BAB II LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
3. Kemampuan Menulis Argumentasi
Keterampilan menulis merupakan aspek keterampilan berbahasa. Dengan menulis, gagasan dan pikiran
seseorang dapat diungkapkan untuk mencapai tujuan dan maksudnya. Henry Guntur Tarigan (1994: 21), menulis ialah
menurunkan atau melukiskan lambing-lambang grafik yang menggambarkan suatu bahasa yang dipahami oleh seseorang,
commit to user
xlvimendefinisikan menulis adalah suatu proses menyusun, mencatat dan mengkomunikasikan makna dalam tatanan ganda,
bersifat interaktif, dan diarahkan untuk mencapai tujuan tertentu dengan menggunakan suatu system konvensional yang
dapat dilihat.
Menurut Iim Rahmina (1997: 3), menulis merupakan kegiatan pengungkapan ide, gagasan, perasaan, atau emosi
secara tertulis. Dari beberapa pengertian tersebut, menulis dapat diartikan suatu kegiatan menuangkan gagasan, ide, buah
pikiran, pengalaman, dan perasaan kepada orang lain dengan cara mengorganisasikan lambing bahasa atau huruf menjadi
suatu kalimat yang teratur sehingga dapat dipahami orang lain dengan mudah.
Menurut Hasan Alwi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2001: 506), Karangan mengandung pengertian
hasil mengarang; cerita; buah pena. Sedangkan arti kata mengarang itu sendiri adalah kegiatan tulis menulis.
Pengertian di atas, maka karangan dapat diartikan sebagai hasil kegiatan tulis menulis. Berdasarkan isi dan
penyampaiaannya, karangan dibagai menjadi empat jenis, yaitu:
1) Karangan Jenis Narasi.
Dalam karangan narasi atau cerita terdapat alur, penokohan, peristiwa dan penyelesaiannya. Alur adalah
peristiwa yang sambung menyambung dalam sebuah cerita yang ada hubungan sebab akibat. Penokohan adalah cara
pengarang menentukan tokoh atau elaku dengan wataknya masing-masing dalam cerita.
2) Karangan Jenis Deskripsi atau Lukisan
Jenis karangan deskripsi melukiskan suatu keadaan dengan kalimat sehingga menimbulkan kesan yang hidup.
Lukisan itu dibuat seakan-akan pembaca melihat sendiri kejadian yang diceritakan.
3) Karangan Jenis Eksposisi atau Paparan
Karangan ini menjelaskan sesuatu kepada pembaca tentang apa yang menjadi gagasan kita. Semua bahan
harus dikumpulkan secara lengkap agar pembaca merasakan kejelasan dari apa yang kita paparkan. Paparan tersebut berisi
penjelasan tanpa ada unsur mengajak atau mempengaruhi pembaca untuk berbuat sesuatu. Karangan jemis paparan ini
hanya memberikan penjelasan tanpa suatu muatan tertentu.
4) Karangan Jenis Argumentasi atau Persuasi
Karangan argumentasi adalah karangan yang berisi alasan yang kuat dan meyakinkan dalam suatu hal. Selain
memaparkan atau menjelaskan gagasan, mengemukakan alasan, bukti, contoh kejadian juga menganalisanya menurut
hubungan sebab akibat. Karangan ini banyak digunakan untuk melakukan kajian terhadap sebuah teori baru atau
commit to user
xlvii pembaca tentang hal yang diterangkan.b. Karangan di Sekolah Dasar
Mengarang di sekolah dasar diajarkan dengan bertahap. Tahapan ini disesuaikan dengan taraf berfikir siswa. Mengarang di sekolah dasar dimulai dari hal yang kongkrit. Hal ini dilakukan dengan mengajak siswa menikmati situasi yang nyata dan disuruh melukiskan apa yang sudah dilihatnya. Karangan di sekolah dasar diajarkan dengan penekanan pada penuangan pikiran dan perasaan lebih dahulu. Selanjutnya syarat-syarat mengarang dapät diajarkan berangsur-angsur. Spontanitas dan keberanian mengarang (menyatakan isi hatinya berupa gambar-gambar maupun tulisan-tulisan) merupakan hal penting dalam mengarang. Menggambar spontan, menulis spontan tentang sesuatu, mengarang harus tumbuh dan berkembang selama anak-anak duduk di bangku sekolah dasar. Contohnya adalah (1) menceritakan gambar atau membicarakan gambar (2) menuliskannya (3) membacanya kembali (4) memperbaiki dan menyusun kembali.
Jadi, pengajaran menggambar, bercakap-cakap, menulis /mengarang dihubungkan erat-erat satu sama lain dalam suatu proses belajar mengajar (Ngalim, 1997: 60).
Setelah siswa lancar menuliskan tentang apa yang digambarnya, lanjutkan dengan menuliskan kalimat penjelas tentang benda-benda yang ada di sekitamya. Kemudian anak dilatih menuliskan kalimat di bawah gambar berseri. Siswa membacanya, menilainya, benar atau salah. Setiap anak membaca karangannya, anak dibiasakan untuk menilai, merasakan apakah susunan kalimatnya
commit to user
xlviiitelah benar dan kata-katanya indah. Jika telah lancar biasakan siswa menuliskan beberapa kalimat tentang benda, hewan, atau tumbuhan yang ada di sekitarnya. Selanjutnya siswa dibiasakan menuliskan ungkapan perasaannya yang dihubungkan dengan situasi alam sekitarnya.
Sebagai contoh, guru bertanya kepada siswa tentang perasaan anak. Bagaimana perasaan anak jika hari mendung., pada saat pagi hari yang cerah., pada saat menjelang magrib tetapi ibu tidak di rumah. Pertanyaan-pertanyaan tersebut akan sangat membantu anak dalam mengungkapkan perasaanya. Setelah muncul berbagai ungkapan perasaan dari anak maka mereka diajak untuk menyatakan ungkapan-ungkapan tersebut dalam bentuk cerita sederhana secara tertulis.
Cara mengarang yang lain adalah dengan memancing lewat kegiatan
menggambar. Guru menggoreskan garis di papan tulis. Siswa menebak apa kira-kira yang akan digambar oleh guru. Ada siswa yang mengatakan “gunung” ada juga yang mengatakan “sungai” atau rnungkin ada siswa yang mengatakan ‘Jalan”. Jika siswa mengatakan “gunung” maka siswa diminta untuk menggambar yang lain tetapi mulai dan huruf g -> misal gajah, gubuk -> pak Gani. Siswa mengembangkan imajinasinya dalam bentuk cenita antara gunung, gajah, gua, gubuk, dan Gani”. (Ngalim, 1997: 62)
Untuk siswa yang menyebut gambar sungai, maka siswa menggambar sawah, sapi, Sarmin. Siswa menghubungkan dalam ide cenita tentang sungai, sapi, sawah, Sarmin. Dengan demikian, jika siswa mengatakan “jalan”,maka siswa harus menggambar jalan, jip, jerapah, jurang, dan Joni. Siswa mengembangkan ide cerita tentang hubungan jip, jerapah, jurang, dan Joni.
commit to user
xlixmembaca kembali hasil karanganya kemudian menilai sendiri. Jika mereka merasa perlu untuk memperbaiki, maka tuntunlah mereka urmtuk memperbaikinya. Jika ada kesalahan, guru hanya mengatakan “coba yang lebih baik”; “coba ulangi; “coba pikir, apa yang paling tepat”. Artinya jangan sampai ada sikap guru yang membuat siswa merasa tidak mampu atau malas berbuat.
Di kelas III pelajaran mengarang sedikit ada peningkatan dibandingkan pada waktu mereka masih di kelas satu atau dua. Kegiatan mengarang di kelas ini tidak lagi terbatas menguraikan gambar dengan bebas sesuai daya tangkap mereka tetapi gambar tersebut dibatasi dengan cara diberi judul.. Pada saat menceritakan tentang benda, hewan, atau tanaman yang sesuai lingkungan, anak telah menjelaskan sesuatu tentang benda itu. Misalnya, anak menjelaskan tantang ayam. Anak menjelaskan tentang keadaan tubuh ayam, makanannya, cara hidupnya/ habitatnya, guna ayam bagi manusia, cara memeliharanya, perbedaan ayam dan jenis unggas lainnya, dan seterusnya.
Hal lain yang penting lagi adalah membiasakan anak membuat buku harian (mulai dari kelas II). Biasakan siswa untuk menuliskan apa yang disenangi dan tidak disenangi. Menulis di buku harian sangat membantu anak dalam mengungkapkan perasaannya tanpa adanya batas-batas atau aturan dalam mengarang. Dengan demikian, anak merasa lebih bebas dalam mengekspresikan perasaannya dalam bahasa tulisan.
Di kelas IV anak dibiasakan mengamati lingkungan sekitar (pasar, toko, kantor pos, bank, tempat pertunjukan, saat dia widyawisata) lebih rinci. Dari hasil pengamatan tersebut, anak diminta menceritakan ulang sesuai degan pengamatan masing-masing.
commit to user
lSebagai contoh, anak mengamati pasar mka anak disuruh menceritakan tentang di mana letak pasar tersebut, bagaimana kondisi bangunan pasar, bagaimana penataannya, bagaimana hubungan antara penjual dan pembeli, apakah harganya lebih murah, apakah ada areal untuk parkir dan sebagainya.
Demikian juga dalam hal menilai isi. Anak dibiasakan menentukan pokok pikiran dalam karangannya. Misalnya: kalau anak mengarang tentang kelasnya tentu ada
penjelasan tentang keadaan fisik dan kelas itu. Mulai dari letak, luas kelas, keadaan kebersihan kelas, apakah yang akan mereka lakukan untuk meningkatkan kebersihan dan keindahan kelasnya, dan seterusnya.
Di kelas V dan VI diharpkan anak sudah memiliki kekayaan bahasa cukup banyak. Sehingga pelajaran mengarang dalam kelas ini dapat dimulai dengan menentukan judul sendiri. Setelah anak terampil menentukan judul sendiri, dapat dilanjutkan dengan melengkapi paragraf yang hilang dengan harapan anak dapat mengembangkan imajinasinya dengan bebas tetapi terbatas karena harus sesuai dengan pokok pikiran dalam paragraf tersebut. Tahap terakhir dalam pelajarang mengarang ini adalah anak belajar
menyelesaikan karangan dengan pokok-pokok pikiran yang sudah ditentukan.
Tukar menukar hasil karangan antar siswa juga merupakan salah satu cara dalam meningkatkan nilai suatu karangan. Karena dengan kegiatan tersebut masing-masing siswa akan mempunyai penilaian sendiri dengan hasil karangan temannya, hal ini akan memberi nilai lebih bagi siswa tersebut yaitu, masing-masing siswa akan termotivasi untuk menunjukkan karangan yang lebih baik dari pada teman-temannya.
commit to user
liSehingga tercipta suatu kompetisi yang posistif dalam kelas. c. Manfaat Menulis
Secara umum fungsi tulisan adalah sebagai alat komunikasi. Komunikasi yang terjadi adalah komunikasi searah antara penulis dengan pembaca. Sebagai alat komunikasi maka tulisan harus mampu menyajikan pikiran penulis secara jelas sehingga mudah dipahami oleh pembaca. Menurut Sri Hastuti (1988: 1), menulis merupakan kegiatan yang kompleks dengan melibatkan cara berpikir teratur dan kemampuan mengungkapkannya dalam bentuk tulisan. Dengan demikian, tulisan seseorang dapat menunjukkan keteraturan berpikir penulisnya.
Graves (dalam Sabarti Akhadiah, 1997: 14), manfaat menulis: (1) menulis menyumbang kecerdasan, (2) menulis mengembangkan daya inisiatif dan kreativitas, (3) menulis menumbuhkan keberanian, (4) menulis mendorong kemauan dan kemampuan mengumpulkan informasi.
Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa manfaat menulis adalah (1) sebagai alat komunikasi, (2) menolong berpikir kritis, kreatif, dan inisiatif, (3) menyumbang kecerdasan, (4) menumbuhkan keberanian, dan (5) mendorong kemauan dan kemampuan untuk mengumpulkan informasi.