• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN PENGUASAAN ILMU TAJWID DENGAN KEMAMPUAN MENGHAFAL AL-QUR AN SANTRI PUTRI PONDOK PESANTREN MODERN BAHARUDDIN SKRIPSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "HUBUNGAN PENGUASAAN ILMU TAJWID DENGAN KEMAMPUAN MENGHAFAL AL-QUR AN SANTRI PUTRI PONDOK PESANTREN MODERN BAHARUDDIN SKRIPSI"

Copied!
99
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN PENGUASAAN ILMU TAJWID DENGAN KEMAMPUAN MENGHAFAL AL-QUR’AN SANTRI PUTRI

PONDOK PESANTREN MODERN BAHARUDDIN SKRIPSI

Diajukan Sebagai Syarat Memperoleh Untuk Gelar Sarjana Pendidikan (S,Pd) Pada Program Studi Pendidikan Agama Islam (PAI)

Oleh :

INDAH LESTARI HASIBUAN Nim: 2117.144

Dosen Pembimbing:

Dr. Salmiwati, M.ag NIP: 197306152005012008

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) BUKITTINGGI

TAHUN AJARAN : 2020/1444 H

(2)

2

KATA PENGANTAR

ِمي ِح هرلٱ ِن َٰ م ۡح هرلٱ ِ هللَّٱ ِم ۡسِب

Alhamdulillah, segenap puji dan syukur hanyalah milik Allah SWT, hanya karena berkat limpahan rahmat dan karunianya penulis dapat menyusun dan menyelesaikan penulisan skripsi yang berjudul: “ Hubungan Penguasaan Ilmu Tajwid Dengan Kemampuan Menghafal Al-Qur’an Santri Wati Pondok Pesantren Modern Baharuddin” selanjutnya shalawat beserta salam teruntuk buat Nabi Muhammad SAW yang telah membawa umatnya dari alam kebodohan kepada alam yang berilmu pengetahuan seperti saat ini.

Dalam penyelesaian skripsi ini, peneliti telah banyak mendapat bantuan, dorongan, petunjuk dan bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, izinkan peneliti mengucapkan rasa hormat dan terimakasih kepada orang yang paling berjasa dalam penulisan skripsi ini.

1. Kepada kedua orang tua yaitu Ayahanda yang begitu banyak memberikan motivasi kepada penulis dan juga ibunda yang selalu member semangat serta mendo’akan anaknya dan berdo’a akan kesuksesan anaknya.

2. Kepada ibuk Dr. Ridha Ahida, M. Hum selaku Rektor IAIN Bukittinggi.

3. Kepada ibu Dr. Zulfani Sesmiarni, M.Pd selaku Dekan Fakultas Tarbiyah Dan Ilmu Keguruan (FTIK) dan bapak Dr Arifmiboy, M,pd selaku Ketua Jurusan S1 Pendidikan Agama Islam(PAI)

4. Kepada ibuk Dr, Salmiwati, M,Ag selaku pembimbing yang selalu mengarahkan, membimbing, mengajarkan, dan mempermudah serta selalu memberi semangat urusan penulis dalam bidang akademik.

5. Kepada ibuk Salmiwati, M,Ag, selaku pembimbing yang bersedia meluangkan waktunya untuk membimbing penulis dalam menyusun skripsi hingga selesainya skripsi ini.

(3)

3

6. Kepada bapak / ibuk dosen iain bukittinggi khususnya dosen FTIK.

7. Kepada pimpinan atau ketua yayasan beserta Ustadz/ Ustadzah Pondok Pesantren Modern Baharuddin Yang telah mengizinkan penulis untuk melakukan penelitian.

8. Kepada sahabat yang telah memberi semangat kepada penulis agar selesainya skripsi ini.

Semoga petunjuk, motivasi dan bimbingan yang bapak, ibu, dan teman-eman berikan menjadi amal ibadah yang mulia dan mendapat balasan yang sesuai dari Allah SWT, harapan peneliti semoga skripsi ini bermanfaat bagi pembaca.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb

Bukittinggi, 19 juli 2021 Peneliti,

Indah Lestari Hasibuan

Nim: 2117144

(4)

i ABSTRAK

Indah Lestari Hasibuan, Nim : 2117144 dengan skripsi yang berjudul : Hubungan Penguasaan Ilmu Tajwid Dengan Kemampuan Menghafal Al-Qur’an Santri Wati Pondok Pesantren Modern Baharuddin.

Maksud judul penelitian ini adalah untuk melihat seberapa besar hubungan penguasaan ilmu tajwid dengan kemampuan menghafal Al-Qur’an santri wati Pondok Pesantren Modern Baharuddin.

Penelitian beranjak dari fenomena yang dialami santri wati pondok pesantren modern baharuddin. Dimana terdapat sebagian besar siswa yang menghafal Al-Qur’an membaca Al-Qur’an masih menghiraukan hukum tajwid. Sebagian siswa kurang dalam penguasaan ilmu tajwidnya, dan sebagian siswa yang menghafal kurang menerapkan ilmu tajwidnya.

Penelitian ini bertujuan untuk mengungkakan: 1) ada tidaknya hubungan yang signifikan antara penguasaan ilmu tajwid dengan kemampuan menghafal Al- Qur’an. Penelitian ini tergolong pada penelitian korelasi yaitu menghubungkan dua variable yang berbeda. Populasi dalam penelitian ini adalah santri wati yang mengikuti program tahfidz Al-Qur’an sejumlah 50 orang. Sampel yang digunakan adalah teknik total sampling adalah teknik yang dimana jumlah sampel sama dengan jumlah populasi.

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa ada hubungan penguasaan ilmu tajwid dengan kemampuan menghafal Al-Qur’an santri ponsok pesantren modern baharuddin desa muara tais kecamatan batang angkola kabupaten tapanuli selatan provinsi sumatera utara. Setelah diketahui nilai koefisien korelasi kemudian dikonsultasikan pada r tabel untuk mengetahui apakah koefisien korelasi hasil perhitungan tersebut signifikan atau tidak. Dengan rumus df= n-2 = 48 pada taraf signifikansi 5% diperoleh harga r tabel sebesar 0,278 ternyata rxy > r tabel, sehingga koefisien korelasi dinyatakan signifikan. Jadi, kesimpulan terdapat hubungan positif dan signifikan antara penguasaan ilmu tajwid dengan kemampuan menghafal Al- Qur’an. Artinya semakin tinggi penguasaan ilmu tajwid, maka semakin tinggi kemampuan menghafal Al-Qur’an.

Kata kunci: penguasaan ilmu tajwid, kemampuan menghafal Al- Qur’an

(5)

ii DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 7

C. BatasanMasalah ... 7

D. RumusanMasalah ... 8

E. Tujuan Penelitian ... 8

F. ManfaatPenelitian ... 10

G. Penjelasan judul ... 10

H. Sistematika penulisan ... 10

BAB II LANDASAN TEORI A. Penguasaan Ilmu Tajwid 1. Pengertian Ilmu Tajwid ... 12

2. Tujuan dan Keutamaan Mempelajari Ilmu Tajwid ... 13

3. Ruang Lingkup Ilmu Tajwid ... 15

4. Hukum Mempelajari Ilmu Tajwid... 23

5. Objek Kajian Ilmu Tajwid... 25

6. Penguasaan ilmu tajwid ... 27

7. Indikator penguasaan ilmu tajwid ... 28 B. Kemampuan Menghafal Al-Qur’an

(6)

iii

1. Pengertian Kemampuan ... 29

2. Pengertian Menghafal Al-Qur’an ... 29

3. Indikator Kemampuan Menghafal Al-Qur’an ... 31

4. Hukum Menghafal Al-Qur’an ... 34

5. Syarat yang harus dipenuhi dalam menghafal Al-Qur’an ... 35

6. Hal-hal yang membuat sulit menghafal Al-Qur’an ... 37

7. Hubungan antara Kemampuan Menguasai Tajwid dengan Kemampuan Menghafal Al-Qur’an ... 39

8. Kerangka Berfikir ... 41

9. Penelitian Relevan ... 41

10. Hipotesis ... 46

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis penelitian ... 48

B. Lokasi Penelitian ... 49

C. Populasi dan sampel ... 49

D. Variabel dan Indikator ... 51

E. Teknik Pengumpulan Data ... 52

F. Teknik Analisis Data ... 55

G. Uji Prasyarat Analisis ... 57

H. Uji Hipotesis ... 60

(7)

iv BAB IV HASIL PENELITIAN

A. Deskripsi Hasil Penelitian ... 62 B. Analisis Hasil Penelitian ... 69

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ... 90 B. Saran ... 91

DAFTAR KEPUSTAKAAN

(8)

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Al- Qur’an merupakan kitab suci yang sangat diagungkan karena di dalamnya terdapat nilai-nilai yang penting untuk dijadikan suri tauladan maupun sebagai pedoman terhadap segala aspek kehidupan.

Dengan Al-Qur’an dapat diketahui segala yang baik dan buruk, data dipahami segala yang haq dan yang bathil, dan di dalam Al-Qur’an juga sudah di jelaskan apa saja keadaan yang di ridhoi dan di benci allah SWT. Inilah alasan mengapa Al-Qur’an itu sangat penting bagi umat muslim.

Menurut Muhammad Ali al-Shabuni dalam kitab al-Tibyan fi ulum al-qur’an yang di kutip oleh Muhammad Nur Ihwan mendefenisikan bahwa Al-Qur’an adalah “ kalam Allah yang bersifat mukjizat yang diturunkan kepada Nabi Muhamammad SAW melalui perantaraan jibril dengan lafal dan maknanya dari Allah yang dinukilkan secara mutawatir, membacanya merupakan ibadah, di mulai dari surah al-fatihah dan di akhiri dengan surah an-nas.1

1Mohammad Nor Ichwan, Belajar al-Qur’an: Menyingkap Khazanah Ilmu- Ilmu al-Qur’an Melalui Pendekatan Historis-Metodologis,

(Semarang:Rasail,2005),hlm. 37.

(9)

2

Penghafal Al-Qur’an adalah orang yang menghafal setiap ayat- ayat dalam Al-Qur’an mulai ayat pertama sampai ayat terakhir.

Penghafal Al-Qur’an dituntut untuk menghafal secara keseluruhan baik hafalan ataupun ketelitian, sebab itu tidaklah disebut penghafal yang sempurna orang yang menghafal Al-Qur’an setengahnya saja atau sepertiga dan tidak menyempurnakannya.2

Qara’a” memiliki arti mengumpul dan menghimpun. Qira’ah berarti merangkai huruf-huruf dan dan kata-kata satu dengan yang lainnya dalam satu ungkapan kata yang teratur. Al-Qur’an asalnya sama dengan qira’ah, yaitu akar kata (masdar infinitif) dari qara’a, qira’ataan dan qur’anan. Allah menjelaskan :

َّ نِإ

َّ

َّ هَعۡ َجََّاَنۡيَلَع ۥَّ

َّ هَناَءۡر قَو ۥَّ

١٧

ََّّ

ََّفَّ هَٰ َن ۡ أَرَقَّاَذِإَف

َّۡعِب ت ٱ

َّ

َّ هَناَءۡر ق ۥَّ

١٨

َّ

Artinya: “ Sesungguhnya Kami lah yang bertanggung jawab mengumpulkan (dalam dadamu) dan membacakannya (pada lidahmu). Maka apabila kami telah menyempurnakan bacaannya ( kepadamu, dengan perantaraan jibril), maka bacalah menurut bacaannya itu.”

(Al-Qiyamah: 17-18).

Qur’anah disini berarti qira’ah (bacaan atau cara membacanya). Jadi kata itu adalah akar kata (Masdar) menurut wazan (tashrif) dari kata fu’lan seperti “ghufron” dan “syukron”. 3

2 Eko Aristanto, Tabungan Akhirat ( Jawa Timur : Uwais Inspirasi Indonesia 2019), hlm 10

3 Syekh Manna Al-qaththan, Pengantar Studi Ilmu Al-Qur’an ( Jakarta Timur : Pustaka Al-Kautsar 2015), hlm 16

(10)

3

Menghafal Al-Qur’an selain membutuhkan kemampuan kognitif juga membutuhkan niat yang tulus, tekad yang kuat, usaha keras serta ketekunan dan kesabaran. Kemampuan menghafal Al-Qur’an setiap orang berbeda-beda, ada yang sangat lancar, lancar dan bahkan belum lancar.

Berdasarkan pendapat Alfi, faktor-faktor yang mendukung dan meningkatkan kemampuan menghafal Al-Qur’an sebagai berikut:

1. Motivasi dari penghafal

2. Mengetahui dan memahami arti atau makna yang terkandung dalam Al-Qur’an

3. Pengaturan dalam menghafal 4. Fasilitas yang mendukung 5. Otomatisasi hafalan 6. Pengulangan hafalan4

Dalam kata lain dalam menghafal Al-Qur’an seseorang harus sudah mampu dalam membaca Al-Qur’an dengan bacaan yang benar, fasih dan lancar. adapun cara membenarkan pengucapan dan bacaan dalam membaca Al-Qur’an dengan benar dan tepat adalah dengan menguasai ilmu tajwid.

4 Muhammad Yaseen Alfi, Sebuah Pendekatan Linguistik Terapan untuk Meningkatkan Penghafalan Qur’an Suci: Saran untuk Merancang Kegiatan Praktek untuk Belajar dan Mengajar,(College Pendidikan, Universitas King Saud, Riyadh, Arab Saudi, 2002), hlm 4

(11)

4

Ilmu tajwid adalah suatu ilmu pengetahuan tentang tata cara membaca Al-Qur’an dengan baik yang sesuai dengan makhrajnya, panjang pendeknya, tebal tipisnya, berdengung atau tidaknya, irama dan nadanya, Serta berhenti atau lanjutnya. Adapun mempelajari ilmu tajwid adalah fardhu kifayah, sedangkan hukum membaca Al-Qur’an dengan ilmu tajwid adalah fardhu a’in.

Tajwid secara bahasa artinya memperbaiki atau membaguskan.

Adapun menurut istilah adalah:

“Mengeluarkan (mengucapkan) setiap huruf dari makhraj (tempat keluar) nya dengan memberikan haq dan mustahaqnya”.

Yang dimaksud dengan haq huruf adalah sifat dzatiyyah (asli) yang selalu bersama atau melekat pada huruf hijaiyyah yang tidak bisa dipisahkan. Seperti sifat qalqalah, jahr, hams, syiddah, rakhawah, isti’la dan lain-lain. Sedangkan yang dimaksud dengan mustahaq huruf adalah sifat berupa(hukum-hukum bacaan) yang dihasilkan dari sifat-sifat, baik sifat dzatiyyah atau aridhah seperti tafkhim,tarqiq, idzhar, idgham ikhfa dan sebagainya.5

Di Pondok Pesantren Modern Baharuddin memiliki program khusus yang harus diikuti para santri di pondok tesebut yaitu program Tahfidzul Qur’an dan di pondok tersebut juga terdapat dua program

5Muhammad Amri Amir, Ilmu Tajwid praktis (Batam : Pustaka Baitul Hikmah Harun Ar-Rasyid 2019), hlm 1

(12)

5

dalam menghafal Al-Qur’an, yang pertama yaitu membaca Al-Qur’an dengan menerapkan hukum tajwid yang kedua yaitu menghafal Al- Qur’an secara fasih, baik dan benar.

Untuk meningkatkan pemahaman para santri wati di pondok pesantren modern baharuddin mengadakan pembelajaran ilmu tajwid yang dapat diikuti di Madrasah Tsanawiyah, yang di sebut pembelajaran tahsin Al-Qur’an. Hal itu dilakukan supaya para santri wati tidak hanya memahami teori saja akan tetapi dapat mempraktikkan nya dalam bacaan Al-Qur’an. Pada program tahfidzul Qur’an di pondok pesantren modern baharuddin ini di selingi dengan pengulangan tahsin selama 1 kali dua minggu jadi, sambil menghafal sambil memperbagus bacaan Al-Qur’annya.

Dalam program tahfidz ini pun diadakan dua kali penyetoran ayat dalam sehari pertama di waktu subuh (penasmikan) dan magrib (pengulangan hafalan). Untuk target yang dihafal per semesternya adalah untuk yang Tsanawiah yaitu 1 ½ juz sedangkan untuk aliyah yaitu 1 ½ juz sampai 2 juz.

Akan tetapi kenyataan yang di teliti penulis, yaitu melalui wawancara dengan salah satu ustadz hafidz yang ada di Pondok Pesantren Modern Baharuddin selaku ustadz tahfidz (Harun Rasyid) di Pondok tersebut pada tanggal 5 september 2020 sampai tanggal 10 september 2020 bahwa masih banyak santri yang belum lancar

(13)

6

menghafal Al-Qur’an di pondok pesantren modern baharuddin terdapat santri wati kelas VIII berjumlah 50 orang terbagi menjadi 2 kelas dari 50 santri wati terdapat 40 santri yang lancar tetapi bacaan tajwidnya masih kurang, terdapat 10 santri yang bacaan tajwidnya sudah baik namun dalam menghafal masih terbata-bata padahal sudah banyak metode yang dilakukan pihak pesantren untuk membuat para santri wati paham akan ilmu tajwid agar bisa menghafal dengan fasih sesuai dengan kaidah ilmu tajwid.

Dengan melihat uraian teori di atas dan fenomena yang terjadi, maka penulis tertarik untuk mengadakan penelitian lebih lanjut tentang penguasaan ilmu tajwid dengan kemampuan menghafal Al-Qur’an santri. Adapun yang menjadi objek dalam penelitian ini adalah santri putri yang menghafal Al-Qur’an di Pondok Pesantren Modern Baharuddin Muara Tais. Dan penulis pun memberi judul penelitian ini yaitu: HUBUNGAN PENGUASAAN ILMU TAJWID DENGAN KEMAMPUAN MENGHAFAL AL-QUR’AN SANTRI PUTRI PONDOK PESANTREN MODERN BAHARUDDIN.

(14)

7 B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka dapat diidentifikasi beberapa masalah yang muncul, yaitu seperti berikut:

1. Kurang pas nya metode para santri wati baik teori maupun pengalaman dalam menguasai ilmu tajwid

2. Mengetahui lebih telat penyebab terjadinya masalah atau eksis masalah, mengenai hafalan atau penguasaan tahfizh Al-Qur’an santri wati

3. Banyak faktor yang menyebabkan hafalan Al-Qur’an dan penguasaan ilmu tajwid santri wati menjadi rendah

4. Kurang berlatih dalam penguasaan ilmu tajwid C. Batasan Masalah

Karena cakupan yang luas dan agar tidak menyimpang dari permasalahan yang dibahas dan di lihat dari indikator yang mempengaruhi kemampuan menghafal Al-Qur’an terdiri dari 3 aspek yaitu tahfidz, penguasaan ilmu tajwid dan fasahah. Maka peneliti memberikan batasan masalah mengenai penguasaan ilmu tajwid nya saja yaitu:

1. Kemampuan menghafal Al-Qur’an yang dipengaruhi oleh penguasaan ilmu tajwid

(15)

8 D. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka permasalahan yang akan dikaji adalah:

1. Bagaimanakah gambaran penguasaan ilmu tajwid?

2. Bagaimana deskripsi kemampuan menghafal Al-Qur’an?

3. Apakah terdapat hubungan atau korelasi positif yang signifikan antara penguasaan ilmu tajwid dengan kemampuan menghafal Al- Qur’an?

E. Tujuan dan Manfaat

1. Tujuan penelitian

Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah :

a. Untuk mengetahui hasil penguasaan ilmu tajwid santri Pondok Pesantren Modern Baharuddin

b. Untuk mengetahui bagaimana kemampuan menghafal Al-Qur’an santri wati Pondok Pesantren Modern Baharuddin setelah menguasai ilmu tajwid

c. Untuk mengetahui bagaimana hubungan antara penguasaan ilmu tajwid dengan kemampuan menghafal Al-Qur’an

2. Manfaat Penelitiana a. Teoritis

(16)

9

Secara teoritis penelitian ini diharapkan dapat menambah informasi dan sarana dalam memajukan ilmu Al-Qur’an.

b. Praktis

1) Bagi Pondok Pesantren

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi terhadap pondok pesantren modern baharuddin mengenai sejauh mana para santri dalam memahami ilmu tajwid yang di ajarkan oleh ustadz dan ustadzah tahfidz sehingga menjadi acuan pertimbangan bagi para ustadz dan ustadzah tahfidz dalam meningkatkan kemamuan menghafal Al-Qur’an santri putri menjadi lebih baik.

2) Bagi Santri

Penelitian ini diharapkan dapat memotivasi para santri putri untuk dapat mengaplikasikan ilmu tajwid yang di pelajarinya dan dapat mempraktikkan dalam bacaan Al-Qur’an serta dalam menghafal Al-Qur’annya.

3) Bagi Penelitian

Penelitian ini diharapkan mampu pengetahuan bagi peneliti dan merealisasikan teori yang telah dipelajaridan sebagai syarat penyelesaian tugas akhir dan mendapat gelar sarjana Pendidikan Agama Islam di IAIN Bukittinggi dan penelitian ini diharapkan

(17)

10

mampu memberi pengetahuan bagi peneliti dan merealisasikan teori yang telah dipelajari.

F. Penjelasan Judul

Hubungan adalah: suatu kata yang bermakna bersambung,berkaitan, sangkutpaut, dan saling membutuhkan satu dengan yang lain.

Penguasaan adalah: Proses, cara, perbuatan menguasai atau menguasakan, pemahaman atau kesanggupan, kepandaian.

Ilmu Tajwid adalah: ilmu yang menerangkan hukum bacaaan dan kaidah yang harus dipatuhi ketika membaca Al-Qur’an sesuai dengan metode yang diterima kaum muslimin dari Rasulullah SAW.

Kemampuan adalah: kapasitas seorang individu untuk melakukan beragam tugas dalam suatu pekerjaan.

Menghafal Al-Qur’an adalah: usaha dengan sadar dan sungguh-sungguh yang dilakukan untuk mengingat dan meresapkan bacaan kitab suci Al- Qur’an yang mengandung mukjizat ke dalam fikiran agar selalu ingat, dengan menggunakan strategi atau metode tertentu.

G. Sistematika Penulisan

Agar suatu penelitian ini lebih terarah dan terlihat memiliki hubungan yang kuat antara keseluruhan pembahasan perlu dibuat sistematika penulisan yang terdiri dari:

(18)

11 BAB I : PENDAHULUAN

Sebagai pendahuluan yang sub pembahasan meliputi latar belakang masalah, identifikasi masalah, batasan masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, penjelasan judul, sistematika penulisan.

BAB II : LANDASAN TEORI

Meliputi dua aspek yaitu penguasaan ilmu tajwid dengan kemampuan menghafal Al-Qur’an. Penguasaan ilmu tajwid meliputi: pengertian ilmu tajwid, tujuan dan keutamaan mempelajari ilmu tajwid, objek kajian ilmu tajwid, ruang lingkup ilmu tajwid, indikator penguasaan ilmu tajwid, hukum mempelajari ilmu tajwid, penguasaan ilmu tajwid. Kemampuan menghafal Al-Qur’an meliputi: pengertian kemampuan, pengertian menghafal Al- Qur’an, Indikator kemampuan Menghafal Al-Qur’an, Hukum menghafal Al-Qur’an, Hubungan antara kemampuan menguasai ilmu tajwid dengan kemampuan mengahafal Al-Qur’an.

BAB III : METODE PENELITIAN

Meliputi: jenis penelitian, lokasi penelitian, populasi dan sampel, teknik pengumpulan data, Variabel dan Indikator, teknik pengumpulan data, teknik analisis data, Uji prasyarat analisis, uji hipotesis.

(19)

12 BAB II LANDASAN TEORI

TEORI TENTANG PENGUASAAN ILMU TAJWID DAN

KEMAMPUAN MENGHAFAL AL-QUR’AN SERTA HUBUNGANNYA A. Penguasaan Ilmu Tajwid

1. Pengertian ilmu tajwid a. Pengertian Ilmu

Ilmu merupakan suatu suatu aplikasi konsep yang ada dan kesimpulan dari semua hasilnya. Ilmu adalah satu cabang dan beragam pengetahuan dan kajian. Ia adalah cabang yang berkaitan dengan verifikasi ataupun pengujian hakikat, metode, dan konsep dasar yang dikaji melalui eksperimen dan premis.6 b. Pengertian Tajwid

Tajwid merupakan ilmu yang digunakan untuk mengetahui kaidah dan cara membaca (menyembunyikan) huruf-huruf Al-Qur’an secara baik dan benar. Tajwid juga sama dengan tahsin yang dimana pengertian tahsin berasal dari bahasa arab yang berarti membaguskan atau memperbaiki.7

6Muhammad Izzuddin Taufiq,Panduan Lengkap & Praktis Psikologi Islam (Jakarta: Gema Insani, 2006) hlm 209

7Ahmad Annuri, Panduan Tahsin Tilawah Al-Qur’an dan Pembahasan Ilmu Tajwid ( Jakarta : Pustaka Al-Kautsar,2013), hal 43

(20)

13

Dari pengertian di atas dapat peneliti simpulkan bahwa ilmu tajwid adalah ilmu tentang kaidah-kaidah serta cara-cara membaca ayat- ayat Al-Qur’an dengan cara mengeluarkan huruf dari makhrajnya serta memberi hak dan mustahaqnya dengan baik dan benar.8

Maka dapat dikatakan bahwa ilmu tajwid adalah pengetahuan atau suatu ilmu tentang kaidah serta cara membaca Al-Qur’an secara tepat dengan mengeluarkan bunyi huruf dari asal tempat keluarnya (makhraj) serta memberi hak mustahaknya.

c. Tujuan dan Keutamaan Mempelajari Ilmu Tajwid

Tujuan mempelajari ilmu tajwid ialah agar dapat membaca ayat-ayat Al-Qur’an dengan baik (fashih) sesuai dengan yang diajarkan Rasulullah SAW. Dengan membaca Al- Qur’an sebagai firman allah SWT secara benar di harapkan pembaca Al-Qur’an memperoleh ridha Allah dan mendapatkan kebahagiaan di dunia dan di akhirat.9

Dengan banyaknya aturan atau ketentuan dalam membaca Al-Qur’an yang kemudian dikaji dalam ilmu tajwid,

8Marzuki Dan Choirol Ummah, Dasar-Dasar Ilmu Tajwid,(Yogyakarta:

DIVA Press, 2020)hlm 28-30

9 Muhammad Sobron, Belajar Mudah Ilmu Tajwid( Jakarta : Qaf Academy, 2017), hlm 59

(21)

14

maka ilmu tajwid menjadi sangat penting bagi Al-Qur’an dan juga bagi para pembaca Al-Qur’an. Ilmu tajwid memiliki tujuan untuk menjaga kemurnian Al-Qur’an, terutama dalam pembacaannya, dari terjadinyaperubahan dan kesalahan dalam pengucapan huruf arab yang mencakup tiga hal penting, yaitu: 1) tempat keluarnya huruf (makhraj), 2) jenis dan sifat tiap-tiap huruf, dan 3) hukum-hukum yang timbul dalam susunan kalimat Al-Qur’an seperti: idzhar, ikhfa, iqlab, idgam, mad, qalqalah, waqaf, tafkhim, tarqiq, ghunnah dan qashar.10

Dengan tujuan yang seperti itu, ilmu tajwid memiliki keistimewaan tersendiri bagi seorang muslim. Dibandingkan dengan ilmu-ilmu lain, ilmu tajwid meiliki keistimewaan yang lebih, bahkan ada yang mengatakan bahwa ilmu tajwid merupakan semulia-mulia ilmu, karena terkait langsung dengan Al-Qur’an yang merupakan kalam Allah SWT.11

Dari kekhususan Al-Qur’an, dalam membacanya dianjurkan agar berusaha memperbaiki suaranya, dengan suara yang bagus dan merdu, namun dengan syarat tidak melanggar kaidah bacaan tajwid. Karena itu, tujuan dan kegunaan ilmu

10 Harun Ar-Rasyid, Kontribusi Ulama Tajwid terhadap Perkembangan Ilmu Bahasa, SUHUF : Jurnal Pengkajian Al-Qur’an dan Budaya, (2), 197-210.

2009.DOI:doi.org.

11 Muhammad Sobron,Belajar….,hlm,59.

(22)

15

tajwid adalah memelihara bacaan Al-Qur’an dari kesalahan dan perubahan lisan dari kesalahan membacanya.12

2. Ruang Lingkup Ilmu Tajwid

Ruang lingkup tajwid secara garis besar terbagi menjadi dua bagian, yaitu:

a. Haqqul Harf

Yaitu segala sesuatu yang wajid ada pada setiap huruf.

Hak huruf meliputi sifatul huruf dan makhrijul huruf. Apabila hak huruf ditiadakan, maka semua suara yang diucapkan tidak mungkin mengandung makna karena bunyinya menjadi tidak jelas.

b. Mustahaqqul Harf

Yaitu hukum-hukum baru yang timbul oleh sebab- sebab tertentu setelah hak-hak huruf melekat pada setiap huruf. Hukum-hukum ini berguna untuk menjaga hak-hak huruf tersebut serta makna-makna yang dihendaki oleh setiap rangkaian huruf. Mustahaqul harf meliputi hukum-hukum seperti idzhar, ikhfa, iqlab, qalqalah, tafkhim, mad, waqaf, dan lain-lain. Pokok bahasa (ruang lingkup) ilmu tajwid adalah:

12 Abdullah Asy’ari, Pelajaran Tajwid( Kaidah Bagaimana Seharusnya Membaca Al-Qur’an Untuk Pelajaran Permulaan), Surabaya Apollo h. 7

(23)

16

1) Makhrijul harf, membahas tentang tempat-tempat keluarnya huruf.

2) Sifatul huruf, membahas tentang sifat-sifat huruf.

3) Ahkamul huruf, membahas tentang hukum-hukum yang lahir dan hubungan antar huruf.

4) Ahkamul Mad Wal Qashar, membahas tentang hukum- hukum memanjangkan dan memendekkan bacaan.

5) Ahkamul Waqfi Wal Ibtida’, membahas tentang hukum- hukum menghentikan dan memulai bacaan.

1) Makharijul huruf

a) Pengertian makharijul huruf

Mairahka mempunyai akar kata dari fi’il madhi ( جر خ) yang berarti “keluar”. Akar kata tersebut selanjutnya dijadikan bentuk isim makan( yang menunjukkan tempat), sehingga menjadi ْج رْخ م, yang artinya “ temat keluar”. Sedang makharij merupakan bentuk dari makhraj.

Jadi, yang dimaksud dengan makharijul huruf adalah tempat- tempat keluar huruf. Semua huruf mempunyai tempat asal yang dikeluarkan pembaca, sehingga membentuk

(24)

17

bunyi tertentu. Jika huruf itu tidak dikeluarkan dari tempat asalnya, maka menjadikan kekaburan bagi pembaca sendiri dan yang mendengarkan, serta tidak dapat membedakan antara huruf yang satu dengan yang lainnya.

2) Sifatul huruf

Sifat menurut bahasa adalah suatu yang melekat atau menetap pada sesuatu yang lain. Sifat-sifat huuf hijaiyah selalu dikaitkan dengan makhrajnya, mengingat makhraj huruf merupakan standard untuk penentuan sifat dari huruf hijaiyah.13

3) Ahkamul huruf

Pembahasan ahkamul huruf meliputi:

a) Hukum nun mati atau tanwin

Hukum nun mati atau tanwin apabila bertemu dengan salah satu huruf hijaiyah maka mempunyai 4 hukum, yaitu:

(1) Izhar

13 Abdul Mujib Ismail dan Mariah ulfa nawawi, Pedoman Ilmu Tajwid,(Surabaya: KaryaAbditama, 1995), hal 51

(25)

18

Izhar secara bahasa berarti jelas sedangkan, menurut istilah adalah apabila nun mati atau tanwin bertemu dengan salah satu huruf izhar yaitu خ-ح-غ-ه-ء-ع dibaca jelas.

(2) Idgham

Idgham secara bahasa berarti memasukkan huruf sedangkan menurut istilah yaitu membaca dengung apabila bertemu dengan salah satu huruf idgham. Idgham terbagi dua yaitu: idgahm bigunnah dan idgham bilagunnah. Huruf idgham bigunnah yaitu : ن م و ي sedangkan huruf idgham bilagunnah yaitu : ر ل

(3) Iqlab

Secara bahasa iqlab berarti mengganti secara istilah yaitu apabila nun mati atau tanwin bertemu dengan huruf iqlab yaitu ب maka di baca dengung.

(4) Ikhfa

Menurut bahasa ikhfa ialah menyamarkan bacaan secara istilah ikhfa yaitu menyamarkan bacaan apabila nun mati atau tanwin bertemu dengan salah satu huruf ikhfa yaitu : ك ق ف ظ ط ض ص ش س ز ذ د ج ث ت dibaca samar.

(26)

19 b) Hukum mim mati

Hukum mim mati terbagi menjadi 3 macam yaitu, yaitu:

(1) Idgham mimi atau mitslain, adalah apabila ada mim mati bertemu dengan huruf yang sama yaitu huruf mim bertemu dengan huruf mim maka bacaannya disebut idgham mimi atau mitslain.

(2) Ikhfa syafawi, adalah apabila ada mim mati bertemu dengan huruf ba maka hukumnya disebut ikhfa syafawi, cara membacanya dengan dibunyikan idzhar secara jelas dan idgham dengan memasukkan bunyi dengan bibir tertutup.

(3) Izhar syafawi adalah jika mim mati bertemu dengan selain huruf badan mim maka hukumnya disebuth ikhfa syafawi, cara membacanya dengan jelas dan bibir tertutup.

c) Gunnah

Gunnah berarti dengung, secara istilah ialah apabila ada huruf nun atau mim yang bertasydid maka bacaanya wajib di tampakkan dengungnya dan panjangnya itu kira-kira satu alif atau dua harakat dan hukum bacaannya yaitu gunnah musyaddadahh.

d) Idgham

(27)

20 Idgham terbagi menjadi 3, yaitu :

(1) Idgham mutamatsilain

Ialah apabila huruf sukun bertemu huruf yang sama makhraj dan sifatnya.

(2) Idgham mutajanisain

Ialah apabila huruf sukun bertemu dengan huruf yang sama makhraj tapi beda sifatnya.

(3) Idgham mutaqoribain

Ialah apabila huruf sukun bertemu huruf yang berdeketan makhraj dan sifatnya.

e) Hukum Ra dan Lam jalalah

Hukum Ra terbagi menjadi 3 :

(1) Ra yang dibaca tafkhim (tebal)

(a) Ra yang berharakat fathah dan fathahtain

(b) Ra yang berharakat dhammah dan dhammahtain

(c) Ra sukun yang di dahului fathah atau dhammah

(28)

21 (2) Ra yang dibaca tarqiq(tipis)

(a) Ra yang berharakat kasrah dan kasrahtain

(b) Ra sukun yang didahului kasroh

(3) Ra sukun karena waqaf yang didahului ya sukun.

(a) Ra yang boleh tafkhim atau tarqiq

(b) Huruf ra sukun karena waqaf dan jatuh sesudah harakat kasrah yang di pisah dengan huruf isti’la.

Lam jalalah, yaitu lamnya lafaz Allah. hukum lam jalalah ada 2:

1. Tafkhim, apabila lam jalalah didahului fathah atau dhammah.

2. Tarqiq, apabila lam jalalah didahului kasrah.

4) Ahkamul Maddi Wal Qashar

Mad terbagi dua yaitu: mad asli dan mad far’i

a.) Mad asli atau mad thobi’I adalah memanjangkan bacaan apabila bertemu huruf mad asli yaitu ي و ا adapun panjangnya 2 harokat

(29)

22 b.) Mad Far’I (cabang)

(1) Mad wajib muttasil, yaitu mad ang bertemu hamzah dalam satu kata.panjangnya 6 harokat atau 2 ½ alif.

(2) Mad jaiz munfasil, yaitu mad yang bertemu hamzah tidak dalam satu kata. Panjangnya 6 harokat atau 2 ½ alif.

(3) Mad arid lissukun, yaitu mad yang bertemu sukun di akhir kalimat di baca panjang 1,2,3 alif.

(4) Mad badal, yaitu mad menggantikan hamzah di baca panjang 1 alif.

(5) Mad lain, yaitu jika ada baris fathah bertemu wawa mati atau ya mati sesudahnya huruf hidup di baca 1 atau 2 alif.

(6) Mad silah terbagi dua yaitu mad silah qasirah dan mad silah thawilah. Mad silah qasirah apabila ada ha dhamir tidak bertemu hamzah sedangkan mad silah thawilah apabila ada ha dhamir bertemu hamzah.

(7) Mad ‘iwadh, yaitu jika ada fathatain pada akhir kata yang di waqafkan, maka dibaca fathah saja.

(30)

23

(8) Mad lazim kilmi mutsaqqol, yaitu huruf mad bertemu dengan tasydid dalam satu kalimat panjangnya 6 harokat.

(9) Mad lazim kolmi mukhoffaf, yaitu apabila ada huruf mad bertemu dengan sukun dalam huruf dan dibaca idgham.

Panjangnya 6 harokat.

(10) Mad lazim harfi mutsaqqol, yaitu apabila ada huruf mad bertemu sukun dalam huruf dan dibaca idgham.

Panjangya 6 harokat.

(11) Mad lazim harfi mukhoffaf, yaitu apabila ada huruf mad bertemu sukun dalam huruf dan tidak dibaca idgham.

Panjangnaya 6 harokat.

(12) Mad tamkin, yaitu huruf ya kasrah bertasydid bertemu dengan ya suukun. Panjangnya 2 harakat.

3. Hukum Mempelajari Ilmu Tajwid

Hukum mempelajari ilmu tajwid adalah fardhu kifayah, artinya jika ada sebagian kaum muslimin yang mempelajari ilmu tajwid, maka gugurlah kewajiban sebagai kaum muslimin lainnya.

Adapun mengamalkan ilmu tajwid hukumnya fardhu’ain bagi setiap pembaca Al-Qur’an dari umat islam. Artinya, meskipun hukum

(31)

24

mempelajari ilmuu tajwid fardhu kifayah, tetapi membaca Al- Qur’an dengan baik dan benar adalah suatu keharusan (fardhu ‘ain).

Hal ini sesuai dengan firman allah Swt:

َِّلِ تَرَوَِّهۡيَلَعَّۡدِزَّۡوَأ َّ

ٱ

ََّءۡر قۡل

ََّنا

َّ

َّ الًيِتۡرَت ٤

َّ

“ Dan, bacalah Al-Qur’an secara tartil.” (QS. Al-Muzammil:4)

Menurut Syekh Wahbah az-Zuhaili dalam bukunya, Tafsir al-Wajiz, maksud dari ayat tersebut adalah bahwa pembaca terbantu untuk memahami makna yang dibaca dan sekaligus untuk bertadabur atau mengambil pelajaran dari kandungan ayat yang dibaca. Menurutnya, penegasan dengan kata tartilan dalam ayat itu menunjukkan bahwa membaca dengan tartil adalah suatu keharusan.14

Syekh Ibnul Jazary berkata di dalam syairnya, “ Adapun menggunakan tajwid adalah wajib hukumnya bagi setiap pembaca Al-Qur’an, maka barang siapa membaca Al-Qur’an tanpa tajwid adalah berdosa, karena Allah menurunkan Al-Qur’an dengan tajwid.

Demikianlah yang sampai kepada kita adalah dari Allah.

14 Wahbah Az-Zuhaili, Tafsir al-Wajiz (Dimasyqi: Dar al-Fikr,1994), hlm 575

(32)

25

Ilmu tajwid wajib diamalkan oleh setiap pembaca Al-Qur’an, ia wajib membacanya (baik didalam shalat maupun diluar shalat) dengan tartil (baik dan benar sehingga hukum mengamalkan ilmu tajwid adalah fardhu ‘ain, yakni wajib diamalkan bagi setiap muslim ataupun muslimah.

4. Objek Kajian Ilmu Tajwid

Secara umum, objek kajian atau pembahasan utama ilmu tajwid ialah lafazh-lafazh dalam Al-Qur’an. Oleh karena itu, ilmu tajwid merupakan ilmu yang langsung berhubungan dengan pembacaan ayat-ayat Al-Qur’an dan memiliki karakteristik tersendiri. Dengan memahami ilmu tajwid secara benar, seorang pembaca Al-Qur’an akan mengurrangi kesalahan dalam membaca Al-Qur’an.

Kata tartil dalam bahasa arab memiliki makna khusus.

Menutut Qurais Shihab, kata tartil terambil dari rattala yang kata dasarnya ratala yang berarti “serasi dan indah” oleh Karena itu, kalimat tartilul qur’an berarti membaca Al-Qur’an dengan perlahan- lahan sambil memperjelas huru-huruf berhenti (waqaf) dan memulai (ibtida’) sehingga pembaca dan pendenganrnya data memahami dan menghayati kandungan pesan-pesannya.

(33)

26

Perlu ditambahkan disini, bahwa cara pembacaan Al-Qur’an yang benar ada empat macam, yaitu:

Pertama, al-tahqiq, yakni cara membaca Al-Qur’an dengan memberikan kepada setiap huruf hak-haknya, seperti menyempurnakan mad, menyempurnakan harakat dengan tidak memberi sukun kepada huruf yang berharakat, menngeluarkan huruf sesuai dengan tempatnya, dan lain-lain.

Kedua, al-hadr, yakni membaca al-qur’an dengan pembacaan cepat dengan tetap menjaga dan memperhatikan kaidah-kaidah tajwid dengan cermat. Terkait dengan pembacaan degan cara ini hendaknya seorang pembaca al-qur’an berhati-hati dari memotong huruf mad, menghilangkan suara ghunnah, atau ikhtilas (membaca sebagian) harakat.

Ketiga, al-tadwir, yakni cara membaca Al-Qur’an dengan pembacaan yang sedang/ tengah antara al-tahqiq (perlahan) dan cepat (al-hadr).

(34)

27

Keempat, al-tartil, yakni cara membaca al-qur’an dengan pelan-pelan, penuh konsentrasi, tenang, dan memberikan hak setiap huruf dari segi makhraj, sifat , dan mad.15

5. Penguasaan Dan Ilmu Tajwid Dan Indikator Ilmu Tajwid

a. Pengertian Penguasaan

Penguasaan berasal dari kata kuasa yang artinya kemampuan atau kesanggupan untuk berbuat sesuatu.

Sedangkan penguasaan sendiri berarti pemahaman atau kesanggupan untuk menggunakan (pengetahuan, kepandaian, dsb).

Adapun ilmu tajwid adalah ilmu bagaimana cara membaca dan mengucapkan kalimat-kalimat Al-Qur’an dengan benar dan tepat. Jadi, penguasaan ilmu tajwid adalah pemahaman terhadap ilmu tajwid dan sanggup untuk menggunakan pemahamannya tersebut dalam membaca Al- Qur’an secara tepat dan benar. Oleh karena itu, supaya dapat mengetahui tata cara membaca Al-Qur’an yang benar maka harus terlebih dahulu menguasai pokok-pokok pembahasan yang

15 Hisamuddin Salim Al-Kailani, Al-Bayan Fi Ahkami Tajwidil Qur’an (Ad- Dimasq: Wizaratul I’lam al-Jumhuriyah al-‘Arabiyyah as-Suriyyah,1999), hlm 23

(35)

28

ada di dalam ilmu tajwid, seperti hukum nun mati atau tanwin, hukum mim mati, idgham, hukum mad, dll.16

Dari kerangka teoritik tentang ilmu tajwid, yang telah dipaparkan di atas, maka terdapat beberapa indikator untuk mengetahui tingkat penguasaan ilmu tajwid, yaitu:

1.) Memahami hukum nun mati atau tanwin yaitu pemahaman mengenai bagaimana hukum nun mati atau tanwin tersebut yang terdiri dari idzhar, iqlab, ikhfa, dan idgham.

2.) Memahami hukum mim mati yaitu pemahaman mengenai bagaimana itu hukum mim mati yang terdiri dari idgham mimi, idzhar syafawi, ikhfa syafawi.

3.) Memahami hukum ghunnah yaitu pemahaman mengenai bagaimana itu hukum ghunnah yang terdiri dari nun atau mim bertasydid.

4.) Memahami hukum idgham yaitu pemahaman mengenai bagaimana itu hukum idgham yang terdiri dari idgham mutamatsilain, mutajanisain, dan mutaqqaribain.

16 Wiwi Alawiyah Wahid, Panduan Menghafal Al-Qur’an Super Kilat, (Yogyakarta: Diva Press, 2015), hlm 51-52

(36)

29

5.) Memahami hukum mad yaitu pemahaman mengenai bagaimana itu hukum mad yang terdiri dari mad thabi’I dan mad far’i.

6.) Memahami hukum ra dan la jalalah yaitu pemahaman hukum ra yang di baca tebal (tafkhim), ra yang dibaca tipis (tarqiq) begitu juga dengan hukum la jalalah.

B. Kemampuan Menghafal Al-Qur’an

1. Pengertian Kemampuan

Didalam kamus besar bahasa Indonesia, kemampuan berasal dari kata “mampu” yang berarti kuasa (bisa, sanggup melakukan sesuatu, dapat, memunyai harta berelebihan).

2. Pengertian Menghafal Al-Qur’an

Al-Hifzh (Hafalan) secara etimologi adalah lawan dari pada lupa, yaitu selalu ingat dan sedikit lupa. Penghafal adalah orang yang menghafalkan dengan cermat dan termasuk sederetan kaum yang menghafal.17

17Abdurrab Nawabuddin, Teknik Menghafal Al-Qur’an (Bandung : Sinar Baru Bandung, 1991)hlm 23

(37)

30

Ibnu madzur berkata: Orang yang selalu berjaga-jaga yaitu orang yang selalu menekuni pekerjaannya, dalam ayat dikatakan:

َّ َينِتِنََٰقَِّ ِلِلَّّْاو مو قَوََّٰىَطۡس وۡلٱَِّةَٰوَل صلٱَوَِّتََٰوَل صلٱَّ َ َعَلَّْاو ظِفَٰ َح ٢٣٨

َّ

“Peliharalah semua shalat mu. “(Al-Baqoroh ; 238) maksudnya, shalatlah tepat pada waktunya. Menghafal sesuatu, yakni mengungkapkan satu demi satu dengan tepat. Kata-kata hifzh dalam Al-Qur’an dapat berarti banyak hal, sesuai dengan pemahaman konteks.

Disini diartikan memelihara dan menjaga. Dalam surah al- Mukminun : 5, allah berfirman, :

َََّّو ٱ

ََّنيِ لَّ

ََّنو ظِفَٰ َحَّۡمِهِجو ر فِلَّۡم ه َّ

٥

َّ

“Dan orang-orang yang menjaga kemaluannya.” (al- mukminun:5)

Menurut Atkinson, salah seorang ahli psikologi sebagaimana yang dikutip oleh wiwi alawiyah wahid bahwa tahapan tentang ingatan seseorang meliputi 3 hal, yaitu:

(38)

31

a. Enconding, yaitu memasukkan data-data informasi ke dalam ingatan.

b. Storage, yaitu penyimpanan informasi atau materi ke dalam memori.

c. Recalling, yaitu pengungkapan kembali.

Jadi, seseorang bisa dikatakan mampu menghafal Al- Qur’an jika dia melafazkan kembali bacaan Al-Qur’an yang pernah dihafalnya dengan tepat dan lancar, serta harus sesuai dengan kaidah bacaan Al-Qur’an. Oleh karena itu, seorang penghafal Al-Qur’an berkewajiban untuk menjaga hafalannya. Sehingga dalam muraja’ah atau takrir sangat mempengaruhi kelancaran hafalan seseorang.

3. Indikator Kemampuan Menghafal Al-Qur’an

Indikator kemampuan menghafal Al-Qur’an dapat dilihat dari tiga aspek, yaitu: tahfidz (kelancaran hafalan), kesesuaian bacaan dengan kaidah ilmu tajwid, dan fasahah.18

18M Quraish Shihab, Membumikan al-Qur’an: Fungsi dan Peran Wahyu dalam Kehidupan Masyarakat, (Bandung: Mizan Pustaka, 2007), hal 191

(39)

32

a. Tahfiz (kelancaran hafalan) dalam buku pedoman perhakiman MTQ MHQ dijelaskan bahwa penilaian bidang tahfiz meliputi materi

1.) Mura’at al-ayat

Tawaqquf adalah apabila seseorang berhenti 15 detik atau mengulang-ulang bacaannya lebih dari tiga kali dan tidak bisa melanjutkan bacaan.

2.) Tark al-ayat adalah apabila seseorang membaca sepotong ayat dan melompat pada ayat lain.

3.) Sabq al-lisan

4.) Tark al-huruf aw al-kalimat adalah apabila seseorang menambah satu atau beberapa huruf atau satu kalimat dan tetap bisa melanjutkan bacaannya dengan benar.

5.) Ziyadat al-huruf aw al-kalimat adalah apabila seseorang menambah satu atau beberapa huruf atau satu kalimat dan tetap bisa melanjutkan bacaannya dengan benar.

6.) Tabdil al-huruf aw al-kalimat adalah apabila seseorang mengubah atau mengganti huruf atau kalimat dan tetap bisa melanjutkan bacaannya dengan benar.

(40)

33

7.) Tabdil al-harakat adalah apabila seseorang mengubah harakat suatu huruf atau kalimat dan tetap bisa melanjutkan bacaannya dengan benar.

8.) Tardid al-kalimat adalah apabila seseorang mengulang- ulang bacaan kalimat atau ayat lebih dari satu kali dan tetap bisa melanjutkan bacaannya.

9.) Tamam al-qira’ah adalah apabila seseorang membaca tidak sampai selesai atau tidak bisa membaca sama sekali ayat yang dihafal.19

Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa kelancaran hafalan dapat dilihat dari kemampuan melafadzkan kembali ayat yang dihafal, dan mampu melanjutkan dari ayat yang satu ke ayat yang lain secara sempurna tanpa adanya kesalahan. Adapun kelancaran dan hafalan ditandai dengan nisyan (lupa) dan tark al-ayat (membaca atau sepotong atau melompat).20

b. Kesesuaian bacaan Al-Qur’an dengan kaidah ilmu tajwid, yaitu meliputi:

19Departemen Agama RI, Pedoman Perhakiman MTQ-MHQ(Tafsir al- Qur’an, MFQ,MSQ,MKQ,Tafsir Bahasa Indonesia dan Qira’at) Lembaga Pengembangan Tilawatil Qur’an Tingkat Nasional 2002, (Jawa Timur:Penamas Kanwil Jatim,2002,) hal 34-36

20Shihab, Membumikan al-Qur’an…, hal 192

(41)

34

1.) Makharij al-huruf (ketepatan membunyikan huruf sesuai dengan makhrajnya).

2.) Sifat al-huruf (ketepatan membunyikan huruf sesuai dengan sifat-sifat yang dimiliki)

3.) Ahkam al-huruf (ketepatan membunyikan huruf sesuai dengan hukum yang terjadi)

Ahkam al-mad wal qasr (ketepatan membunyikan panjang pendek suatu huruf sesuai dengan hukumnya)21

c. Fasahah

Fasahah adalah ketepatan / kefasihan dalam membaca sehingga sesuai dengan lahjah arab, penilaiannya yaitu meliputi Ahkam Al-Waqf wa al-ibtida’ (ketepatan menghentikan dan memulai bacaan sesuai dengan hukumnya).

4. Hukum Menghafal Al-Qur’an

Pendapat sebagian besar ulama mengenai hukum menghafal Al-Qur’an yakni fardhu kifayah. Pendapat mengandung pengertian bahwa orang yang menghafal Al-Qur’an tidak boleh kurang dari jumlah mutawattir. Pendapat lain mengatakan bahwa hifzh al-

21Departemen Agama RI, Pedoman Perhakiman MTQ-MHQ…, hal 36

(42)

35

Qur’an merupakan proses mempelajari Al-Qur’an dengan cara

menghafalkannya agar selalu ingat dan dapat mengucapkannya diluar kepala tanpa melihat mushaf.22

5. Syarat yang harus dipenuhi dalam menghafal Al-Qur’an

a. Membaca dengan benar

Seseorang yang ingin bertekad untuk menghafal Al- Qur’an haruslah membaca Al-Qur’an dengan baik dan benar agar tidak terjadi kekeliruan saat menghafal Al-Qur’an. Oleh karna itu sebelum menghafal Al-Qur’an hendaklah kita menguasai ilmu tajwidnya. ada beberapa kategori yang harus diperhatikan dalam membaca Al-Qur’an sebelum menghafal Al- Qur’an:

1.) Memperbaiki makhraj

Dalam membaca Al-Qur’an harus lah terlebih dahulu untuk memperhatikan makhraj dari setiap huruf yang akan dibaca.

2.) Mengakuratkan harakat

22Mohammad Irsyad & Nurul Qomariah, Strategi Menghafal Al-Qur’an Sejak Usia Dini, Volume 2, Agustus 2017, hal. 136 diakses 27 februari pukul 10:23 WIB

(43)

36

Bila menghafal dengan bacaan yang salah, maka akan sulit untuk mengubah dan menghilangkannya, setelah itu.

Sehingga perlu melakukan perbaikan dan pengoreksian terhadap apa yang dihafal.23

3.) Mengakuratkan kata

Syarat ini harus benar-benar dipenuhi karena harakat dilihat oleh setiap orang. Sedangkan sebagian kata, karna sulit diucapkan atau seorang penghafal yang tidak menggunakan gaya bahasa atau tidak berpengalaman dalam membaca Al- Qur’an.

4.) Mencermati akhir ayat dengan sungguh-sungguh

Kebanyakan penghafal yang membaca tergesa-gesa bisa berakibat seorang pembaca tidak memperhatikan bacaannya. Sehingga kemudian ia menghafal dengan hafalan yang salah. Dan ada juga yang membaca tanapa melihat dengan sungguh-sungguh.

b. Menghafal dengan kuat

23Amjad Qasim, Kaifa Tahfidz Al-Qur’an al Karim Fi Syahr, Madiun- Jatim:2012, h. 139

(44)

37

Dalam menghafal dalam hafalan yang baru haruslah kita menjadikan hafalan itu dengan hafalan yang kuat.

c. Menggabungkan halaman yang baru dihafal dengan halaman sebelumnya.

Seorang penghafal yang sempurna haruslah mampu mengingat hafalannya dalam satu halaman ke halaman sebelumnya atau pun sebaliknya.

6. Hal-Hal Yang Membuat Sulit Menghafal Ayat-Ayat Al-Qur’an

a. Tidak menguasai makharijul huruf dan tajwid

Salah satu faktor kesulitan dalam menghafal Al-Qur’an ialah karena bacaan tidak bagus, baik dari segi makharijul huruf, kelancaran membacanya, ataupun tajwidnya. Walaupun pada dasarnya menghafal Al-Qur’an tidak pernah lepas dari kendala dan beberapa problem yang menyulitkan, namun jika tidak mempunyai modal tersebut, maka ia akan mempunyai banyak kesulitan.

b. Tidak sabar

(45)

38

Sabar hal yang paling penting dalam menghafal Al- Qur’an karna menghafal Al-Qur’an merupakan suatu kegiatan yang cukup lama, dan membutuhkan konsentrasi serta fokus terhadap hafalan. Maka harus sabar dalam menghafal ayat demi ayat, halaman demi halaman, lembar demi lembar, surat demi surat dan juz demi juz.

c. Tidak sungguh-sungguh

Dalam menghfal Al-Qur’an harus bersungguh- sungguh dan jauh dari sifat malas.

d. Tidak banyak berdo’a

Agar penghafal di mudahkan daam menghafal Al- Qur’an haruslah penghafal banyak-banyak dan sering dalam berdo’a agar dipermudah oleh allah.

e. Berganti-ganti mushaf Al-Qur’an

Dalam kegiatan menghafal Al-Qur’an haruslah kita memakai satu mushaf Al-Qur’an agar lebih mudah untuk menghafalnya.

(46)

39

Kesimpulan dari penjelasan di atas bahwa hal-hal yang membuat sulit dalam menghafal Al-Qur’an haruslah di hindari seorang penghafal Al-Qur’an salah satu hal yang membuat sulit dalam menghafal itu yang paling utama adalah tidak menguasai makharijul huruf dan tajwid. Dari penjelasan itu bahwa penguasaan ilmu tajwid sangatlah berperan penting dalam menghafal Al-Qur’an atau memiliki hubungan yang signifikan.

7. Hubungan Kemampuan Menguasai Ilmu Tajwid Dengan Kemampuan Menghafal

Sudah dapat di simpulkan dari masing-masing pengertian di atas bahwa kemampuan menguasai ilmu tajwid dengan kemampuan menghafal Al-Qur’an sangat lah berhubungan karna setiap orang yang ingin menghafal Al-Qur’an harus mempunyai persiapan yang sangat matang agar proses hafalan nya berjalan dengan baik dan lancar. Dan untuk memperoleh hasil yang maksimal dalam menghafal Al-Qur’an hendaklah para penghafal harus tau kaidah atau syarat dalam menghafal Al-Qur’an. Diantara beberapa syarat

(47)

40

tersebut adalah dapat atau mampu untuk membaca Al-Qur’an dengan baik dan benar.24

Adapun cara agar mampu membaca Al-Qur’an dengan baik dan benar adalah dengan menguasai ilmu tajwid.25 Oleh karna itu sebelum menghafal Al-Qur’an sangat dianjurkan bagi penghafal untuk mampu menguasai ilmu tajwid. Hal ini dimaksudkan agar para penghafal Al-Qur’an tidak salah dalam menghafal ayat Al- Qur’an. Jika bacaannya salah maka hafalan yang dihasilkan pun salah sehingga untuk memperbaikinya butuh waktu yang lama, dan itu juga salah satu cara untuk menghindari terjadinya perubahan makna atau arti yang terkandung dalam Al-Qur’an.26

Menguasai ilmu tajwid sebelum menghafal Al-Qur’an merupakan perkara wajib. Sebab salah satu faktor kesulitan dalam menghafal Al-Qur’an ialah karena bacaan yang tidak bagus baik dari segi makhrijul huruf. Kelancaran membacanya, ataupun tajwidnya.

Selain itu, menghafal Al-Qur’an tanpa menguasai Ilmu Tajwid tentu bacaan Al-Qur’annya tidak tepat atau tidak lancar. Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa menguasai ilmu tajwid sebelum

24Imam Musbikin, Mutiara Al-Qur’an,(Madiun: Jaya Star Nine, 2014), Hlm 346

25Ummu Habibah, 20 Hari hafal 1 juz, (Yogyakarta: DIVA PRESS, 2015), Hlm 35

26Wiwi Alawiyah Wahid, Panduan Menghafal Al-Qur’an Super Kilat,(

Yogyakarta: DIVA PRESS, 2015),hlm 50-51

(48)

41

menghafal Al-Qur’an akan mempermudah si penghafal untuk menghafal Al-Qur’an dan menghindari terjadinya kesalahan terhadap ayat yang dihafalkan.

C. KERANGKA BERFIKIR

Menurut sugiyono mengemukakan bahwa, kerangka berfikir merupakan model konseptual tentang bagaimana teori berhubungan dengan berbagai faktor yang telah di identifikasi sebagai masalah yang penting.

Untuk memudahkan atau memberikan gambaran penulis dalam penelitian ini, maka dapat dikemukakan kerangka berfikir sebagai berikut:

Keterangan :

: Garis saling Berhubungan

D. PENELITIAN RELEVAN

Penelitian relevan ini digunakan sebagai perbandingan terhadap penelitian yang sudah ada. Dalam penelitian relevan ini terdiri dari

Penguasaan Ilmu Tajwid

Kemampuan Menghafal Al-Qur’an

(49)

42

penelitian terdahulu yang relevan dengan penelitian ini. sebagai bahan pertimbangan akan dikaji beberapa penelitian terdahulu untuk menghindari persamaan objek dan fokus penelitian.

Pertama, skripsi yang ditulis oleh Muh Ali (NIM 11410018) mahasiswa fakultas tarbiyah STAIN Salatiga dengan judul “Hubungan Penguasaan Ilmu Tajwid dengan Kemampuan Membaca Al-Qur’an siswa kelas V SD Negeri Kandangan 04 Bawen”. Dalam skripsi ini, pengujian hipotesis penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif antara hubungan penguasaan ilmu tajwid dengan kemampuan membaca Al-Qur’an siswa kelas V SD Negeri Kandangan 04 Bawen.

Hal ini dapat dilihat pada koefisien rxy adalah 0,846, setelah itu dikonsultasikan pada r tabel dengan taraf signifikasi 5% dan 1%

dihasilkan 0,444 dan 0,561. Hal ini menunjukkan bahwa rxy> rt maka hipotesis yang diajukan adalah signifikan, artinya hipotesis diterima.27

Kedua skripsi, yang ditulis oleh sofiatun (NIM 073111005) mahasiswi Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang dengan judul

“Studi Korelasi Antara Pemahaman Ilmu Tajwid Dengan Kemampuan Membaca Al-Qur’an Siswa Kelas XI MAN 1 Semarang Tahun Pelajaran 2010/2011.” Dalam skripsi ini, berdasarkan pada analisis

27Muh Ali, Hubungan Penguasaan Ilmu Tajwid dengan Kemampuan Membaca Al-Qur’an Siswa Kelas V SD Negeri Kandangan 04 Bawen, Skripsi, (Salatiga: Fakultas Tarbiyah STAIN Salatiga, 2012).

(50)

43

kuantitatif, dari hasil penelitian menunjukkan bahwa dilihat nilai r observasi adalah 0.342 berada di atas r product moment, batas penolakan 5% sebesar 0,312, dengan kata lain 0,342 > 0,312. Dengan demikian hipotesis yang berbunyi”ada hubungan positif yang signifikan antara pemahaman ilmu tajwid dengan kemampuan membaca Al- Qur’an siswa kelas XI MAN 1 Semarang tahun pelajaran 2010/2011”

dapat diterima kebenarannya.28

Ketiga, Skripsi yang ditulis oleh Nadhifa (NIM 093111108) mahasiswi fakultas tarbiyah dan ilmu keguruan IAIN Bandung tahun 2013 dengan judul” Studi Korelasi Penguasaan Mufrodat dengan Kemampuan Menghafal Al-Qur’an di Pondok Pesantren Tahafidzzul Bandung”. Tenik analisis data yang digunakan untuk menguji hipotesis adalah korelasi Product Moment. Pengujian hipotesis penelitian menunjukkan bahwa r hitung = 0,6637, kemudian dikonsultasikan pada r tabel dengan taraf signifikansi 1% = 0,403 dan 5% =0,312, hal ini berarti r hitung > r tabel yang berarti Ho ditolak atau hipotesis diterima.

Sehingga data disimpulkan bahwa ada korelasi yang positif dan kuat

28Sofiatun, “Studi Korelasi Antara Pemahaman Ilmu Tajwid Dengan Kemampuan Membaca Al-Qur’an Siswa Kelas XI MAN 1 Semarang Tahun Pelajaran 2010/2011, Skripsi, (Semarang: Fakuultas Tarbiyah IAIN Wali Songo, Semarang, 2011)

(51)

44

antara penguasaan mufradat dengan kemampuan menghafal Al-Qur’an di pondok pesantren bandung.29

Tabel 1.1

Tabel Penelitian Relevan

No Nama

Peneliti/ Tahun

Judul Persamaan Dan

Perbedaan

1 Muh Ali

(2012)

Hubungan Penguasaan Ilmu Tajwid dengan kemampuan membaca Al-Qur’an siswa kelas V SD Negeri Kandangan 04 bawen Mahasiswa S1 Program Studi PAI Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan IAIN Salatiga

persamaan:

hubungan

penguasaan ilmu tajwid

perbedaan : variabel Y yaitu hubungan penguasaan ilmu tajwid dengan kemampuan

menghafal Al-

29Nadhifah, Korelasi Penguasaan Mufradat dengan Kemampuan Menghafal Al-Qur’an di Pondok Pesantren Bandung, Skripsi, (Bandung, Fakkultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan IAIN Bandung,2013),

(52)

45

Qur’an

2 Sofiatun

(2010)

Studi Korelasi antara pemahaman ilmu tajwid

Dengan Kemampuan

Membaca Al-Qur’an Siswa Kelas XI MAN 1 Semarang

persamaan: korelasi atau hubungan pemahaman ilmu tajwid

perbedaan: variabel

Y kemampuan

membaca Al-Qur’an

3 Nadhifa

(2013)

Studi Korelasi Penguasaan

Mufrodat dengan

Kemampuan Menghafal Al- Qur’an di Pondok Pesantren Tahafidzzul Bandung

persamaan:

kemampuan

menghafal Al- Qur’an

perbedaan: Variabel X studi korelasi penguasaan

mufrodat

(53)

46 E. Hipotesis Penelitian

Menurut Sugiyono “ Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian, dimana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk kalimat pertanyaan. Dikatakan sementara, karena jawaban yang diberikan baru di dasarkan pada teori yang relevan, belum di dasarkan pada fakta-fakta empiris yang diperoleh melalui pengamatan data.

Merumuskan hipotesis(HA) dan hipotesis nihil (Ho):

a. Hipotesis Alternatif (HA) terdapat pengaruh positif yang signifikan antara variable X (Penguasaan Ilmu Tajwid) dengan variabel Y (Kemampuan Menghafal Al-Qur’an)

(54)

47

b. Hipotesis Nihi (Ho) tidak terdapat pengaruh positif antara variabel X (Penguasaan Ilmu Tajwid) dengan variabel Y (Kemampuan Menghafal Al-Qur’an).

(55)

48 BAB III

METODE PENELITIAN A. Jenis dan Pendekatan Penelitian

Jenis penelitian ini adalah korelasi (Correlational research).

Penelitian korelasi adalah penelitian yang dilakukan untuk menemukan ada atau tidaknya hubungan dua atau lebih variabel.30 Sedangkan metode yang digunakan adalah metode kuantitatif, yaitu suatu proses yang menemukan pengetahuan yang menggunakan data berupa angka sebagai alat menemukan keterangan mengenai apa yang ingin kita ketahui.31 Menurut Sugiyono metode penelitian kuantitatif dapat diartikan sebagai metode penelitian yang berlandaskan pada positivisme, digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu, teknik pengambilan sampel pada uumumnya dilaakukan secara random, pengumpulan data menggunakan instrument penelitian, analisis data bersifat kuantitatif/statistic dengan tujuan untuk meenguji hipotesis yang telah di tetapkan.32

30Wina Sanjaya, Penelitian Pendidikan Jenis, Metode dan Prosedur, (Jakarta:

Kencana Prenada Media Group, 2014), hlm.39.

31Deni Darmawan, Metode Penelitian Kuantitatif, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2013), hlm.37.

32Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendidikan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, Cet ke 17, (Bandung: Alfabeta, 2013), hlm.14.

(56)

49 B. Tempat dan Waktu Penelitian

Dalam rangka mencari dan mengumpulkan data untuk menyusun laporan penelitian, penulis mengambil tempat dan waktu penelitian, sebagai berikut:

1. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Pondok Pesantren Modern Baharuddin yang berlokasi di Jalan Muara Tais, Batang Angkola, Tapanuli Selatan, Sumatra Utara.

2. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan selama 2 minggu, 5 september 2020 sampai 19 september 2020.

1. Populasi dan Sampel 1. Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas:

objek/subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian di tarik kesimpulannya. 33 Apabila peneliti ingin meneliti elemen yang ada

33Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan…., hlm 117

(57)

50

dalam wilayah penelitian, maka penelitiannya merupakan penelitian populasi.34

Dari pernyataan tersebut, yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah seluruh santri yang menghafal Al-Qur’an di Pondok Pesantren Modern Baharuddin yang berjumlah 50 santri wati.

2. Sampel

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut.35 untuk menentukan jumlah sampel yang diperlukan dalam suatu penelitian diperlukan teknik pengambilan sampel yang biasa disebut sampling, adapun teknik pengambilan sampel menggunakan Teknik Total Sampling, yaitu teknik pengambilan sampel dimana jumlah sampel sama dengan populasi.

Alasan megambil total sampling karna jumlah populasi yang kurang dari 100 jadi jumlah sampel dalam penelitian ini adalah sebanyak 90 orang dalam waktu satu bulan.

34Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, Ed.

Rev., Cet Ke 14, (Jakarta: Rineka Cipta, 2010), hlm. 173.

35Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan…, hlm. 118

(58)

51 2. Variabel dan Indikator

Variabel penelitian adalah objek penelitian, atau apa yang menjadi titik perhatian dalam suatu penelitian.36 Dalam hal ini, yang akan menjadi variabel pada penelitian ini adalah:

1. Variabel Independen

Variabel penelitian dalam bahasa Indonesia sering disebut dengan variabel bebas, yaitu variabel yang mempengaruhi atau menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen (terikat).37 Adapun yang menjadi variabel bebas dalam penelitian ini adalah penguasaan ilmu tajwid (X) dengan indikator sebagai berikut:

a. Memahami hukum nun mati atau tanwin b. Memahami hukum mim mati

c. Memahami hukum ghunnah d. Memahami hukum idgham

e. Memahami hukum ra dan lam jalalah f. Memahami hukum mad

2. Variabel Dependen

Variabel dependen dalam bahasa Indonesia sering di sebut dengan variabel terikat, yaitu variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi

36Arikunto, Prosedur Penelitian…, hlm. 60

37Sugiyono, Meode Penelitian Pendidikan…, hlm 61.

(59)

52

akibat, karena adanya variabel bebas. Adapun yang menjadi variabel terikat dalam penelitian ini adalah kemampuan menghafal Al-Qur’an (Y) dengan indikator sebagai berikut:

a. Kelancaran hafalan Al-Qur;’an, meliputi:

1.) Mura’at al-ayat 2.) Sabq al-lisan 3.) Tardid al-kalimat

b. Kesesuaian hafalan dengan kaidah ilmu tajwid, meliputi:

1.) Makharij al-huruf 2.) Sifat al-huruf 3.) Ahkam al-huruf

4.) Abkam al-mad wal qashar

c. Fasahah, yaitu meliputi ahkam al-waqfu wa al- ibtida’

3. Teknik pengumpulan data

Untuk memperoleh data yang diperlukan dalam penelitian ini, peneliti menggunakan dua teknik yaitu:

1. Tes

Tes dapat diartikan sebagai teknik atau instrument pengukuran yang menggunakan serangkaian pertanyaan yang harus di jawab, atau tugas yang harus dilakukan secara sengaja dalam suatu

(60)

53

kondisi yang dirancang secara khusus untuk mengetahui potensi, kemampuan dan keterampilan peserta didik sehingga menghasilkan data atau skor yang dapat di intrepretasikan. 38 Tes yang akan digunakan pada penelitian ini adalah tes tertulis yang berbentuk pilihan ganda dan tes praktik, yaitu tes yang menuntut jawaban peserta didik dalam pengaplikasiannya.

Tes tertulis pilihan ganda digunakan untuk mengukur penguasaan ilmu tajwid (X), sedangkan tes praktik digunakan untuk mengukur kemampuan menghafal Al-Qur’an (Y). penilaian tes praktik ini akan dilakukan pada waktu santri menyetorkan hafalan di depan ustadzah. Tes pilihan ganda pada penelitian ini terdiri dari 40 pertanyaan yang dispesifikasikan pada kisi-kisi dalam table di bawah ini:

Sebuah tes dapat dikatakan mempunyai kualitas yang baik sebagai alat peengukur jika tes tersebut memenuhi persyaratan, diantaranya yaitu memiliki validitas dan reliabilitas. Selain itu juga perlu dilakukan pengujian item tes secara empirik, yaitu dengan dilakukan analisis daya pembeda item dan analisis tingkat kesukaran.

38Shodiq Abdullah, Evaluasi Pembelajaran Konsep Dasar, Teori dan Aplikasi, (Semarang: Pustaka Rizki Putra, 2012), hlm .43.

Referensi

Dokumen terkait

“Membangun Keunggulan Kompetitif Melalui Aliansi Stratejik Untuk Meningkatkan Kinerja Perusahaan.” Program Pasca Sarjana.. Universitas

Puskesmas memiliki fungsi utama untuk memberikan perawatan dan pengobatan kepada pasien baik pasien rawat inap, pasien rawat jalan maupun pasien gawat darurat.

Berdasarkan paparan landasan teori yang digunakan untuk menganalisis wacana persuasif dalam iklan obat herbal pada majalah Elfata.Wacana persuasif tersebut

Similarly to γ-tocopherol, the content of plastochro- manol-8 was the highest in 2013 (Table 1), when it strong- ly increased with average temperature and total sunshine during

Sel mast adalah sel jaringan ikat berbentuk bulat sampai lonjong, bergaris tengah 20-30 µm, sitoplasmanya bergranul kasar dan basofilik. Intinya agak kecil, bulat, letaknya di

Hasil yang diperoleh dari penelitian ini, adanya keterikatan pegawai di lingkungan PLN Pusdiklat, serta gaya kepemimpinan transformasional dan laissez-faire secara

Konsentrasi yang lebih berpotensi memberikan efek imunostimulan dari fraksi daun katuk (Sauropus androgynus L. Merr) adalah pada kelompok kelima dengan pemberian fraksi

Bertolak dari latar belakang ini peneliti tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul “ Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Bahasa Indonesia Dalam Kegiatan