pentingnya pelaksanaan peran bagi berfungsinya suatu sistem. Ada peran yang membutuhkan keterampilan dan kemampuan tertentu, ada juga peran yang tidak terlalu kompleks sehingga dapat didelegasikan kepada mereka yang kurang terampil atau kepada mereka yang kurang memiliki kekuasaan.

Peran formal yang standar terdapat dalam keluarga seperti pencari nafkah, ibu rumah tangga, tukang perbaiki rumah, sopir, pengasuh anak, manajer keuangan, dan tukang masak. Jika dalam keluarga hanya terdapat sedikit orang yang memenuhi peran ini, maka akan lebih banyak tuntutan dan kesempatan bagi anggota keluarga untuk memerankan beberapa peran pada waktu yang berbeda (Mubarak, 2009).

2.3.2 Peran informal keluarga

Peran-peran formal bersifat implisit, biasanya tidak tampak, dimainkan hanya untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan emosional individu dan/atau untuk menjaga keseimbangan dalam keluarga. Peran informal mempunyai tuntutan yang

berbeda, tidak terlalu didasarkan pada usia, ataupun jenis kelamin, melainkan didasarkan pada atribut-atribut personalitas atau kepribadian anggota keluarga individual. Beberapa contoh peran informal adaptif seperti pendorong, pengharmonis, inisiator-kontributor, pendamai, perawatan keluarga, penghubung keluarga, pionir keluarga, sahabat, penghibur, koordinator, pengikut, dan saksi. Contoh peran informal yang merusak seperti penghalang, dominator, penyalah, martir, keras hati, kambing hitam keluarga, dan distraktor (Mubarak, 2009).

2.4 Fungsi Keluarga

Secara umum fungsi keluarga menurut Friedman (1998 dalam Setiadi 2008) adalah sebagai berikut:

2.4.1 Fungsi afektif

Fungsi afektif adalah fungsi keluarga yang utama untuk mengajarkan segala sesuatu untuk mempersiapkan anggota keluarga berhubungan dengan orang lain.

2.4.2 Fungsi sosialisasi

Fungsi sosialisasi adalah fungsi mengembangkan dan tempat melatih anak untuk berkehidupan sosial sebelum meninggalkan rumah untuk berhubungan dengan orang lain di luar rumah.

2.4.3 Fungsi reproduksi

Fungsi reproduksi adalah fungsi untuk mempertahankan generasi dan menjaga kelangsungan keluarga.

Fungsi ekonomi yaitu keluarga berfungsi untuk memenuhi kebutuhan keluarga secara ekonomi dan tempat untuk mengembangkan kemampuan individu meningkatkan penghasilan untuk memenuhi kebutuhan keluarga.

2.4.5 Fungsi perawatan/pemeliharaan kesehatan

Fungsi perawatan/pemeliharaan kesehatan yaitu fungsi untuk mempertahankan keadaan kesehatan anggota keluarga agar tetap memiliki produktivitas tinggi.

2.5 Tugas Keluarga di Bidang Kesehatan

Sesuai dengan fungsi pemeliharaan kesehatan, keluarga mempunyai tugas di bidang kesehatan yang perlu dipahami dan dilakukan. Tugas keluarga dalam bidang kesehatan menurut Freeman (1981 dalam Suprajitno, 2004) meliput i:

1. Mengenal masalah kesehatan keluarga

Kesehatan merupakan kebutuhan keluarga yang tidak boleh diabaikan karena tanpa kesehatan segala sesuatu tidak akan berarti. Orang tua perlu mengenal keadaan kesehatan dan perubahan-perubahan yang dialami anggota keluarga walaupun perubahan tersebut sedikit. Perubahan keluarga perlu dicatat kapan terjadinya, perubahan apa yang terjadi , dan sebesar apa perubahannya.

Keluarga mempunyai tugas utama untuk mengupayakan pertolongan yang tepat sesuai dengan keadaan keluarga, dengan pertimbangan siapa di antara anggota keluarga yang mempunyai kemampuan untuk memutuskan atau menentukan tindakan keluarga. Jika keluarga mempunyai keterbatasan dapat meminta bantuan kepada orang di sekitar lingkungan tempat tinggal keluarga.

3. Merawat keluarga yang mengalami gangguan kesehatan

Sering kali keluarga telah mengambil tindakan yang tepat dan benar, tetapi keluarga memiliki keterbatasan yang telah diketahui keluarga sendiri. Oleh karena itu, anggota keluarga yang mengalami gangguan kesehatan perlu memperoleh tindakan lanjutan atau perawatan agar masalah yang lebih parah tidak terjadi. Perawatan dapat dilakukan di institusi pelayanan kesehatan atau di rumah jika keluarga telah memiliki kemampuan melakukan tindakan untuk pertolongan pertama.

4. Memodifikasi lingkungan keluarga untuk menjamin kesehatan keluarga. 5. Memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan di sekitarnya bagi keluarga.

3. Konsep Dukungan Keluarga

Dokumen terkait