• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kelurahan yang Mengalami Perkembangan Permukiman

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

B. Hasil dan Pembahasan

2) Kelurahan yang Mengalami Perkembangan Permukiman

Dengan pesatnya laju pertumbuhan penduduk, semakin berkembangnya kegiatan usaha, dan keberadaan budaya masyarakat yang semakin maju, menyebabkan permintaan lahan untuk permukiman juga semakin meningkat sedangkan lahan bersifat tetap. Kelurahan–kelurahan yang tersebut diatas sudah tidak memiliki lahan yang tidak terbangun untuk dijadikan lahan untuk permukiman, maka jika dipaksakan akan timbul masalah kependudukan sehingga perlu dicarikan alternatif penyelesaian yaitu dengan menyediakan lahan permukiman pada lahan-lahan yang masing kosong atau lahan yang belum terbangun yaitu di daerah pinggiran.

2) Kelurahan Yang Mengalami Perkembangan permukiman

Salah satu kelurahan yang mengalami perkembangan permukiman yang cukup pesat di Kecamatan Jebres selama kurun waktu 8 tahun terakhir adalah Kelurahan Mojosongo. Kelurahan ini merupakan kelurahan yang paling luas di Kecamatan Jebres yang letaknya berada paling utara dari batas Kecamatan. Luas kelurahan ini sebesar 532,88 Ha atau 42,35% dari luas Kecamatan Jebres. Kelurahan Mojosongo terletak diantara dua jalur perkembangan yaitu Kota Surakarata, dan Kecamatan Gondangrejo Kabupaten Karanganyar.

commit to user

Kelurahan Mojosongo mengalami perkembangan permukiman sebesar 2,64 Hektar. Pada tahun 2000 luas permukiman sebesar 315,90 Hektar kemudian pada tahun 2008 bertambah luas menjadi 318,54 hektar. Perkembangan permukiman di Kecamatan Mojosongo ini dapat dilihat dengan munculnya permukimam-permukiman baru yaitu rumah-rumah tinggal penduduk khususnya rumah tinggal penduduk dalam bentuk kawasan perumahan baik perumahan mewah maupun sederhana yang dilengkapi dengan fasilitas-fasilitasnya yang menunjang sebagai satu kesatuan yang utuh antara manusia dengan lingkungannya.

Perkembangan permukiman tersebut berasal dari konversi lahan tegalan dan sawah yang masing-masing berkurang 4,75 hektar dan 0,89 hektar. Penggunaan Lahan tegalan di Kelurahan Mojosongo sebagai suatu lahan usaha untuk pertanian, banyak dimanfaatkan oleh penduduk setempat untuk ditanami tanaman palawija/tanaman pangan seperti ketela pohon, Jagung, kacang tanah, kacang panjang dan sebagian lahannya juga di tanami tanaman perkebunan seperti pohon jati, pohon sengon, pohon mauni dan sebagiannya ditumbuhi atau tertutup oleh tumbuhan perdu atau nipah banyak tersebar di beberapa desa.

Alih fungsi lahan tegalan menjadi permukiman yang terjadi di Kelurahan Mojosongo adalah terjadi secara langsung oleh pemilik lahan ataupun tidak langsung oleh pihak lain yang sebelumnya diawali dengan transaksi jual beli lahan tegalan (para pengembang dan pembeli individu). Proses alih fungsi lahan tegalan pada umumnya berlangsung cepat karena terkait dengan upaya pemenuhan kebutuhan sektor ekonomi lain yang menghasilkan surplus ekonomi (landrent) jauh lebih tinggi (misalnya untuk pembangunan kawasan industri, kawasan perumahan, kawasan pendidikan dan sebagainya) atau untuk pemenuhan kebutuhan mendasar (prasarana umum yang diprogramkan pemerintah, atau untuk lahan tempat tinggal pemilik lahan yang bersangkutan).

Alih fungsi lahan tegal untuk pembangunan kawasan pemukiman (real estate), jalan raya, komplek perkantoran, fasilitas umum maupun fasilitas sosial dan sebagainya mengakibatkan terbentuknya pola alih fungsi yang sistematis. Lahan tegalan yang beralih fungsi pada umumnya mencakup suatu hamparan.

commit to user

Selama jangka waktu mulai tahun 2000 sampai 2008, perubahan atau alih fungsi lahannya nampak sekali terjadinya peningkatan. Seluas 96,07 hektar lahan tegalan pada tahun 2000 berkurang menjadi 91,32 hektar. Dimana terjadi pengurangan seluas 4,75 hektar, angka ini menunjukan angka yang cukup tinggi.

Gambar 8: Penggunaan Lahan Tegalan di Kelurahan Mojosongo, Jebres

Gambar 9: Perubahan Penggunaan Lahan Tegalan Menjadi Permukiman di Kelurahan Mojosongo, Jebres

Selain perubahan fungsi lahan menjadi permukiman berasal dari lahan tegalan, lahan sawah yang terdapat di Kelurahan Mojosongo juga mengalami perubahan fungsi menjadi permukiman. Lahan sawah yang dimanfaatkan tiap tahun oleh penduduk untuk ditanamani padi maupun palawija sedikit demi sedikit mengalami pengurangan luas areal. Seluas 22,21 hektar lahan sawah pada tahun

commit to user

2000 berkurang menjadi 21,32 hektar. Dimana terjadi pengurangan seluas 0,89 hektar. Untuk lebih jelasnya tentang konversi lahan nonpermukiman menjadi permukiman yang terjadi di Kelurahan Mojosongo silahkan melihat tabel 16 di bawah ini

Tabel 16. Luas Konversi Lahan Nonpermukiman Menjadi Permukiman di Kelurahan Mojosongo Kecamatan Jebres Tahun 2000-2008

No Jenis Penggunan Lahan Tahun 2000 Tahun 2008 Perubahan Ha Ha Berkurang (Ha) Bertambah (Ha) 1 Permukiman 315,90 318,54 - 2,64 2 Jasa 29,81 29,81 0 0 3 Perusahaan 3,65 3,65 0 0 4 Industri 1,30 1,30 0 0 5 Tanah Kosong 15,59 18,59 - 3,00 6 Tegalan 96,07 91,32 4,75 - 7 Sawah 22,21 21,32 0,89 - 8 Kuburan 9,55 9,55 0 0

9 Lapangan Olah Raga 2,00 2,00 0 0

10 Taman Kota 0,00 0,00 0 0

11 Lain-lain 36,80 36,80 0 0

Jumlah 532,88 532,88 5,64 5,64

Sumber: Analisis data sekunder

Oleh karena desakan dari daerah pusat kota yang semakin padat, sistem sewa tanah yang semakin tinggi makin banyaknya peraturan yang mengikat, pajak yang tinggi dan kualitas drainase yang kurang baik serta lingkungan yang semakin tercemar mengakibatkan penduduk yang berada di pusat kota terdorong untuk mencari alternatif lain dalam memenuhi kebutuhan permukiman. Letak Kelurahan Mojosongo yang cukup stategis berada di daerah perbatasan antara Kota Surakarta dan wilayah Kabupaten Karanganyar, kondisi lingkungan yang masih terbuka dan menyenangkan, sistem transportasi yang makin baik, serta keadaan lalu lintas yang kurang padat, dan lokasi permukiman yang tidak berada pada jalur yang rawan banjir menjadikan kelurahan Mojosongo bisa menjadi alternatif suatu kawasan yang siap bangun. Luas penggunaan lahan terbangun dan tak terbangun di masing-masing kelurahan dapat di lihat tabel di bawah ini.

commit to user

Tabel 17. Luas Penggunaan Lahan Terbangun dan Tak Terbangun Menurut Kelurahan Di Kecamatan Jebres Tahun 2008

No Kelurahan Luas Lahan Terbangun (Ha) % Lahan Tak Terbangun (Ha) % 1 Kepatihan Kulon 17,50 17,50 100,00 0,00 0,00 2 Kepatihan Wetan 22,50 22,50 100,00 0,00 0,00 3 Sudiroprajan 23,00 23,00 100,00 0,00 0,00 4 Gandekan 35,00 35,00 100,00 0,00 0,00 5 Sewu 48,50 47,30 97,52 1,20 2,47 6 Pucang Sawit 127,00 107,15 84,37 19,85 15,62 7 Jagalan 65,00 65,00 100,00 0,00 0,00 8 Purwodiningratan 37,30 35,82 96,03 1,48 3,96 9 Tegalharjo 32,50 32,50 100,00 0,00 0,00 10 Jebres 317,00 276,49 87,22 40,51 12,77 11 Mojosongo 532,88 383,53 71,97 149,35 28,02 Jumlah 1258,18 1045,79 83,11 212,39 16,88

Sumber: Analisis Data Sekunder

Dari tabel diatas dapat diperoleh informasi bahwaKelurahan Mojosongo masih memiliki lahan tak terbangun yang cukup luas yakni sebesar 149,35 hektar yang dimanfaatkan untuk kegiatan agraris seperti sawah dan tegalan dan tanah kosong. Selain lahannya yang masih tersedia cukup luas, di kelurahan ini harga tanahnya relatif masih terjangkau dibandingkan dengan daerah yang berada di pusat Kota Surakarta. Diharapkan dengan masih tersedianya lahan tak terbangun tersebut Kelurahan Mojosongo kedepannya bisa dijadikan kawasan pengembangan di berbagai bidang seperti; pendidikan, budaya, kesehatan, perdagangan dan yang lainnya. Diharapkan penetapan prioritas-prioritas yang tepat akan membuka lapangan kerja baru, meningkatkan kesejahteraan dan akhirnya meningkatkan taraf hidup warga Jebres secara signifikan. Untuk lebih jelasnya tentang wilayah peruntukan lahan terbangun di Kelurahan Mojosongo tahun 2008 dapat dilihat pada peta 5 di bawah ini.

commit to user

Dokumen terkait