• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kemampuan petani membiayai irigasi pompa sangat penting bagi kelestarian irigasi pompa. Jika petani mampu mengumpulkan tabungan atau kas yang cukup besar maka pengadaan mesin dan pompa selanjutnya dapat dipenuhi dengan kas tersebut. Kaitannya dengan keberlanjutan usahatani, keberadaan pompa sangat berpengaruh terhadap dampak usahatani. Daerah yang pada awalnya merupakan daerah tadah hujan, dengan adanya pompa akan sangat membantu petani dalam mendukung keberlangsungan usahatani mereka. Namun ketika pompa rusak maka usahatani mereka akan berhenti terutama pada musim kemarau karena kesulitan air.

Oleh sebab itu diperlukan suatu pengelolaan administrasi kelompok terutama masalah kas atau tabungan yang dicadangkan untuk perbaikan dan pengadaan kembali pompa ketika sudah melewati umur ekonomis. Untuk memperoleh gambaran untuk melakukan penggantian, berikut adalah perhitungan jumlah tabungan yang harus dikumpulkan setiap tahun oleh kelompok tani dengan memperhitungkan tingkat inflasi 5,8% per tahun. Sedangkan angsuran yang dibayarkan, dianggap tetap setiap tahunnya. Angsuran tetap dihitung dengan menggunakan persamaan:

A = F

ሺଵା௜ሻಿିଵ

.../11/ Keterangan: A : besar angsuran tetap (Rp/tahun)

i : tingkat inflasi (%/tahun)

N : umur ekonomis (tahun)

Tabel 11. Perhitungan jumlah tabungan yang harus dikumpulkan petani per tahun sebagai biaya penggantian mesin dan pompa (inflasi 5,8%/tahun)

No Investasi Umur Ekonomis (tahun) Nilai Sekarang (Rp)

Nilai Future Setelah Inflasi (Rp) Angsuran (Rp/tahun) 1 Mesin penggerak 6 27.000.000 37.868.471 4.033.052 2 Pompa air 7 8.300.000 12.316.229 1.054.638 3 Selang hisap 5 1.140.000 1.511.239 209.182 4 Selang dorong 5 323.125 428.350 59.291 Total 36.763.125 52.124.290 5.356.163

Sumber: Data primer terolah

Tabel 11 di atas menerangkan bahwa jumlah kas yang harus dikumpulkan sebagai biaya perbaikan dan pemeliharaan dalam satu tahun sebesar Rp5.356.163. Selain itu kelompok tani harus menaikan iuran irigasi agar diperoleh jumlah tabungan sesuai dengan perhitungan di atas. Iuran irigasi sebaiknya dibayarkan sesuai dengan kebutuhan air yang digunakan pada petakan lahan. Jika petani merasa kesulitan untuk membayar dalam bentuk uang, maka permasalahan ini dapat diselesaikan dengan mengkonversi biaya air irigasi (Rp/ha) menjadi kg padi GKP produk hasil pertaniannya.

Contoh perhitungan konversi harga air irigasi menjadi jumlah padi hasil produk pertanian. Misalkan pada MT I petani membutuhkan air sebesar 5.765 m3/ha, dengan harga air irigasi sebesar Rp224/m3 maka total biaya air adalah Rp1.291.360, harga padi GKP Rp2.500/kg maka petani

membayar sebanyak 517 kg padi GKP. Perhitungan harga air adalah dengan harga air dengan pengadaan mesin, pompa dan selang dengan bantuan pemerintah tanpa biaya penggantian. Pembayaran air irigasi dengan padi berdasarkan harga dan kebutuhan air dengan harga padi GKP Rp2.500/kg disajikan dalam Tabel 12.

Tabel 12. Jumlah biaya irigasi jika dibayarkan dalam bentuk padi GKP dengan tingkat harga padi Rp2.500/kg GKG Komoditas MT Harga Air Irigasi (Rp/m3) Kebutuhan Air Irigasi (m3/ha) Biaya Irigasi (Rp.000/ha) Jumlah Padi (kg) Padi I 224 5.765 1.291,4 517 Padi II 6.733 1.508,2 604 padi III 8.588 1.924 770

Kacang tanah III 4.267 956 383

Kedelai III 3.247 727,4 291

Kacang panjang III 3.747 839,4 336

Mentimun III 3.747 839,4 336 Padi I 244 5.765 1.407 563 Padi II 6.733 1.643 658 padi III 8.588 2.095,6 839

Kacang tanah III 4.267 1.041,2 417

Kedelai III 3.247 792,2 317

Kacang panjang III 3.747 914,3 366

Mentimun III 3.747 914,3 366 Padi I 239 5.765 1.378 551 Padi II 6.733 1.609,2 644 padi III 8.588 2.052,7 821

Kacang tanah III 4.267 1.020 408

Kedelai III 3.247 776 311

Kacang panjang III 3.747 895,5 358

Mentimun III 3.747 895,5 358 Padi I 259 5.765 1.493,3 597 Padi II 6.733 1.746 698 padi III 8.588 2.224,3 890

Kacang tanah III 4.267 1.105,2 442

Kedelai III 3.247 841 337

Kacang panjang III 3.747 970,5 388

Mentimun III 3.747 970,5 388

25

VI. KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

1. Dari hasil penelitian dapat diambil kesimpulan bahwa pengelolaan irigasi pompa mesin dapat menunjang, menambah intensitas pertanaman dan dapat meningkatkan pendapatan petani. Dalam satu tahun petani dapat bertanam sebanyak tiga kali dengan pola tanam Padi-Padi-palawija atau Padi-Padi-Sayuran tanpa bergantung pada curah hujan.

2. Berdasarkan pengamatan di lokasi penelitian jam kerja pompa selama satu tahun adalah 4.720 jam dengan rata-rata pengoperasian 20 jam per aplikasi. Pada MT I pompa dioperasikan selama 1.600 jam untuk 30 ha padi dan 1.840 jam pada MT II untuk 30 ha padi, sedangkan pada MT III pompa dioperasikan selama 1.280 jam untuk 14,5 ha sayuran, 10,5 ha palawija dan 5 ha padi. Pengoperasian tertinggi pompa adalah pada MT II yaitu selama 1.840 jam karena petani menanam padi dan curah hujan mulai berkurang.

3. Berdasarkan perhitungan dengan menggunakan CROPWAT 8.0 kebutuhan air irigasi padi pada MT I adalah 5.765 m3/ha, padi pada MT II membutuhkan 6.733 m3/ha sedangkan padi pada MT III membutuhkan air lebih banyak yaitu 8.588 m3/ha. Palawija membutuhkan air irigasi sebanyak 3.247 m3/ha untuk kedelai pada MT III dan 4.267 m3/ha untuk kacang tanah pada MT III. Sayuran membutuhkan air irigasi sebanyak 3.747 m3/ha pada MT III. Kebutuhan air irigasi terbesar adalah padi pada MT III yaitu 8.588 m3/ha.

4. Efisiensi penyaluran di lokasi penelitian adalah sebesar 34% pada MT I, 33% pada MT II dan 85 % pada MT III. Rendahnya efisiensi penyaluran ini diduga akibat adanya pemborosan jam kerja pompa pada MT I dan MT II. Dengan berasumsi efisiensi penyaluran adalah sebesar 60% maka pada MT I pompa cukup dioperasikan selama 910 jam dan pada MT II selama 1.038 jam. Pada MT III pompa dioperasikan selama 1.280 jam. Pengurangan jam operasi tidak terjadi pada MT III dikarenakan efisiensi penyaluran sudah mencapai 85%. Dengan efisiensi pada MT III dapat mencapai 85%, maka sebenarnya tidak diperlukan penambahan lining pada saluran irigasi, yang diperlukan adalah pengurangan jam operasi pompa dan perbaikan manajemen pengelolaan irigasi pompa di lokasi penelitian.

5. Berdasarkan jam pemompaan aktual harga air irigasi dengan bantuan pompa dan mesin penggerak dari pemerintah akan meringankan beban petani dalam hal memenuhi kebutuhan irigasi. Harga air irigasi dengan mesin dan pompa bantuan pemerintah adalah sebesar Rp224/m3 atau Rp24.192/jam tanpa biaya penggantian dan Rp234/m3 atau Rp25.272/jam dengan ditambah biaya penggantian. Harga air irigasi untuk pompa swadaya adalah sebesar Rp240/m3 atau Rp25.920/jam tanpa biaya penggantian dan Rp250/m3 atau Rp27.000/jam dengan ditambah biaya penggantian, biaya penggantian adalah sebesar Rp10/m3.

6. Adanya pengurangan jam operasi pompa akan memperbesar harga air irigasi. Harga air irigasi dengan adanya pengurangan jam operasi pompa dengan kondisi pompa dan mesin bantuan pemerintah adalah sebesar Rp249/m3atau Rp26.892/jam tanpa biaya penggantian dan Rp259/m3 atau Rp27.972/jam dengan ditambah biaya penggantian. Harga air dengan kondisi pompa dan mesin swadaya adalah sebesar Rp268/m3 atau Rp28.944/jam tanpa biaya penggantian dan Rp277/m3 atau Rp29.916/jam dengan ditambah biaya penggantian, biaya penggantian adalah sebesar Rp9/m3.

7. Biaya iuran irigasi dibayarkan oleh petani dengan padi GKP. Jumlah iuran yang berlaku adalah sebesar 5 kwintal padi GKP atau Rp1.250.000/ha untuk MT I dan 3 kwintal padi GKP atau Rp750.000/ha untuk MT II dan III. Pada tingkat harga padi GKP Rp2.500/kg. Biaya irigasi ini masih terlalu kecil jika dibandingan dengan biaya irigasi berdasarkan kebutuhan air irigasi. Biaya irigasi berdasarkan kebuhan air irigasi dengan harga berdasarkan perhitungan ekonomi teknik adalah Rp573.000–Rp1.450.000/ha untuk padi MT I, Rp6.567.000-Rp1.684.000/ha untuk padi MT II, Rp1.508.000-Rp2.300.000/ha untuk padi MT III, Rp727.400-Rp900.000/ha untuk kedelai MT III, Rp956.000-Rp1.182.000/ha untuk kacang tanah, Rp839.500-Rp1.100.000/ha untuk sayuran.

8. Pembayaran iuran irigasi aktual di lokasi penelitian adalah sebesar Rp2.7500.000/tahun, dengan sistem ini maka petani tidak mampu mengadakan pompa dan peralatan irigasinya kembali. Hal ini dikarenakan jumlah biaya untuk penggantian hanya sebesar 10% dari total iuran atau sebesar Rp275.000/tahun. Agar dapat mengganti pompa dan mesin penggerak serta perlengkapan lainnya maka kelompok tani harus mengumpulkan tabungan sebanyak Rp5.356.163/tahun dengan memperhitungkan inflasi sebesar 5,8%/tahun.

9. Biaya usahatani di lokasi penelitian adalah Rp7.995.000/ha (padi MT I), Rp7.495.0000/ha (padi MT II dan MT III), Rp3.224.000/ha (kacang tanah MT III), Rp4.380.000/ha (kedelai MT III), Rp12.953.000/ha (kacang panjang MT III), Rp14.909.000/ha (mentimun MT III). Perhitungan biaya air menggunakan iuran padi GKP. Sedangkan apabila harga air yang digunakan adalah berdasarkan perhitungan ekonomi teknik maka biaya usahatani adalah Rp7.659.000-Rp7.810.000/ha padi MT I, Rp7.501.000–Rp8.488.800/ha (padi MT II), Rp8.669.000-Rp9.192.600/ha (padi MT III), Rp4.143.000-Rp4.876.000/ha (kedelai MT III), Rp3.430.000-Rp3.780.000/ha (kacang tanah MT III), Rp13.000.000-Rp13.300.000/ha (kacang panjang MT III), dan Rp14.000.000-Rp15.200.000/ha (mentimun MT III).

10.Keuntungan bersih dari usahatani di lokasi penelitian dengan biaya air irigasi aktual adalah berkisar Rp7.100.00-Rp10.255.00/MT untuk padi pada tingkat produksi 5,8-7,3 ton/ha padi GKP dengan harga produk Rp2.500/kg, untuk tanaman kacang tanah adalah Rp4.776.000/MT pada tingkat produksi 3,2 ton/ha dengan harga produk Rp2.500/kg dan untuk kedelai akan memperoleh keuntungan bersih sebesar Rp2.915.000/MT pada tingkat produksi 5 ton/ha dengan harga produk Rp1.500/kg. Komoditas sayuran akan mendapatkan keuntungan bersih sebesar Rp5.797.000/MT untuk kacang panjang pada tingkat produksi 7,5 ton/ha dengan harga produk Rp2.500/MT, dan sebesar Rp5.091.000/MT untuk mentimun pada tingkat produksi 20 ton/ha dengan tingkat harga Rp1.000/kg. Pada kondisi ini pola tanam yang paling menguntungkan adalah padi-padi-sayuran dengan total keuntungan bersih Rp22.446.000-Rp23.152.000/tahun dibandingkan dengan pola tanam padi-padi-palawija dangan total keuntungan Rp20.270.000-Rp22.131.000/tahun.

11.Adannya perubahan iuran irigasi, akan mempengaruhi keuntungan bersih dari petani, keuntungan bersih dari petani dengan harga air yang telah dihitung dengan perhitungan ekonomi teknik maka keuntungan bersih masing-masing komoditi akan berubah. Pendapatan bersih padi pada tingkat produksi 5,8-7,3 ton/ha padi GKP adalah sebesar Rp5.708.000-Rp10.214.000/MT pada tingkat harga Rp2.500/kg padi GKP, untuk tanaman kacang tanah akan memperoleh keuntungan bersih sebesar Rp4.459.300-Rp4.570.000/MT pada tingkat produksi 3,2 ton/ha dengan harga produk Rp2.500/kg, sedangkan kedelai mempunyai keuntungan bersih Rp3.058.300-Rp3.143.000/MT pada tingkat produksi 5 ton/ha dengan harga produk Rp1.500/kg. Keuntungan bersih dari tanaman kacang panjang adalah Rp5.610.000-Rp5.797.000/MT pada tingkat produksi 7,5 ton/ha dengan harga produk Rp2.500/kg, dan untuk

27 mentimun adalah Rp4.942.000-Rp5.091.000/MT pada tingkat produksi 20 ton/ha dengan harga produk Rp1.000/kg. Pada kondisi ini pola tanam yang paling menguntungkan adalah sama, yaitu padi-padi-sayuran dengan total keuntungan bersih Rp21.140.000-Rp22.268.000/tahun dibandingkan dengan pola tanam padi-padi-palawija dengan total keuntungan bersih Rp19.294.000-Rp21.131.300/tahun.

12.Faktor pendorong dari penerapan irigasi pompa adalah adanya manfaat yang dirasakan petani setelah adanya pompa sebagai sarana penunjang irigasi dengan meningkatnya intensitas pertanaman dan pendapatan petani. Sedangkan faktor penghambatnya adalah masih sulitnya pengadaan pompa secara swadaya oleh petani akibat biaya investasi yang besar pada awal pengadaan pompa.

Dokumen terkait