• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Dukungan Keluarga terhadap Kepatuhan Menjalankan Pengobatan pada Pasien Hipertensi di Puskesmas Indrapura Kabupaten Batubara

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pengaruh Dukungan Keluarga terhadap Kepatuhan Menjalankan Pengobatan pada Pasien Hipertensi di Puskesmas Indrapura Kabupaten Batubara"

Copied!
139
0
0

Teks penuh

(1)

Pengaruh Dukungan Keluarga terhadap Kepatuhan

Menjalankan Pengobatan pada Pasien Hipertensi

di Puskesmas Indrapura Kabupaten Batu Bara

SKRIPSI

Oleh

Miranti Lubis

091101015

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)
(3)

Judul : Pengaruh Dukungan Keluarga terhadap Kepatuhan Menjalankan Pengobatan pada Pasien Hipertensi di Puskesmas Indrapura Kabupaten Batu Bara

Nama Mahasiswa : Miranti Lubis

NIM : 091101015

Jurusan : S1 Keperawatan Tahun Akademik : 2013

Abstrak

Dukungan keluarga sangat diperlukan oleh pasien hipertensi dalam mengatasi masalah-masalah mereka yang terjadi selama pengobatan jangka panjang. Kepatuhan pasien hipertensi menentukan keberhasilan program pengobatan. Desain penelitian ini adalah deskriptif asosiatif yang bertujuan untuk menganalisis pengaruh dukungan keluarga terhadap kepatuhan menjalankan pengobatan pada pasien hipertensi di Puskesmas Indrapura Kabupaten Batu Bara. Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 7 Februari 2013 – 2 April 2013 terhadap 41 pasien hipertensi. Pengambilan sampel dilakukan secara purposive sampling. Hasil analisa data menunjukkan bahwa sebagian besar pasien hipertensi memiliki dukungan keluarga yang baik sebanyak 19 orang (46,3%), dan patuh menjalankan pengobatan sebanyak 31 orang (75,6%). Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel dukungan keluarga memiliki nilai significancy (p) yaitu 0,012 (p<0,05) dan nilai r sebesar 0,388 yang berarti ada pengaruh dukungan keluarga terhadap kepatuhan menjalankan pengobatan pada pasien hipertensi. dengan arah korelasi positif dan kekuatan korelasi yang lemah. Disarankan kepada perawat dan khususnya keluarga agar memotivasi dan mendukung pasien hipertensi untuk mematuhi program pengobatan.

(4)

Title : The Influence of Family Support on Compliance of Hypertension Patients in Being under Treatment at Indrapura Puskesmas, Batu Bara District

Name : Miranti Lubis Std. ID Number : 091101015 Study Program : Nursing Academic Year : 2013

Abstract

Family support is highly needed by hypertension patients in coping with their problems during the long term treatment. Compliance of hypertension patients determines the success of the treatment program. The design of the study was descriptive associative which was aimed to analyze the influence of family support on the compliance of hypertension patients being under treatment at Indrapura Puskesmas, Batu Bara District. The study was conducted from February 7 to April 2, 2013.The samples consisted of 41 hypertension patients, using purposive sampling technique. The result of the data analysis showed that 19 hypertension patients (46.3%) had good family support, and 31 of them (75.6%) complied with being under treatment. The result of the study showed that the variable of family support had the significance value (p) of 0.012 (p = 0.05) and r value of 0.388 which indicated that there was the influence of family support on the compliance in being under treatment with positive correlation and weak correlation power. It is recommended that nurses, particularly families, motivate and support hypertension patients to comply with treatment program.

(5)

PRAKATA

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas berkah dan rahmat

serta karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penulisan

skripsi ini yang berjudul “Pengaruh Dukungan Keluarga terhadap Kepatuhan

Menjalankan Pengobatan pada Pasien Hipertensi di Puskesmas Indrapura

Kabupaten Batubara”. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat bagi penulis

untuk menyelesaikan pendidikan dan mencapai gelar sarjana di Fakultas

Keperawatan Universitas Sumatera Utara Medan.

Penyusunan skripsi ini telah banyak mendapat bantuan, bimbingan, dan

dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih

kepada:

1. Bapak dr. Dedi Ardinata, M.Kes selaku Dekan Fakultas Keperawatan

Universitas Sumatera Utara dan Ibu Erniyati, S.Kp, MNS selaku

Pembantu Dekan I Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Siti Zahara Nasution, S.Kp, MNS selaku dosen pembimbing

skripsi yang telah menyediakan waktu serta memberikan arahan dan

masukan kepada penulis selama penyusunan skripsi ini.

3. Ibu Lufthiani, S.Kep, Ns, M.Kes selaku dosen penguji I dan Bapak

Mula Tarigan, SKp, M.Kes selaku dosen penguji II yang telah

memberikan masukan dalam penyelesaian skripsi ini.

4. Seluruh Dosen Pengajar S1 Fakultas Keperawatan Universitas

(6)

perkuliahan dan staf nonakademik yang membantu memfasilitasi secara administratif.

5. Kepala Puskesmas Indrapura Kabupaten Batu Bara, dr. Isneri dan

seluruh staf yang telah memberikan izin penelitian dan

memperlakukan penulis dengan baik selama penelitian.

6. Para responden yang telah bersedia berpartisipasi selama proses

penelitian berlangsung.

7. Teristimewa kepada kedua orang tuaku ayahanda Sabri Lubis dan

Ibunda Nurasiah Margolang, kepada abangku Muhammad Zulmi

Lubis, dan adik-adikku Indra Respati Lubis dan Abdul Rais Effendi

Lubis.

8. Anak-anak kos Gang Sarmin No. 15 tercinta, Kak Riza, Kak Dita, Ilda,

Nurhalimah, Yuhana, dan Rina yang merupakan kawan SMA, kawan

kuliah bahkan kawan sekamar.

9. Teman-teman F.Kep stambuk 2009 tersayang. Kalian mengajarkan

banyak hal tentang pertemanan.

10.Semua pihak yang dalam kesempatan ini tidak dapat disebutkan

namanya satu persatu yang telah banyak membantu penulis baik dalam

penyelesaian skripsi ini maupun dalam menyelesaikan perkuliahan di

Fakultas Keperawatan USU.

Semoga Allah SWT melimpahkan berkah dan karunia-Nya kepada semua

(7)

dapat bermanfaat nantinya untuk pengembangan ilmu pengetahuan, terkhusus

ilmu keperawatan.

Medan, Juli 2013

(8)

DAFTAR ISI

(9)

2.1 Populasi Penelitian... 31

2.2 Sampel Penelitian ... 31

2.3 Teknik Sampling ………. 32

3. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 32

4. Pertimbangan Etik Penelitian ... 33

5. Instrumen Penelitian ... 33

6. Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen……... 36

6.1 Uji Validitas Instrumen ………... 36

6.2 Uji Reliabilitas Instrumen ………... 36

7. Metode Pengumpulan Data ... 37

8. Analisa Data ……….. 38

9. Uji Normalitas Data ……….. 40

BAB 5. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ……….. 41

1. Hasil Penelitian ……….. 41

1. Lembar Persetujuan Menjadi Responden 2. Instrumen Penelitian

3. Anggaran Dana Penelitian 4. Jadwal Penelitian

5. Surat Survey Awal 6. Surat Pengambilan Data 7. Surat Izin Pengambilan Data 8. Lembar Persetujuan Uji Validitas 9. Uji Reliabilitas Instrumen

10. Tabel Data Dukungan Keluarga dan Kepatuhan

11. Tabel Distribusi Frekuensi Data Demografi Pasien Hipertensi 12. Tabel Distribusi Frekuensi Variabel

13. Tabel Distribusi Frekuensi dan Presentase Jawaban Responden tentang Dukungan Keluarga

14. Tabel Uji Normalitas Data 15. Tabel Korelasi Spearman rho

(10)

DAFTAR SKEMA

(11)

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Klasifikasi Hipertensi Menurut JNC VII ………...………… 7

Tabel 2 Modifikasi Gaya Hidup untuk Mencegah dan Mengontrol Hipertensi Berdasarkan JNC VII ………... 14

Tabel 3 Defenisi operasional variabel penelitian ……….…...… 28

Tabel 4 Panduan Interpretasi Hasil Uji Hipotesis Berdasarkan Kekuatan Korelasi, Nilai p, dan Arah Korelasi ……….. 39

Tabel 5 Distribusi Frekuensi dan Persentase Karakteristik Data Demografi Responden di Puskesmas Indrapura Kabupaten Batubara (n=41)

……… 42

Tabel 6 Distribusi Frekuensi dan Persentase Pasien Hipertensi Berdasarkan Dukungan Keluarga kepada Pasien Hipertensi di Puskesmas Indrapura Kabupaten Batubara (n=41) ……… 44

Tabel 7 Distribusi Frekuensi dan Persentase Pasien Hipertensi Berdasarkan Kepatuhan Menjalankan Pengobatan di Puskesmas Indrapura Kabupaten Batubara (n=41) ……… 44

(12)

Judul : Pengaruh Dukungan Keluarga terhadap Kepatuhan Menjalankan Pengobatan pada Pasien Hipertensi di Puskesmas Indrapura Kabupaten Batu Bara

Nama Mahasiswa : Miranti Lubis

NIM : 091101015

Jurusan : S1 Keperawatan Tahun Akademik : 2013

Abstrak

Dukungan keluarga sangat diperlukan oleh pasien hipertensi dalam mengatasi masalah-masalah mereka yang terjadi selama pengobatan jangka panjang. Kepatuhan pasien hipertensi menentukan keberhasilan program pengobatan. Desain penelitian ini adalah deskriptif asosiatif yang bertujuan untuk menganalisis pengaruh dukungan keluarga terhadap kepatuhan menjalankan pengobatan pada pasien hipertensi di Puskesmas Indrapura Kabupaten Batu Bara. Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 7 Februari 2013 – 2 April 2013 terhadap 41 pasien hipertensi. Pengambilan sampel dilakukan secara purposive sampling. Hasil analisa data menunjukkan bahwa sebagian besar pasien hipertensi memiliki dukungan keluarga yang baik sebanyak 19 orang (46,3%), dan patuh menjalankan pengobatan sebanyak 31 orang (75,6%). Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel dukungan keluarga memiliki nilai significancy (p) yaitu 0,012 (p<0,05) dan nilai r sebesar 0,388 yang berarti ada pengaruh dukungan keluarga terhadap kepatuhan menjalankan pengobatan pada pasien hipertensi. dengan arah korelasi positif dan kekuatan korelasi yang lemah. Disarankan kepada perawat dan khususnya keluarga agar memotivasi dan mendukung pasien hipertensi untuk mematuhi program pengobatan.

(13)

Title : The Influence of Family Support on Compliance of Hypertension Patients in Being under Treatment at Indrapura Puskesmas, Batu Bara District

Name : Miranti Lubis Std. ID Number : 091101015 Study Program : Nursing Academic Year : 2013

Abstract

Family support is highly needed by hypertension patients in coping with their problems during the long term treatment. Compliance of hypertension patients determines the success of the treatment program. The design of the study was descriptive associative which was aimed to analyze the influence of family support on the compliance of hypertension patients being under treatment at Indrapura Puskesmas, Batu Bara District. The study was conducted from February 7 to April 2, 2013.The samples consisted of 41 hypertension patients, using purposive sampling technique. The result of the data analysis showed that 19 hypertension patients (46.3%) had good family support, and 31 of them (75.6%) complied with being under treatment. The result of the study showed that the variable of family support had the significance value (p) of 0.012 (p = 0.05) and r value of 0.388 which indicated that there was the influence of family support on the compliance in being under treatment with positive correlation and weak correlation power. It is recommended that nurses, particularly families, motivate and support hypertension patients to comply with treatment program.

(14)

BAB 1 PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Keluarga merupakan unsur penting dalam perawatan, khususnya perawatan

pada anggota keluarga yang menderita penyakit, salah satunya penyakit

hipertensi. Hipertensi adalah kondisi penting di antara orang dewasa, yang

mempengaruhi hampir satu miliar orang di seluruh dunia dan menyebabkan

sekitar 7,1 juta kematian per tahun (Osamor & Owumi, 2011). Studi penelitian

Framingham Heart melaporkan risiko hipertensi menjadi sekitar 90% untuk pria

dan wanita yang nonhipertensif pada usia 55 atau 65 tahun dan selamat sampai

usia 80-85 (Chobanian, et al, 2004). Menurut WHO, 20–50% dari keseluruhan kematian pada penyakit kardiovaskuler disebabkan komplikasi hipertensi.

Laporan Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan

Indonesia didapatkan angka kejadian hipertensi pada golongan usia 45–54 tahun

adalah 19,5% yang meningkat menjadi 30,6% di atas umur 55 tahun (Suprianto,

dkk, 2009).

Berdasarkan data Kementerian Kesehatan Republik Indonesia,

menyebutkan hipertensi sebagai penyebab kematian nomor tiga setelah stroke dan

tuberkulosis, jumlahnya mencapai 6,7% dari populasi kematian pada semua umur

di Indonesia. Hasil Riset Kesehatan Dasar Balitbangkes tahun 2007 menunjukkan

prevalensi hipertensi di Indonesia mencapai 31,7% (Kemenkes, 2010).

Penyakit hipertensi jarang menimbulkan gejala sehingga banyak penderita

(15)

hipertensi esensial yang terjadi pada sebagian besar kasus tekanan darah tinggi

(95%) dimana penyebabnya tidak diketahui secara pasti. Oleh karena itu, tekanan

darah tinggi sering disebut silent killer (Palmer, 2007).

Di antara penyakit-penyakit kardiovaskuler (jantung dan pembuluh darah),

penyakit hipertensilah yang paling dapat dikendalikan. Dua cara utama untuk

mengendalikan penyakit ini adalah mengubah pola hidup dan menjalani

pengobatan (Sheps, 2005).

Keberhasilan suatu program pengobatan tidak hanya ditentukan oleh

diagnosis dan pemilihan obat yang tepat, tetapi juga oleh kepatuhan (compliance) pasien dalam melaksanakan pengobatan tersebut. Pengobatan hipertensi umumnya

dilakukan seumur hidup atau pengobatan jangka panjang sehingga kebanyakan

pasien tidak meminum obat antihipertensi sesuai dengan yang diresepkan dan

menghentikannya setelah 1 tahun (Manurung, 2011).

Hasil penelitian di Amerika Serikat mengungkapkan bahwa pengobatan

jangka panjang selalu menjadi masalah dalam setiap kondisi penyakit kronis,

termasuk hipertensi. Banyak pasien yang bersikap negatif terhadap minum obat,

terutama jika mereka merasa baik (Osamor & Owumi, 2011). Dari sekitar 15 juta

penderita hipertensi di Indonesia, hanya 4% hipertensi yang terkendali (Bustan,

2007).

Salah satu strategi untuk mengatasi ketidakpatuhan adalah dengan

memanfaatkan keluarga. Keluarga merupakan sistem pendukung utama terhadap

masalah-masalah yang terjadi pada anggota keluarganya. Secara umum

(16)

mereka butuhkan dari seseorang atau sekelompok orang biasanya cenderung lebih

mudah mengikuti nasehat medis dari pada mereka yang kurang merasa mendapat

dukungan (Suprianto, dkk, 2009).

Menurut Friedman (1998), keluarga mempunyai peran yang sangat penting

dalam menentukan perilaku dari anggota keluarganya yang sakit. Keluarga juga

bersifat instrumental dalam memutuskan dimana penanganan harus diberikan.

Penelitian yang dilakukan oleh Adriansyah (2010), yang meneliti tentang

analisis faktor yang berhubungan dengan ketidakpatuhan pasien penderita

hipertensi pada pasien rawat jalan di RSU H. Adam Malik Medan, didapatkan

hasil bahwa faktor utama yang mempengaruhi ketidakpatuhan adalah kurang

mendapatkan informasi tentang penyakitnya. Faktor lainnya adalah lamanya telah

menderita penyakit, tingkat kesembuhan yang lama, jarang melaksanakan

pemeriksaan ulang (check up), adanya pengobatan lain, usia, pendidikan, adanya reaksi obat yang merugikan, dan mahalnya biaya pengobatan.

Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Suprianto, dkk (2009) yang

meneliti tentang hubungan dukungan sosial keluarga dengan kepatuhan

menjalankan program pengobatan pasien hipertensi di URJ Jantung RSU Dr.

Soetomo Surabaya menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan dan

bersifat positif antara dukungan sosial keluarga dengan kepatuhan menjalankan

program pengobatan. Keluarga sebagai orang yang terdekat dengan pasien dapat

memberikan dukungan agar penderita dapat patuh menjalani pengobatan yang

(17)

Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti tertarik untuk melakukan

penelitian tentang bagaimana pengaruh dukungan keluarga terhadap kepatuhan

menjalankan pengobatan pada pasien hipertensi.

2. Tujuan Penelitian

2.1 Mengidentifikasi dukungan keluarga terhadap pasien hipertensi

2.2 Mengidentifikasi kepatuhan menjalankan pengobatan pada pasien

hipertensi

2.3 Menganalisis pengaruh dukungan keluarga terhadap kepatuhan

menjalankan pengobatan pada pasien hipertensi

3. Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan di atas, maka pertanyaan

penelitian yang timbul adalah :

3.1 Bagaimana dukungan keluarga terhadap pasien hipertensi?

3.2 Bagaimana kepatuhan menjalankan pengobatan pada pasien hipertensi?

3.3 Apakah ada pengaruh dukungan keluarga terhadap kepatuhan menjalankan

pengobatan pada pasien hipertensi?

4. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan akan dapat memberikan manfaat kepada berbagai

pihak.

4.1 Bagi peneliti

Hasil penelitian dapat menambah pengetahuan dalam memberikan

(18)

4.2 Bagi instansi pendidikan

Hasil penelitian ini dapat bermanfaat sebagai sumber informasi untuk

pengembangan keperawatan khususnya keperawatan keluarga dan sebagai sumber

data untuk penelitian berikutnya yang berkaitan dengan dukungan keluarga dan

hipertensi.

4.3 Bagi instansi kesehatan

Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan masukan bagi tenaga

(19)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

1. Konsep Hipertensi

1.1 Pengertian Hipertensi

Tekanan darah secara alami berfluktuasi sepanjang hari. Tekanan darah

tinggi menjadi masalah bila tekanan darah tersebut persisten (Palmer, 2007).

Artinya, tekanan darah bertahan terus menerus secara konsisten pada level tinggi.

Hipertensi dikategorikan sebagai the silent disease karena penderita tidak mengetahui dirinya mengidap hipertensi sebelum memeriksakan tekanan

darahnya. Hipertensi yang terjadi dalam jangka waktu lama dan terus menerus

bisa memicu stroke, serangan jantung, gagal jantung dan merupakan penyebab utama gagal ginjal kronik (Agrina, dkk, 2011). Oleh karena itu, setiap orang harus

waspada dengan rutin memeriksakan tekanan darahnya.

Sekitar seperempat jumlah penduduk dewasa Amerika Serikat menderita

hipertensi sehingga hipertensi menjadi salah satu penyebab utama kematian di

negara tersebut. Penderita hipertensi tidak hanya berisiko tinggi menderita

penyakit jantung, tetapi juga menderita penyakit lain seperti penyakit saraf, ginjal,

dan pembuluh darah. Makin tinggi tekanan darah, makin besar risikonya.

Hipertensi didefinisikan sebagai peningkatan tekanan darah sistolik sedikitnya

140 mmHg atau tekanan diastolik sedikitnya 90 mmHg (Price & Wilson, 2006).

(20)

nyaman, posisi duduk punggung tegak atau terlentang paling sedikit selama 5

menit sampai 30 menit setelah merokok atau minum kopi (Anggraini, dkk, 2009).

1.2 Klasifikasi Hipertensi

The Joint National Committee on Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure (JNC VII) mengklasifikasikan tekanan darah untuk dewasa usia 18 tahun atau lebih menjadi kelompok normal, prehipertensi, hipertensi

derajat I, dan hipertensi derajat II (Chobanian, et al, 2004). Tabel 1. Klasifikasi Hipertensi Menurut JNC VII

Klasifikasi Tekanan Darah untuk Dewasa

Kategori Sistolik (mmHg) Diastolik (mmHg)

Normal < 120 dan < 80

Prehipertensi 120 – 139 atau 80 – 89

Hipertensi Derajat I 140 – 159 atau 90 – 99

Hipertensi Derajat II ≥ 160 atau ≥ 100

Sumber: Chobanian, et al, (2004)

1.3 Etiologi Hipertensi

Berdasarkan penyebabnya, hipertensi dibagi menjadi dua yaitu hipertensi

primer atau hipertensi esensial dan hipertensi sekunder. Hipertensi primer adalah

hipertensi yang penyebabnya tidak diketahui dengan pasti. Sekitar 95% kasus

tekanan darah tinggi digolongkan hipertensi primer (Palmer, 2007). Hipertensi

primer tidak disebabkan oleh faktor tunggal dan khusus. Hipertensi ini disebabkan

berbagai faktor yang saling berkaitan (Anggraini, dkk, 2009). Faktor risiko yang

menyebabkan seseorang lebih mudah terkena hipertensi dibagi menjadi faktor

yang tidak dapat diubah dan faktor yang dapat diubah. Faktor-faktor yang tidak

(21)

faktor-faktor yang dapat diubah antara lain obesitas, kurang gerak, merokok,

sensitivitas natrium, kalium rendah, minum minuman berakohol secara

berlebihan, dan stres (Sheps, 2005).

Sementara, hipertensi sekunder adalah hipertensi yang penyebabnya dapat

diketahui. Hipertensi sekunder lebih jarang terjadi, hanya sekitar 5% dari seluruh

kasus tekanan darah tinggi. Hipertensi sekunder dapat disebabkan oleh penyakit

ginjal, reaksi terhadap obat-obatan tertentu misalnya pil KB, hipertiroid,

hiperaldosteronisme, dan lain sebagainya (Palmer, 2007; Rusdi, 2009).

1.4 Patofisiologi Hipertensi

Hal yang mempengaruhi pengaturan tekanan darah adalah curah jantung ,

tahanan vaskular perifer, dan refleks baroreseptor. Curah jantung ditentukan oleh

volume sekuncup dan frekuensi jantung. Tahanan perifer ditentukan oleh diameter

arteriol. Bila diameternya mengecil (vasokonstriksi), maka tahanan perifer

meningkat dan bila diameternya membesar (vasodilatasi), maka tahanan perifer

akan menurun.

Selain itu, peningkatan tekanan darah juga dipengaruhi oleh faktor ginjal.

Jika tekanan dan volume darah menurun, maka ginjal akan melepaskan renin dan

eritropoetin. Renin akan mengakibatkan terbentuknya angiotensin I, yang akan

berubah menjadi angiotensi II. Angiotensin II akan meningkatkan curah jantung

dan tahanan perifer. Sedangkan eritropoetin yang dilepaskan akan meningkatkan

pembentukan sel darah merah. Manifestasi dari ginjal ini secara keseluruhan akan

(22)

1.5 Tanda dan Gejala Hipertensi

Hipertensi jarang menimbulkan gejala yang khas dan satu-satunya cara

untuk mengetahuinya adalah dengan mengukur tekanan darah. British Hypertension Society merekomendasikan untuk mengukur tekanan darah setidaknya sekali dalam lima tahun bahkan lebih sering jika memungkinkan

(Palmer, 2007).

Tanda dan gejala yang khas tidak akan timbul sampai pada taraf hipertensi

yang sudah lanjut dan membahayakan nyawa penderita, tetapi banyak orang

dengan tekanan darah yang sangat tnggi sekalipun tidak menunjukkan tanda atau

gejala. Tanda dan gejala yang sering dihubungkan dengan hipertensi seperti

keringat berlebihan, kejang otot, sering berkemih, denyut jantung yang cepat atau

tak beraturan (palpitasi), dan umumnya disebabkan oleh masalah lain yang

kemudian dapat menjadi hipertensi (Sheps, 2005).

1.6 Komplikasi Hipertensi

Beberapa penyakit yang bisa ditimbulkan akibat menderita hipertensi antara

lain stroke, serangan jantung dan gagal jantung, penyakit ginjal, dan mata. Stroke

lazim disebut dengan “serangan otak” yang terjadi karena terputusnya aliran darah

yang mengalir ke otak (Rusdi, 2009). Hipertensi mengakibatkan munculnya

perdarahan di otak yang disebabkan pecahnya pembuluh darah. Hal ini disebut

dengan stroke hemoragik. Dan ada juga yang diakibatkan oleh thrombosis

(pembekuan darah pada pembuluh darah) serta emboli (benda asing yang terbawa

(23)

pembuluh. Sumbatan ini dapat menyebabkan sel-sel otah tidak tersuplai oksigen.

Hal ini disebut dengan stroke iskemik (Ridwan, 2002).

Serangan jantung merupakan kematian jaringan otot jantung yang

diakibatkan oleh penyumbatan pada arteri koroner dalam jangka waktu lama.

Penyumbatan ini dapat diakibatkan oleh gumpalan darah atau thrombus (Ridwan,

2009). Gagal jantung adalah lemahnya gerak jantung memompa darah sehingga

keperluan tubuh yang terus-menerus akan oksigen dan zat nutrisi tidak terpenuhi.

Penyebab utama gagal jantung adalah adanya penyempitan atau penyumbatan

pada arteri koroner oleh plak di dinding arteri yang disebut aterosklerosis (Rusdi,

2009). Hipertensi dapat menyebabkan penumpukan lemak di dalam dan di bawah

lapisan dinding arteri. Untuk mengatasi kekurangan darah pada organ-organ dan

jaringan tubuh karena menyempitnya pembuluh darah maka tubuh menaikkan

tekanan darah. Hal ini dapat memperparah kerusakan pembuluh darah (Sheps,

2005).

Hipertensi merupakan penyebab utama gagal ginjal. Jika tekanan darah

terlalu tinggi, maka aliran darah ke nefron akan menurun sehingga ginjal tidak

dapat membuang produk sisa dari dalam darah. Lama-kelamaan produk sisa akan

menumpuk dalam darah, ginjal akan mengecil dan berhenti berfungsi (Sheps,

2005).

Hipertensi juga mempercepat penuaan pembuluh darah halus dalam mata

serta menyebabkan pembuluh darah halus dalam retina robek, berdarah dan cairan

(24)

sinyal-sinyal dari mata ke otak (saraf optik) akan mulai membengkak dan bisa

menyebabkan kebutaan (Sheps, 2005).

1.7 Penatalaksanaan Hipertensi

Tujuan program penanganan bagi setiap pasien hipertensi adalah mencegah

terjadinya morbiditas dan mortalitas dengan mencapai dan mempertahankan

tekanan darah di bawah 140/90 mmHg. Pengobatan hipertensi dapat dibagi

menjadi dua bagian, pengobatan nonfarmakologis (modifikasi gaya hidup) dan

pengobatan farmakologis (Chobanian, et al, 2004).

Pengobatan nonfarmakologis (modifikasi gaya hidup) meliputi penurunan

berat badan pada pasien dengan overweight atau obesitas, perencanaan diet berdasarkan DASH (Dietary Approaches to Stop Hypertension) yaitu kaya buah-buahan, sayuran, dan produk susu rendah kolesterol dan lemak jenuh dan total,

mengonsumsi makanan yang tinggi kalium dan kalsium, rendah natrium,

olahraga, membatasi asupan alkohol, dan berhenti rokok. Perubahan gaya hidup

selain menurunkan tekanan darah juga meningkatkan efektivitas obat

antihipertensi dan menurunkan risiko kardiovaskular (Chobanian, et al 2004). Penurunan kelebihan berat badan yang dapat dilakukan dengan menerapkan

gaya hidup sehat dengan olahraga dan pola makan seimbang. Penurunan berat

badan sebesar 4,5 kg dapat menurunkan tekanan darah. Cara menentukan berat

badan sehat adalah dengan mengukur Indeks Massa Tubuh (IMT) dan mengukur

lingkar pinggang. Menentukan IMT yaitu membagi angka berat badan (dalam kg)

dengan kuadrat tinggi badan (dalam meter). IMT 18,5–22,9 dinyatakan sehat, 23–

(25)

obesitas. Cara mengukur lingkar pinggang yaitu dengan melingkari perut tepat di

atas titik tertinggi pada kedua tulang pinggul. Pengukuran sebesar lebih dari 102

cm pada pria dan 88 cm pada wanita menunjukkan peningkatan risiko terhadap

kesehatan (Sheps, 2005).

Meningkatkan konsumsi buah-buahan dan sayuran juga dapat menurunkan

tekanan darah. Dianjurkan makan lima porsi atau lebih buah dan sayuran sehari

(Palmer, 2007). Tekanan darah, kolesterol, dan risiko penyakit kardiovaskular

dapat diturunkan dengan mengganti lemak jenuh dengan lemak tak jenuh tunggal

(misalnya minyak zaitun) dan lemak tak jenuh ganda (misalnya lemak omega-3

dalam minyak ikan) (Palmer, 2007). Para ahli gizi menyarankan konsumsi ikan

sedikitnya dua kali seminggu, tetapi hindari makan ikan besar karena ikan besar

dapat mengandung metilmerkuri yang berbahaya bagi tubuh (Sheps, 2005).

Dalam mengurangi asupan garam, British Hypertension Society

menganjurkan asupan garam dibatasi sampai kurang dari 2,4 g sehari atau setara

dengan 6 g garam atau sekitar satu sendok teh per hari. Cara yang dapat dilakukan

untuk mengurangi asupan garam seperti jangan menambah garam meja pada

makanan, jangan menambah garam saat memasak, gunakan bumbu lain untuk

menambah rasa makanan, perhatikan berapa banyak garam yang terkandung

dalam saus dan makanan yang diproses, dan hindari makan yang berkadar natrium

tinggi (Palmer, 2007).

Ketentuan mengonsumsi garam natrium bagi penderita hipertensi antara

lain bagi yang menjalani diet ringan diperbolehkan mengonsumsi garam tidak

(26)

mengonsumsi garam tidak lebih dari 1,25 – 3,75 g per hari, sedangkan bagi yang

menjalani diet berat diperbolehkan mengonsumsi garam tidak lebih dari 1,25 g per

hari (Rusdi, 2009).

Pengobatan nonfarmakologis berikutnya dapat dilakukan dengan

berolahraga atau mengaktivitaskan fisik. Olahraga mampu menyusutkan hormon

noradrenalin dan hormon-hormon lainnya yang menjadi penyebab menciutnya

pembuluh darah sehigga mengakibatkan naiknya tekanan darah (Rusdi, 2009).

Olahraga sebaiknya dilakukan teratur dan bersifat aerobik karena kedua sifat ini

dapat menurunkan tekanan darah serta sebaiknya dilakukan 30 menit sehari dan

usahakan setiap hari. Latihan aerobik misalnya bersepeda, berenang, berlari dan

berjalan cepat (Palmer, 2007). Aktivitas fisik yang teratur dapat menurunkan

tekanan darah sebanyak 5-10 mmHg (Sheps, 2005).

Hal yang penting dalam mengobati hipertensi adalah menghindari rokok

dan batasi konsumsi alkohol dan kafein. Mengonsumsi rokok, alkohol, dan kafein

secara berlebihan akan merangsang otak mengeluarkan hormon yang membuat

pembuluh darah menyempit sehingga memaksa jantung untuk bekerja lebih berat

karena tekanan yang lebih tinggi serta menyebabkan penumpukan lebih banyak

natrium dan air. Hal ini menyebabkan kenaikan tekanan darah.

Merokok dua batang saja maka baik tekanan sistolik maupun diastolik akan

meningkat 10 mmHg. Meminum alkohol dapat mempengaruhi efektivitas

beberapa obat hipertensi dan memperparah efek sampingnya. Mengurangi alkohol

dapat menurunkan tekanan sistolik 5 mmHg dan diastolik 3 mmHg. Kafein dalam

(27)

mmHg dan diastolik 4-13 mmHg pada orang yang tidak mempunyai hipertensi

(Sheps, 2005). Oleh karena itu, menghindari konsumsi rokok, alkohol, dan kafein

akan lebih baik untuk menurunkan tekanan darah. Bila tidak mampu, berhentilah

secara bertahap.

Hal lain yang perlu dilakukan untuk menurunkan tekanan darah adalah

mengendalikan stres. Orang yang stres, pembuluh darahnya akan mengkerut dan

menyempit sehingga mengakibatkan naiknya tekanan darah (Ridwan, 2009). Oleh

karena itu, orang yang terkena hipertensi sebaiknya dapat mengendalikan

stresnya.

Tabel 2. Modifikasi Gaya Hidup untuk Mencegah dan Mengontrol Hipertensi Berdasarkan JNC VII *

Modifikasi Rekomendasi

Menjaga berat badan normal (indeks massa tubuh 18,5 – 24,9 kg/m2) sayuran, dan produk makanan yang rendah lemak total, dengan kadar lemak total dan saturasi yang rendah

8-14 mmHg

Diet rendah natrium Mengurangi asupan natrium tidak lebih dari 100 mmol per hari (2,4 g natrium klorida atau 6 g sodium).

2-8 mmHg

Aktivitas fisik Melakukan aktivitas aerobik fisik secara teratur seperti jalan cepat (setidaknya 30 menit per hari, hampir setiap hari dalam seminggu)

4-9 mmHg

(28)

penggunaan alkohol tidak lebih dari 2 gelas (misalnya, 24 oz bir, 10 oz anggur, atau 3 oz 80 whiski) per hari pada sebagian besar laki-laki, dan tidak lebih dari 1 gelas per hari pada wanita dan laki-laki dengan bobot yang lebih ringan

Keterangan:

DASH : Dietary Approaches to Stop Hypertension (pendekatan diet untuk menghentikan hipertensi)

* Untuk semua penurunan resiko kardiovaskuler, berhenti merokok

† Efek implementasi dari modifikasi di atas bergantung pada dosis dan waktu, dan lebih baik pada beberapa orang

Sumber :Chobanian, et al, (2004)

Selain pengobatan nonfarmakologis, ada juga pengobatan farmakologis.

Terdapat beberapa obat antihipertensi yang sering digunakan yaitu angiotensin converting enzim inhibitor (ACEI), angiotensin receptor blocker (ARB), beta-blocker (BB), calsium canal blocker (CCB), dan diuretik (Chobanian, et al, 2004).

Pengobatan dimulai dengan modifikasi gaya hidup, dan jika tekanan darah

yang dikehendaki tidak tercapai, obat diuretik jenis tiazide harus digunakan

sebagai pengobatan awal pada semua pasien dengan hipertensi, baik penggunaan

secara tunggal maupun secara kombinasi dengan satu kelas antihipertensi lainnya

yang memperlihatkan manfaatnya untuk mengurangi satu atau lebih komplikasi

hipertensi pada hasil percobaan random terkontrol (Chobanian, et al, 2004).

Saat obat antihipertensi telah diberikan, pasien diharuskan kembali untuk

follow up paling tidak dalam interval sebulan sekali sampai tekanan darah target tercapai. Kunjungan yang lebih sering dibutuhkan untuk pasien dengan kategori

hipertensi derajat 2 atau jika disertai dengan komplikasi penyakit penyerta.

(29)

sebanyak 1-2 kali per tahun. Setelah tekanan darah mencapai target dan stabil,

follow up dan kunjungan harus dilakukan dalam interval 3-6 bulan sekali. Penyakit penyerta seperti gagal jantung, dan diabetes dapat mempengaruhi

frekuensi jumlah kunjungan. Faktor resiko penyakit kardiovaskuler lainnya harus

diobati untuk mendapatkan nilai tekanan darah target, dan penghindaran merokok

harus dilakukan. Penggunaan aspirin dosis rendah dilakukan hanya ketika tekanan

darah terkontrol, oleh karena resiko stroke hemoragik yang meningkat pada

pasien dengan hipertensi tidak terkontrol (Chobanian, et al, 2004).

Ada beberapa keadaan di mana seseorang akan langsung diberi obat

antihipertensi, misalnya, tekanan darah lebih dari 180/110 mmHg, tekanan darah

lebih dari 160/100 mmHg yang menetap selama kurun waktu tertentu, tekanan

darah lebih dari 140/90 mmHg dengan disertai salah satu atau lebih keadaan

seperti diabetes, kerusakan organ target (misalnya penyakit jantung, ginjal, atau

stroke), risiko penyakit kardiovaskular dalam 10 tahun lebih dari 20%. Namun,

jika tekanan darah hanya sedikit meningkat (kurang dari 140/90), seseorang akan

diberi obat antihipertensi bila perubahan gaya hidup tidak cukup menurunkan

tekanan darah (Palmer, 2007).

2. Konsep Keluarga

2.1 Definisi Keluarga

Keluarga didefinisikan berbeda-beda tergantung kepada orientasi teoritis

“pendefinisi” yaitu dengan menggunakan penjelasan yang penulis cari untuk

(30)

Keluarga adalah dua orang atau lebih yang disatukan oleh ikatan-ikatan

kebersamaan dan ikatan emosional dan yang mengidentifikasikan diri mereka

sebagai bagian dari keluarga. Dari definisi ini juga termasuk keluarga besar yang

hidup dalam satu atau dua rumah tangga, pasangan yang hidup bersama sebagai

pasangan suami istri, keluarga-keluarga tanpa anak, keluarga lesbian dan

homoseks, dan keluarga-keluarga dengan orang tua tunggal (Friedman, 1998).

Keluarga menurut Duvall adalah sekumpulan orang yang dihubungkan oleh

ikatan perkawinan, adopsi, kelahiran yang bertujuan menciptakan dan

mempertahankan budaya yang umum, meningkatkan perkembangan fisik, mental,

emosional, dan sosial dari tiap anggota. WHO (1969) mendefinisikan keluarga

yaitu anggota rumah tangga yang saling berhubungan melalui pertalian darah,

adopsi atau perkawinan. Sedangkan menurut Departemen kesehatan RI (1988),

keluarga adalah unit terkecil dari suatu masyarakat yang terdiri atas kepala

keluarga dan beberapa orang yang terkumpul dan tinggal di suatu tempat di bawah

suatu atap dalam keadaan saling ketergantungan (Mubarak, 2009).

Indonesia merupakan salah satu negara yang menjunjung tinggi adat

ketimuran yang menekankan bahwa keluarga harus dibentuk atas dasar

perkawinan, seperti yang tertulis dalam Peraturan Pemerintah (PP) No. 21 tahun

1994 bahwa keluarga dibentuk berdasarkan atas perkawinan yang sah (Suprajitno,

2004).

2.2 Struktur Keluarga

Parad dan Caplan (1965) yang diadopsi oleh Friedman mengatakan ada

(31)

2.2.1 Struktur peran keluarga

Peran menunjukkan serangkaian perilaku yang kurang lebih bersifat

homogen, yang didefinisikan dan diharapkan secara normatif dari seorang yang

memegang suatu posisi dalam situasi sosial tertentu (Friedman, 1998).

Struktur peran menggambarkan peran masing-masing anggota keluarga

dalam keluarga sendiri dan perannya di lingkungan masyarakat atau peran formal

dan informal (Suprajitno, 2004).

2.2.2 Nilai atau norma keluarga

Nilai-nilai keluarga merupakan suatu sistem ide, sikap, dan kepercayaan

tentang nilai suatu keseluruhan atau konsep yang secara sadar maupun tidak sadar

mengikat secara bersama-sama seluruh anggota keluarga dalam suatu budaya

lazim (Friedman, 1998).

2.2.3 Pola komunikasi keluarga

Komunikasi adalah proses tukar-menukar perasaan, keinginan,

kebutuhan-kebutuhan, opini-opini yang berfungsi penting untuk mengikat

subsistem-subsistem secara bersama-sama dalam rangka membentuk ikatan (kohesif)

menyeluruh dan memelihara seluruh sistem.

Pola-pola komunikasi dalam sistem keluarga mempunyai suatu pengaruh

(32)

mampu membuat pilihan, semuanya tergantung kepada informasi yang masuk

melewati para anggota keluarga.

Komunikasi dalam keluarga yang sehat merupakan proses dua arah yang

sangat dinamis. Pengirim pesan sebaiknya menyatakan dengan tegas masalahnya,

menjelaskan dan mengubah apa yang dikatakan pada saat yang sama, meminta

dan menerima umpan balik. Sedangkan penerima pesan sebaiknya menjadi

pendengar yang aktif, memberikan umpan balik, dan melakukan validasi

(Friedman, 1998).

2.2.4 Struktur kekuatan keluarga

Kekuatan keluarga menggambarkan kemampuan anggota keluarga untuk

memengaruhi dan mengendalikan orang lain untuk mengubah perilaku keluarga

yang mendukung kesehatan (Suprajitno, 2004). Komponen utama dari kekuatan

keluarga adalah pengaruh dan pengambilan keputusan. Pengaruh didefinisikan

sebagai tingkat penggunaan tekanan formal maupun informal oleh seorang

anggota keluarga terhadap orang lain dan berhasil dalam memaksakan pandangan

orang tersebut, walaupun pada awalnya menjadi lawan. Pembuatan keputusan

yaitu proses pencapaian persetujuan dan komitmen anggota keluarga untuk

melakukan serangkaian tindakan atau merupakan alat untuk menyelesaikan segala

sesuatu (Friedman, 1998). Struktur kekuatan berupa hak (legitimate power), ditiru (referent power), keahlian (expert power), hadiah (reward power), paksa (coercive power), dan afektif (affektif power) (Mubarak, 2009).

(33)

Peranan keluarga menggambarkan seperangkat perilaku interpersonal, sifat,

kegiatan yang berhubungan dengan individu dalam posisi dan situasi tertentu.

Peranan individu dalam keluarga didasari oleh harapan dan pola perilaku dari

keluarga, kelompok, dan masyarakat (Setiadi, 2008).

2.3.1 Peran formal keluarga

Peran formal dalam keluarga adalah peran-peran yang terkait, yaitu

sejumlah perilaku yang kurang lebih bersifat homogen. Keluarga membagi peran

secara merata kepada para anggotanya seperti cara masyarakat membagi

peran-perannya menurut pentingnya pelaksanaan peran bagi berfungsinya suatu sistem.

Ada peran yang membutuhkan keterampilan dan kemampuan tertentu, ada juga

peran yang tidak terlalu kompleks sehingga dapat didelegasikan kepada mereka

yang kurang terampil atau kepada mereka yang kurang memiliki kekuasaan.

Peran formal yang standar terdapat dalam keluarga seperti pencari nafkah,

ibu rumah tangga, tukang perbaiki rumah, sopir, pengasuh anak, manajer

keuangan, dan tukang masak. Jika dalam keluarga hanya terdapat sedikit orang

yang memenuhi peran ini, maka akan lebih banyak tuntutan dan kesempatan bagi

anggota keluarga untuk memerankan beberapa peran pada waktu yang berbeda

(Mubarak, 2009).

2.3.2 Peran informal keluarga

Peran-peran formal bersifat implisit, biasanya tidak tampak, dimainkan

hanya untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan emosional individu dan/atau untuk

(34)

berbeda, tidak terlalu didasarkan pada usia, ataupun jenis kelamin, melainkan

didasarkan pada atribut-atribut personalitas atau kepribadian anggota keluarga

individual. Beberapa contoh peran informal adaptif seperti pendorong,

pengharmonis, inisiator-kontributor, pendamai, perawatan keluarga, penghubung

keluarga, pionir keluarga, sahabat, penghibur, koordinator, pengikut, dan saksi.

Contoh peran informal yang merusak seperti penghalang, dominator, penyalah,

martir, keras hati, kambing hitam keluarga, dan distraktor (Mubarak, 2009).

2.4 Fungsi Keluarga

Secara umum fungsi keluarga menurut Friedman (1998 dalam Setiadi

2008) adalah sebagai berikut:

2.4.1 Fungsi afektif

Fungsi afektif adalah fungsi keluarga yang utama untuk mengajarkan

segala sesuatu untuk mempersiapkan anggota keluarga berhubungan dengan orang

lain.

2.4.2 Fungsi sosialisasi

Fungsi sosialisasi adalah fungsi mengembangkan dan tempat melatih anak

untuk berkehidupan sosial sebelum meninggalkan rumah untuk berhubungan

dengan orang lain di luar rumah.

2.4.3 Fungsi reproduksi

Fungsi reproduksi adalah fungsi untuk mempertahankan generasi dan

menjaga kelangsungan keluarga.

(35)

Fungsi ekonomi yaitu keluarga berfungsi untuk memenuhi kebutuhan

keluarga secara ekonomi dan tempat untuk mengembangkan kemampuan individu

meningkatkan penghasilan untuk memenuhi kebutuhan keluarga.

2.4.5 Fungsi perawatan/pemeliharaan kesehatan

Fungsi perawatan/pemeliharaan kesehatan yaitu fungsi untuk

mempertahankan keadaan kesehatan anggota keluarga agar tetap memiliki

produktivitas tinggi.

2.5 Tugas Keluarga di Bidang Kesehatan

Sesuai dengan fungsi pemeliharaan kesehatan, keluarga mempunyai tugas

di bidang kesehatan yang perlu dipahami dan dilakukan. Tugas keluarga dalam

bidang kesehatan menurut Freeman (1981 dalam Suprajitno, 2004) meliput i:

1. Mengenal masalah kesehatan keluarga

Kesehatan merupakan kebutuhan keluarga yang tidak boleh diabaikan

karena tanpa kesehatan segala sesuatu tidak akan berarti. Orang tua perlu

mengenal keadaan kesehatan dan perubahan-perubahan yang dialami

anggota keluarga walaupun perubahan tersebut sedikit. Perubahan

keluarga perlu dicatat kapan terjadinya, perubahan apa yang terjadi , dan

sebesar apa perubahannya.

(36)

Keluarga mempunyai tugas utama untuk mengupayakan pertolongan

yang tepat sesuai dengan keadaan keluarga, dengan pertimbangan siapa di

antara anggota keluarga yang mempunyai kemampuan untuk

memutuskan atau menentukan tindakan keluarga. Jika keluarga

mempunyai keterbatasan dapat meminta bantuan kepada orang di sekitar

lingkungan tempat tinggal keluarga.

3. Merawat keluarga yang mengalami gangguan kesehatan

Sering kali keluarga telah mengambil tindakan yang tepat dan benar,

tetapi keluarga memiliki keterbatasan yang telah diketahui keluarga

sendiri. Oleh karena itu, anggota keluarga yang mengalami gangguan

kesehatan perlu memperoleh tindakan lanjutan atau perawatan agar

masalah yang lebih parah tidak terjadi. Perawatan dapat dilakukan di

institusi pelayanan kesehatan atau di rumah jika keluarga telah memiliki

kemampuan melakukan tindakan untuk pertolongan pertama.

4. Memodifikasi lingkungan keluarga untuk menjamin kesehatan keluarga.

5. Memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan di sekitarnya bagi keluarga.

3. Konsep Dukungan Keluarga

3.1 Definisi Dukungan Keluarga

Dukungan keluarga mengacu kepada dukungan-dukungan sosial yang

dipandang oleh anggota keluarga sebagai sesuatu yang dapat diadakan untuk

keluarga. Kane mendefinisikan dukungan sosial keluarga sebagai suatu proses

(37)

Dukungan keluarga merupakan proses yang terjadi sepanjang hidup dan

sifat serta jenis dukungan sosial berbeda-beda dalam berbagai tahap siklus

kehidupan. Misalnya, jenis dan kuantitas dukungan sosial dalam fase perkawinan

(sebelum mendapat anak) sangat berbeda dengan banyaknya dan jenis dukungan

sosial dalam siklus kehidupan terakhir. Namun demikian, dalam semua tahap

siklus kehidupan, dukungan keluarga membuat keluarga mampu berfungsi dengan

berbagai kepandaian dan akal yang mengakibatkan meningkatnya kesehatan dan

adaptasi keluarga (Friedman, 1998).

3.2 Jenis Dukungan Keluarga

Dukungan keluarga menurut Friedman (1998) dapat dibagi menjadi empat

jenis antara lain dukungan informasional, dukungan penilaian, dukungan

instrumental, dan dukungan emosional.

Dukungan informasional yaitu keluarga berfungsi sebagai sebuah kolektor

dan diseminator (penyebar) informasi tentang dunia. Dukungan penilaian yaitu

keluarga bertindak sebagai sebuah bimbingan umpan balik, membimbing dan

menengahi pemecahan masalah dan sebagai sumber dan validator identitas

keluarga. Dukungan instrumental yaitu keluarga merupakan sebuah sumber

pertolongan praktis dan konkrit. Dukungan emosional yaitu keluarga sebagai

sebuah tempat yang aman dan damai untuk istirahat dan pemulihan serta

membantu penguasaan terhadap emosi.

3.3 Bentuk Dukungan Keluarga

Ciri-ciri bentuk dukungan sosial keluarga menurut House (Setiadi, 2008)

(38)

3.3.1 Informatif

Bantuan informasi yang disediakan dapat digunakan seseorang untuk

menanggulangi persolan-persoalan yang dihadapi, meliputi pemberian nasihat,

pengarahan, ide-ide atau informasi lainnya yang dibutuhkan dan dapat

disampaikan kembali kepada orang lain yang mungkin menghadapi persoalan

yang sama atau hampir sama. Informasi mengenai pengobatan hipertensi dapat

diterima seorang penderita hipertensi dari keluarganya.

3.3.2 Perhatian emosional

Setiap orang membutuhkan bantuan afeksi dari orang lain, dukungan ini

berupa dukungan simpatik dan empati, cinta, kepercayaan, dan penghargaan.

Dengan demikian, seorang penderita hipertensi merasa dirinya tidak menanggung

beban sendiri tetapi masih ada orang lain yang memperhatikan, mau mendengar

segala keluhannya, bersimpati dan empati terhadap persoalan yang dihadapinya,

dan mau membantu memecahkan masalah yang dihadapinya, yang ini semua

dapat dilakukan oleh keluarga sebagai orang terdekat.

3.3.3 Bantuan instrumental

Bantuan bentuk ini bertujuan untuk mempermudah seseorang dalam

melakukan aktifitasnya berkaitan dengan persoalan-persoalan yang dihadapinya,

atau menolong secara langsung kesulitan yang dihadapi, misalnya dengan

menyediakan peralatan lengkap dan memadai bagi penderita, menyediakan

obat-obatan hipertensi yang dibutuhkan dan lain-lain.

(39)

Bantuan penilaian yaitu suatu bentuk penghargaan yang diberikan

seseorang kepada pihak lain berdasarkan kondisi sebenarnya dari penderita.

Penilaian yang diberikan keluarga kepada penderita hipertensi akan sangat

membatu jika penilaian tersebut adalah penilaian yang positif, misalnya keluarga

menilai bahwa penderita hipertensi jarang mengalami kekambuhan semenjak

mematuhi pengobatan.

4. Konsep Kepatuhan

Kepatuhan adalah perilaku positif yang diperlihatkan klien saat mengarah

ke tujuan terapeutik yang ditentukan bersama (DeGreest, et al., 1998). Kepatuhan menuntut adanya perubahan perilaku yang dipengaruhi positif oleh rasa percaya

yang terbentuk sejak awal dan berkelanjutan terhadap tenaga kesehatan

professional, penguatan dari orang terdekat, persepsi tentang kerentanan diri

terhadap penyakit, persepsi bahwa penyakit yang diderita serius, bukti bahwa

kepatuhan mampu mengontrol munculnya gejala atau penyakit, efek samping

yang bisa ditoleransi, tidak terlalu mengganggu aktivitas kesehariaan individu

atau orang terdekat lainnya, rasa positif terhadap diri sendiri.

Sedangkan kepatuhan dihambat oleh penjelasan yang tidak adekuat,

perbedaan pendapat antara klien dengan tenaga kesehatan, terapi jangka panjang,

tingginya komplekitas atau biaya pengobatan (Carpenito, 2009).

Kepatuhan menurut Sackett (1976 dalam Niven, 2000) adalah sejauh mana

perilaku pasien sesuai dengan ketentuan yang diberikan oleh profesional

(40)

Usaha bersama antara pasien dan dokter yang menanganinya menentukan

keberhasilan dalam mengendalikan tekanan darah tinggi. Kepatuhan seorang

pasien yang menderita hipertensi tidak hanya dilihat berdasarkan kepatuhan dalam

meminum obat antihipertensi tetapi juga dituntut peran aktif pasien dan

kesediaannya untuk memeriksakan kesehatannya ke dokter sesuai dengan jadwal

yang ditentukan serta perubahan gaya hidup sehat yang dianjurkan (Burnier, 2001

dalam Manurung, 2011). Perubahan gaya hidup pada pasien hipertensi dilakukan

dengan kepatuhan menjalankan diit, menurunkan kegemukan, rajin olahraga,

mengurangi konsumsi garam, diit rendah lemak, rendah kolesterol, tidak

merokok, tidak mengonsumsi alkohol, kurangi makan yang mengandung kalium

tinggi, batasi kafein, hindari stres, dan kontrol tekanan darah secara teratur

(Tarney, 2002 dalam Nainggolan, dkk, 2012).

Faktor yang mempengaruhi tingkat kepatuhan menurut Brunner & Suddarth

(2002) adalah:

1. Faktor demografi seperti usia, jenis kelamin, suku bangsa, status sosio

ekonomi dan pendidikan.

2. Faktor penyakit seperti keparahan penyakit dan hilangnya gejala akibat terapi.

3. Faktor program terapeutik seperti kompleksitas program dan efek samping

obat yang tidak menyenangkan.

4. Faktor psikososial seperti intelegensia, sikap terhadap tenaga kesehatan,

penerimaan, atau penyangkalan terhadap penyakit, keyakinan agama atau

(41)

BAB 3

KERANGKA PENELITIAN

1. Kerangka Penelitian

Kerangka penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan tentang pengaruh

dukungan keluarga terhadap kepatuhan menjalankan pengobatan pada pasien

hipertensi di Puskesmas Indrapura Kabupaten Batu Bara. Sesuai dengan tujuan

penelitian, maka hubungan antar variabel dapat digambarkan sebagai berikut:

Keterangan:

= Variabel yang diteliti

Skema 1. Kerangka Penelitian tentang Pengaruh Dukungan Keluarga terhadap Kepatuhan Menjalankan Pengobatan pada Pasien Hipertensi di Puskesmas Indrapura Kabupaten Batu Bara

Dukungan keluarga:

− Dukungan instrumental

− Dukungan penilaian

− Dukungan informasional

− Dukungan emosional

Kepatuhan menjalankan pengobatan:

− Terapi farmakologis

(42)

2. Defenisi Operasional

Tabel 3. Defenisi operasional variabel penelitian

No Variabel Defenisi

(43)
(44)

Tidak pernah (skor 1)

3. Hipotesis Penelitian

Hipotesis dalam penelitian ini adalah hipotesis alternatif (Ha) yaitu terdapat

pengaruh dukungan keluarga terhadap kepatuhan menjalankan pengobatan pada

pasien hipertensi di Puskesmas Indrapura Kabupaten Batu Bara. Hasil yang

diharapkan dalam penelitian ini adalah Hipotesis alternatif diterima (Ha diterima).

BAB 4

METODOLOGI PENELITIAN

1. Desain Penelitian

Desain penelitian merupakan rancangan yang digunakan dalam melakukan

prosedur penelitian (Hidayat, 2007). Penelitian ini menggunakan desain deskriptif

asosiatif yang bertujuan untuk mengidentifikasi bagaimana pengaruh dukungan

keluarga terhadap kepatuhan menjalankan pengobatan pada pasien hipertensi di

Puskesmas Indrapura Kabupaten Batu Bara.

(45)

2.1 Populasi penelitian

Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian (Arikunto, 2006). Populasi

dalam penelitian ini adalah seluruh pasien hipertensi yang melakukan rawat jalan

dari bulan Januari sampai Oktober 2012 di Puskesmas Indrapura, Kabupaten Batu

Bara. Berdasarkan survey awal, diperoleh data jumlah pasien hipertensi rawat

jalan dari bulan Januari sampai Oktober 2012 sekitar 276 pasien.

2.2 Sampel penelitian

Sampel adalah bagian dari populasi yang akan diteliti atau sebagian jumlah

dari karakteristik yang dimiliki oleh populasi (Hidayat, 2007). Menurut Arikunto

(2006), jika jumlah populasi lebih besar dari 100 maka dapat diambil antara

10-15% atau 20–25% dari total populasi. Berdasarkan hal diatas, peneliti mengambil

sampel sebesar 15% dari populasi yaitu sebanyak 41 orang responden. Besarnya

pengambilan sampel berdasarkan pertimbangan peneliti terkait waktu, dana, dan

tenaga.

Kriteria sampel dalam penelitian meliputi kriteria inklusi dan eksklusi.

Kriteria ini diperlukan dalam upaya mengendalikan variabel penelitian yang tidak

diteliti tetapi memiliki pengaruh terhadap variabel independen. Kriteria inklusi

merupakan karakteristik yang dimiliki oleh subjek penelitian yang memenuhi

syarat sebagai sampel. Kriteria eksklusi merupakan karakteristik dari subjek

penelitian yang tidak memenuhi syarat sebagai sampel (Hidayat, 2009). Kriteria

inklusi pada penelitian ini yaitu pasien hipertensi yang sedang menjalani rawat

jalan di Puskesmas Indrapura Kabupaten Batu Bara, bersedia untuk menjadi

(46)

secara lisan maupun tulisan dengan menandatangani informed consent, dan belum mengalami komplikasi.

2.3 Teknik sampling

Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini dilakukan dengan cara

nonprobability sampling yaitu dengan purposive sampling. Purposive sampling merupakan teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu sesuai yang peneliti kehendaki yaitu sampel yang sesuai dengan kriteria inklusi (Setiadi,

2007).

3. Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian dilaksanakan di Puskesmas Indrapura Kabupaten Batu

Bara. Alasan peneliti memilih lokasi puskesmas karena lokasi yang strategis dan

memiliki jumlah pasien hipertensi lumayan banyak. Penelitian ini dilaksanakan

mulai tanggal 7 Februari 2013 sampai dengan 2 April 2013.

4. Pertimbangan Etik Penelitian

Penelitian dilakukan setelah proposal disetujui oleh Fakultas Keperawatan

Universitas Sumatera Utara dan izin pengumpulan data diperoleh dari puskesmas.

Karena penelitian berhubungan langsung dengan manusia sebagai subjek

penelitian, maka segi etika penelitian harus diperhatikan. Prinsip-prinsip dalam

pertimbangan etik yaitu memberikan lembar persetujuan (informed consent)

menjadi responden sebelum penelitian dilakukan agar subjek mengerti maksud

dan tujuan penelitian. Jika responden bersedia untuk diteliti maka mereka harus

(47)

maka peneliti tidak akan memaksa dan tetap menghormati haknya. Peneliti akan

menjaga kerahasiaan responden dengan cara tidak mencantumkan nama

responden pada lembar pengumpulan data (kuesioner). Semua informasi yang

telah dikumpulkan dijamin kerahasiaannya oleh peneliti dan hanya kelompok data

tertentu yang akan dilaporkan pada hasil riset (Hidayat, 2007).

5. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian yang digunakan untuk pengumpulan data adalah

kuesioner. Jenis kuesioner yang digunakan adalah jenis kuesioner tertutup, yaitu

yang sudah disediakan jawabannya sehingga responden hanya tinggal

membubuhkan tanda check-list () pada kolom yang tersedia.

Kuesioner ini terdiri atas tiga bagian yaitu kuesioner data demografi pasien

hipertensi, kuesioner pernyataan untuk dukungan keluarga dan kuesioner

pernyataan untuk kepatuhan menjalankan pengobatan. Bagian pertama berupa

kuesioner data demografi pasien hipertensi meliputi umur, jenis kelamin, suku,

pendidikan, pekerjaan, penghasilan perbulan, tekanan darah pasien, lama berobat,

merokok/menyirih atau tidak, dan meminum alkohol atau tidak.

Bagian kedua berupa kuesioner untuk dukungan keluarga terdiri dari 20

pernyataan. Kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini diadopsi dari

penelitian Lilis Suryani Nainggolan (2008) dengan judul penelitian hubungan

dukungan sosial keluarga terhadap kepatuhan diet pada pasien gagal ginjal kronik

yang menjalani hemodialisis di RSUP Haji Adam Malik Medan. Hasil uji

reliabilitas pada kuesioner dukungan sosial keluarga adalah 0,865. Kuesioner ini

(48)

dari Friedman (1998) dan House (dalam Setiadi, 2008). Pernyataan dalam

kuesioner meliputi 4 komponen dukungan keluarga yang diterima oleh pasien

hipertensi, berupa dukungan instrumental (1-5), dukungan penilaian (6-10),

dukungan informasional (11-15), dan dukungan emosional (16-20). Semua

pernyataan dalam kuesioner disusun dalam bentuk pernyataan positif dan

menggunakan skala likert dengan 4 pilihan jawaban yang terdiri dari selalu (SL),

sering (SR), kadang-kadang (KD), tidak pernah (TP). Skor nilai yang diberikan

dari 1 sampai 4, dimana jawaban selalu (SL) bernilai 4, sering (SR) bernilai 3,

kadang-kadang (KD) bernilai 2, tidak pernah (TP) bernilai 1. Dengan total skor

20-80. Semakin tinggi jumlah skor maka dukungan keluarga semakin baik.

Berdasarkan rumus statistika untuk mencari panjang kelas yaitu p =

rentang/banyak kelas, dimana p merupakan panjang kelas, rentang didapat dengan

mengurangkan nilai tertinggi dan nilai terendah sehingga didapat 60 dan banyak

kelas dibagi atas 3 kategori kelas untuk dukungan keluarga, maka akan diperoleh

panjang kelas sebesar 20. Dengan p = 20 dan nilai terendah 20 sebagai batas

bawah kelas interval pertama, maka dukungan keluarga dikategorikan atas kelas

interval sebagai berikut: 20-40 adalah dukungan keluarga kurang, 41-60 adalah

dukungan keluarga cukup, 61-80 adalah dukungan keluarga baik.

Bagian ketiga berupa kuesioner untuk kepatuhan menjalankan pengobatan

yang terdiri dari 12 pernyataan. Kuesioner ini diadopsi dari skripsi Betty

Manurung (2011) dengan judul penelitian hubungan pengetahuan pasien

hipertensi dengan kepatuhan pasien dalam pelaksanaan program terapi hipertensi

(49)

pada kuesioner kepatuhan pasien hipertensi adalah 0,896. Kuesioner tersebut

peneliti modifikasi sesuai kebutuhan dan mengacu pada tinjauan pustaka dengan

mengurangi dua item pernyataan dan mengubah beberapa kalimat item pernyataan

yang lain. Semua pernyataan dalam kuesioner disusun dalam bentuk pernyataan

positif dan menggunakan skala likert, dengan 4 pilihan jawaban yang terdiri dari

selalu (SL), sering (SR), kadang-kadang (KD), tidak pernah (TP). Skor nilai yang

diberikan dari 1 sampai 4, dimana jawaban selalu (SL) bernilai 4, sering (SR)

bernilai 3, kadang-kadang (KD) bernilai 2, tidak pernah (TP) bernilai 1. Dengan

total skor 12-48.

Rentang yang didapatkan dari hasil pengurangan nilai tertinggi dan nilai

terendah adalah 36, sedangkan kepatuhan pasien hipertensi dalam menjalankan

pengobatan dibagi atas 2 kategori kelas, maka akan diperoleh panjang kelas

sebesar 18. Dengan p = 18 dan nilai terendah 12 sebagai batas bawah kelas

interval pertama, maka dukungan keluarga dikategorikan atas kelas interval

sebagai berikut: 12-30 adalah tidak patuh, 31-48 adalah patuh.

6. Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen

6.1 Uji Validitas Instrumen

Validitas merupakan suatu ukuran yang menunjukkan sejauh mana

ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan fungsi ukurnya

(Azwar, 2004). Sebuah instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur data

dari variabel yang diteliti secara tepat (Arikunto, 2006). Uji validitas yang

digunakan dalam instrumen ini adalah menggunakan validitas internal rasional

(50)

dikehendaki atau berdasarkan tinjauan pustaka (Setiadi, 2007). Uji validitas

instrumen telah dilakukan oleh dosen keperawatan keluarga Fakultas

Keperawatan USU dan diperoleh hasil bahwa instrumen tersebut valid.

6.2 Uji Reliabilitas Instrumen

Reliabilitas menunjukkan sejauh mana hasil suatu pengukuran dapat

dipercaya, yaitu dalam beberapa kali pelaksanaan pengukuran terhadap kelompok

subjek yang sama diperoleh hasil yang relatif sama, selama aspek yang diukur

dalam diri subjek memang belum berubah (Azwar, 2004). Menurut Notoatmodjo

(2002), reliabilitas menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur dapat dipercaya

atau dapat diandalkan. Uji reliabilitas dalam penelitian ini dilakukan sebelum

pengumpulan data terhadap 10 orang responden yang memenuhi kriteria inklusi di

Puskesmas Indrapura Kabupaten Batu Bara. Sepuluh orang responden ini tidak

diikutsertakan lagi sebagai sampel penelitian dalam pengumpulan data.

Uji reliabilitas untuk kuesioner dukungan keluarga dan kepatuhan

menjalankan pengobatan yang skornya merupakan rentangan antara beberapa nilai

adalah dengan menggunakan uji Cronbach Alpha. Suatu variabel dianggap reliabel jika nilai reliabilitas lebih besar dari 0,7 (Polit & Hungler (1996). Nilai

koefisien Cronbach Alpha kuesioner dukungan keluarga adalah 0,887 dan untuk kuesioner kepatuhan menjalankan pengobatan adalah 0,751. Berdasarkan hasil

tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa instrumen tersebut reliabel.

7. Metode Pengumpulan Data

Pada tahap awal peneliti mengajukan permohonan izin pelaksanaan

(51)

Utara, kemudian setelah permohonan izin telah diperoleh, peneliti mengajukan

surat permohonan penelitian ke kepala Puskesmas Indrapura, Kabupaten Batu

Bara. Setelah mendapat izin penelitian maka peneliti melaksanakan pengumpulan

data. Pada saat pengumpulan data, peneliti menentukan calon responden sesuai

dengan kriteria yang telah dibuat sebelumnya. Apabila peneliti telah menemukan

calon responden yang telah memenuhi kriteria maka calon responden diambil

menjadi subyek penelitian. Selanjutnya, peneliti menjelaskan tentang tujuan,

manfaat dan prosedur pengisian kuesioner. Responden yang bersedia diminta

untuk menandatangani lembar persetujuan (informed consent). Kemudian responden diminta untuk menjawab pernyataan-pernyataan kuesioner yang

diberikan oleh peneliti dengan menggunakan metode wawancara. Metode

wawancara dipilih karena beberapa hal, antara lain waktu mengantre yang singkat,

responden yang sudah lanjut usia dan mengalami masalah penglihatan, responden

sedang kurang sehat, responden malas membaca dan mengisi kuesioner secara

langsung, dan keinginan responden untuk cepat pulang. Kuesioner yang telah

selesai dijawab diperiksa kelengkapannya sehingga data yang diperoleh terpenuhi

untuk dianalisa.

8. Analisa Data

Peneliti melakukan pengolahan data setelah semua data pada kuesioner

terkumpul. Proses pengolahan data dilakukan melalui beberapa tahap. Pertama

editing, yaitu memeriksa kembali kebenaran data yang dikumpulkan. Kuesioner data demografi pasien, dukungan keluarga, dan kepatuhan menjalankan

(52)

yaitu memberikan kode berupa angka terhadap data yang terdiri atas beberapa

kategori. Ketiga entri data, yaitu memasukkan data yang telah dikumpulkan ke

dalam master tabel atau database komputer (Hidayat, 2007). Langkah selanjutnya

adalah pengolahan data yang dilakukan dengan menggunakan teknik

komputerisasi yaitu dengan menggunakan uji korelasi Spearman rho.

Pengolahan data dilakukan dengan cara univariat dan bivariat. Pada

penelitian ini analisa data dengan metode statistik univariat digunakan untuk

menganalisa data demografi, variabel independen (dukungan keluarga), dan

variabel dependen (kepatuhan menjalankan pengobatan pada pasien hipertensi).

Data demografi disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi dan persentase.

Data dukungan keluarga disajikan dalam bentuk skala ordinal yaitu jenis data

kategorik (dukungan keluarga baik, cukup, dan kurang) dan data kepatuhan

menjalankan pengobatan disajikan dalam bentuk skala nominal yaitu jenis data

kategorik (patuh dan tidak patuh) yang disajikan dalam bentuk tabel distribusi

frekuensi dan persentase.

Analisis bivariat dengan menggunakan uji Spearman rho karena data tidak berdistribusi normal. Adanya korelasi antar variabel dilihat dari koefisien korelasi

(r). Nilai r berkisar antara -1 sampai +1 untuk menunjukkan derajat hubungan

antara kedua variabel tersebut, dan untuk menentukan apakah terdapat hubungan

yang signifikan antara kedua variabel dengan melakukan pengamatan terhadap

(53)

(p) > 0,05 maka tidak terdapat hubungan yang bermakna antara variabel yang diuji (Dahlan, 2012).

Tabel 4. Panduan Interpretasi Hasil Uji Hipotesis Berdasarkan Kekuatan Korelasi, Nilai p, dan Arah Korelasi menurut Dahlan (2012)

No. Parameter Nilai Interpretasi

1. Kekuatan Korelasi (r) 0,0 - <0,2 bermakna antara dua variabel yang diuji.

Tidak terdapat korelasi yang bermakna antara dua variabel yang diuji.

3. Arah Korelasi + (positif)

- (negatif)

Searah, semakin besar nilai satu variabel semakin besar pula nilai variabel lainnya. Berlawanan arah, semakin besar nilai satu variabel semakin kecil nilai variabel lainnya.

9. Uji Normalitas Data

Uji normalitas data dapat diketahui dengan melihat nilai significancy atau nilai kemaknaan (p) harus lebih besar dari 0,05 pada uji Shapiro-Wilk (untuk sampel ≤ 50 orang) (Dahlan, 2012). Hasil uji normalitas data pada penelitian ini

(54)

sebesar 0,000 (p<0,05) dan variabel kepatuhan memiliki nilai significancy (p) sebesar 0,000 (p<0,05) yang berarti distribusi data tidak normal.

Berdasarkan hasil tersebut maka dapat disimpulkan bahwa uji korelasi yang

digunakan adalah uji Spearman rho karena kedua variabel tidak berdistribusi normal.

BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini akan diuraikan hasil penelitian dan pembahasan mengenai

pengaruh dukungan keluarga terhadap kepatuhan menjalankan pengobatan pada

pasien hipertensi di Puskesmas Indrapura Kabupaten Batu Bara.

1. Hasil Penelitian

Penelitian telah dilaksanakan pada tanggal 7 Februari 2013 sampai dengan

2 April 2013 di Puskesmas Indrapura Kabupaten Batu Bara, dan diperoleh

(55)

kontrol. Penyajian data hasil penelitian meliputi hasil analisis univariat yang

mencakup distribusi data demografi pasien, distribusi dukungan keluarga dan

kepatuhan menjalankan pengobatan, dan analisis bivariat yaitu pengaruh

dukungan keluarga terhadap kepatuhan menjalankan pengobatan pada pasien

hipertensi.

1.1 Data Demografi Pasien Hipertensi

Deskripsi data demografi 41 pasien hipertensi yang mencakup umur, jenis

kelamin, suku, pendidikan, pekerjaan, penghasilan keluarga perbulan, tekanan

darah, lama berobat, perokok/penyirih, pengonsumsi alkohol. Hasil analisa data

menunjukkan bahwa sebagian besar usia pasien hipertensi berada pada masa

dewasa pertengahan (middle age/ 45-59 tahun) yaitu sebanyak 19 orang (46,3%),

sebagian besar jenis kelamin adalah laki-laki yaitu sebanyak 21 orang (51,2%).

Suku yang paling banyak adalah suku Jawa sebanyak 13 orang (31,7%), sebagian

besar tingkat pendidikan berada pada SMA sebanyak 12 orang (29,3%), jenis

pekerjaan yang terbanyak adalah ibu rumah tangga sebanyak 11 orang (26,8%),

penghasilan keluarga per bulan >Rp 1.305.000 sebanyak 22 orang (53,7%),

tekanan darah pasien hipertensi terbanyak berada pada grade I (140-159/90-99

mmHg) sebanyak 26 orang (63,4%), dengan lama berobat ≥ 1 tahun sebanyak 27

orang (65,9%). Sebagian besar pasien hipertensi tidak merokok/menyirih yaitu

sebanyak 29 orang (70,7%), serta semua pasien hipertensi (100%) tidak

mengonsumsi alkohol.

Tabel 6. Distribusi Frekuensi dan Persentase Karakteristik Data Demografi Responden di Puskesmas Indrapura Kabupaten Batu Bara (n=41). No. Karakteristik Data Demografi Responden Frekuensi

(responden)

(56)

1. Umur

Dewasa muda (elderly adulthood/17-44 tahun)

Dewasa pertengahan (middle age/45-59 tahun)

Lanjut usia (elderly/60-74 tahun) Lanjut usia tua(old/75-90 tahun)

3 No. Karakteristik Data Demografi

Responden

(57)

7. Tekanan darah

Grade I (140-159/90-99 mmHg) Grade II (≥160/≥100 mmHg)

10. Pengonsumsi alkohol

Tidak 41 100,0

1.2 Dukungan Keluarga kepada Pasien Hipertensi

Hasil penelitian tentang variabel dukungan keluarga kepada pasien

hipertensi dapat dilihat pada tabel 7 yaitu pasien hipertensi yang memiliki

dukungan keluarga baik sebanyak 19 orang (46,3%), dukungan keluarga cukup

sebanyak 16 orang (39,1%), dan dukungan keluarga kurang sebanyak 6 (14,6%).

Tabel 7. Distribusi Frekuensi dan Persentase Pasien Hipertensi Berdasarkan Dukungan Keluarga kepada Pasien Hipertensi di Puskesmas Indrapura Kabupaten Batu Bara (n=41).

No. Dukungan Keluarga Frekuensi

(Responden)

Gambar

Tabel 3. Defenisi operasional variabel penelitian
Tabel 4. Panduan Interpretasi Hasil Uji Hipotesis Berdasarkan Kekuatan
Tabel 7.  Distribusi
Tabel 8.  Distribusi
+5

Referensi

Dokumen terkait

Selain dukungan sosial dari keluarga dan petugas kesehatan, faktor yang mempengaruhi kepatuhan pasien dalam menjalankan hemodialisa adalah kecemasan pada pasien yang

Hasil tabulasi silang antara tingkat pengetahuan klien tentang hipertensi dengan sikap kepatuhan dalam menjalankan diit hipertensi menunjukkan bahwa pengetahuan

Sehingga setelah penerapan CCSM perubahan perilaku pasien hipertensi terhadapat kepatuhan pengobatan hipertensi mulai nampak, dijelasakan menurut teori perubahan

Salah satu faktor keberhasilan pengobatan pada pasien hipertensi dipengaruhi oleh kepatuhan dalam mengonsumsi obat, maka itu penderita hipertensi saat ini sudah

Adanya dukungan sosial keluarga akan mem- berikan rasa nyaman, rasa diperhatikan, dan rasa diperdulikan dalam menjalankan pengo- batan hipertensi sehingga, penderita hiperten- si

(2-tailed) menunjukkan nilai p= 0,016 &lt; 0,05 berarti ada hubungan yang signifikan antara dukungan keluarga dan kepatuhan minum obat pasien hipertensi di Puskesmas

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan maka dapat dideskripsikan dukunan keluarga dan kepatuhan diet pada pasien hipertensi di wilayah Puskesmas Galur 1 Kulon

Dari hasil penelitian dapat disimpulkan”bahwa Terdapat”hubungan yang signifikan antara dukungan keluarga dengan kepatuhan diet hipertensi”dengan”derajat kemaknaan