1. Pengertian Kemampuan
Didalam kamus besar bahasa Indonesia, kemampuan berasal dari kata “mampu” yang berarti kuasa (bisa, sanggup melakukan sesuatu, dapat, memunyai harta berelebihan).
2. Pengertian Menghafal Al-Qur’an
Al-Hifzh (Hafalan) secara etimologi adalah lawan dari pada lupa, yaitu selalu ingat dan sedikit lupa. Penghafal adalah orang yang menghafalkan dengan cermat dan termasuk sederetan kaum yang menghafal.17
17Abdurrab Nawabuddin, Teknik Menghafal Al-Qur’an (Bandung : Sinar Baru Bandung, 1991)hlm 23
30
Ibnu madzur berkata: Orang yang selalu berjaga-jaga yaitu orang yang selalu menekuni pekerjaannya, dalam ayat dikatakan:
َّ َينِتِنََٰقَِّ ِلِلَّّْاو مو قَوََّٰىَطۡس وۡلٱَِّةَٰوَل صلٱَوَِّتََٰوَل صلٱَّ َ َعَلَّْاو ظِفَٰ َح ٢٣٨
َّ
“Peliharalah semua shalat mu. “(Al-Baqoroh ; 238) maksudnya, shalatlah tepat pada waktunya. Menghafal sesuatu, yakni mengungkapkan satu demi satu dengan tepat. Kata-kata hifzh dalam Al-Qur’an dapat berarti banyak hal, sesuai dengan pemahaman konteks.
Disini diartikan memelihara dan menjaga. Dalam surah al-Mukminun : 5, allah berfirman, :
َََّّو ٱ
ََّنيِ لَّ
ََّنو ظِفَٰ َحَّۡمِهِجو ر فِلَّۡم ه َّ
٥
َّ
“Dan orang-orang yang menjaga kemaluannya.” (al-mukminun:5)
Menurut Atkinson, salah seorang ahli psikologi sebagaimana yang dikutip oleh wiwi alawiyah wahid bahwa tahapan tentang ingatan seseorang meliputi 3 hal, yaitu:
31
a. Enconding, yaitu memasukkan data-data informasi ke dalam ingatan.
b. Storage, yaitu penyimpanan informasi atau materi ke dalam memori.
c. Recalling, yaitu pengungkapan kembali.
Jadi, seseorang bisa dikatakan mampu menghafal Al-Qur’an jika dia melafazkan kembali bacaan Al-Al-Qur’an yang pernah dihafalnya dengan tepat dan lancar, serta harus sesuai dengan kaidah bacaan Al-Qur’an. Oleh karena itu, seorang penghafal Al-Qur’an berkewajiban untuk menjaga hafalannya. Sehingga dalam muraja’ah atau takrir sangat mempengaruhi kelancaran hafalan seseorang.
3. Indikator Kemampuan Menghafal Al-Qur’an
Indikator kemampuan menghafal Al-Qur’an dapat dilihat dari tiga aspek, yaitu: tahfidz (kelancaran hafalan), kesesuaian bacaan dengan kaidah ilmu tajwid, dan fasahah.18
18M Quraish Shihab, Membumikan al-Qur’an: Fungsi dan Peran Wahyu dalam Kehidupan Masyarakat, (Bandung: Mizan Pustaka, 2007), hal 191
32
a. Tahfiz (kelancaran hafalan) dalam buku pedoman perhakiman MTQ MHQ dijelaskan bahwa penilaian bidang tahfiz meliputi materi
1.) Mura’at al-ayat
Tawaqquf adalah apabila seseorang berhenti 15 detik atau mengulang-ulang bacaannya lebih dari tiga kali dan tidak bisa melanjutkan bacaan.
2.) Tark al-ayat adalah apabila seseorang membaca sepotong ayat dan melompat pada ayat lain.
3.) Sabq al-lisan
4.) Tark al-huruf aw al-kalimat adalah apabila seseorang menambah satu atau beberapa huruf atau satu kalimat dan tetap bisa melanjutkan bacaannya dengan benar.
5.) Ziyadat al-huruf aw al-kalimat adalah apabila seseorang menambah satu atau beberapa huruf atau satu kalimat dan tetap bisa melanjutkan bacaannya dengan benar.
6.) Tabdil al-huruf aw al-kalimat adalah apabila seseorang mengubah atau mengganti huruf atau kalimat dan tetap bisa melanjutkan bacaannya dengan benar.
33
7.) Tabdil al-harakat adalah apabila seseorang mengubah harakat suatu huruf atau kalimat dan tetap bisa melanjutkan bacaannya dengan benar.
8.) Tardid al-kalimat adalah apabila seseorang mengulang-ulang bacaan kalimat atau ayat lebih dari satu kali dan tetap bisa melanjutkan bacaannya.
9.) Tamam al-qira’ah adalah apabila seseorang membaca tidak sampai selesai atau tidak bisa membaca sama sekali ayat yang dihafal.19
Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa kelancaran hafalan dapat dilihat dari kemampuan melafadzkan kembali ayat yang dihafal, dan mampu melanjutkan dari ayat yang satu ke ayat yang lain secara sempurna tanpa adanya kesalahan. Adapun kelancaran dan hafalan ditandai dengan nisyan (lupa) dan tark al-ayat (membaca atau sepotong atau melompat).20
b. Kesesuaian bacaan Al-Qur’an dengan kaidah ilmu tajwid, yaitu meliputi:
19Departemen Agama RI, Pedoman Perhakiman MTQ-MHQ(Tafsir al-Qur’an, MFQ,MSQ,MKQ,Tafsir Bahasa Indonesia dan Qira’at) Lembaga Pengembangan Tilawatil Qur’an Tingkat Nasional 2002, (Jawa Timur:Penamas Kanwil Jatim,2002,) hal 34-36
20Shihab, Membumikan al-Qur’an…, hal 192
34
1.) Makharij al-huruf (ketepatan membunyikan huruf sesuai dengan makhrajnya).
2.) Sifat al-huruf (ketepatan membunyikan huruf sesuai dengan sifat-sifat yang dimiliki)
3.) Ahkam al-huruf (ketepatan membunyikan huruf sesuai dengan hukum yang terjadi)
Ahkam al-mad wal qasr (ketepatan membunyikan panjang pendek suatu huruf sesuai dengan hukumnya)21
c. Fasahah
Fasahah adalah ketepatan / kefasihan dalam membaca sehingga sesuai dengan lahjah arab, penilaiannya yaitu meliputi Ahkam Al-Waqf wa al-ibtida’ (ketepatan menghentikan dan memulai bacaan sesuai dengan hukumnya).
4. Hukum Menghafal Al-Qur’an
Pendapat sebagian besar ulama mengenai hukum menghafal Al-Qur’an yakni fardhu kifayah. Pendapat mengandung pengertian bahwa orang yang menghafal Al-Qur’an tidak boleh kurang dari jumlah mutawattir. Pendapat lain mengatakan bahwa hifzh
21Departemen Agama RI, Pedoman Perhakiman MTQ-MHQ…, hal 36
35
Qur’an merupakan proses mempelajari Al-Qur’an dengan cara
menghafalkannya agar selalu ingat dan dapat mengucapkannya diluar kepala tanpa melihat mushaf.22
5. Syarat yang harus dipenuhi dalam menghafal Al-Qur’an
a. Membaca dengan benar
Seseorang yang ingin bertekad untuk menghafal Al-Qur’an haruslah membaca Al-Al-Qur’an dengan baik dan benar agar tidak terjadi kekeliruan saat menghafal Al-Qur’an. Oleh karna itu sebelum menghafal Al-Qur’an hendaklah kita menguasai ilmu tajwidnya. ada beberapa kategori yang harus diperhatikan dalam membaca Qur’an sebelum menghafal Al-Qur’an:
1.) Memperbaiki makhraj
Dalam membaca Al-Qur’an harus lah terlebih dahulu untuk memperhatikan makhraj dari setiap huruf yang akan dibaca.
2.) Mengakuratkan harakat
22Mohammad Irsyad & Nurul Qomariah, Strategi Menghafal Al-Qur’an Sejak Usia Dini, Volume 2, Agustus 2017, hal. 136 diakses 27 februari pukul 10:23 WIB
36
Bila menghafal dengan bacaan yang salah, maka akan sulit untuk mengubah dan menghilangkannya, setelah itu.
Sehingga perlu melakukan perbaikan dan pengoreksian terhadap apa yang dihafal.23
3.) Mengakuratkan kata
Syarat ini harus benar-benar dipenuhi karena harakat dilihat oleh setiap orang. Sedangkan sebagian kata, karna sulit diucapkan atau seorang penghafal yang tidak menggunakan gaya bahasa atau tidak berpengalaman dalam membaca Al-Qur’an.
4.) Mencermati akhir ayat dengan sungguh-sungguh
Kebanyakan penghafal yang membaca tergesa-gesa bisa berakibat seorang pembaca tidak memperhatikan bacaannya. Sehingga kemudian ia menghafal dengan hafalan yang salah. Dan ada juga yang membaca tanapa melihat dengan sungguh-sungguh.
b. Menghafal dengan kuat
23Amjad Qasim, Kaifa Tahfidz Al-Qur’an al Karim Fi Syahr, Madiun- Jatim:2012, h. 139
37
Dalam menghafal dalam hafalan yang baru haruslah kita menjadikan hafalan itu dengan hafalan yang kuat.
c. Menggabungkan halaman yang baru dihafal dengan halaman sebelumnya.
Seorang penghafal yang sempurna haruslah mampu mengingat hafalannya dalam satu halaman ke halaman sebelumnya atau pun sebaliknya.
6. Hal-Hal Yang Membuat Sulit Menghafal Ayat-Ayat Al-Qur’an
a. Tidak menguasai makharijul huruf dan tajwid
Salah satu faktor kesulitan dalam menghafal Al-Qur’an ialah karena bacaan tidak bagus, baik dari segi makharijul huruf, kelancaran membacanya, ataupun tajwidnya. Walaupun pada dasarnya menghafal Al-Qur’an tidak pernah lepas dari kendala dan beberapa problem yang menyulitkan, namun jika tidak mempunyai modal tersebut, maka ia akan mempunyai banyak kesulitan.
b. Tidak sabar
38
Sabar hal yang paling penting dalam menghafal Al-Qur’an karna menghafal Al-Al-Qur’an merupakan suatu kegiatan yang cukup lama, dan membutuhkan konsentrasi serta fokus terhadap hafalan. Maka harus sabar dalam menghafal ayat demi ayat, halaman demi halaman, lembar demi lembar, surat demi surat dan juz demi juz.
c. Tidak sungguh-sungguh
Dalam menghfal Al-Qur’an harus bersungguh-sungguh dan jauh dari sifat malas.
d. Tidak banyak berdo’a
Agar penghafal di mudahkan daam menghafal Al-Qur’an haruslah penghafal banyak-banyak dan sering dalam berdo’a agar dipermudah oleh allah.
e. Berganti-ganti mushaf Al-Qur’an
Dalam kegiatan menghafal Al-Qur’an haruslah kita memakai satu mushaf Al-Qur’an agar lebih mudah untuk menghafalnya.
39
Kesimpulan dari penjelasan di atas bahwa hal-hal yang membuat sulit dalam menghafal Al-Qur’an haruslah di hindari seorang penghafal Al-Qur’an salah satu hal yang membuat sulit dalam menghafal itu yang paling utama adalah tidak menguasai makharijul huruf dan tajwid. Dari penjelasan itu bahwa penguasaan ilmu tajwid sangatlah berperan penting dalam menghafal Al-Qur’an atau memiliki hubungan yang signifikan.
7. Hubungan Kemampuan Menguasai Ilmu Tajwid Dengan Kemampuan Menghafal
Sudah dapat di simpulkan dari masing-masing pengertian di atas bahwa kemampuan menguasai ilmu tajwid dengan kemampuan menghafal Al-Qur’an sangat lah berhubungan karna setiap orang yang ingin menghafal Al-Qur’an harus mempunyai persiapan yang sangat matang agar proses hafalan nya berjalan dengan baik dan lancar. Dan untuk memperoleh hasil yang maksimal dalam menghafal Al-Qur’an hendaklah para penghafal harus tau kaidah atau syarat dalam menghafal Al-Qur’an. Diantara beberapa syarat
40
tersebut adalah dapat atau mampu untuk membaca Al-Qur’an dengan baik dan benar.24
Adapun cara agar mampu membaca Al-Qur’an dengan baik dan benar adalah dengan menguasai ilmu tajwid.25 Oleh karna itu sebelum menghafal Al-Qur’an sangat dianjurkan bagi penghafal untuk mampu menguasai ilmu tajwid. Hal ini dimaksudkan agar para penghafal Qur’an tidak salah dalam menghafal ayat Al-Qur’an. Jika bacaannya salah maka hafalan yang dihasilkan pun salah sehingga untuk memperbaikinya butuh waktu yang lama, dan itu juga salah satu cara untuk menghindari terjadinya perubahan makna atau arti yang terkandung dalam Al-Qur’an.26
Menguasai ilmu tajwid sebelum menghafal Al-Qur’an merupakan perkara wajib. Sebab salah satu faktor kesulitan dalam menghafal Al-Qur’an ialah karena bacaan yang tidak bagus baik dari segi makhrijul huruf. Kelancaran membacanya, ataupun tajwidnya.
Selain itu, menghafal Al-Qur’an tanpa menguasai Ilmu Tajwid tentu bacaan Al-Qur’annya tidak tepat atau tidak lancar. Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa menguasai ilmu tajwid sebelum
24Imam Musbikin, Mutiara Al-Qur’an,(Madiun: Jaya Star Nine, 2014), Hlm 346
25Ummu Habibah, 20 Hari hafal 1 juz, (Yogyakarta: DIVA PRESS, 2015), Hlm 35
26Wiwi Alawiyah Wahid, Panduan Menghafal Al-Qur’an Super Kilat,(
Yogyakarta: DIVA PRESS, 2015),hlm 50-51
41
menghafal Al-Qur’an akan mempermudah si penghafal untuk menghafal Al-Qur’an dan menghindari terjadinya kesalahan terhadap ayat yang dihafalkan.