commit to user
ANALISIS SPASIAL PEMBANGUNAN MASJID
DI KECAMATAN JEBRES KOTA SURAKARTA
TAHUN 2000-2008
SKRIPSI
Oleh:
Agus Sudiro
K 5404012
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
commit to user
ANALISIS SPASIAL PEMBANGUNAN MASJID
DI KECAMATAN JEBRES KOTA SURAKARTA
TAHUN 2000-2008
Oleh:
Agus Sudiro
K 5404012
SKRIPSI
Ditulis dan Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Mendapatkan Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Geografi
Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
commit to user
ABSTRAK
Agus Sudiro. ANALISIS SPASIAL PEMBANGUNAN MASJID DI KECAMATAN JEBRES KOTA SURAKARTA TAHUN 2000-2008. Skripsi, surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Sebelas Maret, Juni 2011.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perubahan penggunaan lahan untuk permukiman di kecamatan Jebres Kota Surakarta kurun waktu tahun 2000-2008, perkembangan pembangunan Masjid di kecamatan Jebres kota Surakarta kurun waktu tahun 2000-2008, distribusi spasial pembangunan masjid di Kecamatan Jebres Kota Surakarta tahun 2000-2008, pola persebaran Masjid di Kecamatan Jebres Kota Surakarta tahun 2000-2008, dan hubungan antara pembangunan masjid dengan perkembangan permukiman di Kecamatan Jebres Kota Surakarta tahun 2000-2008
Sesuai dengan tujuan penelitian, maka penelitian ini menggunakan metode deskriptif spasial. Penelitian ini bersifat penelitian populasi dengan jumlah populasi sebanyak 157 masjid. Teknik pengumpulan data (1) dokumentasi, (2) observasi / pengamatan langsung. Teknik analisis yang digunakan adalah analisis data sekunder, analisis peta, dan analisis parameter tetangga terdekat.
commit to user
commit to user
ABSTRACT
Agus Sudiro. A SPATIAL ANALYSIS ON MOSQUE DEVELOPMENT IN JEBRES SUB DISTRICT OF SURAKARTA MUNICIPAL IN 2000-2008. Thesis, Surakarta: Teacher Training and Education Faculty. Sebelas Maret University, Juny 2011.
The objective of research is to find out the change of landuse into settlement in Jebres Sub District of Surakarta Municipal in 2000-2008, the Mosque development growth in Jebres Sub District of Surakarta Municipal in 2000-2008, spatial distribution growth of Mosque in Jebres Sub District of Surakarta Municipal in 2000-2008, spread pattern of Mosque in Jebres Sub District of Surakarta Municipal in 2000-2008, and relation the growth of Mosque with settlement expands in Jebres sub district of Surakarta municipal in 2000-2008 .
Based on the aims of the research, this research used descriptive spatial methode. This research is charactered population research with total population of mosque is 157. The technique of data collecting are (1)documentation, (2) observation. The technique of data analysis are secondary data analysis, map analysis, and nearest neighbour analysis.
commit to user
commit to user
MOTTO
"Ketahuilah, bahwa sesungguhnya kehidupan dunia ini hanyalah permainan dan
suatu yang melalaikan, perhiasan dan bermegah- megah antara kamu serta
berbangga-banggaan tentang banyaknya harta dan anak, seperti hujan yang
tanam-tanamannya mengagumkan para petani; kemudian tanaman itu menjadi
kering dan kamu lihat warnanya kuning kemudian menjadi hancur. Dan di
akhirat (nanti) ada azab yang keras dan ampunan dari Allah serta
keridhaan-Nya. Dan kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang
menipu."(QS. Al-Hadid:20)
"
Hai manusia, bertakwalah kepada Tuhanmu dan takutilah suatu hari yang
(pada hari itu) seorang bapak tidak dapat menolong anaknya dan seorang anak
tidak dapat (pula) menolong bapaknya sedikitpun.
Sesungguhnya janji Allah adalah benar, maka janganlah sekali-kali kehidupan
dunia memperdayakan kamu, dan jangan (pula) penipu (syaitan)
memperdayakan kamu dalam (mentaati) Allah." (QS. Luqman:33)
commit to user
PERSEMBAHAN
Ku persembahkan kepada
Ayah Tercinta
Ibunda tersayang
Istriku Tercinta
Saudara-saudaraku
commit to user
KATA PENGANTAR
Assalamualikum Warohmatullahi Wabarokatuh.
Segala puji hanya milik Allah Subhanahu Wata „Ala Rabb semesta
Alam, Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurah kepada junjungan Nabi
besar Muhammad Sholallahu „alahi wassalam, keluarga, sahabat serta orang
-orang yang mengikuti petunjuknya sampai Yaumil Qiyamah.
Puji syukur Alhamdullilah dengan hati dan lisan peneliti panjatkan
kehadirat Allah Subhanahu Wata „Ala, karena atas limpahan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga skripsi ini dapat diselesaikan. Skripsi ini disusun untuk memenuhi
persyaratan dalam mendapatkan gelar Sarjana pada Program Studi Pendidikan
Geografi Jurusan Ilmu Pengetahuan Sosial Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Universitas Sebelas Maret.
Dalam penulisan skripsi ini berbagai kesulitan, hambatan serta
kepayahan sering ditemui, akan tetapi Atas Izin Allah Subhanahu Wata„Ala
kemudian dengan bantuan dari berbagai pihak akhirnya dapat terselesaikan juga.
Untuk itu atas segala bentuk bantuannya disampaikan terima kasih kepada :
1. Bapak Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatullah, M. Pd, selaku Dekan Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
2. Bapak Drs. Saiful Bachri, M.Pd, selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu
Pengetahuan Sosial.
3. Bapak Drs. Partoso Hadi, M.Si, selaku Ketua Program Studi Pendidikan
Geografi.
4. Bapak Dr. Moh. Gamal R, M.Si, sebagi Pembimbing I, Jazakumullah
Khairan terima kasih atas semua arahan dan bimbingannya.
5. Bapak Yasin Yusuf, S.Si, M.Si, sebagai Pembimbing II, terima kasih,
Jazakumullah Khairan atas arahan, dorongan dan semua bimbingannya.
6. Kepala Kantor Badan Pertanahan Nasional Kota Surakarta, Kepala Kantor
BAPPEDA,Kepala Kantor Departemen Agama Kota Surakarta (DEPAG),
Kepala Badan Pusat Statistik Kota Surakarta beserta para staf yang telah
commit to user
7. Keluargaku di Jawa dan Sumatra (Ibu dan bapakku baktiku untukmu), mas
danang, mas sugiyanto, mbak atik mbak yatun dan mbak sri ), terima
Kasih atas do‟a dan dukungannya, semoga keluarga kita dapat
dipertemukan kembali ke dalam surga-Nya kelak yang penuh dengan
kenikmatan. Amin. Keponakanku Dimas dan Thania semoga kalian
menjadi anak yang sholeh.
8. Istriku yang dengan setia dan tulus menemani dan membantuku dalam
kesusahan. Bersabarlah dan bertaqwalah sesungguhnya hidup ini hanyalah
ujian.
9. Teman- teman Geo ‟04 (Warsono, Nashir, Habib, Fajar Arip). Teman
-teman majelis taklim Masjid RS dr Moeardi (mas Hari, mas Tri, mas
Aswin, mas Agus) yang telah membantu dalam selama proses penelitian
dan semuanya yang tidak dapat disebutkan satu persatu terima kasih atas
dukungan serta bantuannya selama ini.
10.Semua pihak yang telah memberikan bantuannya yang tidak dapat
disebutkan satu persatu semoga Allah Ta‟ala memberikan balasan
kebaikan dengan sebaik-baik balasan.
Peneliti menyadari sepenuhnya bahwa masih banyak kekurangan dari
penulisan skripsi ini maka dengan segala kerendahan hati penulis menerima kritik
dan saranya yang membangun demi perbaikan dan penyempurnaan. Semoga
karya tulis ini bermanfaat yang akhirnya menjadikan tambahan kebaikan di dunia
dan akherat. Amiin
Wassalamualikum Warahmatullahi Wabarokatuh.
Surakarta, Juni 2011
commit to user
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PENGAJUAN ... ii
HALAMAN PERSETUJUAN ... iii
HALAMAN PENGESAHAN ... iv
HALAMAN ABSTRAK ... v
HALAMAN ABSTRACT ... vii
HALAMAN MOTTO ... ix
HALAMAN PERSEMBAHAN ... x
KATA PENGANTAR ... xi
DAFTAR ISI ... xiii
DAFTAR TABEL ... xvii
DAFTAR PETA ... xix
DAFTAR GAMBAR ... xx
DAFTAR LAMPIRAN ... xxi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Perumusan Masalah ... 9
C. Tujuan Penelitian ... 9
D. Manfaat Penelitian... 10
BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Perubahan Penggunaan Lahan ... 11
a. Lahan ... 11
b. Penggunaan lahan... 12
c. Faktor-faktor yang mempengaruhi Perubahan Penggunaan Lahan ... 13
2. Pengetian Permukiman... 14
3. Perubahan Penggunaa Lahan Untuk Permukiman ... 15
4. Pengertian Masjid ... 18
commit to user
6. Pola Persebaran Masjid ... 23
7. Citra Ikonos ... 26
B. Penelitian yang Releven ... 28
C. Kerangka Pemikiran ... 31
BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian ... 34
2. Waktu Penelitian ... 34
B. Bentuk dan Strategi Penelitian ... 35
C. Jenis dan Sumber Data ... 37
D. Populasi dan Sampel ... 37
E. Teknik Pengumpulan Data 1. Teknik Dokumentasi ... 38
2. Observasi Lapangan ... 38
F. Teknik Analisis Data ... 39
1. Mengetahui Perubahan Penggunaan Lahan Untuk Permukiman .. 39
2. Mengetahui Perkembangan Pembangunan Masjid ... 40
3. Mengetahui Distribusi Spasial masjid ... 40
4. Mengetahui Pola Persebaran Pembangunan Masjid ... 40
5. Mengetahui Hubungan Antara pembangunan Masjid dengan Perkembangan Permukiman ... 42
G.Prosedur Penelitian 1. Penyusunan Poposal Penelitian ... 43
2. Tahap Persiapan Instrumen ... 43
3. Tahap Pengumpulan Data ... 43
4. Tahap Analisis Data ... 44
5. Tahap Penulisan Laporan Penelitian ... 44
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Daerah Penelitian 1. Letak, Batas, dan Luas Daerah Penelitian ... 45
commit to user
3. Kondisi Kependudukan dan Sosial Ekonomi
a. Jumlah dan Persebaran Penduduk ... 49
b. Kepadatan Penduduk ... 50
c. Komposisi Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan ... 52
d. Komposisi Penduduk Menurut Agama yang Dianut ... 53
e. Fasilitas Kota ... 55
B. Hasil dan Pembahasan 1. Perubahan Penggunaan Lahan Untuk Permukiman diKecamatan Jebres ... 56
a. Penggunaan Lahan Kecamatan Jebres Tahun 2000 ... 57
b. Penggunaan Lahan Kecamatan Jebres Tahun 2008 ... 60
c. Perubahan Penggunaan Lahan Tahun 2000-2008 ... 63
d. Perubahan Penggunaan Lahan Permukiman Tahun 2000-2008 ... 65
1) Kelurahan yang Tidak Mengalami Perkembangan Per- Mukiman ... 68
2) Kelurahan yang Mengalami Perkembangan Permukiman ... 69
2. Perkembangan Pembangunan Masjid di Kecamatan Jebres ... 75
3. Distribusi Spasial Pembangunan Masjid di Kecamatan Jebres ... 77
a. Distribusi Masjid Tahun 2000 ... 77
b. Distribusi Masjid Tahun 2008 ... 80
c. Distribusi Masjid Tahun 2000-2008 ... 83
4. Pola Persebaran Masjid di Kecamatan Jebres ... 86
a. Pola Persebaran Masjid di Kecamatan Jebres Tahun 2000 ... 89
b. Pola Persebaran Masjid di Kecamatan Jebres Tahun 2008 ... 91
5. Hubungan Antara Pembangunan Masjid Dengan Perkembangan Permukiman 95 a. Faktor Jumlah Pemeluk Agama ... 98
commit to user
BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
A. Kesimpulan ... 113
B. Implikasi ... 115
C. Saran ... 116
DAFTAR PUSTAKA... 117
commit to user
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Jumlah Penduduk dan Tingkat Kepadatan Penduduk di
Kecamatan Jebres Tahun 2000-2008 ... 4
Tabel 2. Penelitian yang Relevan ... 29
Tabel 3. Data dan Jenis Data serta Sumber Data ... 37
Tabel 4. Luas Kelurahan Kecamatan Jebres Kota Surakarta Tahun 2008... 45
Tabel 5. Penggunaan lahan Kecamatan Jebres Tahun 2000 dan 2008... 48
Tabel 6. Jumlah Penduduk Kecamatan Jebres Tahun 2000 dan Tahun 2008 ... 50
Tabel 7. Jumlah Penduduk dan Tingkat Kepadatan Kecamatan Jebres Tahun 2000 dan Tahun 2008 ... 51
Tabel 8. Klasifikasi Tingkat Kepadatan Penduduk ... 52
Tabel 9. Komposisi Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan Tiap Kelurahan di Kecamatan Jebres Tahun 2008 ... 53
Tabel 10. Komposisi Penduduk Menurut Agama Yang Dianut Di Kecamatan Jebres Tahun 2000-2008 ... 54
Tabel 11. Fasilitas Umum Kecamatan Jebres ... 55
Tabel 12. Penggunaan Lahan Di Kecamatan Jebres Tahun 2000 ... 57
Tabel 13. Penggunaan Lahan di Kecamatan Jebres Tahun 2008 ... 60
Tabel 14. Perubahan Luas Penggunaan Lahan Kecamatan Jebres Tahun 2000-2008 ... 64
Tabel 15. Perubahan Penggunaan Lahan Untuk Permukiman Kecamatan Jebres Tahun 2000-2008 ... 65
Tabel 16. Luas Konversi Lahan Nonpermukiman Menjadi Permukiman di Kelurahan Mojosongo Kecamatan Jebres Tahun 2000-2008 ... 72
Tabel 17. Luas Penggunaan Lahan Terbangun dan Tak Terbangun Menurut Kelurahan Di Kecamatan Jebres Tahun 2008... 73
Tabel 18. Distribusi Tempat Ibadah Masjid Dan Distribusi Pemeluk Agama Islam Di Kecamatan Jebres ... 76
commit to user
Tabel 20. Distribusi Pembangunan Masjid Kecamatan Jebres Tahun 2008 .... 81
Tabel 21.Distribusi Pembangunan Masjid dan Persebaran Pemeluk Agama
Islam Tahun 2000-2008 Kecamatan Jebres Kota Surakarta ... 84
Tabel.22. Jarak Terdekat Antar Masjid di Kecamatan Jebres Tahun 2000 ... 89
Tabel 23. Jarak Terdekat Antar Masjid di Kecamatan Jebres Tahun 2008 ... 92
Tabel 24. Jarak Lokasi Pembangunan Masjid dengan Titik Perkembangan
Permukiman ... 95
Tabel 25. Perkembangan Pemeluk Agam Islam di kecamatan Jebres Tahun
2000-2008 ... 99
Tabel 26. Perkembangan Pemeluk Agam Islam di kecamatan Jebres Tahun
2000-2008 ... 101
Tabel 27. Komposisi Penduduk Menurut Umur dan Jenis Kelamin
di Kecamatan Jebres Tahun 2000 ... 105
Tabel 28. Komposisi Penduduk Menurut Umur dan Jenis Kelamin
di Kecamatan Jebres Tahun 2000 ... 107
Tabel 29. Distribusi Angka Ketergantungan dan Distribusi Pembangunan
commit to user
DAFTAR PETA
Peta 1. Administrasi Kecamatan Jebres ... 47
Peta 2. Penggunaan Lahan Kecamatan Jebres Kota Surakarta Tahun 2000 .... 59
Peta 3. Penggunaan Lahan Kecamatan Jebres Kota Surakarta Tahun 2008 .... 62
Peta 4. Penggunaan Perubahan Penggunaan Lahan Nonpermukiman-
permukiman di Kecamatan Jebres Kota Surakarta Tahun 2000-2008 67
Peta 5. Peruntukkan Lahan Untuk lahan Terbangun di Kelurahan
Mojosongo Tahun 2008 ... 74
Peta 6. Distribusi Masjid Kecamatan Jebres Kota Surakarta Tahun 2000 ... 79
Peta 7. Distribusi Masjid Kecamatan Jebres Kota Surakarta Tahun 2008 ... 82
Peta 8. Distribusi Petumbuhan Pembangunan Masjid Kecamatan Jebres
Tahun 2000-2008 ... 85
Peta 9. Pola Distribusi Masjid Kecamatan Jebres Tahun 2000 ... 87
Peta 10. Pola Distribusi Masjid Kecamatan Jebres Tahun 2008 ... 88
Peta 11. Hubungan Pembagunan Masjid Dengan Perkembangan
commit to user
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Continuum Nilai Nearest Neigbour Statistic T ……… 25
Gambar 2. Kerangka Berpikir ………... 33
Gambar 3. Penggunaan Lahan di Kecamatan Jebres ... 58
Gambar .4.Penggunaan Lahan Tahun 2008 61
Gambar 5. Grafik Perbandingan Luas Wilayah Dengan Luas Permukiman ... 66
Gambar 6.Penggunaan Lahan Terbangun yang Dimanfaatkan Untuk
Perdagangan di Kelurahan Jebres ... 68
Gambar 7. Penggunaan Lahan Terbangun yang Dimanfaatkan Untuk
Perdagangan di Kelurahan Jebres ... 68
Gambar 8. Penggunaan Lahan Tegalan di Kelurahan Mojosongo, Jebres ... 71
Gambar 9. Perubahan Penggunaan Lahan Tegalan Menjadi Permukiman
di Kelurahan Mojosongo, Jebres ... 71
Gambar 10. Distribusi Masjid Tahun 2000 ... 77
Gambar 11. Masjid Sowijayan Yang Terletak Diantara Permukiman Padat
Penduduk Di Kelurahan Sewu, Jebres ... 82
Gambar 12. Masjid Miftahul Jannah di Kompleks Kantor POLSEK Jebres ... 82
Gambar 13. Masjid As Shodiq yang Teretak di Jalan Raya Urip-
Sumohardjo, Tegalharjo, Jebres ... 83
Gambar 14. Grafik Jarak Lokasi Pembangunan Masjid dengan Titik
Perkembangan Permukiman ... 96
commit to user
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Titik Absolut Masjid Kecamatan Jebres Tahun 2000
Lampiran 2. Titik Absolut Masjid Kecamatan Jebres Tahun 2008
commit to user
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG MASALAH
Meningkatnya jumlah pendududuk suatu wilayah akan mengakibatkan
semakin bertambahnya kebutuhan dan fasilitas masyarakat di wilayah itu sendiri
seperti: Permukiman, fasilitas kesehatan, fasilitas ibadah, sekolah, kantor dan lain
sebagainya. Peningkatan kegiatan kebutuhan dan fasilitas tersebut akan
menyebabakan perkembangan wilayah.
Lahan sebagai salah satu komponen dalam ruang memegang peranan
sangat penting dalam aktifitas manusia. Manusia selalu mengadakan adaptasi
secara aktif terhadap lingkungan. Adaptasi dan aktifitas itu menyebabkan suatu
perubahan baik perubahan fisik, sosial, ekonomi, politik, dan lain-lain.Untuk
menunjang aktifitas tersebut manusia membutuhkan lahan yang dapat
dimanfaatkan semaksimal mungkin. Lahan merupakan sumber daya alam yang
bersifat tetap, sedangkan yang akan mengalami perubahan adalah makluk hidup
yang ada di atasnya termasuk manusia.
Lahan secara kualitas dapat mengalami perubahan baik perubahan fisik
maupun perubahan non fisik. Perubahan penggunaan lahan adalah segala campur
tangan manusia baik secara siklis maupun permanen terhadap kumpulan suatu
sumber daya alam dan buatan yang secara keseluruhan disebut lahan dengan
tujuan untuk mencukupi kebutuhan baik kebendaan atau spiritual maupun
keduanya (Malingreu,1997:7). Penggunaan lahan merupakan penggunaan
manusia atas lahan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, dan aktifitas manusia
tersebut dapat dilacak melalui lahan yang ada,misalkan lahan pasar mencerminkan
aktifitas ekonomi (Sutanto et.al.1981:1)
Pada dasarnya lahan merupakan sumber daya alam yang strategis bagi
pembangunan, dan merupakan salah satu faktor utama bagi eksistensi manusia
sebagai makluk hidup, khususnya dalam usaha bermukim. Dikatakan demikian
commit to user
makluk hidup mutlak memerlukan lahan seperti sektor pertanian, pusat industri,
jalan raya, mendirikan bangunan rumah tempat tinggal yang layak huni atau
ditempati, lahan sebagai tempat untuk bermukim, tempat berdagang, tempat
rekreasi, tempat beribadah. Dari sisi permukiman terkait erat dengan bentuk ruang
tempart tinggal atau permukiman penduduk dengan segala fasilitasnya.
Sejalan dengan meningkatnya kebutuhan lahan untuk manusia dan
meningkatnya aktifitas pembangunan di dalamnya, serta meningkatnya
pertambahan penduduk, kebutuhan terhadap lahan juga meningkat dengan pesat.
Hal ini memerlukan perhatian yang khusus secara nasional, mengingat
ketersediaan lahan dan luasan pada dasarnya tidak berubah. Dengan demikian
tidak menutup kemungkinan timbulnya permasalahan, yakni terjadi perluasan
permukiman dan bertambahnya areal untuk fasilitas permukiman yang berakibat
pada pengurangan lahan sebagai sumber pangan.
Bintarto (1977:92) mengemukakan bahwa “permukiman dapat
digambarkan sebagai suatu tempat atau daerah dimana pendududuk berkumpul
dan hidup bersama,dimana mereka membangun rumah-rumah, jalan-jalan dan
sebagainya untuk kepentingan mereka”. Sejalan dengan pendapat tersebut Sumaatmadja (1981:191) menyatakan bahwa “Permukiman dapat diartikan
sebagai bagian dari permukaan bumi yang dihuni manusia dengan segala
prasarana dan sarana yang menunjang kehidupan penduduk, yang menjadi satu
kesatuan dengan tempat tinggal yang bersangkutan.
Kecamatan Jebres merupakan salah satu kecamatan diantara kecamatan
yang ada di wilayah Kota Surakarta. Kecamatan tersebut letaknya sangat strategis
yaitu berdekatan dengan pusat pemerintahan Kota Surakarta. Kecamatan Jebres
terdiri dari 11 kelurahan yaitu; Kelurahan Kepatihan Kulon, Kelurahan Kepatihan
Wetan, Kelurahan Sudiroprajan, Kelurahan Gandekan, Kelurahan Sewu,
Kelurahan Pucang Sawit, Kelurahan Jagalan, Kelurahan Purwodiningratan,
Kelurahan Tegalharjo, Kelurahan Jebres dan kelurahan Mojosongo. Kecamatan
Jebres memiliki luas wilayah 12,58 km2. Di kecamatan ini terdapat fasilitas sosial
yang cukup penting dibeberapa bidang yaitu di bidang kesehatanpusatnya adalah
commit to user
ditandai adanya UNS dan ISI Surakarta. Di bidang media informasi, kehadiran kantor TATV di Mojosongo. Sementara di bidang perdagangan, terdapat Terminal
Petikemas KA Jebres dan wilayah pergudangan dan bongkar muat barang
Pedaringan. Dengan potensi yang dimiliki oeh Kecamatan Jebres tersebut
menyebabkan rentan terjadinya perubahan penggunaan lahan.
Perubahan Penggunaan lahan untuk permukiman di wilayah Kecamatan
Jebres tidak terjadi begitu saja. Ada beberapa faktor yang mempengaruhinya.
Menurut Alamsyah dalam Zuroh (2006:3 ) faktor-faktor yang mempengaruhi
adanya perubahan penggunaan lahan yaitu: jarak suatu tempat kepusat kota,
tersediannya fasilitas seperti listrik, pasar dan bertambahnya jumlah penduduk
sehingga mendorong mereka untuk memiliki rumah”.
Rentang waktu antara tahun 2000 sampai tahun 2008 di wilayah
kecamatan Jebres diperkirakan akan mengalami perubahan penggunaan lahan
yang cukup berarti. Hal ini dikarenakan letak kecamatan yang strategis berada di
dekat pusat kota, tersedianya fasilitas seperti pasar atau pusat perbelanjaan,
terminal, stasiun kereta api, rumah sakit, hotel, kampus dan lain-lain. Hal yang
akan memicu masyarakat untuk datang ke Kecamatan Jebres adalah adanya daya
tarik kota seperti: dekatnya jarak dengan pusat kota, banyaknya lapangan kerja
yang cukup dan menjanjikan, adanya faktor kelengkapan fasilitas sosial, budaya,
ekonomi, pendidikan maupun yang lainnya. Dari faktor tersebut diatas muncul
adanya keinginan untuk meningkatkan kesejahteraan, menyebabkan penduduk
sekitar tertarik untuk datang ke kota dengan harapan ingin memperbaiki
kehidupan mereka. Dengan adanya penambahan penduduk dari para pendatang ini
maka penduduk kota juga akan semakin bertambah.
Kecamatan Jebres terdiri dari 11 Kelurahan merupakan kecamatan terluas
ke 2 yang ada di wilayah Kota Surakarta. Kecamata Jebres pada tahun 2000
memiliki jumlah penduduk sebanyak 135.764 jiwa kemudian pada tahun 2008
mengalami pertumbuhan penduduk sebanyak 142.292 jiwa. Adanya peningkatan
jumlah penduduk ini akan mempengaruhi tingkat kepadatan penduduknya.
Pada tahun 2000 Kecamatan Jebres memiliki tingkat kepadatan penduduk sebesar
commit to user
Km2. Kepadatan penduduk tersebut dapat diketahui dengan cara membandingkan
luas wilayah secara keseluruhan dengan jumlah penduduk Data mengenai jumlah
penduduk dan tingkat kepadatan penduduk Kecamatan Jebres disajikan dalam
tabel di bawah ini.
Tabel 1. Jumlah Penduduk dan Tingkat Kepadatan Penduduk di Kecamatan Jebres
Tahun 2000-2008
Sumber: Surakarta Dalam Angka Tahun 2000 dan 2008
Kepadatan penduduk yang semakin bertambah, mengakibatkan
kebutuhan lahan untuk bermukim juga semakin meningkat. Sehingga
diperkirakan akan semakin menambah penggunaan lahan yang ada khususnya
untuk usaha bermukim. Hubungan kepadatan penduduk dengan penggunaan
lahan dapat dikatakan memiliki hubungan tak langsung. Semakin tinggi angka
kepadatan penduduk di suatu daerah maka semakin cepat perubahan bentuk
penggunaan lahannya. Hal ini berdasar asumsi bahwa semakin tinggi angka
kepadatan penduduk suatu daerah maka semakin tinggi pula tingkat kebutuhan
lahan pada daerah tersebut sehingga perubahan bentuk penggunaan lahannya
commit to user
Pembangunan yang terjadi di Kota Surakarta dari tahun ke tahun telah
membawa perubahan yang besar pada penggunaan lahannya. Kodisi ekonomi
yang mengalami pasang surutpun tidak menghalangi masyarakat kota Surakarta
untuk terus membangun, baik pembangunan untuk diri sendiri maupun untuk
masyarakat umum. Krisis ekonomi yang terjadi pada tahun 1998 dan berbagai
kerusuhan yang menuntut adanya reformasi juga berdampak pada penggunaan
lahan. Pada perkembangan selanjutnya pada tahun 2001 pemerintah
mengeluarkan undang-undang otonomi daerah yang secara tidak langsung juga
memberikan pengaruh terhadap penggunaan lahan. Perlahan-lahan pembangunan
kembali dilaksanakan untuk mencapai stabilitas pembangunan nasional yang
terencana. Dari tahun 2000 hingga tahun 2008 selama kurun waktu delapan tahun
ini dimungkinkan perubahan penggunaan lahan khususnya perubahan
penggunaan lahan untuk permukiman akan meningkat dengan pesat. Pertumbuhan
permukiman yang terjadi di daerah perkotaan yang tidak disertai dengan
pemantauan dan perencanaan ruang yang baik akan berakibat pada ketidak
teraturan permukiman, sehingga akan membentuk suatu pola permukiman yang
berbeda-beda.
Disisi lain seiring dengan semakin berkembangnya permukiman,
permukiman sangat memerlukan sarana dan prasana atau fasilitas sosial yang
mendukung permukiman. Menurut Muta‟ali (2000: 14-15) “fasilitas sosial
meliputi fasilitas pendidikan, kesehatan, keagamaan, perekonomian, keamanan,
transportasi, komunikasi dan olah raga”.
Sejalan dengan bertambah dan menyebarnya pola permukiman, yang
ditandai dengan kepadatan penduduk yang tinggi serta strata sosial ekonomi yang
heterogen, maka semakin bertambah pula kebutuhan manusia akan fungsi rumah
ibadah bagi masyarakat untuk memenuhi kebutuhan spiritualnya. Tidak bisa
tidak, pembangunan fasilitas rumah ibadah harus ditingkatkan sama halnya
dengan pembangunan fasilitas sosial yang lain seperti pasar, terminal, rumah
sakit, sekolahan, dan yang lainnya. Hal ini pasti disadari karena pada hakekatnya
manusia adalah makluk religius yang dalam fitrahnya mereka mengakui, tunduk
commit to user
mutlak harus beribadah sebagai wujud penghambaan dirinya kepada Tuhan-Nya
Yang Maha Esa yaitu Allah Subhanahu Wata‟ala. Dalam hal ini, peneliti
memfokuskan bangunan tempat ibadah bagi Umat Islam yaitu masjid.
Banyak masjid yang telah didirikan oleh Umat Islam untuk memenuhi
kebutuhan, khususnya kebutuhan spiritual guna mendekatkan diri kepada Allah
Subhanahu Wata‟ala. Allah Subhanahu Wata‟ala sangat menghargai orang-orang
yang membangun masjid, hal ini sesuai sabda Rasulullah sholallahu „alaihi
wassalam: “Barangsiapa mendirikan karena Allah suatu Masjid, niscaya Allah
mendirikan untuknya seperti yang ia telah dirikan itu di Jannah (Syurga)”. (HR
Muslim).
Menurut Dewan Masjid Indonesia (DMI) Pusat hingga tahun 1998 telah
tercatat Masjid dan Mushalla di Indonesia tidak kurang dari 600.000 buah (Drs.
A. Yani, Panduan Memakmurkan Masjid). Dari data ini tentunya keberadaan
rumah ibadah masjid dan musholla akan selalu bertambah dari tahun ketahun.
Berdasarkan data Departemen Agama tahun 2004 Jumlah Masjid di Indonesia
643.834 buah, jumlah ini meningkat dari data tahun 1977 sebesar 392.044 buah,
(myquran.org, 24-12-2005). Diperkirakan, jumlah Masjid dan Mushala di
Indonesia saat ini antara 600.000 - 800.000 buah. Rumah ibadah tersebut berada
di tengah-tengah 182.083.594 jiwa umat Islam Indonesia. Perbandingan rumah
ibadah dengan jumlah umat tersebut rasanya cukup representative.
(http://www.immasjid.com/?pilih=lihat&id=249).
Sama halnya dengan kondisi kota-kota yang lain, kota Surakarta
merupakan kota yang kompleks terhadap berbagai macam komunitas sosial
kemasyarakatan. Beberapa faktor yang yang mendukung berkembangnya
pembangunan masjid di Kecamatan Jebres dapat disebutkan seperti faktor agama
yang dianut masyarakat. Agama Islam merupkan agama mayoritas yang paling
banyak dianut oleh penduduk di Kecamatan Jebres. Berdasarkan data yang lebih
dahulu didapat dari Badan Pusat Statistik Kota Surakarta (BPS) pada tahun 2000
jumlah penganut agama Islam sebanyak 90.573 jiwa kemudian pada tahun 2008
terjadi peningkatan jumlah pemeluk sebanyak 4.723 jiwa menjadi 95.296 jiwa.
commit to user
bertambah dari tahun ketahun, untuk mengimbangi jumlah pemeluk agama yang
terus meningkat tiap tahunnya. Hal ini dikarenakan faktor agama mempengaruhi
keberadaan rumah ibadah. Apabila mayoritas agama yang dianut di suatu
masyarakat beragama Islam maka secara otomatis keberadaan rumah ibadah
masjid akan lebih banyak daripada rumah ibadah yang lain dan sebaliknya bila
agama mayoritas yang dianut di suatu masyarakat adalah non muslim maka sudah
barang tentu rumah ibadah non muslim tersebut akan lebih banyak hal ini
dikarenakan mereka yang non muslim tidak ada kebutuhan pada bangunan rumah
ibadah masjid tersebut.
Faktor kebutuhan akan rumah ibadah masjid dimungkinkan juga sebagai
salah satu pendorong berkembangnya pembangunan masjid. Hal ini dapat
diketahui atau ditandai dengan semakin banyaknya jumlah penduduk, banyaknya
pekerja perkantoran, banyaknya para pekerja pabrik, pelajar maupun mahasiswa,
dan umum dari luar daerah atau luar kota baik yang hanya singgah maupun
menetap. Hampir kita dapati disetiap gang masuk, perempatan jalan, instansi
perkantoran, rumah sakit, kantor polisi, terminal, stasiun, kampus, gedung
sekolah, pasar dan yang lainnya kita dapatkan bangunan masjid. Hampir dapat
dikatakan, dimana ada komunitas muslim di situ pasti ada masjid. Memang umat
Islam tidak bisa terlepas dari masjid. Disamping menjadi tempat beribadah,
masjid telah menjadi sarana berkumpul, menuntut ilmu, bertukar pengalaman,
pusat dakwah dan lain sebagainya.
Menurut data yang telah didapat dari Departemen Agama Kota Surakarta
menyebutkan bahwa jumlah keseluruhan masjid yang ada di Kecamatan Jebres
pada akhir tahun 2000 sebanyak 118 masjid kemudian pada akhir tahun 2006
bertambah menjadi 140 masjid. Diperkirakan jumlah masjid tersebut akan terus
bertambah sampai pada akhir tahun 2008. Akan tetapi informasi mengenai
keberadaan distribusi masjid di Kecamatan Jebres tersebut belum diketahui
dengan jelas. Sehingga perlu mengetahui analisis distribusinya. Hal ini penting
diketahui oleh khalayak umum sebagai bagian dari rencana pembangunan masjid,
sudah cukup dengan jumlah masjid yang ada atau masih kurang sehingga
commit to user
informasi yang sangat berguna bagi orang-orang yang mengadakan perjalanan
apabila suatu waktu singgah ke masjid terdekat pada saat posisis tertentu. Selain
itu juga pentingnya distribusi spasial ini untuk mengetahui tingkat kebutuhan
masyarakat atas bangunan masjid kususnya Umat Islam, sehingga akan mudah
diketahui perbandingan jumlah masyarakat yang beragama Islam dengan
bangunan masjid yang telah didirikan, dan jangkauan atau jarak bangunan Masjid
terhadap penduduk sekitar/jamaah.
Berdasarkan hal tersebut diatas perlu adanya penelitian di Kecamatan
Jebres Kota Surakarta. Kecamatan tersebut dipilih karena memiliki mayarakat
yang mayoritas beragama Islam dengan populasi penduduk muslim paling banyak
no 2 setelah Kecamatan Banjarsari sehingga diperkirakan banyak masjid yang
didirikan pada areal permukiman-permukiman penduduk terutama pada areal
permukiman penduduk yang mengalami perkembangan permukiman. Diharapkan
bagi seluruh kaum Muslimin, keberadan masjid yang bertambah banyak akan
menambah banyak orang yang hatinya terkait dengan masjid, dan selalu
merindukan masjid. Jadi secara fisik selalu memikirkan bagaimana memelihara
dan memakmurkan masjid, dan secara mental selalu rindu untuk beribadah serta
menghadiri acara-acara di masjid. Berdasarkan latar belakang masalah tersebut
diatas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul “ANALISIS
SPASIAL PEMBANGUNAN MASJID DI KECAMATAN JEBRES KOTA
commit to user
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas maka dapat dirumuskan
masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana perubahan penggunaan lahan untuk permukiman di Kecamatan
Jebres Kota Surakarta kurun waktu tahun 2000-2008?
2. Bagaimana perkembangan pembangunan masjid di Kecamatan Jebres kurun
waktu tahun 2000-2008?
3. Bagaimana distribusi spasial pembangunan masjid di Kecamatan Jebres Kota
Surakarta tahun 2000-2008?
4. Bagaimana pola distribusi masjid di Kecamatan Jebres Kota Surakarta tahun
2000-2008?
5. Bagaimana hubungan antara pembangunan masjid dengan perkembangan
permukiman di Kecamatan Jebres Kota Surakarta tahun 2000-2008?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui perubahan penggunaan lahan untuk permukiman di
Kecamatan Jebres Kota Surakarta kurun waktu tahun 2000-2008
2. Untuk mengetahui perkembangan pembangunan masjid di Kecamatan Jebres
kota Surakarta kurun waktu tahun 2000-2008
3. Untuk mengetahui distribusi spasial pembangunan masjid di Kecamatan
Jebres Kota Surakarta tahun 2000-2008
4. Untuk mengetahui pola distribusi Masjid di Kecamatan Jebres Kota Surakarta
tahun 2000-2008
5. Untuk mengetahui hubungan antara pembagunan masjid dengan
perkembangan permukiman di Kecamatan Jebres Kota Surakarta tahun
commit to user
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat sebagai berikut:
1. Manfaat teoritis, yaitu memberikan sumbangan dalam bidang ilmu
Geografi terutama dalam bidang penginderaan jauh dan kartografi
sehingga dapat mengetahui luasan perubahan penggunaan lahan untuk
permukiman dan distribusi spasial pembangunan masjid serta acuan bagi
penelitian selanjutnya.
2. Manfaat praktis:
a. Sebagai salah satu informasi mengenai perubahan luasan penggunaan
lahan untuk permukiman di Kota Surakarta terutama di Kecamatan
Jebres.
b. Sebagai bahan untuk mengetahui tingkat kebutuhan masyarakat atas
pembangunan masjid terutama bagi Kaum Muslimin,sehingga akan
mudah diketahui perbandingan jumlah masyarakat beragama Islam
dengan masjid yang telah didirikan, dan untuk mengetahi pola
distribusi dan jarak masjid terhadap penduduk sekitar.
c. Hasil penelitian ini dapat dapat digunakan dalam pembelajaran
geografi di Sekolah Menengah Atas (SMA) dan Sekolah Menengah
Pertama (SMP) / Madrasah Tsanawiyah (MTs). Keterangan lebih
lanjut dapat dilihat pada Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar
Mata Pelajaran Geografi sebagai berikut:
No Kelas/
Semester Standar Kompetensi Kompetensi Dasar
1. XII/1 Mempraktekkan
ketrampilan dasar peta dan pemetaan
a. Mendeskripsikan prinsip-prinsip dasar peta dan pemetaan b. Menganalisis lokasi industri dan
pertanian dengan pemanfaatan peta 2. VII/2 Memahami usaha manusia
dalam mengenali perkembangan lingkungannya
a. Mendeskripsikan kondisi geografis dan penduduk di Kecamatan Jebres b. Menggunakan peta penggunaan
lahan untuk mendapatkan informasi mengenai penggunaan lahan Kecamatan Jebres c. Mendeskripsikan gejala-gejala
commit to user
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
1. Perubahan Penggunaan Lahan
a. Lahan
Arsyad (1989:207) mendenifisikan lahan sebagai lingkungan fisik yang
terdiri dari iklim, relief, tanah, vegetasi, serta benda yang ada diatasnya sepanjang
benda tersebut berpengaruh terhadap penggunaan lahan, termasuk didalamnya
adalah kegiatan manusia dimasa lalu dan masa sekarang, dalam hal inilah tanah
mengandung pengertian lahan.
Malingreau (1978:18) mendefinisikan lahan adalah “Suatu wilayah
tertentu yang ada di permukaan bumi khususnya benda yang menyusun biosfer
yang dianggap memiliki siklus yang berada diatasnya atau berada di bawah
wilayah tersebut, yang meliputi tanah, batuan induk, topografi, air, masyarakat,
dan binatang berikut akibat dari manusia dimasa sekarang atau dimasa yang akan
datang yang kesemuanya mempunyai pengaruh yang nyata terhadap penggunaan
lahan.”
Notoprawiro (1987: 25) menyatakan lahan adalah mintakat darat yang
merupakan kesatuan gejala atmosfer, biosfer, lithosfer, atau antroposfer yang
membentuk suatu kaeadaan yang berpengaruh penting atas penggunaan lahan
suatu wilayah.
Dengan demikian lahan adalah penjabaran yang lebih rinci dan lebih luas
yang merupakan satu kesatuan unsur-unsur yang berada di atasnya. Unsur utama
dari lahan adalah tanah tetapi bukan berarti hanya tanah saja, melainkan gabungan
dari beberapa unsur lain antara lain tanah, iklim, topografi, penggunaan lahan,
aktifitas manusia dan lain sebagainya. Satu kesatuan unsur inilah yang
commit to user
b. Penggunaan lahan
Penggunaan lahan merupakan fungsi lahan yang dapat digunakan sebagai
untuk memenuhi kebutuhannya. Lahan tersebut dapat digunakan sebagai lahan
pertanian, permukiman, lahan industri, lahan perdagangan, perkantoran, dan lain
sebagainya.
Malingreau (1977: 77) mendifinisikan lahan sebagai berikut: “pengunaan
lahan adalah segala campur tangan manusia baik secara siklis maupun permanen
terhadap kumpulan sumberdaya alam dan sumberdaya buatan yang secara
keseluruan dapat disebut lahan, dengan tujuan untuk mencukupi kebutuhan baik
kebendaan maupun spiritual ataupun keduanya.”
Penggunaan lahan di Indonesia selalu dimulai dari lahan yang lingkungan
fisisknya lebih baik. Setelah lahan dalam lingkungan baik di manfaatkan,
kemudian bergerak ke lahan marginal, Penggunaan lahan dimulai dari dataran
rendah ke arah pegunungan setelah terbentuk dari faktor kemiringan dan
ketinggian tempat yang hanya memungkinkan untuk hidup jenis tanaman tertentu,
maka akan beralih ke daerah pantai. Dari penjelasan diatas maka penggunaan
lahan merupakan pengertian yang bersifat dinamis, dimana perubahan
penggunaan lahan akan berpengaruh pada bidang lain ( Sandy,1995:45).
Penggunaan lahan merupakan penggunaan manusia atas lahan untuk
memenuhi kebutuhan hidupnya, dan aktifitas manusia tersebut dapat dilacak
melalui lahan yang ada, misalkan lahan pasar mencerminkan aktifitas ekonomi
(Soetanto et all. 1981: 1).
Dari definisi penggunaan lahan tersebut manusia mempunyai peranan
yang sangat penting dalam menentukan bentuk penggunaan lahan. Manusia
memanfaatkan lahan untuk memenuhi kebutuhannya. Kebutuhan manusia akan
lahan terus meningkat sejalan dengan pertambahan penduduk. Pertumbuhan
pernduduk yang tidak diimbangi dengan luas lahan yang tersedia akan
menyebabkan tumpang tindih kepentingan dan konflik kepemilikan lahan, hal ini
disebabkan karena lahan yang ada tidak mengalami pertambahan yang luas
commit to user
c. Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan penggunaan lahan
Faktor yang berpengaruh dalam perubahan penggunaan lahan disuatu
daerah dapat berupa faktor fisik dan faktor non-fisik. Faktor fisik meliputi
topografi, relief, ketinggian, kemampuan lahan dan aksebilitas, sedangkan untuk
yang non-fisik meliputi tekanan penduduk karena tingkat kepadatan, sebaran
maupun kegiatannya, dan kebijaksanaan pemerintah dalam bidang pembangunan.
Sutanto dalam Zuroh (2006:9) mengemukakan beberapa faktor fisik yang
diasumsikan cukup besar terhadap perubahan penggunaan lahan yaitu adanya
pengaruh:
1) Faktor jarak terhadap pusat kota
2) Faktor kutub/pusat kegiatan (pasar, kampus, terminal)
3) Sarana jalan
Sillalahi dalam Soeparmin (2002:190) menyebutkan faktor yang
mempengaruhi perubahan penggunaan lahan adalah faktor fisik, biologis, faktor
pertimbangan ekonomi, dan faktor kelembagaan. Faktor fisik dan biologi
berkaitan dengan lingkungan fisik, manusia menempati suatu daerah dengan
memperhatikan letak daerah tersebut dengan daerah lain, keadaan bahan
penunjang bagi menusia itu sendiri. Faktor fisik mencakup keadaan geologi,
tanah, air, iklim, tumbuh-tumbuhan. Faktor pertimbangan ekonomi seperti
keuntungan, keadaan pasar, dan transportasi. Faktor kelembagaan bercirikan oleh
hukum pertanahan yang berlaku di masyarakat, keadaan politik, keadaan social
maupun kepercayaan.
Yunus (1981: 16) mengemukakan bahwa “Perubahan penggunaan lahan
disebabkan oleh dua macam kekuatan yaitu:
a) Kekuatan Centrifugal, adalah bentuk kekuatan dari dalam yang
mengakibatkan perubahan bentuk penggunan lahan dari suatu kota yang
realisasinya berwujud gerakan penduduk dari dalam kota menuju kearah
keluar kota. Faktor-faktor yang mendorong gerakan penduduk dari dalam
antara lain keadaan di daerah pusat kota semakin padat, usaha untuk
memperbanyak penguasaan dan pemilikan tanah, sistem sewa tanah yang
commit to user
lingkungan yang tercemar. Faktor-faktor yang mempengaruhi dari daerah
belakang atau pinggiran adalah lingkungan yang masih terbuka dan
menyenangkan, harga lahan yang masih murah, sistem transportasi dan
komunikasi yang makin baik, serta keadaan lalu lintas yang kurang padat.
b) Kekuatan Centripetal, yaitu kekuatan-kekuatan yang mengakibatkan
perubahan tata guna lahan sebagai akibat dari gerakan pendududuk hyang
bersal dari luar kota memasuki wilayah perkotaan atau daerah bagian dalam
(inner zone). Faktor-faktor yang mendorong dari daerah belakang atau
pinggiran (peripheral zone) adalah kehidupan penduduknya masih tergantung
pada kota, kurangnya berbagai fasilitas dan pelayanan, letak ynag dekat
dengan kota. Faktor yang menarik dari dalam kota (inner zone) adalah makin
banyak jalan dan frekuensi angkutan yang makin tinggi, lapangan kerja yang
cukup tersedia dan bervariasi serta fasilitas-fasilitas social yang lengkap dan
memadai.
2. Pengertian Permukiman
Permukiman merupakan salah satu obyek kajian dalam georafi, dengan
menekankan pembahasannya pada aspek ruang, baik sempit maupun luas, dan erat
kaiannya dengan penduduk sebagai penghuni. Pengertian umum permukiman
adalah suatu tempat yang didiami oleh orang atau sekelompok seseorang untuk
menetap dalam jangka waktu yang lama. Permukiman merupakan suatu daerah
yang ditempati manusia untuk bertempat tinggal atau menetap. Dalam kawasan
ini perumahan selain juga fasilitas-fasilitas penunjang kegiatan manusia seperti
jalan, sarana transportasi, dan sarana-saran lingkungan yang lain.
Yunus (1987: 3) mengemukakan pengertian permukiman sebagai suatu
bentukan artifisial maupun natural dengan segala kelengkapannya yang digunakan
oleh manusia, baik secara individual maupun maupun kelompok untuk bertempat
tinggal baik sementara maupun menetap dalan rangka menyelenggarakan
kehidupannya.
Menurut Undang- Undang No.4 Tahun 1992 tentang Perumahan dan
commit to user
di luar kawasan lindung, baik yang berupa kawasan perkotaan maupun pedesaan
yang berfungsi sebagai lingkungan satuan tempat tinggal atau lingkungan hunian
dan tempat kegiatan yang mendukung perikehidupan dan penghidupan
(www.asiamaya.com/undang-undang/uu_perumahan/uu_perumahan_babI.htm).
Istilah permukiman (settlement), seringkali dikacaukan dengan istilah
pemukiman. Namun kedua kata terjemahan dari settlement mempunyai kaitan
yang sangat erat yang mengacu kepada pengertian tempat tinggal atau tempat
kediaman manusia hanya saja sebenarnya dua istilah ini dapat dibedakan secara
tegas yaitu permukiman adalah tempat untuk bertempat tinggal, sedangkan
pemukiman adalah cara bermukim atau hal memukim atau tegasnya cara atau hal
menempati suatu tempat tinggal.
Menurut Purwodarminto (1966), dalam Yunus (1987: 5), secara etimologis
baik kata permukiman maupun kata pemukiman berasal dari kata mukim
sedangkan menurut Menurut Yunus (1987: 2), kata permukiman mempunyai
imbuhan per-an dan kata pemukiman mempunyai imbuhan pe-an. Kedua macam
jenis imbuhan ini mempunyai fungsi pembentukan kata benda. Diantara beberapa
arti yang dibentuk oleh imbuhan, per- an, ternyata yang paling tepat untuk kata
permukiman adalah tempat ber.... atau tempat bermukim untuk kata permukiman,
sedangkan arti imbuhan pe- an pada kata pemukiman mempunyai arti cara me...
atau hal me... dengan demikian jelaslah bahwa arti kata permukiman
seharusnyalah dibedakan dengan kata pemukiman dalam pemakaiannya.
3. Perubahan Penggunaan Lahan Untuk permukiman.
Manusia dalam hidupnya memebutuhkan ruang untuk melangsungkan
segala aktivitasnya, sehingga lahan mempunyai peranan yang sangat penting.
Manusia dengan segala aktivitasnya memanfaatkan lahan dengan tujuan untuk
memenuhi kebutuhan hidupnya. Pendapat tentang lahan dikemukakan oleh
Arsyad (1989: 207):
commit to user
pembersihan vegetasi, dan juga hasil yang merugikan seperti tanah yang
terisolasi”.
Sedangkan penggunaan lahan merupakan akibat dari segala tindakan
manusia pada lahan. Campur tangan manusia harus diupayakan seefektif mungkin
untuk menjaga kelestariannya. Arsyad ( 1989 : 207) mengemukakan bahwa
Penggunaan lahan merupakan setiap bentuk intervensi (campur tangan) manusia
terhadap lahan dalam rangka memenuhi kebutuhan baik secara materiil maupun
spiritual.
Manusia mempunyai peranan yang sangat penting dalam menentukan bentuk
penggunaan lahan. Manusia dengan segala bentuk kebutuhannya memanfaatkan
lahan dengan tujuan memenuhi kebutuhan hidupnya. Kebutuhan manusia akan
lahan akan terus meningkat, sedangkan lahan di muka bumi sifatnya terbatas.
Jumlah penduduk yang semakin bertambah, mengakibatkan kebutuhan
permukiman juga semakin meningkat. Untuk mengatasi hal ini, perlu dilakukan
alih fungsi lahan, sehingga akan menyebabakan terjadinya perubahan penggunaan
lahan.
Secara umum faktor-faktor utama yang mendorong perubahan penggunaan
lahan adalah pertumbuhan penduduk, perkembangan kegiatan usaha, dan social
budaya masyarakat termasuk didalamnya adalah pembangunan. Sedangkan faktor
utama yang mendorong perubahan penggunaan lahan adalah jumlah penduduk
yang semakin meningkat. Tingginya angka kelahiran dan perpindahan penduduk
memeberikan pengaruh yang besar pada perubahan penggunaan lahan. Selain
akibat adanya pertumbuhan penduduk perubahan penggunaan lahan juga banyak
terjadi di daerah yang memiliki jaringan jalan yang baik. Perkembangan
permukiman di sepanjang jalan relatif lebih tinggi dibandingkan dengan
perkembangan permukiman yang berlokasi jauh dari jaringan jalan.
Perkembangan permukiman sangat dipengaruhi oleh kondisi daerah
setempat. Hal ini mengingat bagaimanapun manusia memiliki pertimbangan
dalam memilih lokasi tempat tinggal, baik untuk berteduh, melindungi diri
ataupun kepentingan pribadi. Lokasi permukiman merupakan hal yang sangat
commit to user
berpengaruh terhadap perkembangan permukiman dikemudian hari. Oleh karena
itu dalam menentukan lokasi permukiman hendaknya memperhatikan kondisi
ekologis dari daerah yang bersangkutan. Kondisi ekologis yang tepat akan
berpengaruh terhadap pola sebaran dari perkembangan permukiman.
Menurut Bintarto faktor-faktor yang mempengaruhi proses pemekaran
atau perkembangan di bagi menjadi dua yaitu faktor dari dalam dan faktor dari
luar. Hal ini dikemukakan Bintarto (1977:61) sebagi berikut:
Pemekaran kota pada umumnya digerakkan oleh pengaruh dari dalam dan pengaruh dari luar. Pengaruh dari dalam berupa rencana-rencana pengembangan dari para perencana kota, desakan-desakan dari warga kota berupa pelbagai daya tarik dari belakang kota atau hinterland kota. Apabila kedua pengaruh itu bekerja pada saat yang sama, maka pemekaran kota akan terjadi lebih cepat.
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi proses perkembangan
permukiman diantaranya adalah:
1. Faktor alam
Suatu permukiman umumnya akan berkembang apabila menempati
daerah yang relatif datar atau dengan ketinggian tertentu yang
memungkinkan kehidupan sehari-hari berlangsung dan tidak ada
daerah-daerah alami yang menghambat. Selain faktor alam topografi, faktor alam
lainnya adalah sumber-sumber alam yang dapat digunakan untuk
menunjang kehidupan manusia seperti tanah yang subur, sungai, atau
danau dan lain-lain.
2. Faktor letak
Letak satu daerah terhadap daerah lainnya dapat menimbulkan
hubungan yang menunjang perkembangan pemukiman yang berarti juga
menyebabkan daerah tersebut menjadi berkembang. Lebih lanjut bintarto
(1977: 62) mengatakan bahwa letak kota yang strategis, misalnya saja
letak dipersimpangan jalan, letak pertemuan dua aliran sungai, letak di
lemabah-lembah yang subur, di dataran aluvial akan membneri pengaruh
positif terhadap perkembangan kota.
commit to user
Jalur jalan pada suatu kota dan jalur penghubung kota dengan
daerah sekitar kota sangat berpengaruh dalam ikut meningkatkan arus
urbanisasi dan arus barang antar kota. Aksesibilitas kota menjadi semakin
besar, sehingga akan membuka terjadinya perkembangan pemukiman ke
berbagai arah. Daerah-daerah yang terletak pada fokus jalan lalu litas
darat, laut, maupun udara akan mengalami perkembangan yang cepat.
4. Faktor pertumbuhan penduduk
Penduduk merupakan faktor yang mempunyai peran yang sangat
besar dalam pertumbuhan dan perkembangan pemukiman. Faktor
penduduk dapat disebut faktor dinamis terjadinya perkembangan
pemukiman. Dalam hal ini Yunus (1981 : 3) mengemukakan bahwa
sehubungan dengan kuantitas penduduk perkotaan perlu disoroti dua hal
yang sangat berpengaruh terhadap perkembangan kota sendiri, yaitu
perkembangan penduduk yang disebabkan karena pendatang-pendatang.
Makin besar arus urbanisasi dan ditunjang dengan pertumbuhan
alami penduduk kota akan mengakibatkan jumlah penduduk kota akan
semakin membengkak sehingga memungkinkan penambahan fasilitas
penunjang yang berupa pembangunan fisik yang memerlukan lahan baru
yang tidak mungkin dibangun dipusat kota, tetapi dialihkan, kedaerah
pinggiran karena sehingga akan mengakibatkan munculnya
permukiman-permukiman baru.
5. Faktor ekonomi
Apabila suatu daerah perekonomiannya berkembang dengan baik,
maka orang tertarik untuk datang ke daerah tersebut untuk bekerja dan
akhirnya tinggal menetap di sana serta mendirikan rumah yang baru
sehingga akan menyebabkan permukiman-permukiman baru.
4. Pengertian Masjid
Kata masjid disebut sebanyak dua puluh delapan kali dalam Al-Qur‟an,
berasal dari kata sajada yang artinya tempat sujud. Dari segi bahasa kata tersebut
commit to user
penuh hormat dan takdzim. Secara terminologis diartikan sebagai tempat
beribadah umat Islam, khususnya dalam menegakkan shalat. Masjid sering
disebut Baitullah (rumah Allah Subhanahu Wata‟ala), yaitu bangunan yang
didirikan sebagai sarana mengabdi kepada Allah Subhanahu Wata‟ala. Secara
teknis sujud (sujudun) adalah meletakkan kening ke tanah. Secara maknawi, jika
kepada selain Allah Subhanahu Wata‟ala, sujud mengandung arti hormat kepada
sesuatu yang dipandang besar atau agung (ini tidak boleh dilakukan karena
mengandung arti kesyirikan).
http//luk.staff.ugm.ac.id/kmi/islam/Quraish/wawasan/masjid.html.
Adapun masjid (masjidun) mempunyai dua arti, arti umum dan arti
khusus. Masjid dalam arti umum adalah semua tempat yang digunakan untuk
sujud dinamakan masjid oleh karena itu sabda Nabi Muhammad sholallahu‟alaihi
wassalam, Allah Subhanahu Wata‟alamenjadikan bumi ini sebagai masjid.
Sedangkan masjid dalam artian khusus adalah tempat atau bangunan yang
dibangun khusus untuk menjalankan ibadah, terutama shalat berjamaah.
Pengertian ini kemudian mengerucut menjadi, masjid yang digunakan untuk
shalat Jum‟at disebut masji Jami‟. Karena shalat Jum‟at diikuti oleh banyak orang
maka masjid Jami‟ biasanya besar. Sedangkan masjid yang hanya digunakan
untuk shalat lima waktu, bisa di perkampungan, bisa juga di kantor atau di tempat
umum, dan biasanya tidak terlalu besar atau bahkan kecil sesuai dengan keperluan
disebut Musholla, yang artinya tempat sholat. Dalam Ensiklopedi Indonesia
dikatakan bahwa masjid dengan Musholla/langgar ataupun surau ada
perpedaannya, masjid seperti yang telah tertera di atas, sedangkan
Musholla/langgar ataupun surau merupakan tempat mengaji, tempat belajar
agama, dan tempat sembahyang bagi kaum Muslimin dengan luas lebih kecil dari
masjid. Pada zaman Nabi Muhammad sholallahu‟alaihi wassalam yang
dinamakan Musholla ialah tanah lapang tempat melakukan shalat Hari Raya.
Fungsi masjid adalah sebagai tempat melaksanakan shalat berjama‟ah.
Meskipun fungsi utamanya sebagai tempat menegakkan shalat, namun shalat
bukanlah hannya tempat untuk melaksanakan shalat saja, sejarah telah
commit to user
sebagai pusat pendidikan, pengajian keagamaan, dan fungsi-fungsi di bidang
sosial, politik, ekonomi, dan lain sebagainya.
Dalam perjalanan sejarahnya, pada waktu hijrah dari Mekah ke Madinah
ditemani shahabat beliau, Abu Bakar, Rasulullah sholallahu‟alaihi wassalam
melewati daerah Quba di sana beliau mendirikan Masjid pertama sejak masa
kenabiannya, yaitu Masjid Quba (QS 9:108, At Taubah). Setelah di Madinah
Rasulullah sholallahu‟alaihi wassalam sholallahu‟alaihi wassalam juga
mendirikan Masjid, tempat umat Islam melaksanakan shalat berjama‟ah dan
melaksanakan aktivitas sosial lainnya. Pada perkembangannya disebut dengan
Masjid An- Nabawi. Ada tiga masjid besar yag memiliki keutamaan di antara
masjid-masjid yang lain bagi umat Islam, yaitu masjid Al-Haram, di Makkah
masjid al-Aqsha, di Palestina dan masjid An-Nabawi di Madinah.
Banyak Masjid didirikan umat Islam, baik Masjid umum, Masjid Sekolah,
Masjid Kantor, Masjid Kampus maupun yang lainnya. Masjid didirikan untuk
memenuhi hajat umat, khususnya kebutuhan spiritual, guna mendekatkan diri
kepada Pencipta-nya. Tunduk dan patuh mengabdi kepada Allah Subhanahu
Wata‟ala. Masjid menjadi tambatan hati, pelabuhan pengembaraan hidup dan
energi kehidupan umat.
Fungsi Masjid paling utama adalah sebagai tempat melaksanakan ibadah
shalat berjamaah. Kalau kita perhatikan, shalat berjamaah adalah merupakan salah
satu ajaran Islam yang pokok, sunnah Nabi dalam pengertian muhaditsin, bukan
fuqaha, yang bermakna perbuatan yang selalu dikerjakan beliau. Ajaran Rasulullah shallallahu‟alaihi wa sallam tentang shalat berjamaah merupakan perintah yang benar-benar ditekankan kepada kaum muslimin. Sebagaimana Allah
subhanahu wata'ala berfirman, artinya, "Yang memakmurkan masjid-masjid Allah
ialah hanyalah orang-orang yang beriman kepada Allah dan hari Kemudian,
serta tetap mendirikan shalat, menunaikan zakat dan tidak takut (kepada siapa
pun) selain kepada Allah. Maka merekalah orang-orang yang diharapkan
termasuk golongan orang-orang yang mendapat petunjuk." (QS. at-Taubah: 18).
Allah Subhanahu Wata‟ala telah memuliakan masjid beserta orang-orang
commit to user
mereka pahala yang sangat besar. Allah Subhanahu Wata‟ala berfirman, artinya,
"Bertasbih kepada Allah di masjid-masjid yang telah diperintahkan untuk
dimuliakan dan disebut namaNya di dalamnya, pada waktu pagi dan waktu
petang. Laki-laki yang tidak dilalaikan oleh perniagaan dan tidak (pula) oleh jual
beli dari mengingat Allah, dan (dari) mendirikan shalat, dan (dari) membayarkan
zakat. Mereka takut kepada suatu hari yang (di hari itu) hati dan penglihatan
menjadi goncang. (Meraka mengerjakan yang demikian itu) supaya Allah
memberikan Balasan kepada mereka (dengan balasan) yang lebih baik dari apa
yang telah mereka kerjakan, dan supaya Allah menambah karuniaNya kepada
mereka. dan Allah memberi rezki kepada siapa yang dikehendakiNya tanpa
batas." (QS. an-Nur: 36-38)
5. Distribusi Spasial
Analisis spasial atau yang sering juga disebut analisis keruangan,
menurut Bintarto dan Hadisumarno (1991: 12) mempelajari perbedaan lokasi
mengenai sifat-sifat penting atau seri sifat-sifat penting. Pada analisis keruangan
yang harus diperhatikan adalah penyebaran penggunaan ruang yang telah ada dan
penyediaan ruang yang akan digunakan untuk berbagai kegunaan yang
dirancangkan. Pada analisa keruangan ini dapat dikumpulkan data lokasi yang
terdiri dari data titik (point data) dan data bidang (areal data).
Pada hakekatnya analisis keruangan adalah analisis lokasi yang
menitik-beratkan kepada tiga unsur geografi yaitu jarak (distance), kaitan (interaction),
dan gerakan (movement). (Bintarto dan Hadisumarno, 1991: 74).
Pendekatan keruangan merupakan suatu cara pandang atau kerangka
analisis yang menekankan eksistensi ruang sebagai penekanan. Eksistensi ruang
dalam perspektif geografi dapat dipandang dari struktur (spatial structure), pola
(spatial pattern), dan proses (spatial processes). Ketiga hal tersebut termasuk
pendekatan keruangan yang ditekankan dalam studi pemukiman. Dalam konteks
fenomena keruangan terdapat perbedaan kenampakan struktur, pola dan proses.
Struktur keruangan berkenaan dengan dengan elemen-elemen penbentuk ruang.
commit to user
kenampakan titik (point features), (2) kenampakan garis (line features), dan (3)
kenampakan bidang (areal features). Pola (pattern) merupakan kekhasan
distribusi gejala tertentu di dalam ruang atau wilayah. Pola keruangan ditunjukkan
dengan mengamati gejala berdasarkan kenampakan point features, line features,
dan areal features. Pola keruangan titik adalah kekhasan distribusi titik-titik
(mencerminkan gejala geografi tertentu) dalam ruang yang diamati. (Yunus, 2007
: 52-53).
Analisis spasial dapat diketahui dengan menggunakan peta. Dalam
perkembangan teknologi perpetaan, pembuatan peta dipermudah dengan adanya
SIG yang dirancang untuk menganalisis dan mengolah data dalam jumlah besar
sehingga memudahkan dalam penuangan data tersebut ke base map yang
manghasilkan peta tematik. SIG dengan mudah menghasilkan peta-peta yang
dapat digunakan untuk menampilkan informasi-informasi tertentu. Peta-peta
tematik tersebut dapat dibuat dari peta-peta yang sudah ada sebelumnya, hanya
memanipulasi atribut-atributnya. Yousman (2004: 5)
SIG mempunyai kemampuan untuk menganalisis dan mengolah data
dengan volume yang besar. Pengetahuan mengenai bagaimana cara mengekstrak
data dan bagaimana menggunakannya merupakan kunci analisis dalam SIG.
Kemampuan analisis berdasarkan aspek spasial yang dapat dilakukan oleh SIG
menurut Yousman (2004: 16-17) antara lain :
a. Klasifikasi yaitu mengelompokkan data spasial menjadi data spasial yang
baru. Contohnya adalah mengklasifikasikan tata guna lahan untuk
pemukiman, pertanian, perkebunan ataupun hutan berdasarkan analisis data
kemiringan atau data ketinggian.
b. Overlay yaitu menganalisis dan mengintegrasikan dua atau lebih data spasial
yang berbeda, misalnya menganalisis daerah rawan erosi dengan
mengoverlaykan data ketinggian, jenis tanah, dan kadar air.
c. Networking yaitu analisis yang bertitik tolak pada jaringan yang terdiri dari
garis-garis dan titik-titik yang saling terhubung. Analisis ini sering dipakai
dalam berbagai bidang, misalnya sistem jaringan telepon, kabel listrik, pipa
commit to user
d. Buffering yaitu analisis yang akan menghasilkan buffer/penyangga yang bisa
berbentuk lingkaran atau polygon yang melingkupi suatu objek sebagai
pusatnya, sehingga bisa diketahui berapa parameter objek dan luas
wilayahnya.
e. Analisis tiga dimensi ini sering digunakan untuk memudahkan pemahaman
karena data divisualisasikan dalam tiga dimensi. Contoh penggunaannya
adalah untuk menganalisis daerah yang terkena aliran lava.
Ada beberapa analisis yang dapat digunakan dalam SIG: 1) Penyuntingan untuk
pemutakhiran data.2) Interpolasi spasial.3) Tumpangsusun peta.4) Analisis
jaringan.5) Buffering.6) Klasifikasi.7) 3D analisis.8) Digital image processing.
(http/partosohadi.staff.fkip.uns.ac.id/esensial peta.)
Disribusi spasial dalam penelitian ini berkaitan dengan informasi
mengenai lokasi atau posisi secara tepat masjid-masjid yang tersebar di kecamatan
Jebres. Tepat dalam artian bahwa data mengenai posisi masjid ditampilkan
dengan letak lintang dan letak bujur yang diketahui dengan menggunakan alat
GPS (Global Positioning System) dan selain itu diketahui juga letak atau posisi
masjid secara administratif. Hal ini sangat penting diupayakan sehingga data
persebaran ini bisa dijadikan pertimbangan untuk pembangunan masjid
selanjutnya.
6. Pola Distribusi Masjid
Pola persebaran / distribusi merupakan suatu sistem persebaran lokasi
yang disesuaikan dengan keruangan. Pada hakikatnya analisa keruangan adalah
analisa lokasi yang menitik beratkan kepada tiga unsur geografi yaitu jarak
(distance), kaitan (interaction) dan gerakan (movement) (Bintarto, 1982). Pola
persebaran yang akan dibahas dalam penelitian ini meliputi persebaran lokasi
masjid berdasarkan lokasi bangunannya.
Dalam penentuan pola persebaran masjid di daerah penelitian ditentukan
dengan menggunakan perhitungan "Analisa Tetangga Terdekat (Nearest Neigbour
Statistic T)" Bintarto, R dan Surastopo, (1982). Analisa seperti ini memerlukan
data tentang jarak antara satu lokasi dengan lokasi yang paling dekat yang pada
commit to user
terdekat. Sehubungan dengan hal ini tiap lokasi dianggap sebagai sebuah titik
dalam ruang. Penggunaan analisa tetangga terdekat hanya bisa dilakukan di
bidang datar dengan mengabaikan relief yang ada, sehingga akan mempunyai
hasil yang berbeda jika dilakukan pengukuran langsung di lapangan. Dalam
menggunakan analisa tetangga-terdekat harus diperhatikan beberapa langkah
sebagai berikut:
a. Menentukan batas wilayah yang akan diselidiki
b. Mengubah pola penyebaran seperti yang terdapat dalam peta topografi
menjadi pola penyebaran titik
c. Memberikan nomor urut bagi tiap titik untuk mempermudah cara
menganalisanya
d. Mengukur jarak terdekat yaitu jarak pada garis lurus antara satu titik dengan
titik yang lain yang merupakan tetangga terdekat.
e. Menghitung besar parameter tetangga terdekat (nearest-neigbour statistic)
T dengan menggunakan formula :
T = Ju
Jh
Keterangan :
T = indeks penyebaran tetangga-terdekat
Ju = jarak rata-rata yang diukur antara satu titik dengan titik tetangganya
yang terdekat
Jh = jarak rata-rata yang diperoleh andaikata semua titik mempunyai pola
random
Andaikata semua titik mempunyai persebaran random, maka Jh dapat
dihitung dengan rumus :
1
Jh=
commit to user
P = kepadatan titik dalam tiap kilometer persegi dari jumlah titik yang ada (N)
dibagi dengan luas wilayah dalam Km2 (A), sehingga
A N
.
Parameter tetangga terdekat atau indeks penyebaran tetangga-terdekat
mengukur kadar kemiripan pola titik terhadap pola random. Untuk memperoleh Ju
digunakan cara dengan menjumlahkan semua jarak tetangga terdekat dan
kemudian dibagi dengan jumlah titik yang ada. Parameter tetangga-terdekat T
(Nearest Neigbour Statistic T) tersebut dapat ditunjukkan pula dengan rangkaian
kesatuan (continuum) untuk mempermudah pembandingan antar pola titik.
Menurut Bintarto, R dan Surastopo Hadisumarno (1982: 76), membagi
pola persebaran menjadi 3 jenis, yaitu :
1). Mengelompok, apabila indeks kumulatif parameter tetangga terdekatnya
(T) = 0 – 1. Atau dengan kata lain jika jarak antara lokasi yang satu
dengan lokasi lainnya berdekatan dan cenderung mengelompok pada
tempat-tempat tertentu.
2). Random (acak), apabila indeks kumulatif parameter tetangga
terdekatnya (T) = 1- 2,15. Atau dengan kata lain jika jarak antara lokasi
yang satu dengan yang lainnya tidak teratur.
3). Terpencar (seragam), apabila indeks kumulatif parameter tetangga
terdekatnya (T) = > 2,15. Atau dengan kata lain jika jarak antara satu
lokasi dengan lokasi yang lainnya relatif sama.
T = 0 T = 1.0 T = 2,15
Mengelompok Random Seragam
Seragam
Gambar 1. Continuum Nilai Nearest Neigbour Statistic T