Kemampuan berpikir kritis siswa adalah dengan membiasakan siswa-siswa untuk menilai atau mengevaluasi benar atau tidaknya suatu informasi yang didapatkan. Mengevaluasi suatu informasi ataupun permasalahan dapat membuat peserta didik melakukan aktivitas-aktivitas dalam membentuk suatu kegiatan yang mengasah kemampuannya dalam berpikir kritis. Namun, berpikir kritis ini tidak dapat muncul dengan sendirinya, apabila terbiasa tidak digunakan dan juga tidak dilatih dengan baik maka kemampuan siswa dalam berpikir secara kritis akan rendah, searah dengan tinjauan dari (Lambertus,2009), ia mengemukakan bahwa kemampuan siswa dalam berpikir secara kritis merupakan suatu kemampuan yang sudah dipunyai oleh semua individu. Semua individu mampu mengukur, melatih, dan juga mengembangkan kemampuan tersebut untuk menjadi lebih baik dari sebelumnya. Penerapan model pembelajaran ceramah atau teacher center kurang mampu meningkatkan kemampuan berpikir siswa secara kritis karena di dalam pelaksanaannya tidak terdapat kegiatan serta partisipasi peserta didik secara aktif pada saat kegiatan belajar mengajar berlangsung.
Salah satu dari beberapa model pembelajaran yang mampu mengembangkan kemampuan dalam berpikir kritis yaitu model pembelajaran Problem Based Learning atau PBL. Pembelajaran berbasis Problem Based Learning dapat melatih kemampuan siswa dalam berpikir secara kritis dikarenakan penuh oleh aktivitas-aktivitas evaluasi, analisis, dan pemecahan
masalah-masalah yang ada sehingga akan melatih kemampuan berpikir kritis siswa agar lebih terasah sehingga dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa.
Kecakapan kehidupan atau biasa disebut dengan life skill memang harus selalu berkembang bagi seorang individu, salah satu life skill yang sangat penting untuk dikembangkan adalah kecakapan dalam berpikir secara kritis yang bisa dikembangkan melalui sebuah proses dalam pendidikan, lewat kecakapan dalam berpikir kritis maka individu bisa dengan mudahnya menemukan solusi tentang permasalahan yang terjadi di dalam kehidupan mereka. Selain itu, perkembangan teknologi pendidikan dan ilmu pengetahuan juga memacu para peserta didik untuk harus bisa berpikir secara kritis agar para peserta didik bisa dengan cakap melakukan observasi maupun pengambilan informasi dan data-data yang bermanfaat bagi kehidupan mereka sebagaimana suatu proses mencari, lalu mengolah, kemudian menilai, dan akhirnya pengambilan informasi. Seiring dengan pernyataan dari (Johnson, 2007), beliau mengemukakan jika kecakapan dalam berpikir secara kritis adalah suatu prosedur yang terstruktur yang dapat mendukung kegiatan mental mereka dengan cara melakukan pemecahan terhadap suatu permasalahan yang dihadapi, pengambilan sebuah keputusan yang tepat, membuat hipotesis, melakukan asumsi, dan melaksanakan penelitian secara ilmiah.
Kecakapan para peserta didik di dalam berpikir secara kritis merupakan metode berpikir tentang suatu permasalahan yang nyata guna menumbuhkan kualitas mereka dalam berpikir, melalui beberapa cara yang sudah terstruktur dan sudah tertanam di dalam pemikiran (Fisher, 2009). Seorang individu yang telah terbiasa untuk berpikir secara kritis pasti akan terampil di dalam pemanfaatan informasi guna mencari data-data yang dibutuhkan untuk memecahkan masalahnya, salah satu langkah untuk yang terdapat di pendekatan scientific adalah aktivitas tanya jawab, dikarenakan melalui aktivitas tanya jawab akan membentuk kecakapan dalam berpikir tingkat tinggi secara sistematis, rasional, dan tentunya kritis (Rosana, 2014). Terdapat beberapa indikator kemampuan berpikir kritis sesuai dengan yang dikemukakan oleh
(Fascione, 2015) dalam The Delphi Research Method di California, yaitu mengemukakan pendapat atau menginterpretasi, menganalisis, mengeksplanasi, menginferensi, mengevaluasi, dan juga meregulasi diri.
Kecakapan dalam berpikir secara kritis adalah suatu kemampuan dalam berpikir secara tingkat tinggi yang termasuk di dalam kemampuan seseorang di dalam kemampuan memecahkan permasalahan yang di dalamnya sudah termasuk membuat alasan-alasan yang dibuat secara efektif dan rasional, kemudian sudah terbiasa untuk mengemukakan beberapa pertanyaan-pertanyaan yang dapat membantu penyelesaian permasalahan, serta melakukan analisis dan evaluasi, sehingga mampu dalam melakukan pencerminan keputusan dan menarik kesimpulan secara kritis.
Keterampilan dalam berpikir secara kritis memiliki kaitan sangat erat dengan kemampuan pemecahan permasalahan serta kemampuan dalam berpikir secara kritis. Seiring dengan pernyataan dari Enis, beliau mengemukakan bahwa kemampuan berpikir kritis “the reasonable and reflective thinking focused on deciding what to believe or to do” (Yalcın, 2017). Arti dari kalimat tersebut adalah melalui kemampuannya seorang individu dalam berpikir kritis, individu tersebut bisa menilai pernyataan seseorang dapat dipercaya atau tidak karena ia mampu berpikir secara logis dan rasional.
Berdasar pada pendapat-pendapat para ahli yang sudah dicantumkan di atas, dapat ditarik kesimpulan apabila kecakapan seseorang dalam berpikir secara kritis adalah sekumpulan tahapan untuk berpikir secara produktif, reflektif, melakukan evaluasi, dan melakukan pemecahan permasalahan di kehidupan sehari-hari. Siswa harus meyakini dan mencari kebenaran terhadap suatu kenyataan maupun pernyataan yang menjadi landasan dalam berpikir kritis untuk mencapai suatu kesimpulan.
a. Indikator Kemampuan Berpikir Kritis
Di dalam penelitian ini menggunakan indikator kemampuan berpikir kritis menurut Ennis yang sudah dimodifikasi pada penelitian (Siska Baharizki, 2021), di dalam penelitian tersebut Indikator dalam berpikir kritis akan dijelaskan di dalam tabel dibawah ini :
Tabel 2. 4 Indikator Kemampuan Berpikir Kritis
masalah dan memberikan argumen terhadap permasalahan tersebut
3 Memberi kesimpulan Membuat induksi atau menyimpulkan suatu masalah dan meninjaunya kembali
4 Menjelaskan lebih lanjut Membangun argumen-argumen dan memberi klarifikasi lebih lanjut 5 Mengatur strategi Mencari solusi yang paling tepat untuk
dilakukan dalam pemecahan permasalahan.
Karakteristik berpikir kritis menurut (Ennis R. H., 2011), acuannya mempunyai kriteria-kriteria dasar yang biasa dikenal dengan istilah FRISCO, antara lain :
Kriteria Berpikir Kritis
Indikator
“Focus” atau fokus Para siswa mampu menguasai/mengetahui persoalan terhadap kasus-kasus yang diberi oleh Bapak/Ibu guru
“Reason” atau alasan Para siswa mampu menjelaskan argumen berdasar pada kenyataan yang berkaitan erat dengan pokok masalah dalam pengambilan kesimpulan ataupun keputusan.
“Inference” atau kesimpulan
1. Para siswa dapat menyimpulkan permasalahan yang diberikan oleh guru dengan benar.
2. Para siswa dapat memilih alasan yang mampu menunjang kesimpulan-kesimpulan yang sudah dilakukan sebelumnya.
“Situation” atau situasi
Para siswa dapat memanfaatkan segala informasi/data yang searah dengan kasus yang diberikan oleh Bapak/Ibu guru.
Kriteria Berpikir
2) Apabila ada beberapa istilah-istilah atau bahasa asing yang terdapat pada kasus atau persoalan yang diberikan guru, maka para siswa mampu menguraikan atau mengartikan maksud dari istilah-istilah itu.
3) Para siswa mampu memberikan permasalahan yang serupa dengan soal/kasus yang telah diberikan oleh guru.
“Overview” atau gambaran
Para siswa menelaah dan mempelajari ulang tentang kasus yang diberikan oleh guru secara keseluruhan (yang dihasilkan FRISCO).
11. Pengaruh Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL) Terhadap