• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS SPASIAL PEMBANGUNAN MASJID DI KECAMATAN JEBRES KOTA SURAKARTA TAHUN 2000 2008

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "ANALISIS SPASIAL PEMBANGUNAN MASJID DI KECAMATAN JEBRES KOTA SURAKARTA TAHUN 2000 2008"

Copied!
139
0
0

Teks penuh

(1)

commit to user

ANALISIS SPASIAL PEMBANGUNAN MASJID

DI KECAMATAN JEBRES KOTA SURAKARTA

TAHUN 2000-2008

SKRIPSI

Oleh:

Agus Sudiro

K 5404012

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

(2)

commit to user

ANALISIS SPASIAL PEMBANGUNAN MASJID

DI KECAMATAN JEBRES KOTA SURAKARTA

TAHUN 2000-2008

Oleh:

Agus Sudiro

K 5404012

SKRIPSI

Ditulis dan Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Mendapatkan Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Geografi

Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

(3)
(4)
(5)

commit to user

ABSTRAK

Agus Sudiro. ANALISIS SPASIAL PEMBANGUNAN MASJID DI KECAMATAN JEBRES KOTA SURAKARTA TAHUN 2000-2008. Skripsi, surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Sebelas Maret, Juni 2011.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perubahan penggunaan lahan untuk permukiman di kecamatan Jebres Kota Surakarta kurun waktu tahun 2000-2008, perkembangan pembangunan Masjid di kecamatan Jebres kota Surakarta kurun waktu tahun 2000-2008, distribusi spasial pembangunan masjid di Kecamatan Jebres Kota Surakarta tahun 2000-2008, pola persebaran Masjid di Kecamatan Jebres Kota Surakarta tahun 2000-2008, dan hubungan antara pembangunan masjid dengan perkembangan permukiman di Kecamatan Jebres Kota Surakarta tahun 2000-2008

Sesuai dengan tujuan penelitian, maka penelitian ini menggunakan metode deskriptif spasial. Penelitian ini bersifat penelitian populasi dengan jumlah populasi sebanyak 157 masjid. Teknik pengumpulan data (1) dokumentasi, (2) observasi / pengamatan langsung. Teknik analisis yang digunakan adalah analisis data sekunder, analisis peta, dan analisis parameter tetangga terdekat.

(6)

commit to user

(7)

commit to user

ABSTRACT

Agus Sudiro. A SPATIAL ANALYSIS ON MOSQUE DEVELOPMENT IN JEBRES SUB DISTRICT OF SURAKARTA MUNICIPAL IN 2000-2008. Thesis, Surakarta: Teacher Training and Education Faculty. Sebelas Maret University, Juny 2011.

The objective of research is to find out the change of landuse into settlement in Jebres Sub District of Surakarta Municipal in 2000-2008, the Mosque development growth in Jebres Sub District of Surakarta Municipal in 2000-2008, spatial distribution growth of Mosque in Jebres Sub District of Surakarta Municipal in 2000-2008, spread pattern of Mosque in Jebres Sub District of Surakarta Municipal in 2000-2008, and relation the growth of Mosque with settlement expands in Jebres sub district of Surakarta municipal in 2000-2008 .

Based on the aims of the research, this research used descriptive spatial methode. This research is charactered population research with total population of mosque is 157. The technique of data collecting are (1)documentation, (2) observation. The technique of data analysis are secondary data analysis, map analysis, and nearest neighbour analysis.

(8)

commit to user

(9)

commit to user

MOTTO

"Ketahuilah, bahwa sesungguhnya kehidupan dunia ini hanyalah permainan dan

suatu yang melalaikan, perhiasan dan bermegah- megah antara kamu serta

berbangga-banggaan tentang banyaknya harta dan anak, seperti hujan yang

tanam-tanamannya mengagumkan para petani; kemudian tanaman itu menjadi

kering dan kamu lihat warnanya kuning kemudian menjadi hancur. Dan di

akhirat (nanti) ada azab yang keras dan ampunan dari Allah serta

keridhaan-Nya. Dan kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang

menipu."(QS. Al-Hadid:20)

"

Hai manusia, bertakwalah kepada Tuhanmu dan takutilah suatu hari yang

(pada hari itu) seorang bapak tidak dapat menolong anaknya dan seorang anak

tidak dapat (pula) menolong bapaknya sedikitpun.

Sesungguhnya janji Allah adalah benar, maka janganlah sekali-kali kehidupan

dunia memperdayakan kamu, dan jangan (pula) penipu (syaitan)

memperdayakan kamu dalam (mentaati) Allah." (QS. Luqman:33)

(10)

commit to user

PERSEMBAHAN

Ku persembahkan kepada

 Ayah Tercinta

 Ibunda tersayang

 Istriku Tercinta

 Saudara-saudaraku

(11)

commit to user

KATA PENGANTAR

Assalamualikum Warohmatullahi Wabarokatuh.

Segala puji hanya milik Allah Subhanahu Wata „Ala Rabb semesta

Alam, Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurah kepada junjungan Nabi

besar Muhammad Sholallahu „alahi wassalam, keluarga, sahabat serta orang

-orang yang mengikuti petunjuknya sampai Yaumil Qiyamah.

Puji syukur Alhamdullilah dengan hati dan lisan peneliti panjatkan

kehadirat Allah Subhanahu Wata „Ala, karena atas limpahan rahmat dan

hidayah-Nya sehingga skripsi ini dapat diselesaikan. Skripsi ini disusun untuk memenuhi

persyaratan dalam mendapatkan gelar Sarjana pada Program Studi Pendidikan

Geografi Jurusan Ilmu Pengetahuan Sosial Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan Universitas Sebelas Maret.

Dalam penulisan skripsi ini berbagai kesulitan, hambatan serta

kepayahan sering ditemui, akan tetapi Atas Izin Allah Subhanahu Wata„Ala

kemudian dengan bantuan dari berbagai pihak akhirnya dapat terselesaikan juga.

Untuk itu atas segala bentuk bantuannya disampaikan terima kasih kepada :

1. Bapak Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatullah, M. Pd, selaku Dekan Fakultas

Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.

2. Bapak Drs. Saiful Bachri, M.Pd, selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu

Pengetahuan Sosial.

3. Bapak Drs. Partoso Hadi, M.Si, selaku Ketua Program Studi Pendidikan

Geografi.

4. Bapak Dr. Moh. Gamal R, M.Si, sebagi Pembimbing I, Jazakumullah

Khairan terima kasih atas semua arahan dan bimbingannya.

5. Bapak Yasin Yusuf, S.Si, M.Si, sebagai Pembimbing II, terima kasih,

Jazakumullah Khairan atas arahan, dorongan dan semua bimbingannya.

6. Kepala Kantor Badan Pertanahan Nasional Kota Surakarta, Kepala Kantor

BAPPEDA,Kepala Kantor Departemen Agama Kota Surakarta (DEPAG),

Kepala Badan Pusat Statistik Kota Surakarta beserta para staf yang telah

(12)

commit to user

7. Keluargaku di Jawa dan Sumatra (Ibu dan bapakku baktiku untukmu), mas

danang, mas sugiyanto, mbak atik mbak yatun dan mbak sri ), terima

Kasih atas do‟a dan dukungannya, semoga keluarga kita dapat

dipertemukan kembali ke dalam surga-Nya kelak yang penuh dengan

kenikmatan. Amin. Keponakanku Dimas dan Thania semoga kalian

menjadi anak yang sholeh.

8. Istriku yang dengan setia dan tulus menemani dan membantuku dalam

kesusahan. Bersabarlah dan bertaqwalah sesungguhnya hidup ini hanyalah

ujian.

9. Teman- teman Geo ‟04 (Warsono, Nashir, Habib, Fajar Arip). Teman

-teman majelis taklim Masjid RS dr Moeardi (mas Hari, mas Tri, mas

Aswin, mas Agus) yang telah membantu dalam selama proses penelitian

dan semuanya yang tidak dapat disebutkan satu persatu terima kasih atas

dukungan serta bantuannya selama ini.

10.Semua pihak yang telah memberikan bantuannya yang tidak dapat

disebutkan satu persatu semoga Allah Ta‟ala memberikan balasan

kebaikan dengan sebaik-baik balasan.

Peneliti menyadari sepenuhnya bahwa masih banyak kekurangan dari

penulisan skripsi ini maka dengan segala kerendahan hati penulis menerima kritik

dan saranya yang membangun demi perbaikan dan penyempurnaan. Semoga

karya tulis ini bermanfaat yang akhirnya menjadikan tambahan kebaikan di dunia

dan akherat. Amiin

Wassalamualikum Warahmatullahi Wabarokatuh.

Surakarta, Juni 2011

(13)

commit to user

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PENGAJUAN ... ii

HALAMAN PERSETUJUAN ... iii

HALAMAN PENGESAHAN ... iv

HALAMAN ABSTRAK ... v

HALAMAN ABSTRACT ... vii

HALAMAN MOTTO ... ix

HALAMAN PERSEMBAHAN ... x

KATA PENGANTAR ... xi

DAFTAR ISI ... xiii

DAFTAR TABEL ... xvii

DAFTAR PETA ... xix

DAFTAR GAMBAR ... xx

DAFTAR LAMPIRAN ... xxi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Perumusan Masalah ... 9

C. Tujuan Penelitian ... 9

D. Manfaat Penelitian... 10

BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Perubahan Penggunaan Lahan ... 11

a. Lahan ... 11

b. Penggunaan lahan... 12

c. Faktor-faktor yang mempengaruhi Perubahan Penggunaan Lahan ... 13

2. Pengetian Permukiman... 14

3. Perubahan Penggunaa Lahan Untuk Permukiman ... 15

4. Pengertian Masjid ... 18

(14)

commit to user

6. Pola Persebaran Masjid ... 23

7. Citra Ikonos ... 26

B. Penelitian yang Releven ... 28

C. Kerangka Pemikiran ... 31

BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian ... 34

2. Waktu Penelitian ... 34

B. Bentuk dan Strategi Penelitian ... 35

C. Jenis dan Sumber Data ... 37

D. Populasi dan Sampel ... 37

E. Teknik Pengumpulan Data 1. Teknik Dokumentasi ... 38

2. Observasi Lapangan ... 38

F. Teknik Analisis Data ... 39

1. Mengetahui Perubahan Penggunaan Lahan Untuk Permukiman .. 39

2. Mengetahui Perkembangan Pembangunan Masjid ... 40

3. Mengetahui Distribusi Spasial masjid ... 40

4. Mengetahui Pola Persebaran Pembangunan Masjid ... 40

5. Mengetahui Hubungan Antara pembangunan Masjid dengan Perkembangan Permukiman ... 42

G.Prosedur Penelitian 1. Penyusunan Poposal Penelitian ... 43

2. Tahap Persiapan Instrumen ... 43

3. Tahap Pengumpulan Data ... 43

4. Tahap Analisis Data ... 44

5. Tahap Penulisan Laporan Penelitian ... 44

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Daerah Penelitian 1. Letak, Batas, dan Luas Daerah Penelitian ... 45

(15)

commit to user

3. Kondisi Kependudukan dan Sosial Ekonomi

a. Jumlah dan Persebaran Penduduk ... 49

b. Kepadatan Penduduk ... 50

c. Komposisi Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan ... 52

d. Komposisi Penduduk Menurut Agama yang Dianut ... 53

e. Fasilitas Kota ... 55

B. Hasil dan Pembahasan 1. Perubahan Penggunaan Lahan Untuk Permukiman diKecamatan Jebres ... 56

a. Penggunaan Lahan Kecamatan Jebres Tahun 2000 ... 57

b. Penggunaan Lahan Kecamatan Jebres Tahun 2008 ... 60

c. Perubahan Penggunaan Lahan Tahun 2000-2008 ... 63

d. Perubahan Penggunaan Lahan Permukiman Tahun 2000-2008 ... 65

1) Kelurahan yang Tidak Mengalami Perkembangan Per- Mukiman ... 68

2) Kelurahan yang Mengalami Perkembangan Permukiman ... 69

2. Perkembangan Pembangunan Masjid di Kecamatan Jebres ... 75

3. Distribusi Spasial Pembangunan Masjid di Kecamatan Jebres ... 77

a. Distribusi Masjid Tahun 2000 ... 77

b. Distribusi Masjid Tahun 2008 ... 80

c. Distribusi Masjid Tahun 2000-2008 ... 83

4. Pola Persebaran Masjid di Kecamatan Jebres ... 86

a. Pola Persebaran Masjid di Kecamatan Jebres Tahun 2000 ... 89

b. Pola Persebaran Masjid di Kecamatan Jebres Tahun 2008 ... 91

5. Hubungan Antara Pembangunan Masjid Dengan Perkembangan Permukiman 95 a. Faktor Jumlah Pemeluk Agama ... 98

(16)

commit to user

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

A. Kesimpulan ... 113

B. Implikasi ... 115

C. Saran ... 116

DAFTAR PUSTAKA... 117

(17)

commit to user

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Jumlah Penduduk dan Tingkat Kepadatan Penduduk di

Kecamatan Jebres Tahun 2000-2008 ... 4

Tabel 2. Penelitian yang Relevan ... 29

Tabel 3. Data dan Jenis Data serta Sumber Data ... 37

Tabel 4. Luas Kelurahan Kecamatan Jebres Kota Surakarta Tahun 2008... 45

Tabel 5. Penggunaan lahan Kecamatan Jebres Tahun 2000 dan 2008... 48

Tabel 6. Jumlah Penduduk Kecamatan Jebres Tahun 2000 dan Tahun 2008 ... 50

Tabel 7. Jumlah Penduduk dan Tingkat Kepadatan Kecamatan Jebres Tahun 2000 dan Tahun 2008 ... 51

Tabel 8. Klasifikasi Tingkat Kepadatan Penduduk ... 52

Tabel 9. Komposisi Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan Tiap Kelurahan di Kecamatan Jebres Tahun 2008 ... 53

Tabel 10. Komposisi Penduduk Menurut Agama Yang Dianut Di Kecamatan Jebres Tahun 2000-2008 ... 54

Tabel 11. Fasilitas Umum Kecamatan Jebres ... 55

Tabel 12. Penggunaan Lahan Di Kecamatan Jebres Tahun 2000 ... 57

Tabel 13. Penggunaan Lahan di Kecamatan Jebres Tahun 2008 ... 60

Tabel 14. Perubahan Luas Penggunaan Lahan Kecamatan Jebres Tahun 2000-2008 ... 64

Tabel 15. Perubahan Penggunaan Lahan Untuk Permukiman Kecamatan Jebres Tahun 2000-2008 ... 65

Tabel 16. Luas Konversi Lahan Nonpermukiman Menjadi Permukiman di Kelurahan Mojosongo Kecamatan Jebres Tahun 2000-2008 ... 72

Tabel 17. Luas Penggunaan Lahan Terbangun dan Tak Terbangun Menurut Kelurahan Di Kecamatan Jebres Tahun 2008... 73

Tabel 18. Distribusi Tempat Ibadah Masjid Dan Distribusi Pemeluk Agama Islam Di Kecamatan Jebres ... 76

(18)

commit to user

Tabel 20. Distribusi Pembangunan Masjid Kecamatan Jebres Tahun 2008 .... 81

Tabel 21.Distribusi Pembangunan Masjid dan Persebaran Pemeluk Agama

Islam Tahun 2000-2008 Kecamatan Jebres Kota Surakarta ... 84

Tabel.22. Jarak Terdekat Antar Masjid di Kecamatan Jebres Tahun 2000 ... 89

Tabel 23. Jarak Terdekat Antar Masjid di Kecamatan Jebres Tahun 2008 ... 92

Tabel 24. Jarak Lokasi Pembangunan Masjid dengan Titik Perkembangan

Permukiman ... 95

Tabel 25. Perkembangan Pemeluk Agam Islam di kecamatan Jebres Tahun

2000-2008 ... 99

Tabel 26. Perkembangan Pemeluk Agam Islam di kecamatan Jebres Tahun

2000-2008 ... 101

Tabel 27. Komposisi Penduduk Menurut Umur dan Jenis Kelamin

di Kecamatan Jebres Tahun 2000 ... 105

Tabel 28. Komposisi Penduduk Menurut Umur dan Jenis Kelamin

di Kecamatan Jebres Tahun 2000 ... 107

Tabel 29. Distribusi Angka Ketergantungan dan Distribusi Pembangunan

(19)

commit to user

DAFTAR PETA

Peta 1. Administrasi Kecamatan Jebres ... 47

Peta 2. Penggunaan Lahan Kecamatan Jebres Kota Surakarta Tahun 2000 .... 59

Peta 3. Penggunaan Lahan Kecamatan Jebres Kota Surakarta Tahun 2008 .... 62

Peta 4. Penggunaan Perubahan Penggunaan Lahan Nonpermukiman-

permukiman di Kecamatan Jebres Kota Surakarta Tahun 2000-2008 67

Peta 5. Peruntukkan Lahan Untuk lahan Terbangun di Kelurahan

Mojosongo Tahun 2008 ... 74

Peta 6. Distribusi Masjid Kecamatan Jebres Kota Surakarta Tahun 2000 ... 79

Peta 7. Distribusi Masjid Kecamatan Jebres Kota Surakarta Tahun 2008 ... 82

Peta 8. Distribusi Petumbuhan Pembangunan Masjid Kecamatan Jebres

Tahun 2000-2008 ... 85

Peta 9. Pola Distribusi Masjid Kecamatan Jebres Tahun 2000 ... 87

Peta 10. Pola Distribusi Masjid Kecamatan Jebres Tahun 2008 ... 88

Peta 11. Hubungan Pembagunan Masjid Dengan Perkembangan

(20)

commit to user

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Continuum Nilai Nearest Neigbour Statistic T ……… 25

Gambar 2. Kerangka Berpikir ………... 33

Gambar 3. Penggunaan Lahan di Kecamatan Jebres ... 58

Gambar .4.Penggunaan Lahan Tahun 2008 61

Gambar 5. Grafik Perbandingan Luas Wilayah Dengan Luas Permukiman ... 66

Gambar 6.Penggunaan Lahan Terbangun yang Dimanfaatkan Untuk

Perdagangan di Kelurahan Jebres ... 68

Gambar 7. Penggunaan Lahan Terbangun yang Dimanfaatkan Untuk

Perdagangan di Kelurahan Jebres ... 68

Gambar 8. Penggunaan Lahan Tegalan di Kelurahan Mojosongo, Jebres ... 71

Gambar 9. Perubahan Penggunaan Lahan Tegalan Menjadi Permukiman

di Kelurahan Mojosongo, Jebres ... 71

Gambar 10. Distribusi Masjid Tahun 2000 ... 77

Gambar 11. Masjid Sowijayan Yang Terletak Diantara Permukiman Padat

Penduduk Di Kelurahan Sewu, Jebres ... 82

Gambar 12. Masjid Miftahul Jannah di Kompleks Kantor POLSEK Jebres ... 82

Gambar 13. Masjid As Shodiq yang Teretak di Jalan Raya Urip-

Sumohardjo, Tegalharjo, Jebres ... 83

Gambar 14. Grafik Jarak Lokasi Pembangunan Masjid dengan Titik

Perkembangan Permukiman ... 96

(21)

commit to user

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Titik Absolut Masjid Kecamatan Jebres Tahun 2000

Lampiran 2. Titik Absolut Masjid Kecamatan Jebres Tahun 2008

(22)

commit to user

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Meningkatnya jumlah pendududuk suatu wilayah akan mengakibatkan

semakin bertambahnya kebutuhan dan fasilitas masyarakat di wilayah itu sendiri

seperti: Permukiman, fasilitas kesehatan, fasilitas ibadah, sekolah, kantor dan lain

sebagainya. Peningkatan kegiatan kebutuhan dan fasilitas tersebut akan

menyebabakan perkembangan wilayah.

Lahan sebagai salah satu komponen dalam ruang memegang peranan

sangat penting dalam aktifitas manusia. Manusia selalu mengadakan adaptasi

secara aktif terhadap lingkungan. Adaptasi dan aktifitas itu menyebabkan suatu

perubahan baik perubahan fisik, sosial, ekonomi, politik, dan lain-lain.Untuk

menunjang aktifitas tersebut manusia membutuhkan lahan yang dapat

dimanfaatkan semaksimal mungkin. Lahan merupakan sumber daya alam yang

bersifat tetap, sedangkan yang akan mengalami perubahan adalah makluk hidup

yang ada di atasnya termasuk manusia.

Lahan secara kualitas dapat mengalami perubahan baik perubahan fisik

maupun perubahan non fisik. Perubahan penggunaan lahan adalah segala campur

tangan manusia baik secara siklis maupun permanen terhadap kumpulan suatu

sumber daya alam dan buatan yang secara keseluruhan disebut lahan dengan

tujuan untuk mencukupi kebutuhan baik kebendaan atau spiritual maupun

keduanya (Malingreu,1997:7). Penggunaan lahan merupakan penggunaan

manusia atas lahan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, dan aktifitas manusia

tersebut dapat dilacak melalui lahan yang ada,misalkan lahan pasar mencerminkan

aktifitas ekonomi (Sutanto et.al.1981:1)

Pada dasarnya lahan merupakan sumber daya alam yang strategis bagi

pembangunan, dan merupakan salah satu faktor utama bagi eksistensi manusia

sebagai makluk hidup, khususnya dalam usaha bermukim. Dikatakan demikian

(23)

commit to user

makluk hidup mutlak memerlukan lahan seperti sektor pertanian, pusat industri,

jalan raya, mendirikan bangunan rumah tempat tinggal yang layak huni atau

ditempati, lahan sebagai tempat untuk bermukim, tempat berdagang, tempat

rekreasi, tempat beribadah. Dari sisi permukiman terkait erat dengan bentuk ruang

tempart tinggal atau permukiman penduduk dengan segala fasilitasnya.

Sejalan dengan meningkatnya kebutuhan lahan untuk manusia dan

meningkatnya aktifitas pembangunan di dalamnya, serta meningkatnya

pertambahan penduduk, kebutuhan terhadap lahan juga meningkat dengan pesat.

Hal ini memerlukan perhatian yang khusus secara nasional, mengingat

ketersediaan lahan dan luasan pada dasarnya tidak berubah. Dengan demikian

tidak menutup kemungkinan timbulnya permasalahan, yakni terjadi perluasan

permukiman dan bertambahnya areal untuk fasilitas permukiman yang berakibat

pada pengurangan lahan sebagai sumber pangan.

Bintarto (1977:92) mengemukakan bahwa “permukiman dapat

digambarkan sebagai suatu tempat atau daerah dimana pendududuk berkumpul

dan hidup bersama,dimana mereka membangun rumah-rumah, jalan-jalan dan

sebagainya untuk kepentingan mereka”. Sejalan dengan pendapat tersebut Sumaatmadja (1981:191) menyatakan bahwa “Permukiman dapat diartikan

sebagai bagian dari permukaan bumi yang dihuni manusia dengan segala

prasarana dan sarana yang menunjang kehidupan penduduk, yang menjadi satu

kesatuan dengan tempat tinggal yang bersangkutan.

Kecamatan Jebres merupakan salah satu kecamatan diantara kecamatan

yang ada di wilayah Kota Surakarta. Kecamatan tersebut letaknya sangat strategis

yaitu berdekatan dengan pusat pemerintahan Kota Surakarta. Kecamatan Jebres

terdiri dari 11 kelurahan yaitu; Kelurahan Kepatihan Kulon, Kelurahan Kepatihan

Wetan, Kelurahan Sudiroprajan, Kelurahan Gandekan, Kelurahan Sewu,

Kelurahan Pucang Sawit, Kelurahan Jagalan, Kelurahan Purwodiningratan,

Kelurahan Tegalharjo, Kelurahan Jebres dan kelurahan Mojosongo. Kecamatan

Jebres memiliki luas wilayah 12,58 km2. Di kecamatan ini terdapat fasilitas sosial

yang cukup penting dibeberapa bidang yaitu di bidang kesehatanpusatnya adalah

(24)

commit to user

ditandai adanya UNS dan ISI Surakarta. Di bidang media informasi, kehadiran kantor TATV di Mojosongo. Sementara di bidang perdagangan, terdapat Terminal

Petikemas KA Jebres dan wilayah pergudangan dan bongkar muat barang

Pedaringan. Dengan potensi yang dimiliki oeh Kecamatan Jebres tersebut

menyebabkan rentan terjadinya perubahan penggunaan lahan.

Perubahan Penggunaan lahan untuk permukiman di wilayah Kecamatan

Jebres tidak terjadi begitu saja. Ada beberapa faktor yang mempengaruhinya.

Menurut Alamsyah dalam Zuroh (2006:3 ) faktor-faktor yang mempengaruhi

adanya perubahan penggunaan lahan yaitu: jarak suatu tempat kepusat kota,

tersediannya fasilitas seperti listrik, pasar dan bertambahnya jumlah penduduk

sehingga mendorong mereka untuk memiliki rumah”.

Rentang waktu antara tahun 2000 sampai tahun 2008 di wilayah

kecamatan Jebres diperkirakan akan mengalami perubahan penggunaan lahan

yang cukup berarti. Hal ini dikarenakan letak kecamatan yang strategis berada di

dekat pusat kota, tersedianya fasilitas seperti pasar atau pusat perbelanjaan,

terminal, stasiun kereta api, rumah sakit, hotel, kampus dan lain-lain. Hal yang

akan memicu masyarakat untuk datang ke Kecamatan Jebres adalah adanya daya

tarik kota seperti: dekatnya jarak dengan pusat kota, banyaknya lapangan kerja

yang cukup dan menjanjikan, adanya faktor kelengkapan fasilitas sosial, budaya,

ekonomi, pendidikan maupun yang lainnya. Dari faktor tersebut diatas muncul

adanya keinginan untuk meningkatkan kesejahteraan, menyebabkan penduduk

sekitar tertarik untuk datang ke kota dengan harapan ingin memperbaiki

kehidupan mereka. Dengan adanya penambahan penduduk dari para pendatang ini

maka penduduk kota juga akan semakin bertambah.

Kecamatan Jebres terdiri dari 11 Kelurahan merupakan kecamatan terluas

ke 2 yang ada di wilayah Kota Surakarta. Kecamata Jebres pada tahun 2000

memiliki jumlah penduduk sebanyak 135.764 jiwa kemudian pada tahun 2008

mengalami pertumbuhan penduduk sebanyak 142.292 jiwa. Adanya peningkatan

jumlah penduduk ini akan mempengaruhi tingkat kepadatan penduduknya.

Pada tahun 2000 Kecamatan Jebres memiliki tingkat kepadatan penduduk sebesar

(25)

commit to user

Km2. Kepadatan penduduk tersebut dapat diketahui dengan cara membandingkan

luas wilayah secara keseluruhan dengan jumlah penduduk Data mengenai jumlah

penduduk dan tingkat kepadatan penduduk Kecamatan Jebres disajikan dalam

tabel di bawah ini.

Tabel 1. Jumlah Penduduk dan Tingkat Kepadatan Penduduk di Kecamatan Jebres

Tahun 2000-2008

Sumber: Surakarta Dalam Angka Tahun 2000 dan 2008

Kepadatan penduduk yang semakin bertambah, mengakibatkan

kebutuhan lahan untuk bermukim juga semakin meningkat. Sehingga

diperkirakan akan semakin menambah penggunaan lahan yang ada khususnya

untuk usaha bermukim. Hubungan kepadatan penduduk dengan penggunaan

lahan dapat dikatakan memiliki hubungan tak langsung. Semakin tinggi angka

kepadatan penduduk di suatu daerah maka semakin cepat perubahan bentuk

penggunaan lahannya. Hal ini berdasar asumsi bahwa semakin tinggi angka

kepadatan penduduk suatu daerah maka semakin tinggi pula tingkat kebutuhan

lahan pada daerah tersebut sehingga perubahan bentuk penggunaan lahannya

(26)

commit to user

Pembangunan yang terjadi di Kota Surakarta dari tahun ke tahun telah

membawa perubahan yang besar pada penggunaan lahannya. Kodisi ekonomi

yang mengalami pasang surutpun tidak menghalangi masyarakat kota Surakarta

untuk terus membangun, baik pembangunan untuk diri sendiri maupun untuk

masyarakat umum. Krisis ekonomi yang terjadi pada tahun 1998 dan berbagai

kerusuhan yang menuntut adanya reformasi juga berdampak pada penggunaan

lahan. Pada perkembangan selanjutnya pada tahun 2001 pemerintah

mengeluarkan undang-undang otonomi daerah yang secara tidak langsung juga

memberikan pengaruh terhadap penggunaan lahan. Perlahan-lahan pembangunan

kembali dilaksanakan untuk mencapai stabilitas pembangunan nasional yang

terencana. Dari tahun 2000 hingga tahun 2008 selama kurun waktu delapan tahun

ini dimungkinkan perubahan penggunaan lahan khususnya perubahan

penggunaan lahan untuk permukiman akan meningkat dengan pesat. Pertumbuhan

permukiman yang terjadi di daerah perkotaan yang tidak disertai dengan

pemantauan dan perencanaan ruang yang baik akan berakibat pada ketidak

teraturan permukiman, sehingga akan membentuk suatu pola permukiman yang

berbeda-beda.

Disisi lain seiring dengan semakin berkembangnya permukiman,

permukiman sangat memerlukan sarana dan prasana atau fasilitas sosial yang

mendukung permukiman. Menurut Muta‟ali (2000: 14-15) “fasilitas sosial

meliputi fasilitas pendidikan, kesehatan, keagamaan, perekonomian, keamanan,

transportasi, komunikasi dan olah raga”.

Sejalan dengan bertambah dan menyebarnya pola permukiman, yang

ditandai dengan kepadatan penduduk yang tinggi serta strata sosial ekonomi yang

heterogen, maka semakin bertambah pula kebutuhan manusia akan fungsi rumah

ibadah bagi masyarakat untuk memenuhi kebutuhan spiritualnya. Tidak bisa

tidak, pembangunan fasilitas rumah ibadah harus ditingkatkan sama halnya

dengan pembangunan fasilitas sosial yang lain seperti pasar, terminal, rumah

sakit, sekolahan, dan yang lainnya. Hal ini pasti disadari karena pada hakekatnya

manusia adalah makluk religius yang dalam fitrahnya mereka mengakui, tunduk

(27)

commit to user

mutlak harus beribadah sebagai wujud penghambaan dirinya kepada Tuhan-Nya

Yang Maha Esa yaitu Allah Subhanahu Wata‟ala. Dalam hal ini, peneliti

memfokuskan bangunan tempat ibadah bagi Umat Islam yaitu masjid.

Banyak masjid yang telah didirikan oleh Umat Islam untuk memenuhi

kebutuhan, khususnya kebutuhan spiritual guna mendekatkan diri kepada Allah

Subhanahu Wata‟ala. Allah Subhanahu Wata‟ala sangat menghargai orang-orang

yang membangun masjid, hal ini sesuai sabda Rasulullah sholallahu „alaihi

wassalam: “Barangsiapa mendirikan karena Allah suatu Masjid, niscaya Allah

mendirikan untuknya seperti yang ia telah dirikan itu di Jannah (Syurga)”. (HR

Muslim).

Menurut Dewan Masjid Indonesia (DMI) Pusat hingga tahun 1998 telah

tercatat Masjid dan Mushalla di Indonesia tidak kurang dari 600.000 buah (Drs.

A. Yani, Panduan Memakmurkan Masjid). Dari data ini tentunya keberadaan

rumah ibadah masjid dan musholla akan selalu bertambah dari tahun ketahun.

Berdasarkan data Departemen Agama tahun 2004 Jumlah Masjid di Indonesia

643.834 buah, jumlah ini meningkat dari data tahun 1977 sebesar 392.044 buah,

(myquran.org, 24-12-2005). Diperkirakan, jumlah Masjid dan Mushala di

Indonesia saat ini antara 600.000 - 800.000 buah. Rumah ibadah tersebut berada

di tengah-tengah 182.083.594 jiwa umat Islam Indonesia. Perbandingan rumah

ibadah dengan jumlah umat tersebut rasanya cukup representative.

(http://www.immasjid.com/?pilih=lihat&id=249).

Sama halnya dengan kondisi kota-kota yang lain, kota Surakarta

merupakan kota yang kompleks terhadap berbagai macam komunitas sosial

kemasyarakatan. Beberapa faktor yang yang mendukung berkembangnya

pembangunan masjid di Kecamatan Jebres dapat disebutkan seperti faktor agama

yang dianut masyarakat. Agama Islam merupkan agama mayoritas yang paling

banyak dianut oleh penduduk di Kecamatan Jebres. Berdasarkan data yang lebih

dahulu didapat dari Badan Pusat Statistik Kota Surakarta (BPS) pada tahun 2000

jumlah penganut agama Islam sebanyak 90.573 jiwa kemudian pada tahun 2008

terjadi peningkatan jumlah pemeluk sebanyak 4.723 jiwa menjadi 95.296 jiwa.

(28)

commit to user

bertambah dari tahun ketahun, untuk mengimbangi jumlah pemeluk agama yang

terus meningkat tiap tahunnya. Hal ini dikarenakan faktor agama mempengaruhi

keberadaan rumah ibadah. Apabila mayoritas agama yang dianut di suatu

masyarakat beragama Islam maka secara otomatis keberadaan rumah ibadah

masjid akan lebih banyak daripada rumah ibadah yang lain dan sebaliknya bila

agama mayoritas yang dianut di suatu masyarakat adalah non muslim maka sudah

barang tentu rumah ibadah non muslim tersebut akan lebih banyak hal ini

dikarenakan mereka yang non muslim tidak ada kebutuhan pada bangunan rumah

ibadah masjid tersebut.

Faktor kebutuhan akan rumah ibadah masjid dimungkinkan juga sebagai

salah satu pendorong berkembangnya pembangunan masjid. Hal ini dapat

diketahui atau ditandai dengan semakin banyaknya jumlah penduduk, banyaknya

pekerja perkantoran, banyaknya para pekerja pabrik, pelajar maupun mahasiswa,

dan umum dari luar daerah atau luar kota baik yang hanya singgah maupun

menetap. Hampir kita dapati disetiap gang masuk, perempatan jalan, instansi

perkantoran, rumah sakit, kantor polisi, terminal, stasiun, kampus, gedung

sekolah, pasar dan yang lainnya kita dapatkan bangunan masjid. Hampir dapat

dikatakan, dimana ada komunitas muslim di situ pasti ada masjid. Memang umat

Islam tidak bisa terlepas dari masjid. Disamping menjadi tempat beribadah,

masjid telah menjadi sarana berkumpul, menuntut ilmu, bertukar pengalaman,

pusat dakwah dan lain sebagainya.

Menurut data yang telah didapat dari Departemen Agama Kota Surakarta

menyebutkan bahwa jumlah keseluruhan masjid yang ada di Kecamatan Jebres

pada akhir tahun 2000 sebanyak 118 masjid kemudian pada akhir tahun 2006

bertambah menjadi 140 masjid. Diperkirakan jumlah masjid tersebut akan terus

bertambah sampai pada akhir tahun 2008. Akan tetapi informasi mengenai

keberadaan distribusi masjid di Kecamatan Jebres tersebut belum diketahui

dengan jelas. Sehingga perlu mengetahui analisis distribusinya. Hal ini penting

diketahui oleh khalayak umum sebagai bagian dari rencana pembangunan masjid,

sudah cukup dengan jumlah masjid yang ada atau masih kurang sehingga

(29)

commit to user

informasi yang sangat berguna bagi orang-orang yang mengadakan perjalanan

apabila suatu waktu singgah ke masjid terdekat pada saat posisis tertentu. Selain

itu juga pentingnya distribusi spasial ini untuk mengetahui tingkat kebutuhan

masyarakat atas bangunan masjid kususnya Umat Islam, sehingga akan mudah

diketahui perbandingan jumlah masyarakat yang beragama Islam dengan

bangunan masjid yang telah didirikan, dan jangkauan atau jarak bangunan Masjid

terhadap penduduk sekitar/jamaah.

Berdasarkan hal tersebut diatas perlu adanya penelitian di Kecamatan

Jebres Kota Surakarta. Kecamatan tersebut dipilih karena memiliki mayarakat

yang mayoritas beragama Islam dengan populasi penduduk muslim paling banyak

no 2 setelah Kecamatan Banjarsari sehingga diperkirakan banyak masjid yang

didirikan pada areal permukiman-permukiman penduduk terutama pada areal

permukiman penduduk yang mengalami perkembangan permukiman. Diharapkan

bagi seluruh kaum Muslimin, keberadan masjid yang bertambah banyak akan

menambah banyak orang yang hatinya terkait dengan masjid, dan selalu

merindukan masjid. Jadi secara fisik selalu memikirkan bagaimana memelihara

dan memakmurkan masjid, dan secara mental selalu rindu untuk beribadah serta

menghadiri acara-acara di masjid. Berdasarkan latar belakang masalah tersebut

diatas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul “ANALISIS

SPASIAL PEMBANGUNAN MASJID DI KECAMATAN JEBRES KOTA

(30)

commit to user

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas maka dapat dirumuskan

masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana perubahan penggunaan lahan untuk permukiman di Kecamatan

Jebres Kota Surakarta kurun waktu tahun 2000-2008?

2. Bagaimana perkembangan pembangunan masjid di Kecamatan Jebres kurun

waktu tahun 2000-2008?

3. Bagaimana distribusi spasial pembangunan masjid di Kecamatan Jebres Kota

Surakarta tahun 2000-2008?

4. Bagaimana pola distribusi masjid di Kecamatan Jebres Kota Surakarta tahun

2000-2008?

5. Bagaimana hubungan antara pembangunan masjid dengan perkembangan

permukiman di Kecamatan Jebres Kota Surakarta tahun 2000-2008?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui perubahan penggunaan lahan untuk permukiman di

Kecamatan Jebres Kota Surakarta kurun waktu tahun 2000-2008

2. Untuk mengetahui perkembangan pembangunan masjid di Kecamatan Jebres

kota Surakarta kurun waktu tahun 2000-2008

3. Untuk mengetahui distribusi spasial pembangunan masjid di Kecamatan

Jebres Kota Surakarta tahun 2000-2008

4. Untuk mengetahui pola distribusi Masjid di Kecamatan Jebres Kota Surakarta

tahun 2000-2008

5. Untuk mengetahui hubungan antara pembagunan masjid dengan

perkembangan permukiman di Kecamatan Jebres Kota Surakarta tahun

(31)

commit to user

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat sebagai berikut:

1. Manfaat teoritis, yaitu memberikan sumbangan dalam bidang ilmu

Geografi terutama dalam bidang penginderaan jauh dan kartografi

sehingga dapat mengetahui luasan perubahan penggunaan lahan untuk

permukiman dan distribusi spasial pembangunan masjid serta acuan bagi

penelitian selanjutnya.

2. Manfaat praktis:

a. Sebagai salah satu informasi mengenai perubahan luasan penggunaan

lahan untuk permukiman di Kota Surakarta terutama di Kecamatan

Jebres.

b. Sebagai bahan untuk mengetahui tingkat kebutuhan masyarakat atas

pembangunan masjid terutama bagi Kaum Muslimin,sehingga akan

mudah diketahui perbandingan jumlah masyarakat beragama Islam

dengan masjid yang telah didirikan, dan untuk mengetahi pola

distribusi dan jarak masjid terhadap penduduk sekitar.

c. Hasil penelitian ini dapat dapat digunakan dalam pembelajaran

geografi di Sekolah Menengah Atas (SMA) dan Sekolah Menengah

Pertama (SMP) / Madrasah Tsanawiyah (MTs). Keterangan lebih

lanjut dapat dilihat pada Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar

Mata Pelajaran Geografi sebagai berikut:

No Kelas/

Semester Standar Kompetensi Kompetensi Dasar

1. XII/1 Mempraktekkan

ketrampilan dasar peta dan pemetaan

a. Mendeskripsikan prinsip-prinsip dasar peta dan pemetaan b. Menganalisis lokasi industri dan

pertanian dengan pemanfaatan peta 2. VII/2 Memahami usaha manusia

dalam mengenali perkembangan lingkungannya

a. Mendeskripsikan kondisi geografis dan penduduk di Kecamatan Jebres b. Menggunakan peta penggunaan

lahan untuk mendapatkan informasi mengenai penggunaan lahan Kecamatan Jebres c. Mendeskripsikan gejala-gejala

(32)

commit to user

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka

1. Perubahan Penggunaan Lahan

a. Lahan

Arsyad (1989:207) mendenifisikan lahan sebagai lingkungan fisik yang

terdiri dari iklim, relief, tanah, vegetasi, serta benda yang ada diatasnya sepanjang

benda tersebut berpengaruh terhadap penggunaan lahan, termasuk didalamnya

adalah kegiatan manusia dimasa lalu dan masa sekarang, dalam hal inilah tanah

mengandung pengertian lahan.

Malingreau (1978:18) mendefinisikan lahan adalah “Suatu wilayah

tertentu yang ada di permukaan bumi khususnya benda yang menyusun biosfer

yang dianggap memiliki siklus yang berada diatasnya atau berada di bawah

wilayah tersebut, yang meliputi tanah, batuan induk, topografi, air, masyarakat,

dan binatang berikut akibat dari manusia dimasa sekarang atau dimasa yang akan

datang yang kesemuanya mempunyai pengaruh yang nyata terhadap penggunaan

lahan.”

Notoprawiro (1987: 25) menyatakan lahan adalah mintakat darat yang

merupakan kesatuan gejala atmosfer, biosfer, lithosfer, atau antroposfer yang

membentuk suatu kaeadaan yang berpengaruh penting atas penggunaan lahan

suatu wilayah.

Dengan demikian lahan adalah penjabaran yang lebih rinci dan lebih luas

yang merupakan satu kesatuan unsur-unsur yang berada di atasnya. Unsur utama

dari lahan adalah tanah tetapi bukan berarti hanya tanah saja, melainkan gabungan

dari beberapa unsur lain antara lain tanah, iklim, topografi, penggunaan lahan,

aktifitas manusia dan lain sebagainya. Satu kesatuan unsur inilah yang

(33)

commit to user

b. Penggunaan lahan

Penggunaan lahan merupakan fungsi lahan yang dapat digunakan sebagai

untuk memenuhi kebutuhannya. Lahan tersebut dapat digunakan sebagai lahan

pertanian, permukiman, lahan industri, lahan perdagangan, perkantoran, dan lain

sebagainya.

Malingreau (1977: 77) mendifinisikan lahan sebagai berikut: “pengunaan

lahan adalah segala campur tangan manusia baik secara siklis maupun permanen

terhadap kumpulan sumberdaya alam dan sumberdaya buatan yang secara

keseluruan dapat disebut lahan, dengan tujuan untuk mencukupi kebutuhan baik

kebendaan maupun spiritual ataupun keduanya.”

Penggunaan lahan di Indonesia selalu dimulai dari lahan yang lingkungan

fisisknya lebih baik. Setelah lahan dalam lingkungan baik di manfaatkan,

kemudian bergerak ke lahan marginal, Penggunaan lahan dimulai dari dataran

rendah ke arah pegunungan setelah terbentuk dari faktor kemiringan dan

ketinggian tempat yang hanya memungkinkan untuk hidup jenis tanaman tertentu,

maka akan beralih ke daerah pantai. Dari penjelasan diatas maka penggunaan

lahan merupakan pengertian yang bersifat dinamis, dimana perubahan

penggunaan lahan akan berpengaruh pada bidang lain ( Sandy,1995:45).

Penggunaan lahan merupakan penggunaan manusia atas lahan untuk

memenuhi kebutuhan hidupnya, dan aktifitas manusia tersebut dapat dilacak

melalui lahan yang ada, misalkan lahan pasar mencerminkan aktifitas ekonomi

(Soetanto et all. 1981: 1).

Dari definisi penggunaan lahan tersebut manusia mempunyai peranan

yang sangat penting dalam menentukan bentuk penggunaan lahan. Manusia

memanfaatkan lahan untuk memenuhi kebutuhannya. Kebutuhan manusia akan

lahan terus meningkat sejalan dengan pertambahan penduduk. Pertumbuhan

pernduduk yang tidak diimbangi dengan luas lahan yang tersedia akan

menyebabkan tumpang tindih kepentingan dan konflik kepemilikan lahan, hal ini

disebabkan karena lahan yang ada tidak mengalami pertambahan yang luas

(34)

commit to user

c. Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan penggunaan lahan

Faktor yang berpengaruh dalam perubahan penggunaan lahan disuatu

daerah dapat berupa faktor fisik dan faktor non-fisik. Faktor fisik meliputi

topografi, relief, ketinggian, kemampuan lahan dan aksebilitas, sedangkan untuk

yang non-fisik meliputi tekanan penduduk karena tingkat kepadatan, sebaran

maupun kegiatannya, dan kebijaksanaan pemerintah dalam bidang pembangunan.

Sutanto dalam Zuroh (2006:9) mengemukakan beberapa faktor fisik yang

diasumsikan cukup besar terhadap perubahan penggunaan lahan yaitu adanya

pengaruh:

1) Faktor jarak terhadap pusat kota

2) Faktor kutub/pusat kegiatan (pasar, kampus, terminal)

3) Sarana jalan

Sillalahi dalam Soeparmin (2002:190) menyebutkan faktor yang

mempengaruhi perubahan penggunaan lahan adalah faktor fisik, biologis, faktor

pertimbangan ekonomi, dan faktor kelembagaan. Faktor fisik dan biologi

berkaitan dengan lingkungan fisik, manusia menempati suatu daerah dengan

memperhatikan letak daerah tersebut dengan daerah lain, keadaan bahan

penunjang bagi menusia itu sendiri. Faktor fisik mencakup keadaan geologi,

tanah, air, iklim, tumbuh-tumbuhan. Faktor pertimbangan ekonomi seperti

keuntungan, keadaan pasar, dan transportasi. Faktor kelembagaan bercirikan oleh

hukum pertanahan yang berlaku di masyarakat, keadaan politik, keadaan social

maupun kepercayaan.

Yunus (1981: 16) mengemukakan bahwa “Perubahan penggunaan lahan

disebabkan oleh dua macam kekuatan yaitu:

a) Kekuatan Centrifugal, adalah bentuk kekuatan dari dalam yang

mengakibatkan perubahan bentuk penggunan lahan dari suatu kota yang

realisasinya berwujud gerakan penduduk dari dalam kota menuju kearah

keluar kota. Faktor-faktor yang mendorong gerakan penduduk dari dalam

antara lain keadaan di daerah pusat kota semakin padat, usaha untuk

memperbanyak penguasaan dan pemilikan tanah, sistem sewa tanah yang

(35)

commit to user

lingkungan yang tercemar. Faktor-faktor yang mempengaruhi dari daerah

belakang atau pinggiran adalah lingkungan yang masih terbuka dan

menyenangkan, harga lahan yang masih murah, sistem transportasi dan

komunikasi yang makin baik, serta keadaan lalu lintas yang kurang padat.

b) Kekuatan Centripetal, yaitu kekuatan-kekuatan yang mengakibatkan

perubahan tata guna lahan sebagai akibat dari gerakan pendududuk hyang

bersal dari luar kota memasuki wilayah perkotaan atau daerah bagian dalam

(inner zone). Faktor-faktor yang mendorong dari daerah belakang atau

pinggiran (peripheral zone) adalah kehidupan penduduknya masih tergantung

pada kota, kurangnya berbagai fasilitas dan pelayanan, letak ynag dekat

dengan kota. Faktor yang menarik dari dalam kota (inner zone) adalah makin

banyak jalan dan frekuensi angkutan yang makin tinggi, lapangan kerja yang

cukup tersedia dan bervariasi serta fasilitas-fasilitas social yang lengkap dan

memadai.

2. Pengertian Permukiman

Permukiman merupakan salah satu obyek kajian dalam georafi, dengan

menekankan pembahasannya pada aspek ruang, baik sempit maupun luas, dan erat

kaiannya dengan penduduk sebagai penghuni. Pengertian umum permukiman

adalah suatu tempat yang didiami oleh orang atau sekelompok seseorang untuk

menetap dalam jangka waktu yang lama. Permukiman merupakan suatu daerah

yang ditempati manusia untuk bertempat tinggal atau menetap. Dalam kawasan

ini perumahan selain juga fasilitas-fasilitas penunjang kegiatan manusia seperti

jalan, sarana transportasi, dan sarana-saran lingkungan yang lain.

Yunus (1987: 3) mengemukakan pengertian permukiman sebagai suatu

bentukan artifisial maupun natural dengan segala kelengkapannya yang digunakan

oleh manusia, baik secara individual maupun maupun kelompok untuk bertempat

tinggal baik sementara maupun menetap dalan rangka menyelenggarakan

kehidupannya.

Menurut Undang- Undang No.4 Tahun 1992 tentang Perumahan dan

(36)

commit to user

di luar kawasan lindung, baik yang berupa kawasan perkotaan maupun pedesaan

yang berfungsi sebagai lingkungan satuan tempat tinggal atau lingkungan hunian

dan tempat kegiatan yang mendukung perikehidupan dan penghidupan

(www.asiamaya.com/undang-undang/uu_perumahan/uu_perumahan_babI.htm).

Istilah permukiman (settlement), seringkali dikacaukan dengan istilah

pemukiman. Namun kedua kata terjemahan dari settlement mempunyai kaitan

yang sangat erat yang mengacu kepada pengertian tempat tinggal atau tempat

kediaman manusia hanya saja sebenarnya dua istilah ini dapat dibedakan secara

tegas yaitu permukiman adalah tempat untuk bertempat tinggal, sedangkan

pemukiman adalah cara bermukim atau hal memukim atau tegasnya cara atau hal

menempati suatu tempat tinggal.

Menurut Purwodarminto (1966), dalam Yunus (1987: 5), secara etimologis

baik kata permukiman maupun kata pemukiman berasal dari kata mukim

sedangkan menurut Menurut Yunus (1987: 2), kata permukiman mempunyai

imbuhan per-an dan kata pemukiman mempunyai imbuhan pe-an. Kedua macam

jenis imbuhan ini mempunyai fungsi pembentukan kata benda. Diantara beberapa

arti yang dibentuk oleh imbuhan, per- an, ternyata yang paling tepat untuk kata

permukiman adalah tempat ber.... atau tempat bermukim untuk kata permukiman,

sedangkan arti imbuhan pe- an pada kata pemukiman mempunyai arti cara me...

atau hal me... dengan demikian jelaslah bahwa arti kata permukiman

seharusnyalah dibedakan dengan kata pemukiman dalam pemakaiannya.

3. Perubahan Penggunaan Lahan Untuk permukiman.

Manusia dalam hidupnya memebutuhkan ruang untuk melangsungkan

segala aktivitasnya, sehingga lahan mempunyai peranan yang sangat penting.

Manusia dengan segala aktivitasnya memanfaatkan lahan dengan tujuan untuk

memenuhi kebutuhan hidupnya. Pendapat tentang lahan dikemukakan oleh

Arsyad (1989: 207):

(37)

commit to user

pembersihan vegetasi, dan juga hasil yang merugikan seperti tanah yang

terisolasi”.

Sedangkan penggunaan lahan merupakan akibat dari segala tindakan

manusia pada lahan. Campur tangan manusia harus diupayakan seefektif mungkin

untuk menjaga kelestariannya. Arsyad ( 1989 : 207) mengemukakan bahwa

Penggunaan lahan merupakan setiap bentuk intervensi (campur tangan) manusia

terhadap lahan dalam rangka memenuhi kebutuhan baik secara materiil maupun

spiritual.

Manusia mempunyai peranan yang sangat penting dalam menentukan bentuk

penggunaan lahan. Manusia dengan segala bentuk kebutuhannya memanfaatkan

lahan dengan tujuan memenuhi kebutuhan hidupnya. Kebutuhan manusia akan

lahan akan terus meningkat, sedangkan lahan di muka bumi sifatnya terbatas.

Jumlah penduduk yang semakin bertambah, mengakibatkan kebutuhan

permukiman juga semakin meningkat. Untuk mengatasi hal ini, perlu dilakukan

alih fungsi lahan, sehingga akan menyebabakan terjadinya perubahan penggunaan

lahan.

Secara umum faktor-faktor utama yang mendorong perubahan penggunaan

lahan adalah pertumbuhan penduduk, perkembangan kegiatan usaha, dan social

budaya masyarakat termasuk didalamnya adalah pembangunan. Sedangkan faktor

utama yang mendorong perubahan penggunaan lahan adalah jumlah penduduk

yang semakin meningkat. Tingginya angka kelahiran dan perpindahan penduduk

memeberikan pengaruh yang besar pada perubahan penggunaan lahan. Selain

akibat adanya pertumbuhan penduduk perubahan penggunaan lahan juga banyak

terjadi di daerah yang memiliki jaringan jalan yang baik. Perkembangan

permukiman di sepanjang jalan relatif lebih tinggi dibandingkan dengan

perkembangan permukiman yang berlokasi jauh dari jaringan jalan.

Perkembangan permukiman sangat dipengaruhi oleh kondisi daerah

setempat. Hal ini mengingat bagaimanapun manusia memiliki pertimbangan

dalam memilih lokasi tempat tinggal, baik untuk berteduh, melindungi diri

ataupun kepentingan pribadi. Lokasi permukiman merupakan hal yang sangat

(38)

commit to user

berpengaruh terhadap perkembangan permukiman dikemudian hari. Oleh karena

itu dalam menentukan lokasi permukiman hendaknya memperhatikan kondisi

ekologis dari daerah yang bersangkutan. Kondisi ekologis yang tepat akan

berpengaruh terhadap pola sebaran dari perkembangan permukiman.

Menurut Bintarto faktor-faktor yang mempengaruhi proses pemekaran

atau perkembangan di bagi menjadi dua yaitu faktor dari dalam dan faktor dari

luar. Hal ini dikemukakan Bintarto (1977:61) sebagi berikut:

Pemekaran kota pada umumnya digerakkan oleh pengaruh dari dalam dan pengaruh dari luar. Pengaruh dari dalam berupa rencana-rencana pengembangan dari para perencana kota, desakan-desakan dari warga kota berupa pelbagai daya tarik dari belakang kota atau hinterland kota. Apabila kedua pengaruh itu bekerja pada saat yang sama, maka pemekaran kota akan terjadi lebih cepat.

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi proses perkembangan

permukiman diantaranya adalah:

1. Faktor alam

Suatu permukiman umumnya akan berkembang apabila menempati

daerah yang relatif datar atau dengan ketinggian tertentu yang

memungkinkan kehidupan sehari-hari berlangsung dan tidak ada

daerah-daerah alami yang menghambat. Selain faktor alam topografi, faktor alam

lainnya adalah sumber-sumber alam yang dapat digunakan untuk

menunjang kehidupan manusia seperti tanah yang subur, sungai, atau

danau dan lain-lain.

2. Faktor letak

Letak satu daerah terhadap daerah lainnya dapat menimbulkan

hubungan yang menunjang perkembangan pemukiman yang berarti juga

menyebabkan daerah tersebut menjadi berkembang. Lebih lanjut bintarto

(1977: 62) mengatakan bahwa letak kota yang strategis, misalnya saja

letak dipersimpangan jalan, letak pertemuan dua aliran sungai, letak di

lemabah-lembah yang subur, di dataran aluvial akan membneri pengaruh

positif terhadap perkembangan kota.

(39)

commit to user

Jalur jalan pada suatu kota dan jalur penghubung kota dengan

daerah sekitar kota sangat berpengaruh dalam ikut meningkatkan arus

urbanisasi dan arus barang antar kota. Aksesibilitas kota menjadi semakin

besar, sehingga akan membuka terjadinya perkembangan pemukiman ke

berbagai arah. Daerah-daerah yang terletak pada fokus jalan lalu litas

darat, laut, maupun udara akan mengalami perkembangan yang cepat.

4. Faktor pertumbuhan penduduk

Penduduk merupakan faktor yang mempunyai peran yang sangat

besar dalam pertumbuhan dan perkembangan pemukiman. Faktor

penduduk dapat disebut faktor dinamis terjadinya perkembangan

pemukiman. Dalam hal ini Yunus (1981 : 3) mengemukakan bahwa

sehubungan dengan kuantitas penduduk perkotaan perlu disoroti dua hal

yang sangat berpengaruh terhadap perkembangan kota sendiri, yaitu

perkembangan penduduk yang disebabkan karena pendatang-pendatang.

Makin besar arus urbanisasi dan ditunjang dengan pertumbuhan

alami penduduk kota akan mengakibatkan jumlah penduduk kota akan

semakin membengkak sehingga memungkinkan penambahan fasilitas

penunjang yang berupa pembangunan fisik yang memerlukan lahan baru

yang tidak mungkin dibangun dipusat kota, tetapi dialihkan, kedaerah

pinggiran karena sehingga akan mengakibatkan munculnya

permukiman-permukiman baru.

5. Faktor ekonomi

Apabila suatu daerah perekonomiannya berkembang dengan baik,

maka orang tertarik untuk datang ke daerah tersebut untuk bekerja dan

akhirnya tinggal menetap di sana serta mendirikan rumah yang baru

sehingga akan menyebabkan permukiman-permukiman baru.

4. Pengertian Masjid

Kata masjid disebut sebanyak dua puluh delapan kali dalam Al-Qur‟an,

berasal dari kata sajada yang artinya tempat sujud. Dari segi bahasa kata tersebut

(40)

commit to user

penuh hormat dan takdzim. Secara terminologis diartikan sebagai tempat

beribadah umat Islam, khususnya dalam menegakkan shalat. Masjid sering

disebut Baitullah (rumah Allah Subhanahu Wata‟ala), yaitu bangunan yang

didirikan sebagai sarana mengabdi kepada Allah Subhanahu Wata‟ala. Secara

teknis sujud (sujudun) adalah meletakkan kening ke tanah. Secara maknawi, jika

kepada selain Allah Subhanahu Wata‟ala, sujud mengandung arti hormat kepada

sesuatu yang dipandang besar atau agung (ini tidak boleh dilakukan karena

mengandung arti kesyirikan).

http//luk.staff.ugm.ac.id/kmi/islam/Quraish/wawasan/masjid.html.

Adapun masjid (masjidun) mempunyai dua arti, arti umum dan arti

khusus. Masjid dalam arti umum adalah semua tempat yang digunakan untuk

sujud dinamakan masjid oleh karena itu sabda Nabi Muhammad sholallahu‟alaihi

wassalam, Allah Subhanahu Wata‟alamenjadikan bumi ini sebagai masjid.

Sedangkan masjid dalam artian khusus adalah tempat atau bangunan yang

dibangun khusus untuk menjalankan ibadah, terutama shalat berjamaah.

Pengertian ini kemudian mengerucut menjadi, masjid yang digunakan untuk

shalat Jum‟at disebut masji Jami‟. Karena shalat Jum‟at diikuti oleh banyak orang

maka masjid Jami‟ biasanya besar. Sedangkan masjid yang hanya digunakan

untuk shalat lima waktu, bisa di perkampungan, bisa juga di kantor atau di tempat

umum, dan biasanya tidak terlalu besar atau bahkan kecil sesuai dengan keperluan

disebut Musholla, yang artinya tempat sholat. Dalam Ensiklopedi Indonesia

dikatakan bahwa masjid dengan Musholla/langgar ataupun surau ada

perpedaannya, masjid seperti yang telah tertera di atas, sedangkan

Musholla/langgar ataupun surau merupakan tempat mengaji, tempat belajar

agama, dan tempat sembahyang bagi kaum Muslimin dengan luas lebih kecil dari

masjid. Pada zaman Nabi Muhammad sholallahu‟alaihi wassalam yang

dinamakan Musholla ialah tanah lapang tempat melakukan shalat Hari Raya.

Fungsi masjid adalah sebagai tempat melaksanakan shalat berjama‟ah.

Meskipun fungsi utamanya sebagai tempat menegakkan shalat, namun shalat

bukanlah hannya tempat untuk melaksanakan shalat saja, sejarah telah

(41)

commit to user

sebagai pusat pendidikan, pengajian keagamaan, dan fungsi-fungsi di bidang

sosial, politik, ekonomi, dan lain sebagainya.

Dalam perjalanan sejarahnya, pada waktu hijrah dari Mekah ke Madinah

ditemani shahabat beliau, Abu Bakar, Rasulullah sholallahu‟alaihi wassalam

melewati daerah Quba di sana beliau mendirikan Masjid pertama sejak masa

kenabiannya, yaitu Masjid Quba (QS 9:108, At Taubah). Setelah di Madinah

Rasulullah sholallahu‟alaihi wassalam sholallahu‟alaihi wassalam juga

mendirikan Masjid, tempat umat Islam melaksanakan shalat berjama‟ah dan

melaksanakan aktivitas sosial lainnya. Pada perkembangannya disebut dengan

Masjid An- Nabawi. Ada tiga masjid besar yag memiliki keutamaan di antara

masjid-masjid yang lain bagi umat Islam, yaitu masjid Al-Haram, di Makkah

masjid al-Aqsha, di Palestina dan masjid An-Nabawi di Madinah.

Banyak Masjid didirikan umat Islam, baik Masjid umum, Masjid Sekolah,

Masjid Kantor, Masjid Kampus maupun yang lainnya. Masjid didirikan untuk

memenuhi hajat umat, khususnya kebutuhan spiritual, guna mendekatkan diri

kepada Pencipta-nya. Tunduk dan patuh mengabdi kepada Allah Subhanahu

Wata‟ala. Masjid menjadi tambatan hati, pelabuhan pengembaraan hidup dan

energi kehidupan umat.

Fungsi Masjid paling utama adalah sebagai tempat melaksanakan ibadah

shalat berjamaah. Kalau kita perhatikan, shalat berjamaah adalah merupakan salah

satu ajaran Islam yang pokok, sunnah Nabi dalam pengertian muhaditsin, bukan

fuqaha, yang bermakna perbuatan yang selalu dikerjakan beliau. Ajaran Rasulullah shallallahu‟alaihi wa sallam tentang shalat berjamaah merupakan perintah yang benar-benar ditekankan kepada kaum muslimin. Sebagaimana Allah

subhanahu wata'ala berfirman, artinya, "Yang memakmurkan masjid-masjid Allah

ialah hanyalah orang-orang yang beriman kepada Allah dan hari Kemudian,

serta tetap mendirikan shalat, menunaikan zakat dan tidak takut (kepada siapa

pun) selain kepada Allah. Maka merekalah orang-orang yang diharapkan

termasuk golongan orang-orang yang mendapat petunjuk." (QS. at-Taubah: 18).

Allah Subhanahu Wata‟ala telah memuliakan masjid beserta orang-orang

(42)

commit to user

mereka pahala yang sangat besar. Allah Subhanahu Wata‟ala berfirman, artinya,

"Bertasbih kepada Allah di masjid-masjid yang telah diperintahkan untuk

dimuliakan dan disebut namaNya di dalamnya, pada waktu pagi dan waktu

petang. Laki-laki yang tidak dilalaikan oleh perniagaan dan tidak (pula) oleh jual

beli dari mengingat Allah, dan (dari) mendirikan shalat, dan (dari) membayarkan

zakat. Mereka takut kepada suatu hari yang (di hari itu) hati dan penglihatan

menjadi goncang. (Meraka mengerjakan yang demikian itu) supaya Allah

memberikan Balasan kepada mereka (dengan balasan) yang lebih baik dari apa

yang telah mereka kerjakan, dan supaya Allah menambah karuniaNya kepada

mereka. dan Allah memberi rezki kepada siapa yang dikehendakiNya tanpa

batas." (QS. an-Nur: 36-38)

5. Distribusi Spasial

Analisis spasial atau yang sering juga disebut analisis keruangan,

menurut Bintarto dan Hadisumarno (1991: 12) mempelajari perbedaan lokasi

mengenai sifat-sifat penting atau seri sifat-sifat penting. Pada analisis keruangan

yang harus diperhatikan adalah penyebaran penggunaan ruang yang telah ada dan

penyediaan ruang yang akan digunakan untuk berbagai kegunaan yang

dirancangkan. Pada analisa keruangan ini dapat dikumpulkan data lokasi yang

terdiri dari data titik (point data) dan data bidang (areal data).

Pada hakekatnya analisis keruangan adalah analisis lokasi yang

menitik-beratkan kepada tiga unsur geografi yaitu jarak (distance), kaitan (interaction),

dan gerakan (movement). (Bintarto dan Hadisumarno, 1991: 74).

Pendekatan keruangan merupakan suatu cara pandang atau kerangka

analisis yang menekankan eksistensi ruang sebagai penekanan. Eksistensi ruang

dalam perspektif geografi dapat dipandang dari struktur (spatial structure), pola

(spatial pattern), dan proses (spatial processes). Ketiga hal tersebut termasuk

pendekatan keruangan yang ditekankan dalam studi pemukiman. Dalam konteks

fenomena keruangan terdapat perbedaan kenampakan struktur, pola dan proses.

Struktur keruangan berkenaan dengan dengan elemen-elemen penbentuk ruang.

(43)

commit to user

kenampakan titik (point features), (2) kenampakan garis (line features), dan (3)

kenampakan bidang (areal features). Pola (pattern) merupakan kekhasan

distribusi gejala tertentu di dalam ruang atau wilayah. Pola keruangan ditunjukkan

dengan mengamati gejala berdasarkan kenampakan point features, line features,

dan areal features. Pola keruangan titik adalah kekhasan distribusi titik-titik

(mencerminkan gejala geografi tertentu) dalam ruang yang diamati. (Yunus, 2007

: 52-53).

Analisis spasial dapat diketahui dengan menggunakan peta. Dalam

perkembangan teknologi perpetaan, pembuatan peta dipermudah dengan adanya

SIG yang dirancang untuk menganalisis dan mengolah data dalam jumlah besar

sehingga memudahkan dalam penuangan data tersebut ke base map yang

manghasilkan peta tematik. SIG dengan mudah menghasilkan peta-peta yang

dapat digunakan untuk menampilkan informasi-informasi tertentu. Peta-peta

tematik tersebut dapat dibuat dari peta-peta yang sudah ada sebelumnya, hanya

memanipulasi atribut-atributnya. Yousman (2004: 5)

SIG mempunyai kemampuan untuk menganalisis dan mengolah data

dengan volume yang besar. Pengetahuan mengenai bagaimana cara mengekstrak

data dan bagaimana menggunakannya merupakan kunci analisis dalam SIG.

Kemampuan analisis berdasarkan aspek spasial yang dapat dilakukan oleh SIG

menurut Yousman (2004: 16-17) antara lain :

a. Klasifikasi yaitu mengelompokkan data spasial menjadi data spasial yang

baru. Contohnya adalah mengklasifikasikan tata guna lahan untuk

pemukiman, pertanian, perkebunan ataupun hutan berdasarkan analisis data

kemiringan atau data ketinggian.

b. Overlay yaitu menganalisis dan mengintegrasikan dua atau lebih data spasial

yang berbeda, misalnya menganalisis daerah rawan erosi dengan

mengoverlaykan data ketinggian, jenis tanah, dan kadar air.

c. Networking yaitu analisis yang bertitik tolak pada jaringan yang terdiri dari

garis-garis dan titik-titik yang saling terhubung. Analisis ini sering dipakai

dalam berbagai bidang, misalnya sistem jaringan telepon, kabel listrik, pipa

(44)

commit to user

d. Buffering yaitu analisis yang akan menghasilkan buffer/penyangga yang bisa

berbentuk lingkaran atau polygon yang melingkupi suatu objek sebagai

pusatnya, sehingga bisa diketahui berapa parameter objek dan luas

wilayahnya.

e. Analisis tiga dimensi ini sering digunakan untuk memudahkan pemahaman

karena data divisualisasikan dalam tiga dimensi. Contoh penggunaannya

adalah untuk menganalisis daerah yang terkena aliran lava.

Ada beberapa analisis yang dapat digunakan dalam SIG: 1) Penyuntingan untuk

pemutakhiran data.2) Interpolasi spasial.3) Tumpangsusun peta.4) Analisis

jaringan.5) Buffering.6) Klasifikasi.7) 3D analisis.8) Digital image processing.

(http/partosohadi.staff.fkip.uns.ac.id/esensial peta.)

Disribusi spasial dalam penelitian ini berkaitan dengan informasi

mengenai lokasi atau posisi secara tepat masjid-masjid yang tersebar di kecamatan

Jebres. Tepat dalam artian bahwa data mengenai posisi masjid ditampilkan

dengan letak lintang dan letak bujur yang diketahui dengan menggunakan alat

GPS (Global Positioning System) dan selain itu diketahui juga letak atau posisi

masjid secara administratif. Hal ini sangat penting diupayakan sehingga data

persebaran ini bisa dijadikan pertimbangan untuk pembangunan masjid

selanjutnya.

6. Pola Distribusi Masjid

Pola persebaran / distribusi merupakan suatu sistem persebaran lokasi

yang disesuaikan dengan keruangan. Pada hakikatnya analisa keruangan adalah

analisa lokasi yang menitik beratkan kepada tiga unsur geografi yaitu jarak

(distance), kaitan (interaction) dan gerakan (movement) (Bintarto, 1982). Pola

persebaran yang akan dibahas dalam penelitian ini meliputi persebaran lokasi

masjid berdasarkan lokasi bangunannya.

Dalam penentuan pola persebaran masjid di daerah penelitian ditentukan

dengan menggunakan perhitungan "Analisa Tetangga Terdekat (Nearest Neigbour

Statistic T)" Bintarto, R dan Surastopo, (1982). Analisa seperti ini memerlukan

data tentang jarak antara satu lokasi dengan lokasi yang paling dekat yang pada

(45)

commit to user

terdekat. Sehubungan dengan hal ini tiap lokasi dianggap sebagai sebuah titik

dalam ruang. Penggunaan analisa tetangga terdekat hanya bisa dilakukan di

bidang datar dengan mengabaikan relief yang ada, sehingga akan mempunyai

hasil yang berbeda jika dilakukan pengukuran langsung di lapangan. Dalam

menggunakan analisa tetangga-terdekat harus diperhatikan beberapa langkah

sebagai berikut:

a. Menentukan batas wilayah yang akan diselidiki

b. Mengubah pola penyebaran seperti yang terdapat dalam peta topografi

menjadi pola penyebaran titik

c. Memberikan nomor urut bagi tiap titik untuk mempermudah cara

menganalisanya

d. Mengukur jarak terdekat yaitu jarak pada garis lurus antara satu titik dengan

titik yang lain yang merupakan tetangga terdekat.

e. Menghitung besar parameter tetangga terdekat (nearest-neigbour statistic)

T dengan menggunakan formula :

T = Ju

Jh

Keterangan :

T = indeks penyebaran tetangga-terdekat

Ju = jarak rata-rata yang diukur antara satu titik dengan titik tetangganya

yang terdekat

Jh = jarak rata-rata yang diperoleh andaikata semua titik mempunyai pola

random

Andaikata semua titik mempunyai persebaran random, maka Jh dapat

dihitung dengan rumus :

1

Jh=

(46)

commit to user

P = kepadatan titik dalam tiap kilometer persegi dari jumlah titik yang ada (N)

dibagi dengan luas wilayah dalam Km2 (A), sehingga

A N

.

Parameter tetangga terdekat atau indeks penyebaran tetangga-terdekat

mengukur kadar kemiripan pola titik terhadap pola random. Untuk memperoleh Ju

digunakan cara dengan menjumlahkan semua jarak tetangga terdekat dan

kemudian dibagi dengan jumlah titik yang ada. Parameter tetangga-terdekat T

(Nearest Neigbour Statistic T) tersebut dapat ditunjukkan pula dengan rangkaian

kesatuan (continuum) untuk mempermudah pembandingan antar pola titik.

Menurut Bintarto, R dan Surastopo Hadisumarno (1982: 76), membagi

pola persebaran menjadi 3 jenis, yaitu :

1). Mengelompok, apabila indeks kumulatif parameter tetangga terdekatnya

(T) = 0 – 1. Atau dengan kata lain jika jarak antara lokasi yang satu

dengan lokasi lainnya berdekatan dan cenderung mengelompok pada

tempat-tempat tertentu.

2). Random (acak), apabila indeks kumulatif parameter tetangga

terdekatnya (T) = 1- 2,15. Atau dengan kata lain jika jarak antara lokasi

yang satu dengan yang lainnya tidak teratur.

3). Terpencar (seragam), apabila indeks kumulatif parameter tetangga

terdekatnya (T) = > 2,15. Atau dengan kata lain jika jarak antara satu

lokasi dengan lokasi yang lainnya relatif sama.

T = 0 T = 1.0 T = 2,15

Mengelompok Random Seragam

Seragam

Gambar 1. Continuum Nilai Nearest Neigbour Statistic T

Gambar

Gambar 1. Continuum Nilai Nearest Neigbour Statistic T
Gambar 2: Skema Kerangka Pemikiran
Tabel 3. Data dan Jenis Data serta Sumber Data
Tabel 4. Luas Kelurahan Kecamatan Jebres Kota Surakarta Tahun 2008
+7

Referensi

Dokumen terkait

Pada hasil diatas menunjukkan bahwa nilai p-value nya (0.1205) > 0.05 maka kesimpulannya adalah terima ho yang menunjukkan bahwa f2 tidak berpengaruh terhadap Primer

Tujuan penelitian ini adalah mengupayakan teknik kendali proses dalam produksi minyak sawit merah serta aplikasinya pada beberapa produk pangan seperti teknik formulasi dan produksi

amen dment to finance eligible ocean freight costs, except... in Implementation

Dari uraian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa kesehatan lembaga sangat penting agar tetap terjaga kelangsungan hidup dan berfungsi dengan baik sebuah BMT sebagai lembaga

diajukan sebagai salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana. Program Studi

[r]

Umma, C., 2012, Aktivitas Sitotoksik Fraksi Polar Ekstrak Etanol Kulit Batang Srikaya ( Annona squamosa L.) Terhadap Sel T47D, Skripsi , Fakultas

Beberapa hasil penelitian yang lain menunjukkan bahwa pengerasan kulit buah manggis dapat disebabkan oleh penurunan kandungan air perikarp, dan berkorelasi positif dengan