• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Air Gambut

2.1.4. Kualitas Air Gambut

Air gambut memiliki karakteristik yang berbeda dari air tawar biasa. Warna kemerahan alami yang terdapat pada air gambut dapat dideteksi dengan colorimeter pada panjang gelombang 455 nm. Air gambut yang berasal dari Kasongan memiliki tingkat warna sebesar 374 TCU (total color unit). Disinyalir warna ini ada kaitannya dengan keberadaan asam humat di dalam air gambut. Nilai tingkat warna ini tentu saja jauh melebihi ambang batas yang diperbolehkan untuk air bersih yang dapat dikonsumsi berdasarkan PERMENKES RI No. 197/Tahun 2002 yaitu sebesar 15 TCU maksimal.

Air gambut memiliki rasa asam oleh karena kandungan asam yang tinggi, sehingga air gambut tidak layak untuk dikonsumsi langsung oleh masyarakat. Sementara itu beberapa parameter fisik lainnya, berada dalam kisaran normal seperti konduktivitas 0,0456 mS/cm, kekeruhan 3-10 NTU, DO 5,36 mg/l, suhu 27,2 C dan salinitas 0%. Sehingga secara fisik, penggolahan air gambut terutama harus mampu mereduksi warna sampai di bawah 15 TCU, serta dapat menetralisir keasaman agar air menjadi tidak berasa. Kombinasi penambahan PENETRAL pH, penyerap warna, dan koagulan telah diuji mampu mereduksi warna sampai batas 2 TCU.

Tabel 2.1. Kualitas Fisik Air Gambut

No Parameter Satuan Bahan Mutu Air Bersih Air Baku Gambut Air Produksi 1 Warna TCU 15 374 2

2 Bau Tak berbau

3 Rasa Tak terasa Asam Tak terasa

4 Konduktifitas mS/cm 0.0456

5 Turbiditas NTU/FAU 5 3-10

6 DO Mg/l 5.364

7 Temperatur C Suhu udara 27.2

8 Salinitas % 0 0

Sumber : Soemirat, 2009

Persyaratan kualitas fisik air dapat dilihat dari indikator bau, rasa, kekeruhan, suhu, warna dan jumlah zat padat terlarut. Jumlah zat padat terlarut biasanya terdiri atas zat organik, garam anorganik, dan gas terlarut. Bila jumlah zat padat terlarut bertambah, maka kesadahan air akan naik, dan akhirnya berdampak terhadap kesehatan. Kekeruhan air disebabkan oleh zat padat yang tersuspensi, baik yang bersifat organik, maupun anorganik. Zat anorganik biasanya berasal dari lapukan tanaman atau hewan, dan buangan industri juga berdampak terhadap kekeruhan air, sedangkan zat organik dapat menjadi makanan bakteri, sehingga mendukung pembiakannya, dan dapat tersuspensi dan menambah kekeruhan air. Air yang keruh sulit didisinfeksi, karena mikroba terlindung oleh zat tersuspensi tersebut, sehingga berdampak terhadap kesehatan, bila mikroba terlindung menjadi patogen (Soemirat, 2009).

Berdasarkan aspek suhu air, diketahui bahwa suhu air yang tidak sejuk atau berlebihan dari suhu air yang normal akan mempermudah reaksi zat kimia, sehingga secara tidak langsung berimplikasi terhadap keadaan kesehatan pengguna air. Warna dapat disebabkan adanya tanin dan asam humat atau zat

16

organik, sehingga bila terbentuk bersama klor dapat membentuk senyawa kloroform yang beracun, sehingga berdampak terhadap kesehatan pengguna air (Slamet, 2007).

2.1.4.2. Kualitas Kimia

Secara umum parameter kimiawi non logam berada dalam kisaran normal apabila dibandingkan dengan baku mutu air bersih, kecuali nilai pH yang sangat rendah 2.82 (baku mutu 6.5-8.5), konsentrasi sulphate yang relatif agak tinggi 32.21 mg/l (tidak ada nilai baku mutu) dan konsentrasi TOM (total organic mater) 619.42 mg/l (tidak ada nilai baku mutu). Sementara itu nilai konsentrasi ammonia tidak terdeteksi (bm 1.5 mg/l), nitrat 0.177 mg/l (bm 50 mg/l), nitrit 0.036 mg/l (bm 3 mg/l), kesadahan tidak terdeteksi (bm 500 mg/l), sianida 0.002 mg/l (bm 0.07 mg/l) dan fluorida 0.13 mg/l (bm 1.5 mg/l).

Berdasarkan karakteristik kimiawi non logam tersebut di atas, maka pengolahan air gambut harus mampu menetralisir pH dari 2.82 menjadi dalam kisaran netral (6.5-8.5). Disamping itu kombinasi bahan/metode yang digunakan harus dapat menurunkan kandungan TOM dari 619.42 menjadi dalam kisaran normal. Kombinasi yang diaplikasikan mampu mereduksi konsentrasi sulphate dari 32.21 mg/l menjadi 20.07 mg/l. Sementara konsentrasi TOM turun dari 619.42 mg/l menjadi 244.5 mg/l. Hasil potitif ini layak untuk dikaji lebih jauh untuk mengetahui hasil optimal dari penggunaan kombinasi dengan konsentrasi yang paling ideal. Sebagai catatan tambahan, penggunaan sistem ultra filtrasi (UF), ternyata mampu mereduksi kandungan sulphate dari 32.21 mg/l menjadi 11.81 mg/l untuk UF pertama dan 14.65 mg/l untuk UF kedua. Sementara itu

konsentrasi TOM turun dari 619.42 mg/l menjadi 289.6 mg/l untuk UF I dan 312.8 mg/l untuk UF II.

Tabel 2.2. Kualitas Kimia Non Logam Air Gambut

No Parameter Satuan Standar

Mutu Air Gambut Air Produksi 1 pH 6.5-8.5 2.82 2 Amonia (NH3) mg/l 1.5 Ttd 3 Nitrat mg/l 50 0.177 4 Nitrit mg/l 3 0.036 5 Total N mg/l 0.566 0371 6 Phospat mg/l 0.429 0.114 7 Total P mg/l 0.9398 1.046 8 Sulfat mg/l 32.21 20.07 9 Kesadahan (CaCO3) mg/l 500 Ttd Ttd 10 Sianida mg/l 0.07 0.002 11 Florida mg/l 1.5 0.13 12 TOM mg/l 619.42 244.5 13 Fenol mg/l 0.2 Sumber : Soemirat, 2009

Hasil analisa kualitas kimiawi logam yang dilakukan terhadap air gambut ditampilkan dalam tabel 2.2. dari sebelas (11) parameter logam yang dianalisa, hampir semua berada dalam kisaran normal dibawah ambang baku mutu, kecuali konsentrasi besi total (Fe) yang sedikit lebih tinggi yaitu 0.414 mg/l (bm 0.3 mg/l). Hasil ini tentu saja cukup mempermudah permasalahan dalam rangka meningkatkan kualitas air gambut menjadi air bersih. Perhatian perlu difokuskan pada dua parameter umum yaitu kandungan Fe total dan Mn sebelum dan setelah proses pengolahan air gambut. Kombinasi yang diaplikasikan mampu menurunkan konsentrasi Fe total dari 0.414 mg/l menjadi 0.213 mg/l, dan menurunkan konsentrasi Mn dari 0.061 mg/l menjdi di bawah 0.007 mg/l. Sementara kombinasi tersebut dapat mereduksi Fe dan Mn masing-masing menjadi 0.09 mg/l dan 0.008 mg/l.

18

Tabel 2.3. Kualitas Kimia Logam Air Gambut

No Parameter Satuan Standar

Mutu Air Gambut Air Produksi 1 Air raksa mg/l 0.01 <0.0005 2 Arsen mg/l 0.01 <0.005 3 Besi mg/l 0.3 0.41 4 Kadmium mg/l 0.003 <0.007 5 Seng mg/l 3 0.058 6 Tembaga mg/l 2 <0.006 7 Timbal mg/l 0.05 <0.006 8 Mangan (Mn) mg/l 0.1 0.061 9 Kalsium mg/l 21.1 10 Magnesium mg/l 0.21 11 Krom (Cr) mg/l 0.05 Sumber : Soemirat, 2009 2.1.4.3. Kualitas Biologi

Air gambut mengandung bakteri E. Coli dan coliform masing masing sebanyak 78 kol/100ml dan 109 kol/100ml. Sehingga air ini tidak layak dikonsumsi atau digunakan lansung untuk keperluan rumah tangga sehari-hari sebagimana ditentukan oleh KEPMENKES No. 197 tahun 2002. Untuk itu diperlukan bahan disinfektan guna menghilangkan/mematikan kandungan bakteri di dalam air gambut dalam proses pengolahannya menjadi air bersih.

Tabel 2.4. Kualitas Biologi Air Gambut

No Parameter Satuan Standar

mutu Air gambut Air produksi 1 E.coli Cool/100ml 0 78 0 2 Coliform Cool/100ml 0 109 0 Sumber : Soemirat, 2009

Dokumen terkait