• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kemampuan Sabun Membentuk dan Mempertahankan

Dalam dokumen PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI (Halaman 46-51)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

B. Penentuan Penyusutan Bobot

2. Kemampuan Sabun Membentuk dan Mempertahankan

2. Kemampuan sabun membentuk dan mempertahankan busa

Uji kemampuan sabun membentuk dan mempertahankan busa dilakukan pada minggu ke-4 setelah pembuatan sabun. Uji ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan kemampuan sabun dalam membentuk dan mempertahankan busa antar formula dengan konsentrasi minyak jahe yang berbeda dan sesuai atau tidaknya dengan kriteria kemampuan membentuk busa yang  ditentukan  dari  sabun  “MF”,  yaitu  lebih tinggi sama dengan 44 mm, dan kriteria  kemampuan  mempertahakan  busa  yang  ditentukan  dari  sabun  “LB”,

yaitu, lebih kecil dari 29%. Sebagai pembanding untuk mengetahui posisi atau leveling standar sifat fisik sabun batang transparan yang dibuat pada penelitian ini terhadap sabun batang transparan yang telah beredar di pasaran digunakan sabun  “LB”  dan  “MF”.

Data yang diambil untuk membandingkan pengaruh minyak jahe sebagai fragrance oil terhadap kemampuan sabun membentuk dan mempertahankan busa adalah data pada minggu ke-4 karena pada minggu ke-4 kondisi sabun telah stabil karena telah melalui masa pendiaman atau aging selama 4 minggu.

Respon yang diukur untuk mengetahui kemampuan sabun membentuk busa adalah ketinggian busa yang terbentuk setelah dikocok dengan bantuan homogenizer selama 1 menit. Tingginya busa yang terbentuk menyatakan bahwa kemampuan sabun dalam membentuk busa baik karena apabila busa yang terbentuk banyak maka akan memberikan kesan mewah dan sensasi lembut saat digunakan.

Untuk mengetahui sesuai atau tidaknya sabun batang transparan yang dibuat dalam penelitian ini dengan kriteria pembentukan busa dan kemampuan mempertahankan busa, maka ketinggian busa yang terbentuk dan persentase penurunan busa dari F1, F2, F3, F4 dibandingkan dengan kriteria kemampuan membentuk busa, yaitu lebih tinggi sama dengan 44 mm, dan kriteria kemampuan mempertahankan busa, yaitu lebih kecil dari 29%.

Respon yang diukur untuk mengetahui kemampuan sabun mempertahankan busa adalah penurunan ketinggian busa setelah pendiaman 20

menit. Kecilnya persentase penurunan ketinggian busa menandakan kemampuan sabun mempertahankan busa yang baik. Hal ini dikarenakan busa yang terbentuk dapat bertahan dan tidak cepat hilang selama pemakaian.

Data yang telah diperoleh kemudian diukur signifikansi perbedaannya menggunakan uji statistik One Way ANOVA karena data yang didapat berdistribusi normal dan homogen(lihat Lampiran 3). Taraf kepercayaan yang digunakan adalah 95 % dan jika nilai p-value lebih kecil dari 0,05 maka dikatakan kemampuan sabun membentuk dan mempertahankan busa berbeda.

Tabel VII menunjukkan rata-rata ketinggian busa sabun F1 dan F2 tidak memenuhi kriteria kemampuan membentuk busa(ketinggian busa) sabun batang transparan, yaitu lebih tinggi sama dengan 44 mm, sedangkan sabun F3 dan F4 memiliki rata-rata ketinggian busa yang memenuhi kriteria tersebut.

Tabel VII. Hasil uji dan p-value pada One Way ANOVA kemampuan sabun membentuk busa pada minggu ke-4

Formula sabun Rata-rata ketinggian busa±SD Confidence level p-value F1 38±1 95 % 0,00674 F2 38±3,61 F3 42,33±4,16 F4 43,67±1,53 LB 46,33±3,06 MF 46,67±2,08

Hasil tersebut juga ditegaskan dengan hasil uji statistik yang menunjukkan nilai p-value lebih kecil dari 0,05, yaitu sebesar 0,00674. Artinya ada perbedaan kemampuan membentuk busa pada sabun-sabun di atas. Dilakukan uji statistik Tukey HSD untuk mengetahui sabun mana yang berbeda signifikan. Hasilnya menunjukkan bahwa yang memiliki perbedaan

signifikan dalam kemampuan membentuk busa adalah antara F1 dan F2 dengan sabun  “MF”.  Hanya  sabun  F3  dan  F4  yang memiliki kemampuan membentuk busa  di   antara  sabun  “LB”  dan   “MF”  sehingga   dapat   dikatakan  bahwa  sabun   F3 dan F4 memiliki kemampuan membentuk busa yang sebanding dengan sabun merek dagang yang telah beredar di pasaran.

Hasil uji statistik Tukey HSD juga menunjukkan bahwa antara sabun F1-F2, F1-F3, F1-F4, F2-F3, F2-F4, dan F3-F4 memiliki nilai p-value lebih besar dari 0,05 sehingga dapat dikatakan bahwa kemampuan membentuk busa antar sabun tidak berbeda. Kesimpulan yang dapat diambil dari hasil statistik tersebut adalah penambahan minyak jahe sebagai fragrance oil dalam jumlah berbeda tidak mempengaruhi kemampuan sabun membentuk busa.

Tabel VIII. Hasil uji dan p-value pada One Way ANOVA kemampuan sabun mempertahankan busa pada minggu ke-4

Formula sabun

Rata-rata penurunan

busa (%) ± SD Conf.level Sign.value p-value F1 32,47±3,18 95 % 0,05 0,092 F2 31,55±3,33 F3 34,86±5,98 F4 53,02±25,37 LB 27,41±0,76 MF 25,69±1,10

Tabel VIII menunjukkan rata-rata persentase penurunan busa sabun F1, F2, F3, dan F4 memenuhi kriteria kemampuan busa(penurunan busa(%)), yaitu lebih besar sama dengan 24%. Tingkat penurunan busa sabun F1, F2, F3, dan F4 berada   di   antara   tingkat   penurunan   busa   sabun   “MF”   dan   “LB”   sehingga dapat dikatakan kemampuan mempertahankan busa sabun F1, F2, F3,

dan F4 sebanding dengan kemampuan mempertahankan busa sabun merek dagang yang beredar di pasaran.

Dapat dilihat pula adanya perbedaan rata-rata penurunan busa (%) antara sabun F1, F2, F3, dan F4 akan tetapi secara statistik tidak berbeda dengan p-value sebesar 0,092 yang lebih besar dari 0,05. Hasil tersebut menunjukkan bahwa penggunaan minyak jahe dengan berbeda konsentrasi tidak berpengaruh terhadap kemampuan sabun mempertahankan busa.

Dari data hasil uji statistik kemampuan sabun membentuk dan mempertahankan busa dapat disimpulkan bahwa penambahan minyak jahe sebagai fragrance oil dalam jumlah berbeda tidak mempengaruhi kemampuan sabun dalam mempertahankan dan membentuk busa. Sabun batang transparan yang dibuat dalam penelitian ini, yaitu F1, F2, F3, dan F4, telah sesuai dengan sabun yang telah beredar di pasaran dalam hal kemampuannya mempertahankan busa. Kemampuan membentuk busa pada sabun F3 dan F4 telah sesuai dengan kriteria kemampuan membentuk busa dan sebanding dengan sabun batang transparan yang beredar di pasaran sedangkan sabun F1 dan F2 belum sesuai kriteria dan belum sebanding.

3. Derajat keasaman

Derajat keasaman sabun dinyatakan dengan nilai pH. Pengukuran pH dilakukan bersamaan dengan pengukuran kemampuan pembentukan busa sabun. Pengujiannya menggunakan indikator pH universal.

Tabel IX. Hasil uji derajat keasaman (pH)

Formula sabun pH rata-rata pH sabun menurut Annual Book of ASTM Standards Vol.

15 tahun 2002 F1 9 9-11 F2 9 F3 9 F4 9 LB 10 MF 9

Hasil yang diperoleh adalah sabun F1, F2, F3, dan F4 memiliki pH 9. pH  ini  sesuai  dengan  pH  sabun  “LB”  dan  “MF”  yang  juga  memiliki  pH  10  dan   9. Dengan demikian pH larutan sabun sudah sesuai dengan rentang pH sabun merek dagang,  yaitu  sabun  “LB”  dan  “MF”,  dan  rentang  pH  pada Annual Book of ASTM Standards Vol. 15 tahun 2002, yaitu 9-11. Menurut Ertel (2006), sabun dengan rentang pH 4,0 – 10,5, memang menyebabkan perubahan pH kulit tetapi tidak menimbulkan iritasi. Antara pH sabun dengan iritasi kulit tidak memiliki korelasi yang signifikan. pH sabun yang cenderung basa justru bermanfaat untuk membuka barrier kulit dan memaksimalkan proses pengangkatan kotoran(Ali dan Yosipovitch, 2013).

Dalam dokumen PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI (Halaman 46-51)

Dokumen terkait