Pengaruh Dukungan Keluarga terhadap Kepatuhan
Menjalankan Pengobatan pada Pasien Hipertensi
di Puskesmas Indrapura Kabupaten Batu Bara
SKRIPSI
Oleh
Miranti Lubis
091101015
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Judul : Pengaruh Dukungan Keluarga terhadap Kepatuhan Menjalankan Pengobatan pada Pasien Hipertensi di Puskesmas Indrapura Kabupaten Batu Bara
Nama Mahasiswa : Miranti Lubis
NIM : 091101015
Jurusan : S1 Keperawatan Tahun Akademik : 2013
Abstrak
Dukungan keluarga sangat diperlukan oleh pasien hipertensi dalam mengatasi masalah-masalah mereka yang terjadi selama pengobatan jangka panjang. Kepatuhan pasien hipertensi menentukan keberhasilan program pengobatan. Desain penelitian ini adalah deskriptif asosiatif yang bertujuan untuk menganalisis pengaruh dukungan keluarga terhadap kepatuhan menjalankan pengobatan pada pasien hipertensi di Puskesmas Indrapura Kabupaten Batu Bara. Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 7 Februari 2013 – 2 April 2013 terhadap 41 pasien hipertensi. Pengambilan sampel dilakukan secara purposive sampling. Hasil analisa data menunjukkan bahwa sebagian besar pasien hipertensi memiliki dukungan keluarga yang baik sebanyak 19 orang (46,3%), dan patuh menjalankan pengobatan sebanyak 31 orang (75,6%). Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel dukungan keluarga memiliki nilai significancy (p) yaitu 0,012 (p<0,05) dan nilai r sebesar 0,388 yang berarti ada pengaruh dukungan keluarga terhadap kepatuhan menjalankan pengobatan pada pasien hipertensi. dengan arah korelasi positif dan kekuatan korelasi yang lemah. Disarankan kepada perawat dan khususnya keluarga agar memotivasi dan mendukung pasien hipertensi untuk mematuhi program pengobatan.
Title : The Influence of Family Support on Compliance of Hypertension Patients in Being under Treatment at Indrapura Puskesmas, Batu Bara District
Name : Miranti Lubis Std. ID Number : 091101015 Study Program : Nursing Academic Year : 2013
Abstract
Family support is highly needed by hypertension patients in coping with their problems during the long term treatment. Compliance of hypertension patients determines the success of the treatment program. The design of the study was descriptive associative which was aimed to analyze the influence of family support on the compliance of hypertension patients being under treatment at Indrapura Puskesmas, Batu Bara District. The study was conducted from February 7 to April 2, 2013.The samples consisted of 41 hypertension patients, using purposive sampling technique. The result of the data analysis showed that 19 hypertension patients (46.3%) had good family support, and 31 of them (75.6%) complied with being under treatment. The result of the study showed that the variable of family support had the significance value (p) of 0.012 (p = 0.05) and r value of 0.388 which indicated that there was the influence of family support on the compliance in being under treatment with positive correlation and weak correlation power. It is recommended that nurses, particularly families, motivate and support hypertension patients to comply with treatment program.
PRAKATA
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas berkah dan rahmat
serta karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penulisan
skripsi ini yang berjudul “Pengaruh Dukungan Keluarga terhadap Kepatuhan
Menjalankan Pengobatan pada Pasien Hipertensi di Puskesmas Indrapura
Kabupaten Batubara”. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat bagi penulis
untuk menyelesaikan pendidikan dan mencapai gelar sarjana di Fakultas
Keperawatan Universitas Sumatera Utara Medan.
Penyusunan skripsi ini telah banyak mendapat bantuan, bimbingan, dan
dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih
kepada:
1. Bapak dr. Dedi Ardinata, M.Kes selaku Dekan Fakultas Keperawatan
Universitas Sumatera Utara dan Ibu Erniyati, S.Kp, MNS selaku
Pembantu Dekan I Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.
2. Ibu Siti Zahara Nasution, S.Kp, MNS selaku dosen pembimbing
skripsi yang telah menyediakan waktu serta memberikan arahan dan
masukan kepada penulis selama penyusunan skripsi ini.
3. Ibu Lufthiani, S.Kep, Ns, M.Kes selaku dosen penguji I dan Bapak
Mula Tarigan, SKp, M.Kes selaku dosen penguji II yang telah
memberikan masukan dalam penyelesaian skripsi ini.
4. Seluruh Dosen Pengajar S1 Fakultas Keperawatan Universitas
perkuliahan dan staf nonakademik yang membantu memfasilitasi secara administratif.
5. Kepala Puskesmas Indrapura Kabupaten Batu Bara, dr. Isneri dan
seluruh staf yang telah memberikan izin penelitian dan
memperlakukan penulis dengan baik selama penelitian.
6. Para responden yang telah bersedia berpartisipasi selama proses
penelitian berlangsung.
7. Teristimewa kepada kedua orang tuaku ayahanda Sabri Lubis dan
Ibunda Nurasiah Margolang, kepada abangku Muhammad Zulmi
Lubis, dan adik-adikku Indra Respati Lubis dan Abdul Rais Effendi
Lubis.
8. Anak-anak kos Gang Sarmin No. 15 tercinta, Kak Riza, Kak Dita, Ilda,
Nurhalimah, Yuhana, dan Rina yang merupakan kawan SMA, kawan
kuliah bahkan kawan sekamar.
9. Teman-teman F.Kep stambuk 2009 tersayang. Kalian mengajarkan
banyak hal tentang pertemanan.
10.Semua pihak yang dalam kesempatan ini tidak dapat disebutkan
namanya satu persatu yang telah banyak membantu penulis baik dalam
penyelesaian skripsi ini maupun dalam menyelesaikan perkuliahan di
Fakultas Keperawatan USU.
Semoga Allah SWT melimpahkan berkah dan karunia-Nya kepada semua
dapat bermanfaat nantinya untuk pengembangan ilmu pengetahuan, terkhusus
ilmu keperawatan.
Medan, Juli 2013
DAFTAR ISI
2.1 Populasi Penelitian... 31
2.2 Sampel Penelitian ... 31
2.3 Teknik Sampling ………. 32
3. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 32
4. Pertimbangan Etik Penelitian ... 33
5. Instrumen Penelitian ... 33
6. Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen……... 36
6.1 Uji Validitas Instrumen ………... 36
6.2 Uji Reliabilitas Instrumen ………... 36
7. Metode Pengumpulan Data ... 37
8. Analisa Data ……….. 38
9. Uji Normalitas Data ……….. 40
BAB 5. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ……….. 41
1. Hasil Penelitian ……….. 41
1. Lembar Persetujuan Menjadi Responden 2. Instrumen Penelitian
3. Anggaran Dana Penelitian 4. Jadwal Penelitian
5. Surat Survey Awal 6. Surat Pengambilan Data 7. Surat Izin Pengambilan Data 8. Lembar Persetujuan Uji Validitas 9. Uji Reliabilitas Instrumen
10. Tabel Data Dukungan Keluarga dan Kepatuhan
11. Tabel Distribusi Frekuensi Data Demografi Pasien Hipertensi 12. Tabel Distribusi Frekuensi Variabel
13. Tabel Distribusi Frekuensi dan Presentase Jawaban Responden tentang Dukungan Keluarga
14. Tabel Uji Normalitas Data 15. Tabel Korelasi Spearman rho
DAFTAR SKEMA
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Klasifikasi Hipertensi Menurut JNC VII ………...………… 7
Tabel 2 Modifikasi Gaya Hidup untuk Mencegah dan Mengontrol Hipertensi Berdasarkan JNC VII ………... 14
Tabel 3 Defenisi operasional variabel penelitian ……….…...… 28
Tabel 4 Panduan Interpretasi Hasil Uji Hipotesis Berdasarkan Kekuatan Korelasi, Nilai p, dan Arah Korelasi ……….. 39
Tabel 5 Distribusi Frekuensi dan Persentase Karakteristik Data Demografi Responden di Puskesmas Indrapura Kabupaten Batubara (n=41)
……… 42
Tabel 6 Distribusi Frekuensi dan Persentase Pasien Hipertensi Berdasarkan Dukungan Keluarga kepada Pasien Hipertensi di Puskesmas Indrapura Kabupaten Batubara (n=41) ……… 44
Tabel 7 Distribusi Frekuensi dan Persentase Pasien Hipertensi Berdasarkan Kepatuhan Menjalankan Pengobatan di Puskesmas Indrapura Kabupaten Batubara (n=41) ……… 44
Judul : Pengaruh Dukungan Keluarga terhadap Kepatuhan Menjalankan Pengobatan pada Pasien Hipertensi di Puskesmas Indrapura Kabupaten Batu Bara
Nama Mahasiswa : Miranti Lubis
NIM : 091101015
Jurusan : S1 Keperawatan Tahun Akademik : 2013
Abstrak
Dukungan keluarga sangat diperlukan oleh pasien hipertensi dalam mengatasi masalah-masalah mereka yang terjadi selama pengobatan jangka panjang. Kepatuhan pasien hipertensi menentukan keberhasilan program pengobatan. Desain penelitian ini adalah deskriptif asosiatif yang bertujuan untuk menganalisis pengaruh dukungan keluarga terhadap kepatuhan menjalankan pengobatan pada pasien hipertensi di Puskesmas Indrapura Kabupaten Batu Bara. Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 7 Februari 2013 – 2 April 2013 terhadap 41 pasien hipertensi. Pengambilan sampel dilakukan secara purposive sampling. Hasil analisa data menunjukkan bahwa sebagian besar pasien hipertensi memiliki dukungan keluarga yang baik sebanyak 19 orang (46,3%), dan patuh menjalankan pengobatan sebanyak 31 orang (75,6%). Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel dukungan keluarga memiliki nilai significancy (p) yaitu 0,012 (p<0,05) dan nilai r sebesar 0,388 yang berarti ada pengaruh dukungan keluarga terhadap kepatuhan menjalankan pengobatan pada pasien hipertensi. dengan arah korelasi positif dan kekuatan korelasi yang lemah. Disarankan kepada perawat dan khususnya keluarga agar memotivasi dan mendukung pasien hipertensi untuk mematuhi program pengobatan.
Title : The Influence of Family Support on Compliance of Hypertension Patients in Being under Treatment at Indrapura Puskesmas, Batu Bara District
Name : Miranti Lubis Std. ID Number : 091101015 Study Program : Nursing Academic Year : 2013
Abstract
Family support is highly needed by hypertension patients in coping with their problems during the long term treatment. Compliance of hypertension patients determines the success of the treatment program. The design of the study was descriptive associative which was aimed to analyze the influence of family support on the compliance of hypertension patients being under treatment at Indrapura Puskesmas, Batu Bara District. The study was conducted from February 7 to April 2, 2013.The samples consisted of 41 hypertension patients, using purposive sampling technique. The result of the data analysis showed that 19 hypertension patients (46.3%) had good family support, and 31 of them (75.6%) complied with being under treatment. The result of the study showed that the variable of family support had the significance value (p) of 0.012 (p = 0.05) and r value of 0.388 which indicated that there was the influence of family support on the compliance in being under treatment with positive correlation and weak correlation power. It is recommended that nurses, particularly families, motivate and support hypertension patients to comply with treatment program.
BAB 1 PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Keluarga merupakan unsur penting dalam perawatan, khususnya perawatan
pada anggota keluarga yang menderita penyakit, salah satunya penyakit
hipertensi. Hipertensi adalah kondisi penting di antara orang dewasa, yang
mempengaruhi hampir satu miliar orang di seluruh dunia dan menyebabkan
sekitar 7,1 juta kematian per tahun (Osamor & Owumi, 2011). Studi penelitian
Framingham Heart melaporkan risiko hipertensi menjadi sekitar 90% untuk pria
dan wanita yang nonhipertensif pada usia 55 atau 65 tahun dan selamat sampai
usia 80-85 (Chobanian, et al, 2004). Menurut WHO, 20–50% dari keseluruhan kematian pada penyakit kardiovaskuler disebabkan komplikasi hipertensi.
Laporan Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan
Indonesia didapatkan angka kejadian hipertensi pada golongan usia 45–54 tahun
adalah 19,5% yang meningkat menjadi 30,6% di atas umur 55 tahun (Suprianto,
dkk, 2009).
Berdasarkan data Kementerian Kesehatan Republik Indonesia,
menyebutkan hipertensi sebagai penyebab kematian nomor tiga setelah stroke dan
tuberkulosis, jumlahnya mencapai 6,7% dari populasi kematian pada semua umur
di Indonesia. Hasil Riset Kesehatan Dasar Balitbangkes tahun 2007 menunjukkan
prevalensi hipertensi di Indonesia mencapai 31,7% (Kemenkes, 2010).
Penyakit hipertensi jarang menimbulkan gejala sehingga banyak penderita
hipertensi esensial yang terjadi pada sebagian besar kasus tekanan darah tinggi
(95%) dimana penyebabnya tidak diketahui secara pasti. Oleh karena itu, tekanan
darah tinggi sering disebut silent killer (Palmer, 2007).
Di antara penyakit-penyakit kardiovaskuler (jantung dan pembuluh darah),
penyakit hipertensilah yang paling dapat dikendalikan. Dua cara utama untuk
mengendalikan penyakit ini adalah mengubah pola hidup dan menjalani
pengobatan (Sheps, 2005).
Keberhasilan suatu program pengobatan tidak hanya ditentukan oleh
diagnosis dan pemilihan obat yang tepat, tetapi juga oleh kepatuhan (compliance) pasien dalam melaksanakan pengobatan tersebut. Pengobatan hipertensi umumnya
dilakukan seumur hidup atau pengobatan jangka panjang sehingga kebanyakan
pasien tidak meminum obat antihipertensi sesuai dengan yang diresepkan dan
menghentikannya setelah 1 tahun (Manurung, 2011).
Hasil penelitian di Amerika Serikat mengungkapkan bahwa pengobatan
jangka panjang selalu menjadi masalah dalam setiap kondisi penyakit kronis,
termasuk hipertensi. Banyak pasien yang bersikap negatif terhadap minum obat,
terutama jika mereka merasa baik (Osamor & Owumi, 2011). Dari sekitar 15 juta
penderita hipertensi di Indonesia, hanya 4% hipertensi yang terkendali (Bustan,
2007).
Salah satu strategi untuk mengatasi ketidakpatuhan adalah dengan
memanfaatkan keluarga. Keluarga merupakan sistem pendukung utama terhadap
masalah-masalah yang terjadi pada anggota keluarganya. Secara umum
mereka butuhkan dari seseorang atau sekelompok orang biasanya cenderung lebih
mudah mengikuti nasehat medis dari pada mereka yang kurang merasa mendapat
dukungan (Suprianto, dkk, 2009).
Menurut Friedman (1998), keluarga mempunyai peran yang sangat penting
dalam menentukan perilaku dari anggota keluarganya yang sakit. Keluarga juga
bersifat instrumental dalam memutuskan dimana penanganan harus diberikan.
Penelitian yang dilakukan oleh Adriansyah (2010), yang meneliti tentang
analisis faktor yang berhubungan dengan ketidakpatuhan pasien penderita
hipertensi pada pasien rawat jalan di RSU H. Adam Malik Medan, didapatkan
hasil bahwa faktor utama yang mempengaruhi ketidakpatuhan adalah kurang
mendapatkan informasi tentang penyakitnya. Faktor lainnya adalah lamanya telah
menderita penyakit, tingkat kesembuhan yang lama, jarang melaksanakan
pemeriksaan ulang (check up), adanya pengobatan lain, usia, pendidikan, adanya reaksi obat yang merugikan, dan mahalnya biaya pengobatan.
Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Suprianto, dkk (2009) yang
meneliti tentang hubungan dukungan sosial keluarga dengan kepatuhan
menjalankan program pengobatan pasien hipertensi di URJ Jantung RSU Dr.
Soetomo Surabaya menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan dan
bersifat positif antara dukungan sosial keluarga dengan kepatuhan menjalankan
program pengobatan. Keluarga sebagai orang yang terdekat dengan pasien dapat
memberikan dukungan agar penderita dapat patuh menjalani pengobatan yang
Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian tentang bagaimana pengaruh dukungan keluarga terhadap kepatuhan
menjalankan pengobatan pada pasien hipertensi.
2. Tujuan Penelitian
2.1 Mengidentifikasi dukungan keluarga terhadap pasien hipertensi
2.2 Mengidentifikasi kepatuhan menjalankan pengobatan pada pasien
hipertensi
2.3 Menganalisis pengaruh dukungan keluarga terhadap kepatuhan
menjalankan pengobatan pada pasien hipertensi
3. Pertanyaan Penelitian
Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan di atas, maka pertanyaan
penelitian yang timbul adalah :
3.1 Bagaimana dukungan keluarga terhadap pasien hipertensi?
3.2 Bagaimana kepatuhan menjalankan pengobatan pada pasien hipertensi?
3.3 Apakah ada pengaruh dukungan keluarga terhadap kepatuhan menjalankan
pengobatan pada pasien hipertensi?
4. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan akan dapat memberikan manfaat kepada berbagai
pihak.
4.1 Bagi peneliti
Hasil penelitian dapat menambah pengetahuan dalam memberikan
4.2 Bagi instansi pendidikan
Hasil penelitian ini dapat bermanfaat sebagai sumber informasi untuk
pengembangan keperawatan khususnya keperawatan keluarga dan sebagai sumber
data untuk penelitian berikutnya yang berkaitan dengan dukungan keluarga dan
hipertensi.
4.3 Bagi instansi kesehatan
Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan masukan bagi tenaga
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
1. Konsep Hipertensi
1.1 Pengertian Hipertensi
Tekanan darah secara alami berfluktuasi sepanjang hari. Tekanan darah
tinggi menjadi masalah bila tekanan darah tersebut persisten (Palmer, 2007).
Artinya, tekanan darah bertahan terus menerus secara konsisten pada level tinggi.
Hipertensi dikategorikan sebagai the silent disease karena penderita tidak mengetahui dirinya mengidap hipertensi sebelum memeriksakan tekanan
darahnya. Hipertensi yang terjadi dalam jangka waktu lama dan terus menerus
bisa memicu stroke, serangan jantung, gagal jantung dan merupakan penyebab utama gagal ginjal kronik (Agrina, dkk, 2011). Oleh karena itu, setiap orang harus
waspada dengan rutin memeriksakan tekanan darahnya.
Sekitar seperempat jumlah penduduk dewasa Amerika Serikat menderita
hipertensi sehingga hipertensi menjadi salah satu penyebab utama kematian di
negara tersebut. Penderita hipertensi tidak hanya berisiko tinggi menderita
penyakit jantung, tetapi juga menderita penyakit lain seperti penyakit saraf, ginjal,
dan pembuluh darah. Makin tinggi tekanan darah, makin besar risikonya.
Hipertensi didefinisikan sebagai peningkatan tekanan darah sistolik sedikitnya
140 mmHg atau tekanan diastolik sedikitnya 90 mmHg (Price & Wilson, 2006).
nyaman, posisi duduk punggung tegak atau terlentang paling sedikit selama 5
menit sampai 30 menit setelah merokok atau minum kopi (Anggraini, dkk, 2009).
1.2 Klasifikasi Hipertensi
The Joint National Committee on Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure (JNC VII) mengklasifikasikan tekanan darah untuk dewasa usia 18 tahun atau lebih menjadi kelompok normal, prehipertensi, hipertensi
derajat I, dan hipertensi derajat II (Chobanian, et al, 2004). Tabel 1. Klasifikasi Hipertensi Menurut JNC VII
Klasifikasi Tekanan Darah untuk Dewasa
Kategori Sistolik (mmHg) Diastolik (mmHg)
Normal < 120 dan < 80
Prehipertensi 120 – 139 atau 80 – 89
Hipertensi Derajat I 140 – 159 atau 90 – 99
Hipertensi Derajat II ≥ 160 atau ≥ 100
Sumber: Chobanian, et al, (2004)
1.3 Etiologi Hipertensi
Berdasarkan penyebabnya, hipertensi dibagi menjadi dua yaitu hipertensi
primer atau hipertensi esensial dan hipertensi sekunder. Hipertensi primer adalah
hipertensi yang penyebabnya tidak diketahui dengan pasti. Sekitar 95% kasus
tekanan darah tinggi digolongkan hipertensi primer (Palmer, 2007). Hipertensi
primer tidak disebabkan oleh faktor tunggal dan khusus. Hipertensi ini disebabkan
berbagai faktor yang saling berkaitan (Anggraini, dkk, 2009). Faktor risiko yang
menyebabkan seseorang lebih mudah terkena hipertensi dibagi menjadi faktor
yang tidak dapat diubah dan faktor yang dapat diubah. Faktor-faktor yang tidak
faktor-faktor yang dapat diubah antara lain obesitas, kurang gerak, merokok,
sensitivitas natrium, kalium rendah, minum minuman berakohol secara
berlebihan, dan stres (Sheps, 2005).
Sementara, hipertensi sekunder adalah hipertensi yang penyebabnya dapat
diketahui. Hipertensi sekunder lebih jarang terjadi, hanya sekitar 5% dari seluruh
kasus tekanan darah tinggi. Hipertensi sekunder dapat disebabkan oleh penyakit
ginjal, reaksi terhadap obat-obatan tertentu misalnya pil KB, hipertiroid,
hiperaldosteronisme, dan lain sebagainya (Palmer, 2007; Rusdi, 2009).
1.4 Patofisiologi Hipertensi
Hal yang mempengaruhi pengaturan tekanan darah adalah curah jantung ,
tahanan vaskular perifer, dan refleks baroreseptor. Curah jantung ditentukan oleh
volume sekuncup dan frekuensi jantung. Tahanan perifer ditentukan oleh diameter
arteriol. Bila diameternya mengecil (vasokonstriksi), maka tahanan perifer
meningkat dan bila diameternya membesar (vasodilatasi), maka tahanan perifer
akan menurun.
Selain itu, peningkatan tekanan darah juga dipengaruhi oleh faktor ginjal.
Jika tekanan dan volume darah menurun, maka ginjal akan melepaskan renin dan
eritropoetin. Renin akan mengakibatkan terbentuknya angiotensin I, yang akan
berubah menjadi angiotensi II. Angiotensin II akan meningkatkan curah jantung
dan tahanan perifer. Sedangkan eritropoetin yang dilepaskan akan meningkatkan
pembentukan sel darah merah. Manifestasi dari ginjal ini secara keseluruhan akan
1.5 Tanda dan Gejala Hipertensi
Hipertensi jarang menimbulkan gejala yang khas dan satu-satunya cara
untuk mengetahuinya adalah dengan mengukur tekanan darah. British Hypertension Society merekomendasikan untuk mengukur tekanan darah setidaknya sekali dalam lima tahun bahkan lebih sering jika memungkinkan
(Palmer, 2007).
Tanda dan gejala yang khas tidak akan timbul sampai pada taraf hipertensi
yang sudah lanjut dan membahayakan nyawa penderita, tetapi banyak orang
dengan tekanan darah yang sangat tnggi sekalipun tidak menunjukkan tanda atau
gejala. Tanda dan gejala yang sering dihubungkan dengan hipertensi seperti
keringat berlebihan, kejang otot, sering berkemih, denyut jantung yang cepat atau
tak beraturan (palpitasi), dan umumnya disebabkan oleh masalah lain yang
kemudian dapat menjadi hipertensi (Sheps, 2005).
1.6 Komplikasi Hipertensi
Beberapa penyakit yang bisa ditimbulkan akibat menderita hipertensi antara
lain stroke, serangan jantung dan gagal jantung, penyakit ginjal, dan mata. Stroke
lazim disebut dengan “serangan otak” yang terjadi karena terputusnya aliran darah
yang mengalir ke otak (Rusdi, 2009). Hipertensi mengakibatkan munculnya
perdarahan di otak yang disebabkan pecahnya pembuluh darah. Hal ini disebut
dengan stroke hemoragik. Dan ada juga yang diakibatkan oleh thrombosis
(pembekuan darah pada pembuluh darah) serta emboli (benda asing yang terbawa
pembuluh. Sumbatan ini dapat menyebabkan sel-sel otah tidak tersuplai oksigen.
Hal ini disebut dengan stroke iskemik (Ridwan, 2002).
Serangan jantung merupakan kematian jaringan otot jantung yang
diakibatkan oleh penyumbatan pada arteri koroner dalam jangka waktu lama.
Penyumbatan ini dapat diakibatkan oleh gumpalan darah atau thrombus (Ridwan,
2009). Gagal jantung adalah lemahnya gerak jantung memompa darah sehingga
keperluan tubuh yang terus-menerus akan oksigen dan zat nutrisi tidak terpenuhi.
Penyebab utama gagal jantung adalah adanya penyempitan atau penyumbatan
pada arteri koroner oleh plak di dinding arteri yang disebut aterosklerosis (Rusdi,
2009). Hipertensi dapat menyebabkan penumpukan lemak di dalam dan di bawah
lapisan dinding arteri. Untuk mengatasi kekurangan darah pada organ-organ dan
jaringan tubuh karena menyempitnya pembuluh darah maka tubuh menaikkan
tekanan darah. Hal ini dapat memperparah kerusakan pembuluh darah (Sheps,
2005).
Hipertensi merupakan penyebab utama gagal ginjal. Jika tekanan darah
terlalu tinggi, maka aliran darah ke nefron akan menurun sehingga ginjal tidak
dapat membuang produk sisa dari dalam darah. Lama-kelamaan produk sisa akan
menumpuk dalam darah, ginjal akan mengecil dan berhenti berfungsi (Sheps,
2005).
Hipertensi juga mempercepat penuaan pembuluh darah halus dalam mata
serta menyebabkan pembuluh darah halus dalam retina robek, berdarah dan cairan
sinyal-sinyal dari mata ke otak (saraf optik) akan mulai membengkak dan bisa
menyebabkan kebutaan (Sheps, 2005).
1.7 Penatalaksanaan Hipertensi
Tujuan program penanganan bagi setiap pasien hipertensi adalah mencegah
terjadinya morbiditas dan mortalitas dengan mencapai dan mempertahankan
tekanan darah di bawah 140/90 mmHg. Pengobatan hipertensi dapat dibagi
menjadi dua bagian, pengobatan nonfarmakologis (modifikasi gaya hidup) dan
pengobatan farmakologis (Chobanian, et al, 2004).
Pengobatan nonfarmakologis (modifikasi gaya hidup) meliputi penurunan
berat badan pada pasien dengan overweight atau obesitas, perencanaan diet berdasarkan DASH (Dietary Approaches to Stop Hypertension) yaitu kaya buah-buahan, sayuran, dan produk susu rendah kolesterol dan lemak jenuh dan total,
mengonsumsi makanan yang tinggi kalium dan kalsium, rendah natrium,
olahraga, membatasi asupan alkohol, dan berhenti rokok. Perubahan gaya hidup
selain menurunkan tekanan darah juga meningkatkan efektivitas obat
antihipertensi dan menurunkan risiko kardiovaskular (Chobanian, et al 2004). Penurunan kelebihan berat badan yang dapat dilakukan dengan menerapkan
gaya hidup sehat dengan olahraga dan pola makan seimbang. Penurunan berat
badan sebesar 4,5 kg dapat menurunkan tekanan darah. Cara menentukan berat
badan sehat adalah dengan mengukur Indeks Massa Tubuh (IMT) dan mengukur
lingkar pinggang. Menentukan IMT yaitu membagi angka berat badan (dalam kg)
dengan kuadrat tinggi badan (dalam meter). IMT 18,5–22,9 dinyatakan sehat, 23–
obesitas. Cara mengukur lingkar pinggang yaitu dengan melingkari perut tepat di
atas titik tertinggi pada kedua tulang pinggul. Pengukuran sebesar lebih dari 102
cm pada pria dan 88 cm pada wanita menunjukkan peningkatan risiko terhadap
kesehatan (Sheps, 2005).
Meningkatkan konsumsi buah-buahan dan sayuran juga dapat menurunkan
tekanan darah. Dianjurkan makan lima porsi atau lebih buah dan sayuran sehari
(Palmer, 2007). Tekanan darah, kolesterol, dan risiko penyakit kardiovaskular
dapat diturunkan dengan mengganti lemak jenuh dengan lemak tak jenuh tunggal
(misalnya minyak zaitun) dan lemak tak jenuh ganda (misalnya lemak omega-3
dalam minyak ikan) (Palmer, 2007). Para ahli gizi menyarankan konsumsi ikan
sedikitnya dua kali seminggu, tetapi hindari makan ikan besar karena ikan besar
dapat mengandung metilmerkuri yang berbahaya bagi tubuh (Sheps, 2005).
Dalam mengurangi asupan garam, British Hypertension Society
menganjurkan asupan garam dibatasi sampai kurang dari 2,4 g sehari atau setara
dengan 6 g garam atau sekitar satu sendok teh per hari. Cara yang dapat dilakukan
untuk mengurangi asupan garam seperti jangan menambah garam meja pada
makanan, jangan menambah garam saat memasak, gunakan bumbu lain untuk
menambah rasa makanan, perhatikan berapa banyak garam yang terkandung
dalam saus dan makanan yang diproses, dan hindari makan yang berkadar natrium
tinggi (Palmer, 2007).
Ketentuan mengonsumsi garam natrium bagi penderita hipertensi antara
lain bagi yang menjalani diet ringan diperbolehkan mengonsumsi garam tidak
mengonsumsi garam tidak lebih dari 1,25 – 3,75 g per hari, sedangkan bagi yang
menjalani diet berat diperbolehkan mengonsumsi garam tidak lebih dari 1,25 g per
hari (Rusdi, 2009).
Pengobatan nonfarmakologis berikutnya dapat dilakukan dengan
berolahraga atau mengaktivitaskan fisik. Olahraga mampu menyusutkan hormon
noradrenalin dan hormon-hormon lainnya yang menjadi penyebab menciutnya
pembuluh darah sehigga mengakibatkan naiknya tekanan darah (Rusdi, 2009).
Olahraga sebaiknya dilakukan teratur dan bersifat aerobik karena kedua sifat ini
dapat menurunkan tekanan darah serta sebaiknya dilakukan 30 menit sehari dan
usahakan setiap hari. Latihan aerobik misalnya bersepeda, berenang, berlari dan
berjalan cepat (Palmer, 2007). Aktivitas fisik yang teratur dapat menurunkan
tekanan darah sebanyak 5-10 mmHg (Sheps, 2005).
Hal yang penting dalam mengobati hipertensi adalah menghindari rokok
dan batasi konsumsi alkohol dan kafein. Mengonsumsi rokok, alkohol, dan kafein
secara berlebihan akan merangsang otak mengeluarkan hormon yang membuat
pembuluh darah menyempit sehingga memaksa jantung untuk bekerja lebih berat
karena tekanan yang lebih tinggi serta menyebabkan penumpukan lebih banyak
natrium dan air. Hal ini menyebabkan kenaikan tekanan darah.
Merokok dua batang saja maka baik tekanan sistolik maupun diastolik akan
meningkat 10 mmHg. Meminum alkohol dapat mempengaruhi efektivitas
beberapa obat hipertensi dan memperparah efek sampingnya. Mengurangi alkohol
dapat menurunkan tekanan sistolik 5 mmHg dan diastolik 3 mmHg. Kafein dalam
mmHg dan diastolik 4-13 mmHg pada orang yang tidak mempunyai hipertensi
(Sheps, 2005). Oleh karena itu, menghindari konsumsi rokok, alkohol, dan kafein
akan lebih baik untuk menurunkan tekanan darah. Bila tidak mampu, berhentilah
secara bertahap.
Hal lain yang perlu dilakukan untuk menurunkan tekanan darah adalah
mengendalikan stres. Orang yang stres, pembuluh darahnya akan mengkerut dan
menyempit sehingga mengakibatkan naiknya tekanan darah (Ridwan, 2009). Oleh
karena itu, orang yang terkena hipertensi sebaiknya dapat mengendalikan
stresnya.
Tabel 2. Modifikasi Gaya Hidup untuk Mencegah dan Mengontrol Hipertensi Berdasarkan JNC VII *
Modifikasi Rekomendasi
Menjaga berat badan normal (indeks massa tubuh 18,5 – 24,9 kg/m2) sayuran, dan produk makanan yang rendah lemak total, dengan kadar lemak total dan saturasi yang rendah
8-14 mmHg
Diet rendah natrium Mengurangi asupan natrium tidak lebih dari 100 mmol per hari (2,4 g natrium klorida atau 6 g sodium).
2-8 mmHg
Aktivitas fisik Melakukan aktivitas aerobik fisik secara teratur seperti jalan cepat (setidaknya 30 menit per hari, hampir setiap hari dalam seminggu)
4-9 mmHg
penggunaan alkohol tidak lebih dari 2 gelas (misalnya, 24 oz bir, 10 oz anggur, atau 3 oz 80 whiski) per hari pada sebagian besar laki-laki, dan tidak lebih dari 1 gelas per hari pada wanita dan laki-laki dengan bobot yang lebih ringan
Keterangan:
DASH : Dietary Approaches to Stop Hypertension (pendekatan diet untuk menghentikan hipertensi)
* Untuk semua penurunan resiko kardiovaskuler, berhenti merokok
† Efek implementasi dari modifikasi di atas bergantung pada dosis dan waktu, dan lebih baik pada beberapa orang
Sumber :Chobanian, et al, (2004)
Selain pengobatan nonfarmakologis, ada juga pengobatan farmakologis.
Terdapat beberapa obat antihipertensi yang sering digunakan yaitu angiotensin converting enzim inhibitor (ACEI), angiotensin receptor blocker (ARB), beta-blocker (BB), calsium canal blocker (CCB), dan diuretik (Chobanian, et al, 2004).
Pengobatan dimulai dengan modifikasi gaya hidup, dan jika tekanan darah
yang dikehendaki tidak tercapai, obat diuretik jenis tiazide harus digunakan
sebagai pengobatan awal pada semua pasien dengan hipertensi, baik penggunaan
secara tunggal maupun secara kombinasi dengan satu kelas antihipertensi lainnya
yang memperlihatkan manfaatnya untuk mengurangi satu atau lebih komplikasi
hipertensi pada hasil percobaan random terkontrol (Chobanian, et al, 2004).
Saat obat antihipertensi telah diberikan, pasien diharuskan kembali untuk
follow up paling tidak dalam interval sebulan sekali sampai tekanan darah target tercapai. Kunjungan yang lebih sering dibutuhkan untuk pasien dengan kategori
hipertensi derajat 2 atau jika disertai dengan komplikasi penyakit penyerta.
sebanyak 1-2 kali per tahun. Setelah tekanan darah mencapai target dan stabil,
follow up dan kunjungan harus dilakukan dalam interval 3-6 bulan sekali. Penyakit penyerta seperti gagal jantung, dan diabetes dapat mempengaruhi
frekuensi jumlah kunjungan. Faktor resiko penyakit kardiovaskuler lainnya harus
diobati untuk mendapatkan nilai tekanan darah target, dan penghindaran merokok
harus dilakukan. Penggunaan aspirin dosis rendah dilakukan hanya ketika tekanan
darah terkontrol, oleh karena resiko stroke hemoragik yang meningkat pada
pasien dengan hipertensi tidak terkontrol (Chobanian, et al, 2004).
Ada beberapa keadaan di mana seseorang akan langsung diberi obat
antihipertensi, misalnya, tekanan darah lebih dari 180/110 mmHg, tekanan darah
lebih dari 160/100 mmHg yang menetap selama kurun waktu tertentu, tekanan
darah lebih dari 140/90 mmHg dengan disertai salah satu atau lebih keadaan
seperti diabetes, kerusakan organ target (misalnya penyakit jantung, ginjal, atau
stroke), risiko penyakit kardiovaskular dalam 10 tahun lebih dari 20%. Namun,
jika tekanan darah hanya sedikit meningkat (kurang dari 140/90), seseorang akan
diberi obat antihipertensi bila perubahan gaya hidup tidak cukup menurunkan
tekanan darah (Palmer, 2007).
2. Konsep Keluarga
2.1 Definisi Keluarga
Keluarga didefinisikan berbeda-beda tergantung kepada orientasi teoritis
“pendefinisi” yaitu dengan menggunakan penjelasan yang penulis cari untuk
Keluarga adalah dua orang atau lebih yang disatukan oleh ikatan-ikatan
kebersamaan dan ikatan emosional dan yang mengidentifikasikan diri mereka
sebagai bagian dari keluarga. Dari definisi ini juga termasuk keluarga besar yang
hidup dalam satu atau dua rumah tangga, pasangan yang hidup bersama sebagai
pasangan suami istri, keluarga-keluarga tanpa anak, keluarga lesbian dan
homoseks, dan keluarga-keluarga dengan orang tua tunggal (Friedman, 1998).
Keluarga menurut Duvall adalah sekumpulan orang yang dihubungkan oleh
ikatan perkawinan, adopsi, kelahiran yang bertujuan menciptakan dan
mempertahankan budaya yang umum, meningkatkan perkembangan fisik, mental,
emosional, dan sosial dari tiap anggota. WHO (1969) mendefinisikan keluarga
yaitu anggota rumah tangga yang saling berhubungan melalui pertalian darah,
adopsi atau perkawinan. Sedangkan menurut Departemen kesehatan RI (1988),
keluarga adalah unit terkecil dari suatu masyarakat yang terdiri atas kepala
keluarga dan beberapa orang yang terkumpul dan tinggal di suatu tempat di bawah
suatu atap dalam keadaan saling ketergantungan (Mubarak, 2009).
Indonesia merupakan salah satu negara yang menjunjung tinggi adat
ketimuran yang menekankan bahwa keluarga harus dibentuk atas dasar
perkawinan, seperti yang tertulis dalam Peraturan Pemerintah (PP) No. 21 tahun
1994 bahwa keluarga dibentuk berdasarkan atas perkawinan yang sah (Suprajitno,
2004).
2.2 Struktur Keluarga
Parad dan Caplan (1965) yang diadopsi oleh Friedman mengatakan ada
2.2.1 Struktur peran keluarga
Peran menunjukkan serangkaian perilaku yang kurang lebih bersifat
homogen, yang didefinisikan dan diharapkan secara normatif dari seorang yang
memegang suatu posisi dalam situasi sosial tertentu (Friedman, 1998).
Struktur peran menggambarkan peran masing-masing anggota keluarga
dalam keluarga sendiri dan perannya di lingkungan masyarakat atau peran formal
dan informal (Suprajitno, 2004).
2.2.2 Nilai atau norma keluarga
Nilai-nilai keluarga merupakan suatu sistem ide, sikap, dan kepercayaan
tentang nilai suatu keseluruhan atau konsep yang secara sadar maupun tidak sadar
mengikat secara bersama-sama seluruh anggota keluarga dalam suatu budaya
lazim (Friedman, 1998).
2.2.3 Pola komunikasi keluarga
Komunikasi adalah proses tukar-menukar perasaan, keinginan,
kebutuhan-kebutuhan, opini-opini yang berfungsi penting untuk mengikat
subsistem-subsistem secara bersama-sama dalam rangka membentuk ikatan (kohesif)
menyeluruh dan memelihara seluruh sistem.
Pola-pola komunikasi dalam sistem keluarga mempunyai suatu pengaruh
mampu membuat pilihan, semuanya tergantung kepada informasi yang masuk
melewati para anggota keluarga.
Komunikasi dalam keluarga yang sehat merupakan proses dua arah yang
sangat dinamis. Pengirim pesan sebaiknya menyatakan dengan tegas masalahnya,
menjelaskan dan mengubah apa yang dikatakan pada saat yang sama, meminta
dan menerima umpan balik. Sedangkan penerima pesan sebaiknya menjadi
pendengar yang aktif, memberikan umpan balik, dan melakukan validasi
(Friedman, 1998).
2.2.4 Struktur kekuatan keluarga
Kekuatan keluarga menggambarkan kemampuan anggota keluarga untuk
memengaruhi dan mengendalikan orang lain untuk mengubah perilaku keluarga
yang mendukung kesehatan (Suprajitno, 2004). Komponen utama dari kekuatan
keluarga adalah pengaruh dan pengambilan keputusan. Pengaruh didefinisikan
sebagai tingkat penggunaan tekanan formal maupun informal oleh seorang
anggota keluarga terhadap orang lain dan berhasil dalam memaksakan pandangan
orang tersebut, walaupun pada awalnya menjadi lawan. Pembuatan keputusan
yaitu proses pencapaian persetujuan dan komitmen anggota keluarga untuk
melakukan serangkaian tindakan atau merupakan alat untuk menyelesaikan segala
sesuatu (Friedman, 1998). Struktur kekuatan berupa hak (legitimate power), ditiru (referent power), keahlian (expert power), hadiah (reward power), paksa (coercive power), dan afektif (affektif power) (Mubarak, 2009).
Peranan keluarga menggambarkan seperangkat perilaku interpersonal, sifat,
kegiatan yang berhubungan dengan individu dalam posisi dan situasi tertentu.
Peranan individu dalam keluarga didasari oleh harapan dan pola perilaku dari
keluarga, kelompok, dan masyarakat (Setiadi, 2008).
2.3.1 Peran formal keluarga
Peran formal dalam keluarga adalah peran-peran yang terkait, yaitu
sejumlah perilaku yang kurang lebih bersifat homogen. Keluarga membagi peran
secara merata kepada para anggotanya seperti cara masyarakat membagi
peran-perannya menurut pentingnya pelaksanaan peran bagi berfungsinya suatu sistem.
Ada peran yang membutuhkan keterampilan dan kemampuan tertentu, ada juga
peran yang tidak terlalu kompleks sehingga dapat didelegasikan kepada mereka
yang kurang terampil atau kepada mereka yang kurang memiliki kekuasaan.
Peran formal yang standar terdapat dalam keluarga seperti pencari nafkah,
ibu rumah tangga, tukang perbaiki rumah, sopir, pengasuh anak, manajer
keuangan, dan tukang masak. Jika dalam keluarga hanya terdapat sedikit orang
yang memenuhi peran ini, maka akan lebih banyak tuntutan dan kesempatan bagi
anggota keluarga untuk memerankan beberapa peran pada waktu yang berbeda
(Mubarak, 2009).
2.3.2 Peran informal keluarga
Peran-peran formal bersifat implisit, biasanya tidak tampak, dimainkan
hanya untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan emosional individu dan/atau untuk
berbeda, tidak terlalu didasarkan pada usia, ataupun jenis kelamin, melainkan
didasarkan pada atribut-atribut personalitas atau kepribadian anggota keluarga
individual. Beberapa contoh peran informal adaptif seperti pendorong,
pengharmonis, inisiator-kontributor, pendamai, perawatan keluarga, penghubung
keluarga, pionir keluarga, sahabat, penghibur, koordinator, pengikut, dan saksi.
Contoh peran informal yang merusak seperti penghalang, dominator, penyalah,
martir, keras hati, kambing hitam keluarga, dan distraktor (Mubarak, 2009).
2.4 Fungsi Keluarga
Secara umum fungsi keluarga menurut Friedman (1998 dalam Setiadi
2008) adalah sebagai berikut:
2.4.1 Fungsi afektif
Fungsi afektif adalah fungsi keluarga yang utama untuk mengajarkan
segala sesuatu untuk mempersiapkan anggota keluarga berhubungan dengan orang
lain.
2.4.2 Fungsi sosialisasi
Fungsi sosialisasi adalah fungsi mengembangkan dan tempat melatih anak
untuk berkehidupan sosial sebelum meninggalkan rumah untuk berhubungan
dengan orang lain di luar rumah.
2.4.3 Fungsi reproduksi
Fungsi reproduksi adalah fungsi untuk mempertahankan generasi dan
menjaga kelangsungan keluarga.
Fungsi ekonomi yaitu keluarga berfungsi untuk memenuhi kebutuhan
keluarga secara ekonomi dan tempat untuk mengembangkan kemampuan individu
meningkatkan penghasilan untuk memenuhi kebutuhan keluarga.
2.4.5 Fungsi perawatan/pemeliharaan kesehatan
Fungsi perawatan/pemeliharaan kesehatan yaitu fungsi untuk
mempertahankan keadaan kesehatan anggota keluarga agar tetap memiliki
produktivitas tinggi.
2.5 Tugas Keluarga di Bidang Kesehatan
Sesuai dengan fungsi pemeliharaan kesehatan, keluarga mempunyai tugas
di bidang kesehatan yang perlu dipahami dan dilakukan. Tugas keluarga dalam
bidang kesehatan menurut Freeman (1981 dalam Suprajitno, 2004) meliput i:
1. Mengenal masalah kesehatan keluarga
Kesehatan merupakan kebutuhan keluarga yang tidak boleh diabaikan
karena tanpa kesehatan segala sesuatu tidak akan berarti. Orang tua perlu
mengenal keadaan kesehatan dan perubahan-perubahan yang dialami
anggota keluarga walaupun perubahan tersebut sedikit. Perubahan
keluarga perlu dicatat kapan terjadinya, perubahan apa yang terjadi , dan
sebesar apa perubahannya.
Keluarga mempunyai tugas utama untuk mengupayakan pertolongan
yang tepat sesuai dengan keadaan keluarga, dengan pertimbangan siapa di
antara anggota keluarga yang mempunyai kemampuan untuk
memutuskan atau menentukan tindakan keluarga. Jika keluarga
mempunyai keterbatasan dapat meminta bantuan kepada orang di sekitar
lingkungan tempat tinggal keluarga.
3. Merawat keluarga yang mengalami gangguan kesehatan
Sering kali keluarga telah mengambil tindakan yang tepat dan benar,
tetapi keluarga memiliki keterbatasan yang telah diketahui keluarga
sendiri. Oleh karena itu, anggota keluarga yang mengalami gangguan
kesehatan perlu memperoleh tindakan lanjutan atau perawatan agar
masalah yang lebih parah tidak terjadi. Perawatan dapat dilakukan di
institusi pelayanan kesehatan atau di rumah jika keluarga telah memiliki
kemampuan melakukan tindakan untuk pertolongan pertama.
4. Memodifikasi lingkungan keluarga untuk menjamin kesehatan keluarga.
5. Memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan di sekitarnya bagi keluarga.
3. Konsep Dukungan Keluarga
3.1 Definisi Dukungan Keluarga
Dukungan keluarga mengacu kepada dukungan-dukungan sosial yang
dipandang oleh anggota keluarga sebagai sesuatu yang dapat diadakan untuk
keluarga. Kane mendefinisikan dukungan sosial keluarga sebagai suatu proses
Dukungan keluarga merupakan proses yang terjadi sepanjang hidup dan
sifat serta jenis dukungan sosial berbeda-beda dalam berbagai tahap siklus
kehidupan. Misalnya, jenis dan kuantitas dukungan sosial dalam fase perkawinan
(sebelum mendapat anak) sangat berbeda dengan banyaknya dan jenis dukungan
sosial dalam siklus kehidupan terakhir. Namun demikian, dalam semua tahap
siklus kehidupan, dukungan keluarga membuat keluarga mampu berfungsi dengan
berbagai kepandaian dan akal yang mengakibatkan meningkatnya kesehatan dan
adaptasi keluarga (Friedman, 1998).
3.2 Jenis Dukungan Keluarga
Dukungan keluarga menurut Friedman (1998) dapat dibagi menjadi empat
jenis antara lain dukungan informasional, dukungan penilaian, dukungan
instrumental, dan dukungan emosional.
Dukungan informasional yaitu keluarga berfungsi sebagai sebuah kolektor
dan diseminator (penyebar) informasi tentang dunia. Dukungan penilaian yaitu
keluarga bertindak sebagai sebuah bimbingan umpan balik, membimbing dan
menengahi pemecahan masalah dan sebagai sumber dan validator identitas
keluarga. Dukungan instrumental yaitu keluarga merupakan sebuah sumber
pertolongan praktis dan konkrit. Dukungan emosional yaitu keluarga sebagai
sebuah tempat yang aman dan damai untuk istirahat dan pemulihan serta
membantu penguasaan terhadap emosi.
3.3 Bentuk Dukungan Keluarga
Ciri-ciri bentuk dukungan sosial keluarga menurut House (Setiadi, 2008)
3.3.1 Informatif
Bantuan informasi yang disediakan dapat digunakan seseorang untuk
menanggulangi persolan-persoalan yang dihadapi, meliputi pemberian nasihat,
pengarahan, ide-ide atau informasi lainnya yang dibutuhkan dan dapat
disampaikan kembali kepada orang lain yang mungkin menghadapi persoalan
yang sama atau hampir sama. Informasi mengenai pengobatan hipertensi dapat
diterima seorang penderita hipertensi dari keluarganya.
3.3.2 Perhatian emosional
Setiap orang membutuhkan bantuan afeksi dari orang lain, dukungan ini
berupa dukungan simpatik dan empati, cinta, kepercayaan, dan penghargaan.
Dengan demikian, seorang penderita hipertensi merasa dirinya tidak menanggung
beban sendiri tetapi masih ada orang lain yang memperhatikan, mau mendengar
segala keluhannya, bersimpati dan empati terhadap persoalan yang dihadapinya,
dan mau membantu memecahkan masalah yang dihadapinya, yang ini semua
dapat dilakukan oleh keluarga sebagai orang terdekat.
3.3.3 Bantuan instrumental
Bantuan bentuk ini bertujuan untuk mempermudah seseorang dalam
melakukan aktifitasnya berkaitan dengan persoalan-persoalan yang dihadapinya,
atau menolong secara langsung kesulitan yang dihadapi, misalnya dengan
menyediakan peralatan lengkap dan memadai bagi penderita, menyediakan
obat-obatan hipertensi yang dibutuhkan dan lain-lain.
Bantuan penilaian yaitu suatu bentuk penghargaan yang diberikan
seseorang kepada pihak lain berdasarkan kondisi sebenarnya dari penderita.
Penilaian yang diberikan keluarga kepada penderita hipertensi akan sangat
membatu jika penilaian tersebut adalah penilaian yang positif, misalnya keluarga
menilai bahwa penderita hipertensi jarang mengalami kekambuhan semenjak
mematuhi pengobatan.
4. Konsep Kepatuhan
Kepatuhan adalah perilaku positif yang diperlihatkan klien saat mengarah
ke tujuan terapeutik yang ditentukan bersama (DeGreest, et al., 1998). Kepatuhan menuntut adanya perubahan perilaku yang dipengaruhi positif oleh rasa percaya
yang terbentuk sejak awal dan berkelanjutan terhadap tenaga kesehatan
professional, penguatan dari orang terdekat, persepsi tentang kerentanan diri
terhadap penyakit, persepsi bahwa penyakit yang diderita serius, bukti bahwa
kepatuhan mampu mengontrol munculnya gejala atau penyakit, efek samping
yang bisa ditoleransi, tidak terlalu mengganggu aktivitas kesehariaan individu
atau orang terdekat lainnya, rasa positif terhadap diri sendiri.
Sedangkan kepatuhan dihambat oleh penjelasan yang tidak adekuat,
perbedaan pendapat antara klien dengan tenaga kesehatan, terapi jangka panjang,
tingginya komplekitas atau biaya pengobatan (Carpenito, 2009).
Kepatuhan menurut Sackett (1976 dalam Niven, 2000) adalah sejauh mana
perilaku pasien sesuai dengan ketentuan yang diberikan oleh profesional
Usaha bersama antara pasien dan dokter yang menanganinya menentukan
keberhasilan dalam mengendalikan tekanan darah tinggi. Kepatuhan seorang
pasien yang menderita hipertensi tidak hanya dilihat berdasarkan kepatuhan dalam
meminum obat antihipertensi tetapi juga dituntut peran aktif pasien dan
kesediaannya untuk memeriksakan kesehatannya ke dokter sesuai dengan jadwal
yang ditentukan serta perubahan gaya hidup sehat yang dianjurkan (Burnier, 2001
dalam Manurung, 2011). Perubahan gaya hidup pada pasien hipertensi dilakukan
dengan kepatuhan menjalankan diit, menurunkan kegemukan, rajin olahraga,
mengurangi konsumsi garam, diit rendah lemak, rendah kolesterol, tidak
merokok, tidak mengonsumsi alkohol, kurangi makan yang mengandung kalium
tinggi, batasi kafein, hindari stres, dan kontrol tekanan darah secara teratur
(Tarney, 2002 dalam Nainggolan, dkk, 2012).
Faktor yang mempengaruhi tingkat kepatuhan menurut Brunner & Suddarth
(2002) adalah:
1. Faktor demografi seperti usia, jenis kelamin, suku bangsa, status sosio
ekonomi dan pendidikan.
2. Faktor penyakit seperti keparahan penyakit dan hilangnya gejala akibat terapi.
3. Faktor program terapeutik seperti kompleksitas program dan efek samping
obat yang tidak menyenangkan.
4. Faktor psikososial seperti intelegensia, sikap terhadap tenaga kesehatan,
penerimaan, atau penyangkalan terhadap penyakit, keyakinan agama atau
BAB 3
KERANGKA PENELITIAN
1. Kerangka Penelitian
Kerangka penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan tentang pengaruh
dukungan keluarga terhadap kepatuhan menjalankan pengobatan pada pasien
hipertensi di Puskesmas Indrapura Kabupaten Batu Bara. Sesuai dengan tujuan
penelitian, maka hubungan antar variabel dapat digambarkan sebagai berikut:
Keterangan:
= Variabel yang diteliti
Skema 1. Kerangka Penelitian tentang Pengaruh Dukungan Keluarga terhadap Kepatuhan Menjalankan Pengobatan pada Pasien Hipertensi di Puskesmas Indrapura Kabupaten Batu Bara
Dukungan keluarga:
− Dukungan instrumental
− Dukungan penilaian
− Dukungan informasional
− Dukungan emosional
Kepatuhan menjalankan pengobatan:
− Terapi farmakologis
2. Defenisi Operasional
Tabel 3. Defenisi operasional variabel penelitian
No Variabel Defenisi
Tidak pernah (skor 1)
3. Hipotesis Penelitian
Hipotesis dalam penelitian ini adalah hipotesis alternatif (Ha) yaitu terdapat
pengaruh dukungan keluarga terhadap kepatuhan menjalankan pengobatan pada
pasien hipertensi di Puskesmas Indrapura Kabupaten Batu Bara. Hasil yang
diharapkan dalam penelitian ini adalah Hipotesis alternatif diterima (Ha diterima).
BAB 4
METODOLOGI PENELITIAN
1. Desain Penelitian
Desain penelitian merupakan rancangan yang digunakan dalam melakukan
prosedur penelitian (Hidayat, 2007). Penelitian ini menggunakan desain deskriptif
asosiatif yang bertujuan untuk mengidentifikasi bagaimana pengaruh dukungan
keluarga terhadap kepatuhan menjalankan pengobatan pada pasien hipertensi di
Puskesmas Indrapura Kabupaten Batu Bara.
2.1 Populasi penelitian
Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian (Arikunto, 2006). Populasi
dalam penelitian ini adalah seluruh pasien hipertensi yang melakukan rawat jalan
dari bulan Januari sampai Oktober 2012 di Puskesmas Indrapura, Kabupaten Batu
Bara. Berdasarkan survey awal, diperoleh data jumlah pasien hipertensi rawat
jalan dari bulan Januari sampai Oktober 2012 sekitar 276 pasien.
2.2 Sampel penelitian
Sampel adalah bagian dari populasi yang akan diteliti atau sebagian jumlah
dari karakteristik yang dimiliki oleh populasi (Hidayat, 2007). Menurut Arikunto
(2006), jika jumlah populasi lebih besar dari 100 maka dapat diambil antara
10-15% atau 20–25% dari total populasi. Berdasarkan hal diatas, peneliti mengambil
sampel sebesar 15% dari populasi yaitu sebanyak 41 orang responden. Besarnya
pengambilan sampel berdasarkan pertimbangan peneliti terkait waktu, dana, dan
tenaga.
Kriteria sampel dalam penelitian meliputi kriteria inklusi dan eksklusi.
Kriteria ini diperlukan dalam upaya mengendalikan variabel penelitian yang tidak
diteliti tetapi memiliki pengaruh terhadap variabel independen. Kriteria inklusi
merupakan karakteristik yang dimiliki oleh subjek penelitian yang memenuhi
syarat sebagai sampel. Kriteria eksklusi merupakan karakteristik dari subjek
penelitian yang tidak memenuhi syarat sebagai sampel (Hidayat, 2009). Kriteria
inklusi pada penelitian ini yaitu pasien hipertensi yang sedang menjalani rawat
jalan di Puskesmas Indrapura Kabupaten Batu Bara, bersedia untuk menjadi
secara lisan maupun tulisan dengan menandatangani informed consent, dan belum mengalami komplikasi.
2.3 Teknik sampling
Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini dilakukan dengan cara
nonprobability sampling yaitu dengan purposive sampling. Purposive sampling merupakan teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu sesuai yang peneliti kehendaki yaitu sampel yang sesuai dengan kriteria inklusi (Setiadi,
2007).
3. Lokasi dan Waktu Penelitian
Lokasi penelitian dilaksanakan di Puskesmas Indrapura Kabupaten Batu
Bara. Alasan peneliti memilih lokasi puskesmas karena lokasi yang strategis dan
memiliki jumlah pasien hipertensi lumayan banyak. Penelitian ini dilaksanakan
mulai tanggal 7 Februari 2013 sampai dengan 2 April 2013.
4. Pertimbangan Etik Penelitian
Penelitian dilakukan setelah proposal disetujui oleh Fakultas Keperawatan
Universitas Sumatera Utara dan izin pengumpulan data diperoleh dari puskesmas.
Karena penelitian berhubungan langsung dengan manusia sebagai subjek
penelitian, maka segi etika penelitian harus diperhatikan. Prinsip-prinsip dalam
pertimbangan etik yaitu memberikan lembar persetujuan (informed consent)
menjadi responden sebelum penelitian dilakukan agar subjek mengerti maksud
dan tujuan penelitian. Jika responden bersedia untuk diteliti maka mereka harus
maka peneliti tidak akan memaksa dan tetap menghormati haknya. Peneliti akan
menjaga kerahasiaan responden dengan cara tidak mencantumkan nama
responden pada lembar pengumpulan data (kuesioner). Semua informasi yang
telah dikumpulkan dijamin kerahasiaannya oleh peneliti dan hanya kelompok data
tertentu yang akan dilaporkan pada hasil riset (Hidayat, 2007).
5. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian yang digunakan untuk pengumpulan data adalah
kuesioner. Jenis kuesioner yang digunakan adalah jenis kuesioner tertutup, yaitu
yang sudah disediakan jawabannya sehingga responden hanya tinggal
membubuhkan tanda check-list (√) pada kolom yang tersedia.
Kuesioner ini terdiri atas tiga bagian yaitu kuesioner data demografi pasien
hipertensi, kuesioner pernyataan untuk dukungan keluarga dan kuesioner
pernyataan untuk kepatuhan menjalankan pengobatan. Bagian pertama berupa
kuesioner data demografi pasien hipertensi meliputi umur, jenis kelamin, suku,
pendidikan, pekerjaan, penghasilan perbulan, tekanan darah pasien, lama berobat,
merokok/menyirih atau tidak, dan meminum alkohol atau tidak.
Bagian kedua berupa kuesioner untuk dukungan keluarga terdiri dari 20
pernyataan. Kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini diadopsi dari
penelitian Lilis Suryani Nainggolan (2008) dengan judul penelitian hubungan
dukungan sosial keluarga terhadap kepatuhan diet pada pasien gagal ginjal kronik
yang menjalani hemodialisis di RSUP Haji Adam Malik Medan. Hasil uji
reliabilitas pada kuesioner dukungan sosial keluarga adalah 0,865. Kuesioner ini
dari Friedman (1998) dan House (dalam Setiadi, 2008). Pernyataan dalam
kuesioner meliputi 4 komponen dukungan keluarga yang diterima oleh pasien
hipertensi, berupa dukungan instrumental (1-5), dukungan penilaian (6-10),
dukungan informasional (11-15), dan dukungan emosional (16-20). Semua
pernyataan dalam kuesioner disusun dalam bentuk pernyataan positif dan
menggunakan skala likert dengan 4 pilihan jawaban yang terdiri dari selalu (SL),
sering (SR), kadang-kadang (KD), tidak pernah (TP). Skor nilai yang diberikan
dari 1 sampai 4, dimana jawaban selalu (SL) bernilai 4, sering (SR) bernilai 3,
kadang-kadang (KD) bernilai 2, tidak pernah (TP) bernilai 1. Dengan total skor
20-80. Semakin tinggi jumlah skor maka dukungan keluarga semakin baik.
Berdasarkan rumus statistika untuk mencari panjang kelas yaitu p =
rentang/banyak kelas, dimana p merupakan panjang kelas, rentang didapat dengan
mengurangkan nilai tertinggi dan nilai terendah sehingga didapat 60 dan banyak
kelas dibagi atas 3 kategori kelas untuk dukungan keluarga, maka akan diperoleh
panjang kelas sebesar 20. Dengan p = 20 dan nilai terendah 20 sebagai batas
bawah kelas interval pertama, maka dukungan keluarga dikategorikan atas kelas
interval sebagai berikut: 20-40 adalah dukungan keluarga kurang, 41-60 adalah
dukungan keluarga cukup, 61-80 adalah dukungan keluarga baik.
Bagian ketiga berupa kuesioner untuk kepatuhan menjalankan pengobatan
yang terdiri dari 12 pernyataan. Kuesioner ini diadopsi dari skripsi Betty
Manurung (2011) dengan judul penelitian hubungan pengetahuan pasien
hipertensi dengan kepatuhan pasien dalam pelaksanaan program terapi hipertensi
pada kuesioner kepatuhan pasien hipertensi adalah 0,896. Kuesioner tersebut
peneliti modifikasi sesuai kebutuhan dan mengacu pada tinjauan pustaka dengan
mengurangi dua item pernyataan dan mengubah beberapa kalimat item pernyataan
yang lain. Semua pernyataan dalam kuesioner disusun dalam bentuk pernyataan
positif dan menggunakan skala likert, dengan 4 pilihan jawaban yang terdiri dari
selalu (SL), sering (SR), kadang-kadang (KD), tidak pernah (TP). Skor nilai yang
diberikan dari 1 sampai 4, dimana jawaban selalu (SL) bernilai 4, sering (SR)
bernilai 3, kadang-kadang (KD) bernilai 2, tidak pernah (TP) bernilai 1. Dengan
total skor 12-48.
Rentang yang didapatkan dari hasil pengurangan nilai tertinggi dan nilai
terendah adalah 36, sedangkan kepatuhan pasien hipertensi dalam menjalankan
pengobatan dibagi atas 2 kategori kelas, maka akan diperoleh panjang kelas
sebesar 18. Dengan p = 18 dan nilai terendah 12 sebagai batas bawah kelas
interval pertama, maka dukungan keluarga dikategorikan atas kelas interval
sebagai berikut: 12-30 adalah tidak patuh, 31-48 adalah patuh.
6. Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen
6.1 Uji Validitas Instrumen
Validitas merupakan suatu ukuran yang menunjukkan sejauh mana
ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan fungsi ukurnya
(Azwar, 2004). Sebuah instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur data
dari variabel yang diteliti secara tepat (Arikunto, 2006). Uji validitas yang
digunakan dalam instrumen ini adalah menggunakan validitas internal rasional
dikehendaki atau berdasarkan tinjauan pustaka (Setiadi, 2007). Uji validitas
instrumen telah dilakukan oleh dosen keperawatan keluarga Fakultas
Keperawatan USU dan diperoleh hasil bahwa instrumen tersebut valid.
6.2 Uji Reliabilitas Instrumen
Reliabilitas menunjukkan sejauh mana hasil suatu pengukuran dapat
dipercaya, yaitu dalam beberapa kali pelaksanaan pengukuran terhadap kelompok
subjek yang sama diperoleh hasil yang relatif sama, selama aspek yang diukur
dalam diri subjek memang belum berubah (Azwar, 2004). Menurut Notoatmodjo
(2002), reliabilitas menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur dapat dipercaya
atau dapat diandalkan. Uji reliabilitas dalam penelitian ini dilakukan sebelum
pengumpulan data terhadap 10 orang responden yang memenuhi kriteria inklusi di
Puskesmas Indrapura Kabupaten Batu Bara. Sepuluh orang responden ini tidak
diikutsertakan lagi sebagai sampel penelitian dalam pengumpulan data.
Uji reliabilitas untuk kuesioner dukungan keluarga dan kepatuhan
menjalankan pengobatan yang skornya merupakan rentangan antara beberapa nilai
adalah dengan menggunakan uji Cronbach Alpha. Suatu variabel dianggap reliabel jika nilai reliabilitas lebih besar dari 0,7 (Polit & Hungler (1996). Nilai
koefisien Cronbach Alpha kuesioner dukungan keluarga adalah 0,887 dan untuk kuesioner kepatuhan menjalankan pengobatan adalah 0,751. Berdasarkan hasil
tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa instrumen tersebut reliabel.
7. Metode Pengumpulan Data
Pada tahap awal peneliti mengajukan permohonan izin pelaksanaan
Utara, kemudian setelah permohonan izin telah diperoleh, peneliti mengajukan
surat permohonan penelitian ke kepala Puskesmas Indrapura, Kabupaten Batu
Bara. Setelah mendapat izin penelitian maka peneliti melaksanakan pengumpulan
data. Pada saat pengumpulan data, peneliti menentukan calon responden sesuai
dengan kriteria yang telah dibuat sebelumnya. Apabila peneliti telah menemukan
calon responden yang telah memenuhi kriteria maka calon responden diambil
menjadi subyek penelitian. Selanjutnya, peneliti menjelaskan tentang tujuan,
manfaat dan prosedur pengisian kuesioner. Responden yang bersedia diminta
untuk menandatangani lembar persetujuan (informed consent). Kemudian responden diminta untuk menjawab pernyataan-pernyataan kuesioner yang
diberikan oleh peneliti dengan menggunakan metode wawancara. Metode
wawancara dipilih karena beberapa hal, antara lain waktu mengantre yang singkat,
responden yang sudah lanjut usia dan mengalami masalah penglihatan, responden
sedang kurang sehat, responden malas membaca dan mengisi kuesioner secara
langsung, dan keinginan responden untuk cepat pulang. Kuesioner yang telah
selesai dijawab diperiksa kelengkapannya sehingga data yang diperoleh terpenuhi
untuk dianalisa.
8. Analisa Data
Peneliti melakukan pengolahan data setelah semua data pada kuesioner
terkumpul. Proses pengolahan data dilakukan melalui beberapa tahap. Pertama
editing, yaitu memeriksa kembali kebenaran data yang dikumpulkan. Kuesioner data demografi pasien, dukungan keluarga, dan kepatuhan menjalankan
yaitu memberikan kode berupa angka terhadap data yang terdiri atas beberapa
kategori. Ketiga entri data, yaitu memasukkan data yang telah dikumpulkan ke
dalam master tabel atau database komputer (Hidayat, 2007). Langkah selanjutnya
adalah pengolahan data yang dilakukan dengan menggunakan teknik
komputerisasi yaitu dengan menggunakan uji korelasi Spearman rho.
Pengolahan data dilakukan dengan cara univariat dan bivariat. Pada
penelitian ini analisa data dengan metode statistik univariat digunakan untuk
menganalisa data demografi, variabel independen (dukungan keluarga), dan
variabel dependen (kepatuhan menjalankan pengobatan pada pasien hipertensi).
Data demografi disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi dan persentase.
Data dukungan keluarga disajikan dalam bentuk skala ordinal yaitu jenis data
kategorik (dukungan keluarga baik, cukup, dan kurang) dan data kepatuhan
menjalankan pengobatan disajikan dalam bentuk skala nominal yaitu jenis data
kategorik (patuh dan tidak patuh) yang disajikan dalam bentuk tabel distribusi
frekuensi dan persentase.
Analisis bivariat dengan menggunakan uji Spearman rho karena data tidak berdistribusi normal. Adanya korelasi antar variabel dilihat dari koefisien korelasi
(r). Nilai r berkisar antara -1 sampai +1 untuk menunjukkan derajat hubungan
antara kedua variabel tersebut, dan untuk menentukan apakah terdapat hubungan
yang signifikan antara kedua variabel dengan melakukan pengamatan terhadap
(p) > 0,05 maka tidak terdapat hubungan yang bermakna antara variabel yang diuji (Dahlan, 2012).
Tabel 4. Panduan Interpretasi Hasil Uji Hipotesis Berdasarkan Kekuatan Korelasi, Nilai p, dan Arah Korelasi menurut Dahlan (2012)
No. Parameter Nilai Interpretasi
1. Kekuatan Korelasi (r) 0,0 - <0,2 bermakna antara dua variabel yang diuji.
Tidak terdapat korelasi yang bermakna antara dua variabel yang diuji.
3. Arah Korelasi + (positif)
- (negatif)
Searah, semakin besar nilai satu variabel semakin besar pula nilai variabel lainnya. Berlawanan arah, semakin besar nilai satu variabel semakin kecil nilai variabel lainnya.
9. Uji Normalitas Data
Uji normalitas data dapat diketahui dengan melihat nilai significancy atau nilai kemaknaan (p) harus lebih besar dari 0,05 pada uji Shapiro-Wilk (untuk sampel ≤ 50 orang) (Dahlan, 2012). Hasil uji normalitas data pada penelitian ini
sebesar 0,000 (p<0,05) dan variabel kepatuhan memiliki nilai significancy (p) sebesar 0,000 (p<0,05) yang berarti distribusi data tidak normal.
Berdasarkan hasil tersebut maka dapat disimpulkan bahwa uji korelasi yang
digunakan adalah uji Spearman rho karena kedua variabel tidak berdistribusi normal.
BAB 5
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Pada bab ini akan diuraikan hasil penelitian dan pembahasan mengenai
pengaruh dukungan keluarga terhadap kepatuhan menjalankan pengobatan pada
pasien hipertensi di Puskesmas Indrapura Kabupaten Batu Bara.
1. Hasil Penelitian
Penelitian telah dilaksanakan pada tanggal 7 Februari 2013 sampai dengan
2 April 2013 di Puskesmas Indrapura Kabupaten Batu Bara, dan diperoleh
kontrol. Penyajian data hasil penelitian meliputi hasil analisis univariat yang
mencakup distribusi data demografi pasien, distribusi dukungan keluarga dan
kepatuhan menjalankan pengobatan, dan analisis bivariat yaitu pengaruh
dukungan keluarga terhadap kepatuhan menjalankan pengobatan pada pasien
hipertensi.
1.1 Data Demografi Pasien Hipertensi
Deskripsi data demografi 41 pasien hipertensi yang mencakup umur, jenis
kelamin, suku, pendidikan, pekerjaan, penghasilan keluarga perbulan, tekanan
darah, lama berobat, perokok/penyirih, pengonsumsi alkohol. Hasil analisa data
menunjukkan bahwa sebagian besar usia pasien hipertensi berada pada masa
dewasa pertengahan (middle age/ 45-59 tahun) yaitu sebanyak 19 orang (46,3%),
sebagian besar jenis kelamin adalah laki-laki yaitu sebanyak 21 orang (51,2%).
Suku yang paling banyak adalah suku Jawa sebanyak 13 orang (31,7%), sebagian
besar tingkat pendidikan berada pada SMA sebanyak 12 orang (29,3%), jenis
pekerjaan yang terbanyak adalah ibu rumah tangga sebanyak 11 orang (26,8%),
penghasilan keluarga per bulan >Rp 1.305.000 sebanyak 22 orang (53,7%),
tekanan darah pasien hipertensi terbanyak berada pada grade I (140-159/90-99
mmHg) sebanyak 26 orang (63,4%), dengan lama berobat ≥ 1 tahun sebanyak 27
orang (65,9%). Sebagian besar pasien hipertensi tidak merokok/menyirih yaitu
sebanyak 29 orang (70,7%), serta semua pasien hipertensi (100%) tidak
mengonsumsi alkohol.
Tabel 6. Distribusi Frekuensi dan Persentase Karakteristik Data Demografi Responden di Puskesmas Indrapura Kabupaten Batu Bara (n=41). No. Karakteristik Data Demografi Responden Frekuensi
(responden)
1. Umur
Dewasa muda (elderly adulthood/17-44 tahun)
Dewasa pertengahan (middle age/45-59 tahun)
Lanjut usia (elderly/60-74 tahun) Lanjut usia tua(old/75-90 tahun)
3 No. Karakteristik Data Demografi
Responden
7. Tekanan darah
Grade I (140-159/90-99 mmHg) Grade II (≥160/≥100 mmHg)
10. Pengonsumsi alkohol
Tidak 41 100,0
1.2 Dukungan Keluarga kepada Pasien Hipertensi
Hasil penelitian tentang variabel dukungan keluarga kepada pasien
hipertensi dapat dilihat pada tabel 7 yaitu pasien hipertensi yang memiliki
dukungan keluarga baik sebanyak 19 orang (46,3%), dukungan keluarga cukup
sebanyak 16 orang (39,1%), dan dukungan keluarga kurang sebanyak 6 (14,6%).
Tabel 7. Distribusi Frekuensi dan Persentase Pasien Hipertensi Berdasarkan Dukungan Keluarga kepada Pasien Hipertensi di Puskesmas Indrapura Kabupaten Batu Bara (n=41).
No. Dukungan Keluarga Frekuensi
(Responden)