• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kemampuan Siswa dalam Pemecahan Masalah Ditinjau dari Gaya

BAB II LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka

7. Kemampuan Siswa dalam Pemecahan Masalah Ditinjau dari Gaya

Seorang siswa dengan gaya kognitif field dependent (FD) menemukan kesulitan dalam memproses, tetapi mudah mempersepsi apabila informasi dimanipulasi sesuai dengan konteksnya. Ia akan dapat memisahkan stimuli dalam konteksnya, tetapi persepsinya lemah ketika terjadi perubahan konteks. Sementara itu, siswa dengan gaya kognitif

field independent (FI) cenderung menggunakan faktor-faktor internal

(misalnya kecerdasan siswa dan motivasi) sebagai arahan dalam memproses informasi. Mereka mengerjakan tugas secara tidak berurutan dan merasa efisien bekerja sendiri. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Bilal Atasoy et.al. (2008:33-40) yang menunjukkan bahwa siswa dengan gaya kognitif FD lebih suka menyelesaikan sesuatu dengan cara yang telah ditetapkan sementara yang dengan gaya kognitif FI cenderung lebih menyukai penyelesaian yang tidak sistematis.

Dalam situasi sosial individu dengan gaya kognitif FD umumnya lebih tertarik mengamati kerangka situasi sosial, memahami wajah/cinta orang lain, tertarik pada pesan-pesan verbal dengan sosial content, lebih memperhitungkan kondisi sosial eksternal sebagai feeling dan memiliki sikap. Meskipun hal tersebut tidak menunjukkan perbedaan yang terlalu signifikan seperti yang disampaikan oleh Eunjoo Oh dan Doohun Lim (2005: 53-66) dalam hasil penelitiannya. Pada situasi sosial tertentu, orang dengan gaya FD cenderung bersikap lebih baik, bersifat hangat, mudah bergaul, ramah, responsive, selalu ingin tahu lebih banyak

Field Neutral Field

Dependent

commit to user

dibandingkan dengan orang dengan gaya kognitif FI. Sebaliknya, orang dengan gaya kognitif FI dalam situasi sosial cenderung merasakan adanya tekanan dari luar dan menanggapi situasi secara dingin, ada jarak, dan tidak sensitif (Uno, 2005 :190)

Uraian di atas menunjukkan bahwa individu dengan gaya kognitif FI lebih baik dari individu FD. Bahkan hasil penelitian juga menyimpulkan bahwa siswa yang memiliki gaya kognitif FI lebih unggul daripada gaya kognitif FD dalam perolehan belajar. Seperti yang disampaikan oleh Terance P. O’Brien dkk. (2001 : 89-92) dalam penelitiannya bahwa siswa dengan gaya kognitif FI memperoleh nilai yang lebih tinggi dibandingkan dengan siswa dengan gaya kognitif FD. Namun demikian, tiap gaya kognitif memiliki keungulan dan kelemahan. Contoh, individu dengan gaya kognitif FD unggul dalam mengingat informasi sosial, seperti percakapan atau interaksi intrapersonal, mungkin karena mereka lebih terbiasa dengan hubungan sosial. Tetapi individu dengan gaya kognitif FI memiliki kemampuan lebih mendalam menganalisis informasi yang kompleks, yang taktersruktur dan mampu mengorganisasikannya untuk memecahkan masalah. Hal tersebut juga dirasakan oleh Adelina Guisande dkk (2007:572-577) pada penelitiannya yang menyatakan bahwa anak dengan gaya kognitif FI menunjukkan hasil yang lebih baik dibandingkan anak dengan gaya kognitif FD pada semua tes kecuali salah satu tes yakni Digits Forward Test. Dari penelitian tersebut terlihat bahwa tidak semua tes yang dilakukan terhadap anak dengan gaya kognitif FI lebih baik hasilnya daripada anak dengan gaya kognitif FD.

B. Kerangka Berpikir

Matematika merupakan mata pelajaran yang seringkali sulit dipecahkan siswa karena objek kajiannya abstrak. Matematika juga berkaitan erat dengan memecahkan masalah. Memecahkan masalah

commit to user

memang tidaklah mudah. Secara alamiah kemampuan seseorang dalam memecahkan masalah berbeda-beda. Hal ini disebabkan perbedaan karakteristik masing-masing individu sehingga harus diakomodasi dalam pembelajaran agar diperoleh hasil yang optimal. Psikologi dengan berbagai cabangnya telah mengidentifikasi sangat banyak variabel yang mengindikasikan perbedaan individu yang mempengaruhi proses pembelajaran salah satunya adalah gaya kognitif.

Gaya kognitif adalah cara seseorang dalam memproses, menyimpan, maupun menggunakan informasi untuk menanggapi suatu tugas atau menanggapi berbagai jenis situasi lingkungannya. Berdasarkan kontinum global analitik dari Witkin et.al. gaya kognitif dibedakan menjadi tiga, yaitu : (1) field dependent (FD), (2) field neutral (FN), dan (3) field

independent (FI). Dalam penelitian ini, peneliti hanya berfokus pada gaya

kognitif field dependent (FD) dan field independent (FI). Alasan pemilihan gaya kognitif ini dikarenakan gaya kognitif FD dan FI merupakan tipe gaya kognitif yang mencerminkan cara analisis seseorang dalam berinteraksi dengan lingkungannya. Hal ini sesuai dengan tujuan penelitian yang akan melihat bagaimana kemampuan pemecahan masalah matematika siswa, sementara pemecahan masalah tersebut membutuhkan kemampuan analisis.

Siswa dengan gaya kognitif field dependent (FD) sangat dipengaruhi atau bergantung pada lingkungan, memperoleh hasil yang lebih baik bila bekerjasama dengan orang lain, lebih suka menyelesaikan sesuatu dengan cara yang telah ditetapkan, serta dalam situasi sosial cenderung lebih baik daripada siswa FI. Sedangkan siswa dengan gaya kognitif field independent (FI) tidak bergantung pada lingkungan, merasa efisien jika bekerja sendiri, lebih menyukai penyelesaian yang tidak linier (tidak berurutan), serta dalam situasi sosial cenderung merasakan adanya tekanan dari luar.

commit to user

Pemecahan masalah matematika merupakan salah satu aspek penilaian hasil belajar matematika seperti yang dinyatakan Depdiknas bahwa sistem penilaian hasil belajar matematika meliputi tiga aspek, yaitu: (1) pemahaman konsep, (2) penalaran dan komunikasi, dan (3) pemecahan masalah. Pemecahan masalah merupakan kompetensi strategik dalam memahami, memilih pendekatan dan strategi, serta menyelesaikan model untuk menyelesaikan masalah. Polya menawarkan empat langkah pemecahan masalah meliputi : (1) memahami masalah, (2) menyusun rencana penyelesaian pemecahan masalah, (3) melaksanakan penyelesaian pemecahan masalah, dan (4) memeriksa kembali prosedur dan hasil penelitiannya.

Dalam memecahkan masalah matematika, siswa mengalami proses berpikir, yaitu proses yang dimulai dari penerimaan informasi (dari dunia luar atau dari dalam diri siswa), pengolahan informasi, penyimpanan, dan pemanggilan informasi yang diarahkan untuk menghasilkan pemecahan masalah. Pengolahan informasi terjadi melalui proses asimilasi, akomodasi, maupun abstraksi. Asimilasi terjadi ketika siswa memasukkan informasi baru ke dalam skema mereka yang sudah ada sebelumnya; akomodasi merupakan pembentukan atau pengubahan skema lama dengan jalan membentuk skema baru atau memodifikasi skema yang ada sehingga sesuai dengan pengalaman itu; sedangkan abstraksi adalah proses melukiskan situasi menjadi konsep yang masuk akal, konsep ini selanjutnya siap digunakan untuk tingkat berpikir yang lebih rumit.

Salah satu materi SMA kelas X semester II yang menekankan pemecahan masalah adalah soal cerita trigonometri. Materi ini dianggap cukup sulit oleh siswa karena banyaknya rumus yang ada sehingga mereka seringkali kebingungan akan menggunakan rumus yang mana untuk menyelesaiakan masalah yang diberikan.

commit to user

Ketika siswa dengan gaya kognitif FD diminta memecahkan masalah terkait trigonometri mereka akan cenderung mengaitkannya dengan apa yang diketahui dan tidak berusaha untuk menggali pemecahan masalah lebih jauh. Hal ini dikarenakan mereka sangat dipengaruhi oleh lingkungan sehingga mereka akan mengikuti langkah-langkah pemecahan masalah yang telah diketahui sebelumnya (misalnya yang didapatkan dari guru). Namun, kemungkinan mereka juga mampu melakukan proses berpikir abstraksi yakni dengan menggunakan simbol-simbol atau melakukan manipulasi aljabar yang dinilai sangat membantu dalam memecahkan masalah lebih efektif. Berbeda dengan siswa dengan gaya kognitif FI. Apabila siswa dengan gaya kognitif FI diminta memecahkan masalah terkait trigonometri selain mereka melakukan proses berpikir asimilasi, kemungkinan mereka juga mampu melakukan akomodasi yakni dengan mencoba-coba cara lain untuk menyelesaikan masalah yang diberikan. Selain itu, kemungkinan mereka juga mampu melakukan proses berpikir abstraksi dalam menyelesaikan masalah matematika.

Dalam penelitian ini akan dikaji bagaimana proses pengolahan informasi yang merupakan bagian proses berpikir berdasarkan gaya kognitif siswa dalam memecahkan masalah matematika, yakni pada materi trigonometri.

commit to user

Dokumen terkait