• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II DESKRIPSI TEORETIS, KERANGKA BERPIKIR,

A. Deskripsi Teoretis

2. Kemampuan Berpikir Kreatif

lancar (fluency), keterampilan berpikir luwes (fleksibel), keterampilan berpikir orisinal (originality), dan keterampilan merinci (elaboration). 3. Materi kimia yang menjadi objek penelitian ini dibatasi pada konsep

D. Perumusan Masalah

Peneliti merumuskan masalah yang menjadi dasar penelitian ini dilakukan melalui pertanyaan penelitian berikut. “Apakah terdapat pengaruh model inkuiri terhadap kemampuan berpikir kreatif siswa?”.

E. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh model inkuiri terhadap kemampuan berpikir kreatif siswa.

F. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat:

1. Bagi peneliti dapat menambah pengetahuan dan wawasan dalam penggunaan model pembelajaran inkuiri serta dapat dijadikan sebagai studi banding dan dasar pemikiran bagi timbulnya gagasan-gagasan baru dalam dunia pendidikan khususnya dalam mengembangkan model pembelajaran yang mampu melatih kemampuan berpikir kreatif siswa. 2. Bagi siswa dapat meningkatkan aktivitas selama proses pembelajaran

dengan mengkondisikan siswa sebagai petualang dan penemu baru serta melatih siswa untuk berpikir kreatif dengan merangsang siswa berpikir melalui berbagai bentuk pertanyaan serta adanya suatu proses pemecahan masalah.

3. Bagi lingkungan pendidikan dapat dijadikan sebagai salah satu alternatif model pembelajaran yang dapat meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa sehingga dapat dikembangkan dengan materi-materi yang beragam.

6 BAB II

DESKRIPSI TEORETIS, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS A. Deskripsi Teoretis

1. Model Inkuiri

a. Pengertian Model Inkuiri

Inkuiri berasal dari bahasa inggris inquiry yang dapat diartikan sebagai proses bertanya dan mencari tahu jawaban terhadap pertanyaan yang diajukan.1 Carin dan Sund mengemukakan bahwa inquiry adalah the process of investigating a problem. Adapun Piaget mengemukakan bahwa metode inkuiri merupakan metode yang mempersiapkan peserta didik pada situasi untuk melakukan eksperimen sendiri secara luas agar melihat apa yang terjadi, ingin melakukan sesuatu, mengajukan pertanyaan-pertanyaan, dan mencari jawabannya sendiri, serta menghubungkan penemuan yang lain, membandingkan apa yang ditemukannya dengan yang ditemukan peserta didik lain.2 Dalam proses belajar mengajar, inkuiri digunakan sebagai metode pengajaran yang memungkinkan ide siswa berperan dalam suatu penyelidikan (investigasi) yang akan dilakukan oleh pembelajar/siswa (Henrichsen dan Jarrett).3

Secara umum, inkuiri merupakan proses yang bervariasi dan meliputi kegiatan-kegiatan mengobservasi, merumuskan pertanyaan yang relevan, mengevaluasi buku dan sumber-sumber informasi lain secara kritis, merencanakan penyelidikan atau investigasi, mereview apa yang telah diketahui, melaksanakan percobaan atau eksperimen dengan menggunakan alat untuk memperoleh data, menganalisis dan menginterpretasi data, serta membuat prediksi dan mengkomunikasikan hasilnya. (Depdikbud, 1997).4

1

Sofan Amri dan Iif Khoiru Ahmadi, Proses Pembelajaran Kreatif dan Inovatif dalam Kelas, (Cet. 1; Jakarta: Prestasi Pustaka Publisher, 2010), h. 85

2

E. Mulyasa, Menjadi Guru Profesional Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan Menyenangkan, (Cet. 8; Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2009), h. 108

3

Zulfiani dkk, Strategi Pembelajaran Sains, (Cet. 1; Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Jakarta, 2009), h. 119

4

Retno Dwi Suyanti, Strategi Pembelajaran Kimia, (Cet. 1; Yogyakarta: Graha Ilmu, 2010),h. 43

Salah satu prinsip utama inkuiri yaitu siswa dapat mengkonstruk sendiri pemahamannya dengan melakukan aktivitas aktif dalam pembelajarannya.5 Welch mendefinisikan inkuiri sebagai proses dimana manusia mencari informasi atau pengertian, maka sering disebut a way of thought. Kindsvatter, Wilen, dan Ishler (1996) lebih menjelaskan inkuiri sebagai model pengajaran dimana guru melibatkan kemampuan berpikir kritis siswa untuk menganalisis dan memecahkan persoalan secara sistematik.6 Dengan kata lain, inkuiri adalah suatu proses untuk memperoleh dan mendapatkan informasi dengan melakukan observasi dan atau eksperimen untuk mencari jawaban atau memecahkan masalah terhadap pertanyaan atau rumusan masalah dengan menggunakan kemampuan berpikir kritis dan logis dari Schmidt.7

Dari berbagai pengertian model inkuiri yang telah dikemukakan oleh para pakar, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa model inkuiri menitikberatkan pada aktivitas siswa. Dalam model inkuiri siswa mengkonstruk sendiri pemahamannya dengan berproses memecahkan masalah dari persoalan yang diajukan guru menggunakan prinsip metode ilmiah atau saintifik. Secara umum metode ilmiah itu seperti mengidentifikasi persoalan, membuat hipotesis, melakukan eksperimen, mengumpulkan dan menganalisis data, dan menarik kesimpulan.

b. Tingkatan Model Inkuiri

Dalam Standard for Science Teacher Preparation terdapat 3 tingkatan inkuiri, yakni:8

1) Discovery/Structured Inquiri

5

Zulfiani dkk, loc. cit. 6

Paul Suparno, Metodologi Pembelajaran Fisika, (Cet. 1; Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma, 2007), h. 65

7

Sofan Amri dan Iif Khoiru Ahmadi, loc. cit. 8

Dalam tingkatan ini tindakan utama guru ialah mengidentifikasi permasalahan dan proses, sementara siswa mengidentifikasi alternatif hasil.

2) Guided Inquiry

Tahap guided inquiry mengacu pada tindakan utama guru ialah mengajukan permasalahan, siswa menentukan proses dan penyelesaian masalah.

3) Open Inquiry

Tindakan utama pada Open Inquiry ialah guru memaparkan konteks penyelesaian masalah kemudian siswa mengidentifikasi dan menyelesaikan masalah.

c. Inkuiri Terbimbing

Pada penelitian ini, tingkatan model inkuiri yang digunakan terbatas pada inkuiri terbimbing (guided inquiry). Inkuiri terbimbing adalah inkuiri yang banyak dicampuri oleh guru. Guru banyak mengarahkan dan memberikan petunjuk baik lewat prosedur yang lengkap dan pertanyaan-pertanyaan pengarahan selama proses inkuiri.9 Inkuiri terbimbing (guided inquiry) merupakan kegiatan inkuiri dimana masalah dikemukakan oleh guru atau bersumber dari buku teks kemudian siswa bekerja untuk menemukan jawaban terhadap permasalahan tersebut dibawah bimbingan intensif guru.10

Model pembelajaran guided inquiry digunakan apabila dalam kegiatan pembelajaran guru menyediakan bimbingan atau petunjuk yang cukup luas kepada siswa. Sebagian besar perencanaannya dibuat oleh guru.11 Dalam inkuiri terbimbing kegiatan belajar harus dikelola dengan

9

Paul Suparno, op. cit., h. 68

10

Sofan Amri dan Iif Khoiru Ahmadi, op.cit., h. 89

11

Suherli Kusmana, Model Pembelajaran Siswa Aktif, (Jakarta: Sketsa Aksara Lalitya, 2010), h. 49

baik oleh guru dan output pembelajaran sudah dapat diprediksi sejak awal.12

Jadi dapat disimpulkan bahwa dalam model pembelajaran inkuiri terbimbing (guided inquiry), guru banyak terlibat dalam hal membuat perencanaan dan pertanyaan-pertanyaan pengarahan selama proses inkuiri sehingga siswa tidak begitu bebas dalam hal mengembangkan gagasan dan idenya. Melalui penggunaan model pembelajaran inkuiri terbimbing, siswa yang berperan sebagai subjek pembelajaran dilatih bekerja seperti ilmuan. Dengan begitu, penggunaan model pembelajaran inkuiri terbimbing diharapkan mampu meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa.

d. Karakteristik Inkuiri Terbimbing

Orlich menyatakan ada beberapa karakteristik inkuiri terbimbing yang harus diperhatikan, yaitu:13

1) Mengembangkan kemampuan berpikir siswa melalui observasi spesifik hingga mampu membuat inferensi atau generalisasi.

2) Sasarannya adalah mempelajari proses pengamatan kejadian atau objek dan menyusun generalisasi yang sesuai.

3) Guru mengontrol bagian tertentu dari pembelajaran, misalnya kejadian, data,materi dan berperan sebagai pemimpin kelas.

4) Setiap siswa berusaha membangun pola yang bermakna berdasarkan hasil observasi di dalam kelas.

5) Kelas diharapkan berfungsi sebagai laboratorium pembelajaran. 6) Biasanya sejumlah generalisasi akan diperoleh dari siswa.

7) Guru memotivasi seluruh siswa untuk mengkomunikasikan hasil dari generalisasinya sehingga dapat dimanfaatkan oleh seluruh siswa dalam kelas.

12

Sofan Amri dan Iif Khoiru Ahmadi, loc.cit. 13

e. Langkah-langkah pelaksanaan pembelajaran inkuiri

Secara umum proses pembelajaran inkuiri dapat mengikuti langkah-langkah sebagai berikut:14

1) Orientasi

Langkah orientasi merupakan langkah membina suasana atau iklim pembelajaran yang responsif. Guru merangsang dan mengajak siswa untuk berpikir memecahkan masalah.

2) Merumuskan masalah

Merumuskan masalah merupakan langkah membawa siswa pada suatuy persoalan yang mengandung teka-teki. Persoalan yang disajikan adalah persoalan yang menantang untuk berpikir.

3) Merumuskan hipotesis

Hipotesis adalah jawaban sementara dari suatu permasalahan yang dikaji. Sebagai jawaban sementara, hipotesis perlu diuji kebenarannya. 4) Mengumpulkan data

Mengumpulkan data adalah aktivitas menjaring infiormasi yang dibutuhkan untuk menguji hipotesis yang diajukan.

5) Menguji hipotesis

Menguji hipotesis adalah proses menentukan jawaban yang dianggap diterima sesuai dengan data atau informasi yang diperoleh berdasarkan pengumpulan data sehingga guru dapat mengembangkan kemampuan berpikir rasional siswa. Artinya, kebenaran jawaban bukan hanya berdasarkan argumentasi tetapi didukung oleh data yang ditemukan dan dipertanggung jawabkan.

6) Merumuskan kesimpulan

Merumuskan kesimpulan adalah proses mendeskripsikan temuan yang diperoleh berdasarkan hasil pengujian hipotesis.

Kindsvatter, Wilen, dan Ishler mengemukakan bahwa model inkuiri secara sederhana dapat dijelaskan sebagai model pengajaran yang menggunakan proses seperti: (1) identifikasi persoalan, (2) membuat

14

hipotesis, (3) mengumpulkan data, (4) menganalisis data, dan (5) mengambil kesimpulan. Dari langkah-langkah tersebut nampak jelas bahwa model inkuiri ini menggunakan prinsip metode ilmiah atau saintifik dalam menemukan suatu prinsip, hukum ataupun teori. Secara umum metode ilmiah itu punya langkah seperti: (1) merumuskan persoalan, (2) membuat hipotesis, (3) melakukan percobaan untuk mengumpulkan data, (4) menganalisis data yang diperoleh, dan (5) mengambil kesimpulan apakah hipotesis diterima atau ditolak.15 Secara umum, Gulo menyatakan, bahwa kemampuan yang diperlukan untuk melaksanakan pembelajaran inkuiri adalah sebagai berikut.16

1) Mengajukan pertanyaan atau permasalahan

Kegiatan inkuiri dimulai ketika pertanyaan atau permasalahan diajukan. Untuk meyakinkan bahwa pertanyaan sudah jelas, pertanyaan tersebut dituliskan di papan tulis, kemudian siswa diminta untuk merumuskan hipotesis.

2) Merumuskan hipotesis

Hipotesis adalah jawaban sementara atas pertanyaan atau solusi permasalahan yang dapat diuji dengan data. Untuk memudahkan proses ini, guru menanyakan kepada siswa gagasan mengenai hipotesis yang mungkin. Dari semua gagasan yang ada, dipilih salah satu hipotesis yang relevan dengan permasalahan yang diberikan.

3) Mengumpulkan data

Hipotesis digunakan untuk menuntun proses pengumpulan data. Data yang dihasilkan dapat berupa table, matrik, atau grafik.

4) Analisis data

Siswa bertanggung jawab menguji menguji hipotesis yang telah dirumuskan dengan menganalisis data yang telah diperoleh. Factor penting dalam menguji hipotesis adalah pemikiran „benar‟ atau „salah‟.

15

Paul Suparno, op. cit., h. 65-66

16

Trianto, Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik, (Cet. 1; Jakarta: Prestasi Pustaka Publisher, 2007), h. 137-138

Setelah memperoleh kesimpulan, dari data percobaan siswa dapat menguji hipotesis yang telah dirumuskan.

Bila ternyata hipotesis itu salah atau ditolak, siswa dapat menjelaskan sesuai dengan proses inkuiri yang telah dilakukannya.

5) Membuat kesimpulan

Langkah penutup dari pembelajaran inkuiri adalah membuat kesimpulan sementara berdasarkan data yang diperoleh siswa.

Hampir sama dengan langkah-langkah yang ditempuh dalam proses belajar mengajar dengan model inkuiri yang telah diungkapkan oleh para pakar diatas, Massialas mengemukakan langkah-langkah pembelajaran dengan model inkuiri sebagai berikut: (1) guru memilih tingkah laku (tujuan), (2) guru mengajukan pertanyaan yang dapat menumbuhkan siswa menumbuhkan pendapatnya, (3) siswa menetapkan hipotesis/praduga jawaban untuk dikaji lebih lanjut (alternatif jawaban), (4) secara spontan siswa menjelajahi informasi/data untuk menguji praduga, baik secara individu maupun secara kelompok, atau siswa tidak banyak berusaha mencari informasi untuk membuktikan praduga. Dalam hal siswa tidak banyak berusaha mencari informasi, peran guru sebagai pembimbing/fasilitator sangat dibutuhkan, (5) siswa mengidentifikasi beberapa kemungkinan jawaban/siswa menarik kesimpulan.17

f. Prinsip Pembelajaran Inkuiri

Penggunaan strategi pembelajaran inkuiri memiliki beberapa prinsip, antara lain:18

1) Berorientasi pada pengembangan intelektual

Tujuan utama dari strategi pembelajaran inkuiri adalah pengembangan kemampuan berpikir dan berorientasi pada proses belajar. Keberhasilan pembelajaran ini terlihat pada aktivitas siswa untuk mencari dan menemukan sesuatu yang merupakan gagasan yang pasti.

17

Suherli Kusmana, op. cit., h. 56-57

18

2) Prinsip interaksi

Proses pembelajaran merupakan interaksi antara siswa dengan guru dimana guru berperan sebagai pengatur lingkungan dan pengatur interaksi belajar, guru mengarahkan siswa untuk mengembangkan kemampuan berpikir siswa.

3) Prinsip bertanya

Guru juga berperan sebagai penanya karena kemampuan siswa untuk bertanya pada dasarnya sudah merupakan bagian dari proses berpikir. 4) Prinsip belajar untuk berpikir

Belajar merupakan proses berpikir yakni proses mengembangkan potensi seluruh otak secara maksimal.

5) Prinsip keterbukaan

Belajar adalah suatu proses mencoba berbagai kemungkinan. Untuk itu siswa hendaknya diberikan kebebasan untuk mencoba sesuatu sesuai dengan perkembangan kemampuan logika dan nalarnya. Tugas guru adalah menyediakan ruang untuk mengembangkan hipotesis dan secara terbuka membuktikan kebenaran hipotesis yang diajukan.

g. Syarat Inkuiri Dapat Berjalan Baik

Model inkuiri akan efektif apabila: (1) guru mengharapkan siswa dapat menemukan sendiri jawaban dari suatu permasalahan sehingga penguasaan materi bukan tujuan utama karena ynag terpenting adalah proses belajar, (2) bahan pelajaran yang akan diajarkan adalah berupa kesimpulan yang perlu pembuktian, (3) proses pembelajaran berangkat dari rasa ingin tahu siswa terhadap sesuatu, (4) siswa adalah anak yang memiliki kemauan dan kemapuan berpikir, (5) jumlah siswa tidak terlalu banyak agar mudah dikendalikan, dan (6) guru memiliki banyak waktu untuk melakukan pendekatan yang berpusat pada siswa.19

19

Untuk meningkatkan teknik inkuiri dapat ditimbulkan dengan kegiatan-kegiatan sebagai berikut:20

1) Membimbing kegiatan laboratorium. Guru menyediakan petunjuk yang cukup luas kepada siswa dan sebagian besar perencanaannya dibuat oleh guru.

2) Modifikasi inquiry. Dalam hal ini guru hanya menyediakan masalah-masalah dan menyediakan bahan/alat yang diperlukan untuk memecahkan masalah secara perseorangan maupun kelompok.

3) Kebebasan inquiry. Guru mengundang siswa untuk melibatkan diri dalam kegiatan “kebebasan inquiry”, dari siswa dapat mengidentifikasi masalah dan merumuskan macam-macam masalah yang akan dipelajari.

4) Inquiry pendekatan peranan. Siswa dilibatkan dalam proses pemecahan masalah, yang cara-caranya serupa dengan cara-cara yang biasanya diikuti oleh para ilmiawan.

5) Mengundang ke dalam inquiry. Merupakan kegiatan proses belajar yang melibatkan siswa dalam tim-tim untuk memecahkan masalah yang masing-masing anggota diberi tugas suatu peranan yang berbeda-beda seperti: koordinator tim, penasihat teknis, merekam data, proses penilaian.

6) Teka teki bergambar. Salah satu teknik untuyk mengembangkan motivasi dan perhatian siswa didalam diskusi kelompok. Gambar, peragaan atau situasi yang sesungguhnya dapat digunakan untuk meningkatkan cara berpikir kritis dan kreatif siswa.

7) Synectics lesson. Pendekatan ini untuk menstimulir bakat-bakat kreatif siswa. Pada dasarnya “synectics” memusatkan pada keterlibatan siswa untuk membuat berbagai macam bentuk kiasan agar supaya dapat membuka inteligensinya dan mengembangkan daya kreativitasnya. Hal itu dapat dilaksanakan karena kiasan dapat membantu dalam

20

Roestiyah N.K., Strategi Belajar Mengajar, (Cet. 7; Jakarta: Rineka Cipta, 2008), h. 77-79

melepaskan ikatan struktur mental yang melekat kuat dalam memandang suatu masalah sehingga dapat menunjang timbulnya ide-ide kreatif.

8) Kejelasan nilai-nilai. Perlu diadakan evaluasi lebih lanjut tentang keuntungan-keuntungan pendekatan ini, terutama yang menyangkut sikap, nilai-nilai dan pembentukan self-concept siswa.

Agar teknik inkuiri dapat dilaksanakan dengan baik memerlukan kondisi-kondisi sebagai berikut:21

1) Kondisi yang fleksibel, bebas untuk berinteraksi. 2) Kondisi lingkungan yang responsif.

3) Kondisi yang memudahkan untuk memusatkan perhatian. 4) Kondisi yang bebas dari tekanan.

h. Kelebihan Model inkuiri

Teknik inkuiri memiliki keunggulan yang dapat dikemukakan sebagai berikut:22

1) Dapat membentuk dan mengembangkan “self-consept” pada diri siswa, sehingga siswa dapat mengerti tentang konsep dasar dan ide-ide lebih baik.

2) Membantu dalam menggunakan ingatan dan transfer pada situasi proses belajar yang baru.

3) Mendorong siswa untuk berpikir dan bekerja atas inisiatif sendiri, bersikap obyektif, jujur dan terbuka.

4) Mendorong siswa untuk berpikir intuitif dan merumuskan hipotesisnya sendiri.

5) Memberti kepuasan yang bersifat intrinsik. 6) Situasi proses belajar menjadi lebih merangsang. 7) Dapat mengembangkan bakat atau kecakapan individu. 8) Memberi kebebasan siswa untuk belajar sendiri.

21

Ibid., h. 79

22

9) Siswa dapat menghindari siswa dari cara-cara belajar yang tradisional. 10) Dapat memberikan waktu pada siswa secukupnya sehingga mereka

dapat mengasimilasi dan mengakomodasi informasi.

2. Kemampuan Berpikir Kreatif a. Pengertian Berpikir Kreatif

Edward de Bono mendefinisikan berpikir sebagai: “Proses kreatif yang berkaitan dengan pemecahan masalah”.23

Berpikir merupakan keterampilan operasional yang memungkinkan inteligensi bekerja atas dasar pengalaman.24 Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia, kreatif didefinisikan sebagai memiliki daya cipta; mempunyai kemampuan untuk mencipta; bersifat mencipta; misal suatu pekerjaan yang menghendaki selain kecerdasan juga imaginasi.25 Berpikir kreatif adalah sebuah kebiasaan dari pikiran yang dilatih dengan memerhatikan intuisi, menghidupkan imajinasi, mengungkapkan kemungkinan-kemungkinan baru, membuka sudut pandang yang menakjubkan, dan membangkitkan ide-ide yang tidak terduga.26

Pemikiran kreatif adalah pemikiran yang berusaha melahirkan sesuatu yang baru, dan disandarkan kepada prinsip-prinsip kemungkinan.27 Pemikir kreatif dengan sengaja melatih imajinasi mereka, sebagian dengan memandang sesuatu dari sudut pandang yang tidak biasa.28 Mereka yang menanamkan kebiasaan berpikir kreatif melihat kemungkinan-kemungkinan baru, bukan batasan, dan mereka berani bereksperimen tanpa takut berbuat salah.29

23

Edward De Bono, Mengajar Berpikir, (Cet 2; Jakarta: Erlangga, 1992), h. 34

24

Ibid., h. 36

25

W.J.S. Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Cet 5; Jakarta: PN Balai Pustaka, 1976), h. 526

26

Elaine B. Johnson, Contextual Teaching and Learning Menjadikan Kegiatan Belajar Mengajar Mengasyikkan dan Bermakna, (Bandung : MCC, 2006), h. 214-215

27

Amal Abdussalam Al-Khalili, Mengembangkan Kreativitas Anak, (Cet. 1; Jakarta: Pusaka Al-Kautsar, 2005), h. 37

28

Elaine B. Johnson, op. cit., h. 218

29

Beberapa ahli psikologi percaya bahwa kreativitas atau berpikir kreatif harus terbatas pada penemuan atau penciptaan suatu ide atau konsep baru yang sebelumnya tidak pernah diketahui oleh manusia. Para ahli lainnya mendefinisikan kraetivitas secara inklusif, yaitu meliputi semua usaha produktif yang unik dari individu. Pandangan ini lebih bermaksud bagi guru/dosen yang berusaha untuk mengembangkan kemampuan kreatif siswa/mahasiswa dan membantu mereka dalam menggali dan mengembangkan potensinya semaksimal mungkin. Dengan kata lain bahwa kreativitas atau berpikir kreatif dapat diartikan sebagai pola berpikir atau ide yang timbul secara sepontan dan imaginatif, yang mencirikan hasil-hasil artistik, penemuan-penemuan ilmiah, dan penciptaan-penciptaan secara mekanik.30

Utami munandar menyimpulkan pengertian yang dikemukakan oleh para ahli sebagai berikut:

1) Kreativitas adalah kemampuan untuk membuat kombinasi baru, berdasarkan data, informasi, atau unsur-unsur yang ada.31

Biasanya, orang mengartikan kreativitas sebagai daya cipta, sebagai kemampuan untuk menciptakan hal-hal baru. Sesungguhnya apa yang diciptakan itu tidak perlu hal-hal yang baru sama sekali, tetapi merupakan gabungan (kombinasi) dari hal-hal yang sudah ada sebelumnya.32

2) Kreativitas (berpikir kreatif atau berpikir divergen) adalah kemampuan menemukan banyak kemungkinan jawaban terhadap suatu masalah, di mana penekanannya adalah pada kuantitas, ketepatgunaan, dan keragaman jawaban.33

Makin banyak kemungkinan jawaban yang dapat diberikan terhadap suatu masalah makin kreatiflah seseorang. Tentu saja jawaban-jawaban itu harus sesuai dengan masalahnya. Jadi, tidak semata-mata

30

Moh. Amien, Mengajarkan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) Dengan Menggunakan Metode “Discovery” dan “Inquiry”, (Jakarta: P2LPTK, 1987), h. 166

31

Utami Munandar, Mengembangkan Bakat dan Kreativitas Anak Sekolah Petunjuk Bagi Para Guru dan Orang Tua (Cet. 3; Jakarta: PT Grasindo, 1999), h. 47

32

Ibid., h. 47

33

banyaknya jawaban yang dapat diberikan yang menentukan kreativitas seseorang, tetapi juga kualitas atau mutu dari jawabannya.34

3) Secara operasional kreativitas dapat dirumuskan sebagai kemampuan yang mencerminkan kelancaran, keluwesan (fleksibilitas), dan orisinalitas dalam berpikir, serta kemampuan untuk mengelaborasi (mengembangkan, memperkaya, memperinci) suatu gagasan. (Munandar, S. C. U., 1997).35

Dari beberapa pengertian di atas jelaslah bahwa berpikir kretif adalah suatu cara berpikir divergen, keterampilan mental yang senantiasa memperluas pemikiran, memupuk ide-ide asli untuk menghasilkan suatu pemikiran yang berbeda dan merupakan hal yang baru.

b. Ciri-Ciri Siswa Kreatif

Sund (1975) menyatakan bahwa individu dengan potensi kreatif dapat dikenal secara mudah sekali melalui pengamatan ciri-ciri berikut:36 1) Hasrat ingin mengetahui,

2) Bersikap terbuka terhadap pengalaman-pengalaman baru, 3) Panjang akal,

4) Keinginan untuk menemukan dan meneliti,

5) Cenderung lebih suka untuk melakukan tugas-tugas yang berat dan sulit,

6) Mencari jawaban-jawaban yang memuaskan dan komprehensip, 7) Bergairah, aktif dan dedikasi dalam melakukan tugas-tugasnya, 8) Berfikir fleksibel,

9) Menanggapi npertanyaan-pertanyaan dan kebiasaan untuk memberikan jawaban yang lebih banyak,

10) Kemampuan membuat analisis dan sintesis, 11) Kemampuan membuat abstraksi,

12) Memiliki semangat “inqury”, dan 34 Ibid., h. 48 35 Ibid., h. 50 36

13) Keluasan dalam latar belakang kemampuan membaca.

Tes luar negeri yang mengukur kreativitas ialah tes dari Guilford yang mengukur kemampuan berpikir divergen, dengan membedakan aspek kelancaran, kelenturan, orisinalitas dan kerincian berpikir.37 Dalam studi-studi faktor analisis seputar ciri-ciri utama dari kreativitas, Guilford (1959) membedakan antara aptitude dan non-aptitude traits yang berhubungan dengan kreativitas. Ciri-ciri aptitude dari kreativitas (berpikir kretif) meliputi kelancaran, kelenturan (fleksibilitas), dan orisinalitas dalam berpikir, dan ciri-ciri ini dioperasionalisasikan dalam tes berpikir divergen.38 Ciri-ciri aptitude ialah ciri-ciri yang berhubungan dengan kognisi, dengan proses berpikir, sedangkan ciri-ciri nonaptitude ialah ciri-ciri yang lebih berkaitan dengan sikap atau perasaan.39

Ciri-ciri kemampuan berpikir kreatif (aptitude) meliputi : 1) Keterampilan berpikir lancar

Keterampilan berpikir lancar adalah kemampuan mencetuskan banyak gagasan, jawaban, penyelesaian masalah, memberikan banyak cara atau saran untuk melakukan banyak hal dan selalu memikirkan lebih dari satu jawaban.40 Sebagaimana definisi Guilford, kelancaran diartikan dengan mengeluarkan pemikiran yang dengan mudah mengalir, baik dalam bentuk kebebasan intelektual, verbal, atau yang lainnya. Sedangkan peneliti Helmi Al-Moligi berpendapat bahwa kelancaran yaitu pemikiran yang mengalir secara luar biasa, sehingga akal kreatif seakan-akan merupakan ledakan pemikiran baru yang bebas.41

Keterampilan berpikir lancar yang dimiliki siswa tercermin dalam perilaku siswa sebagai berikut:42

a) Mengajukan banyak pertanyaan.

37

Utami Munandar, Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat, (Jakarta : Rineka Cipta, 2009), h. 73

38

Ibid., h. 10

39

Utami Munandar, op.cit., h. 88

40

Ibid., h. 88

41

Amal Abdussalam Al-Khalili, op.cit., h. 176

42

b) Menjawab dengan sejumlah jawaban jika ada pertanyaan. c) Mempunyai banyak gagasan mengenai suatu masalah. d) Lancar mengungkapkan gagasan-gagasannya.

e) Bekerja lebih cepat dan melakukan lebih banyak dari pada anak-anak lain.

f) Dapat dengan cepat melihat kesalahan atau kekurangan pada suatu obyek atau situasi.

2) Keterampilan berpikir luwes (fleksibel)

Keterampilan berpikir luwes (fleksibel) adalah kemampuan menghasilkan gagasan, jawaban, atau pertanyaan yang bervariasi, dapat melihat suatu masalah dari sudut pandang yang berbeda-beda, mencari

Dokumen terkait