• Tidak ada hasil yang ditemukan

1. Adanya rasa gatal-gatal pada kulit seperti rasa terbakar dan lesi yang tidak nyeri 2. Terdapat tonjolan pada kulit yang berisi nanah dan teraba keras

3. Kulit yang kemerahan nyeri apabila di tekan/ diusap/ digaruk 4. Terjadi peradangan yang memerah dan cepat membesar 5. Adanya lecet-lecet atau retakan kulit

6. Adanya kulit yang mengelupas seperti sisik

7. Terdapat bintil seperti jerawat kecil kemerah-merahan yang kadang disertai lepuhan (Harahap, 2008)

Keluhan gangguan pada kulit adalah rasa gatal-gatal (saat pagi, siang, malam, ataupun sepanjang hari), muncul bintik-bintik merah/ bentol-bentol/ bula-bula yang berisi cairan bening ataupun nanah pada kulit permukaan tubuh timbul ruam-ruam (Graham, 2005).

2.3.5. Jenis-jenis Gangguan Kulit 1. Penyakit Kulit Akibat Bakteri

a. Impetigo kontagiosa

Impetigo kontagiosa adalah infeksi kulit yang mudah menular dan terutama mengenai anak-anak yang belum sekolah. Penyakit ini mengenai kedua jenis kelamin, laki-laki dan perempuan, sama banyak. Pada orang dewasa, impetigo ini sering terdapat pada mereka yang tinggal bersama-sama dalam satu kelompok, seperti asrama dan penjara. Faktor predisposisi terjadinya ialah hygiene penderita dan sanitasi yang jelek dan malnutrisi. Penyebab impetigo kontagiosa adalah

Streptococcus B hemolyticus. Gejala klinisnya tidak disertai gejala umum, hanya terdapat pada anak. Tempat predileksi di muka, yakni di sekitar lubang hidung dan mulut karena dianggap sumber infeksi dari daerah tersebut. Kelainan kulit berupa eritema dan vesikel yang cepat memecah sehingga jika penderita datang berobat yang terlihat adalah krusta tebal berwarna kuning seperti madu. Jika dilepaskan tampak erosi di bawahnya. Sering krusta menyebar ke perifer dan sembuh di bagian tengah. Pengobatan jika krusta sedikit, dilepaskan dan diberi salap antibiotik sistematik (Djuanda, 2008)

Gambar 2.1. Impetigo Kontagiosa b. Impetigo Bulosa

Impetigo Bulosa disebabkan oleh Staphylococcus aureus galur grup II tipe faga 71. Tiga lesi kulit kulit yang disebabkan oleh stafilokok grup II ini adalah: a. impetigo bulosa, b. penyakit eksfolatif “Staphylococcal Scalded Skin syndrome” (SSSS), dan c. erupsi non streptokokal skarlatiniforme. Impetigo Bulosa terutama terdapat pada neonati dan anak yang lebih besar dan ditandai oleh pembentukan vesikula yang cepat berubah menjadi bula yang lunak. Bula ini terdapat pada kulit normal. Pada permulaaan bula berisi cairan kuning yang kemudian berubah menjadi kuning pekat

dan keruh. Bula tidak dikelilingi eriterm dan berbatas tegas. Kemudian bula pecah dan mengempis serta membentuk krusta coklat tipis. Bula yang utuh mengandung stafilokok. Gejala klinisnya tidak dipengaruhi keadaan umum. Tempat predileksi di ketiak, dada, punggung. Sering bersama-sama miliaria. Terdapat pada anak dan orang dewasa. Kelainan kulit berupa eritema, bula, dan bula hupapion. Kadang-kadang waktu penderita datang berobat, vesikel/bula telah memecah sehingga yang tampak hanya koleret dan dasarnya masih eritematosa. Pengobatan diberi salap antibiotik atau cairan antiseptik jika terdapat hanya beberapa vesikel/bula yang dipecahkan (Djuanda, 2008).

Gambar 2.2. Impetigo Bulosa c. Impetigo neonatorum

Penyakit ini merupakan varian impetigo bulosa yang terdapat pada neonatus. Kelainan kulit serupa impetigo bulosa hanya lokasinya menyeluruh, dapat disertai demam. Pada penyakit ini bula juga terdapat di telapak tangan dan kaki, terdapat pula snuffle nose, saddle nose, dan pseudo paralisis parrot. Pengobatan dengan antibiotik yang diberikan secara sistematik. Topikal dapat diberikan bedak salisil 2% (Djuanda, 2008).

Gambar 2.3. Impetigo neonatorum d. Ektima

Ektima adalah suatu infeksi piogenik kulit yang ditandai pembentukan krusta yang menutupi tukak (ulkus) dibawahnya. Ektima lebih sering terjadi pada anak-anak. Orang dewasa dapat juga terkena. Faktor predisposisi untuk terjadinya ektima adalah trauma, malnutrisi, dan hygiene yang jelek. Ektima sering timbul sebagai komplikasi penyakit kulit lain, seperti skabies dan ekzema. Lesi ektima sangat infeksius. Oleh karena itu penderita merupakan reservoir infeksi untuk orang lain. Penyebab ektima adalah streptokok beta hemolitik. Kadang-kadang pada lesi, ditemui juga stafilokok koagulase positip yang merupakan bakteri sekunder. Manifestasi klinik: ektima mulai sebagai pustule atau bula yang cepat membesar dan menjadi ulkus. Lesi berbentuk bulat atau oval dengan diameter 1-3 cm, dikelilingi oleh haloeritem dan edema. Ektima ditutupi krusta tebal yang melekat dan berwarna coklat tua. Jika krusta di angkat terdapat ulkus purulen, seperti cangkir dengan pinggir menimbul. Biasanya hanya ada satu atau beberapa lesi. Penderita merasa sedikit sakit dan pada perabaan terasa nyeri. Bila tidak diobati penyakit menjadi kronik dan lesi bertambah banyak akibat autoinokulasi. Limfangitis dan limfadenitis dapat terjadi. Jika sembuh, timbul

jaringan parut. Pengobatan yang dilakukan jika terdapat ektima sedikit, krusta diangkat lalu diolesi dengan salap antibiotik. Kalau banyak, juga diobati dengan antibiotik sistemik (Djuanda, 2008).

Gambar 2.4. Ektima e. Folikulitis

Folikulitis adalah peradangan bagian distal folikel rambut yang biasanya hanya mengenai ostium, tapi dapat meluas sedikit ke bawahnya. Secara epidemiologi merupakan keadaan yang sering ditemui dan umumnya diabaikan penderita. Folikulitis mengenai anak-anak, remaja, dan orang dewasa, terutama penderita jerawat atau cenderung menderita sebore. Faktor predisposisi ialah berkeringat banyak, maserasi, dan hygiene jelek. Folikulitis dalam dapat terjadi sebagai perluasan tipe superfisial. Sering kedua tipe folikulitis terdapat bersamaan. Folikulitis dalam adalah infeksi yang telah meluas ke bagian bawah folikel contohnya adalah sikosis vulgaris atau furunkel. Folikulitis disebabkan oleh Staphlococcus aureus. Folikulitis dapat diklasifikasikan yaitu folikulitis superfisialis (terbatas di dalam epidermis) dan

folikulitis profunda (sampai ke subkutan). Pada folikulitis superfisialis gejala klinis yaitu terdapat kelainan berupa papul atau pustul yang eritematosa dan di tengahnya terdapat rambut, biasanya multipel. Pada folikulitis profunda gambaran klinis seperti folikulitis superfisialis dan teraba infiltrat di subkutan. Contohnya sikosis barbe yang berlokasi di bibir atas dan dagu, bilateral. Pengobatan dengan antibiotik sistemik/topikal (Djuanda, 2008).

Gambar 2.5. Folikulitis f. Furunkel

Nama lain Furunkel adalah bisul mata satu. Furunkel adalah infeksi folikel rambut dan daerah sekitarnya. Banyak terdapat pada anak-anak yang besar dan dewasa.Terutama mengenai daerah punggung, ketiak, paha, bokong dan perineum. Gejala klinis antara lain nodul eritematosa, puncaknya terdapat nekrosis dan supurasi. Nyeri sekali, dapat disertai demam dan pembesaran KGB (Djuanda, 2008).

Gambar 2.6. Furunkel g. Karbunkel

Karbunkel adalah kumpulan beberapa furunkel yang bersatu, sehingga ada yang memberi nama bisul bermata banyak. Penyakit ini biasa terdapat leher, punggung, paha, bokong. Gejala klinis antara lain Nodul--nodul yang bergabung, dengan beberapa puncak yang mengalami nekrosis dan supurasi, lesi dapat mencapai 10 cm, kulit sekitar eritem, demam tinggi dan disertai nyeri (Djuanda, 20008).

h. Pionikia

Pionikia merupakan radang di sekitar kuku oleh piokokus. Penyebabnya adalah Staphylococcus aureus dan/atau Streptococcus B hemolyticus. Penyakit ini didahului trauma. Mulainya infeksi pada lipat kuku, terlihat tanda-tanda radang, kemudian menjalar ke matriks dan lempeng kuku (nail plate), dapat terbentuk abses subungual. Pengobatan dapat dilakukan dengan kompres dengan larutan antiseptik dan berikan antibiotik sistemik. Jika terjadi abses subungual kuku diekstraksi (Djuanda, 2008).

Gambar 2.8. Pionikia i. Erisipelas

Erisipelas merupakan penyakit infeksi akut, biasanya disebabkan oleh streptococcus, gejala utamanya ialah eritema berwarna merah cerah dan berbatas tegas serta disertai gejala konstitusi. Terdapat gejala konstitusi yaitu demam, malese. Lapisan kulit yang diserang ialah epidermis dan dermis. Penyakit ini didahului trauma, karena itu biasanya tempat predileksinya di tungkai bawah. Kelainan kulit yang utama ialah eritema yang berwarna merah cerah, berbatas tegas, dan pinggirnya

meninggi dengan tanda-tanda radang akut. Dapat disertai edema, vesikel, dan bula . terdapat leukositosis. Jika tidak diobati akan menjalar ke sekitarnya terutama ke proksimal. Kalau sering residif di tempat yang sama dapat terjadi elefantiasis. Pengobatan dengan istirahat, tungkai bawah dan kaki yang diserang ditinggikan (elevasi), tingginya sedikit lebih tinggi daripada letak kor. Pengobatan sistemik ialah antibiotik, topikal diberikan kompres terbuka dengan larutan antiseptik. Jika terdapat edema diberikan diuretika (Djuanda, 2008).

Gambar 2.9. Erisipela 2. Penyakit Kulit Akibat Jamur

Mikosis adalah penyakit yang disebabkan oleh jamur. Beberapa contoh dari mikosis adalah tinea (kurap) dan tinea versikolor (panu) (Harahap, 2008).

Gambar 2.11. Tinea Versikolor (Panu) 3. Penyakit Kulit Akibat Virus

a. Veruka

Veruka adalah hiperplasi epidermis disebabkan oleh human papilloma virus tipe tertentu. (Djuanda, 2008). Veruka adalah hiperlasia epidermis yang disebabkan infeksi virus. (Harahap, 2008). Veruka terbagi atas 4 tipe: Veruka vulgaris, Veruka plana, Veruka piantaris dan Veruka akuminatum.

b. Herpes Zoster

Herpes Zoster adalah penyakit yang disebabkan oleh varisela zoster virus. Herpes Zoster menyerang kulit dan mukosa, infeksi ini merupakan aktifitas virus yang terjadi setelah infeksi primer. (Djuanda, 2008). Virus ini dengan cepat dapat dihancurkan oleh bahan organik, detergen, enzim preolitik, panas dan PH tinggi (Harahap, 2008).

Gambar 2.13. Herpes Zoster c. Varisela

Varisela adalah penyakit infeksi virus akut dan cepat menular, yang disertai gejala konstitusi dengan kelainan kulit yang polimorf, terutama berlokasi di bagian sentral tubuh (Harahap, 2008). Penyakit ini disebabkan oleh virus varisela zoster, penanaman virus ini memberikan pengertian bahwa infeksi primer virus ini menyebabkan penyakit varisela, sedangkan reaktivasi menyebabkan herpes zoster (Djuanda, 2008).

d. Variola

Variola adalah penyakit infeksi virus akut yang disertai keadaaan umum yang sangat menular dan dapat menyebabkan kematian, dengan ruang kulit yang monomorf, terutama tersebar di bagian perifer tubuh (Harahap, 2008).

Gambar 2.15. Variola 2.4. Udang

2.4.1. Defenisi

Udang merupakan makhluk air yang tidak bertulang belakang (invertebrata). Udang mempunyai bentuk morfologi dan histologi yang khas, kepala dan tubuhnya dilindungi oleh kulit yang banyak mengandung kalsium dan kitin (Darmono 1991). Jenis udang laut yang dikategorikan memiliki nilai ekonomis penting antara lain udang windu (Penaeus monodon), udang putih (Penaeus merguiensis) dan udang dogol (Metapenaeus monoceros). Sedangkan udang air tawar yang memiliki ekonomis penting antara lain udang galah (Macrobrachium rosenbergii), udang kipas

(Panulirus spp) dan udang karang (lobster) (Purwaningsih 2000).

Pada dasarnya tubuh udang dibagi menjadi dua bagian, yaitu Cephalotorax (gabungan antara kepala,dada dan perut) pada bagian ekor terdapat bagian usus dan gonad. Bagian kepala beratnya sekitar 36-49 % dari keseluruhan berat badan, daging

24-41% dan kulit 17-23% (Purwaningsih 2000). 2.4.2. Proses Pengolahan Udang

Proses pengolah udang menurut Hadiwiyoto (1993) adalah sebagai berikut: 1. Penerimaan bahan baku pabrik

Udang segar yang tiba di pabrik dalam bak fiberglass atau blong plastik yang diberi es dibongkar diruang penerimaan. Udang tersebut dipisahkan dari sisa-sisa es dan disemprot dengan air bersih (pencucian I). Setelah bersih, udang dipindahkan kedalam keranjang-keranjang plastik besar yang dapat memuat 100 kg udang. Udang kemudian dipindahkan dan dibawa ke ruang sampling melalui pintu yang diberi plastic curtain. Dari ruang sampling, selanjutnya udang dibawa ke ruang proses untuk diolah lebih lanjut. Apabila bahan baku masih banyak, maka udang ditampung dalam bak penampung (fiber box).

Penampungan udang tidak boleh lebih dari satu hari. Dalam bak penampung tersebut diberi es dengan perbandingan antara udang dan es adalah 1: 2. Pada penampungan udang ini lapisan paling bawah diberi es curai kira-kira setebal 20 cm, lalu diatas lapisan udang juga diberi lapisan es dengan ketebalan yang sama.

2. Pemotongan kepala dan pembersihan genjer

Bentuk olahan udang yang paling umum adalah Head On (HO), yaitu 
udang yang diberikan dengan bentuk kepala dan genjer masih utuh. Pemotongan kepala dan pembersihan dilakukan dengan tangan yaitu dengan mematahkan kepala dari arah bawah keatas dan bagian yang dipotong mulai dari batas kelopak penutup kepala hingga batas leher.

3. Pencucian II

Udang yang sedang dipotong kepalanya dicuci dengan air yang berklorin 
dengan konsentrasi sebesar 10 ppm. Pencucian ini bertujuan untuk menghilangkan lendir, menghilangkan kotoran yang terbawa udang pada saat ditambak dan mengurangi jumlah bakteri.

4. Sortasi warna

Sortasi warna adalah proses pemisahan udang sesuai dengan warnanya. 
Dalam sortasi warna pada dasarnya ada tiga warna yaitu black (hitam), blue (biru), dan white (putih) yang harus dibedakan dengan tujuan untuk mempertinggi nilai artistiknya. Meskipun kualitas udang lebih penting, akan tetapi dari segi keindahan susunan dan keseragaman warna juga sangat berperan dalam menarik minat konsumen (Haryadi 1994).

5. Sortasi Ukuran

Sortasi ukuran adalah suatu cara penyortiran udang berdasarkan ukuran. Sortasi ini dilakukan sesuai dengan jumlah udang untuk setiap pound. Pada tahap ini udang selalu dipertahankan pada kondisi dingin yaitu dengan cara memberi es curai pada udang yang sedang disortir.

6. Sortasi Final

Sortasi final dilakukan untuk mengoreksi hasil sortasi yang belum seragam 
baik mutu, ukuran dan warna. Untuk pengecekan dilakukan per 1 pound dengan timbangan. Bila jumlah udang sudah sesuai dengan jumlah standar pada daftar, maka proses penanganan dapat dilanjutkan.

7. Penimbangan I

Pada tahap ini ada dua aktivitas utama yaitu perhitungan jumlah dilakukan 
untuk menentukan jumlah yang tepat dan ukuran yang seragam. Penimbangan dilakukan setelah proses perhitungan jumlah standar. Berat produk disesuaikan dengan ketentuan inner carton yaitu seberat 4 pound atau 1,8 kg. Untuk menjaga penyusutan setelah thawing, maka penimbangan dilebihkan (extra weight) 2-4 % dari berat bersih.

Setelah penimbangan dilakukan pencatatan udang berdasarkan ukuran , mutu, dan jumlah bobotnya. Kemudian diberi label serta ditambahkan es agar tetap dalam keadaan dingin dan segar. Label udang menunjukkan kualitas dan jenis udang, sedangkan angka menunjukkan ukuran udang dalam setiap pound (lbs). Untuk jenis pembekuan digunakan kode, misalnya IQF berarti udang dibekukan dalam individual quick freezer, ABF berarti dibekukan dalam air blast freezer dan CPF yaitu pembekuan dengan contact plate freezer.

8.Pencucian III

Udang dicuci dalam air bersih tanpa kaporit yang dicampur dengan es 
sehingga udang tetap dalam keadaan dingin. Pencucian ini bertujuan untuk 
membersihkan lendir bakteri dan kotoran sebelum dilakukan pembekuan.

9. Penyusunan dalam pan pembeku

Penyusunan udang headless dalam pan pembeku adalah penyusunan udang dengan metode ekor akan bertemu dengan ekor, dan potongan kepala menghadap kesamping. Jumlah udang pada setiap lapis tergantung pada ukuran yang disusun. Misalnya, untuk ukuran 16-20 pada lapisan paling bawah ada angka 8 berarti dalam

satu deret ada 8 udang, angka 7 diatasnya berarti dalam satu deret udang yang jumlahnya 8, begitu seterusnya.

10. Pembekuan dan glazing

Pembekuan udang sering dilakukan dengan menggunakan contact plate freezer dan air blast freezer bila udang dibekukan dalam bentuk blok. Apabila udang blok dibekukan secara individu bisa menggunakan individual quick freezer. Setelah dibekukan, udang harus di glazing atau diberi lapisan es tipis sehingga permukaan udang beku atau blok udang beku tampak mengkilat. Tujuan utama dari glazing

adalah mencegah pelekatan antar bahan baku, melindungi produk dari kekeringan selama penyimpanan, mencegah ketengikan akibat oksidasi dan memperbaiki penampakan permukaan (Goncalves dan Junior 2009). Adapun glazing dilakukan dengan cara menyiram atau mencelupkan udang beku dalam air bersuhu (0-5) oC. Setelah di glazing, kemudian udang dikemas dan disimpan

dalam gudang beku (cold storage).

Dokumen terkait