• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kemanusiaan Islam:

Dalam dokumen Islam dan urusan Kemanusiaan Konflik Per (Halaman 30-35)

Islam dan Urusan Kemanusiaan: Peta Wacana dan Perumusan Agenda Kerja

C. Kemanusiaan Islam:

Dari Amal Kebajikan Sampai Masalah Hukum

Sebelum memasuki pembahasan lebih jauh, perlu kiranya kami jelaskan terlebih dahulu kata kunci yang kerap disebut di dalam buku ini, yaitu istilah kemanusiaan dan humaniter. Kata “huma- niter” yang berarti kemanusiaan memiliki cakupan makna yang luas, antara lain: upaya untuk menyejahterakan manusia;7 etika kebaikan, kebajikan, dan sikap simpatik kepada sesama manu- sia tanpa membedakan ras, warna kulit, golongan, bangsa, dan agama.8 Dalam kaitan ini, akitivitas humaniter atau kegiatan ke- manusiaan identik dengan masalah- masalah yang terkait dengan bantuan kemanusiaan. Konsep “humaniter” dan bantuan kemanu- siaan juga sudah menjadi nomenklatur hukum internasional yang mengatur tentang hukum dan prinsip- prinsip yang harus dipe- gang oleh pelbagai pihak yang terlibat dalam peperangan mau- pun kegiatan kemanusiaan.

Perkembangan kegiatan kemanusiaan yang dilakukan di du- nia Islam dan dimotori oleh organisasi- organisasi kemanusiaan

Pendahuluan | 31

Islam memberikan ruang yang dinamis dalam perkembangan khazanah hukum humaniter internasional dan pelaksanaannya di negara- negara yang penduduknya mayoritas Muslim. Bebera- pa kalangan mencoba merumuskan konsep Islamic humanitari- anism (humaniter Islam) atau ideologi kemanusiaan Islam, ya- itu istilah yang digunakan para pegiat kemanusiaan di kalangan Muslim dalam menjalankan misi kemanusiaan mereka di loka- si bencana. Karena Islam adalah sebuah agama yang memiliki dua sisi, yaitu sisi universal dan juga primordial, pertanyaannya adalah apa yang disebut dengan gerakan kemanusiaan Islam itu, apakah konsep kemanusiaan Islam berarti upaya mendorong ke- sejahteraan di kalangan Muslim saja, dan bagaimana menentukan etika universal aksi kebajikan yang berakar dari nilai- nilai Islam dalam kerangka wacana hukum humaniter modern?

Untuk menelusuri masalah ini, terdapat dua hal yang bisa kita telaah. Pertama adalah konsep Islam tentang kebajikan atau kedermawanan (sadaqah, charity, philanthropy dan padanan kata lainnya); dan kedua adalah pandangan Islam tentang fiqh al- siyar, yang terkait dengan etika perang, akhlak saat konflik, makna ji- had, dan sebagainya. Terkait dengan hal pertama, yaitu prinsip kebajikan atau kedermawanan, Islam menempatkannya sebagai bagian penting dari sistem kepercayaan. Bahkan, masalah keba- jikan dan kedermawanan ini menjadi bagian dari Rukun Islam, yang di antaranya ditunjukkan oleh konsep zakat. Di dalam Is- lam terdapat lima pilar utama atau disebut Rukun Islam, yaitu syahadat (pengakuan tentang iman), salat lima waktu, zakat, pua- sa selama Ramadhan dan Haji (ziarah ke Mekah sekali dalam se- umur hidup untuk setiap Muslim yang secara fisik dan finansial mampu melakukannya). Perlu ditekankan di sini bahwa kata za- kat berulang kali disebutkan di dalam Al- Quran, dan penyebut- an kata tersebut sering dipersandingkan dengan kata salat. Hal itu menandakan bahwa Al- Quran memberikan penekanan yang

32 | Islam dan Urusan Kemanusiaan

sama tentang kewajiban manusia terhadap Tuhan harus diikuti dengan kewajiban kepada sesama manusia.

Zakat secara harfiah berarti “memurnikan”. Zakat adalah bagian harta kekayaan seseorang yang harus diberikan kepada orang miskin untuk tujuan kemakmuran ekonomi dan kesejah- teraan masyarakat. Zakat terbagi dalam dua kategori: zakat in- dividu (zakat al- fitr) dan zakat harta (zakat al- mal). Zakat fitrah wajib ditunaikan oleh setiap individu yang memiliki harta dan makanan berlebih dan dibayarkan menjelang akhir Bulan Suci Ramadhan; sementara zakat mal harus dibayarkan 2,5% dari ke- kayaan per tahun dengan persyaratan bahwa kekayaan tersebut telah mencapai batas tertentu yang disebut nisab (diperkirakan sebagai sama dengan harga 85 gram emas di harga dunia). Ber- dasarkan tuntunan Islam, seorang Muslim harus menyucikan diri dan kekayaan mereka dengan menyisakan sejumlah kekayaan mereka bagi orang miskin dan orang- orang yang membutuhkan. Selain mengeluarkan amal wajib berupa zakat, doktrin Is- lam juga menyebutkan sedekah atau kontribusi sukarela di mana umat Islam dapat menyumbangkan setiap jumlah kekayaan me- reka setiap saat. Menariknya, menurut hadis, sedekah tidak ha- rus dalam bentuk materi. Sedekah bisa dilakukan dalam ben- tuk non- materi, seperti menyediakan keahlian, pengetahuan atau bahkan “senyum”. Nabi Muhammad saw. mengatakan bahwa se- buah senyuman seseorang kepada orang lain adalah sedekah.9

Selain sedekah, terdapat konsep yang lain, yaitu wakaf. Definisi wakaf adalah memberikan sebagian harta secara sukarela untuk dikelola dan dimanfaatkan untuk amal kebaikan. Wakaf biasanya diberikan dalam bentuk aset berupa tanah atau properti untuk tujuan amal seperti pendidikan, panti asuhan, keuangan mikro dan sebagainya. Doktrin Islam juga menyebutkan tindakan lain amal sukarela yang disebut infaq yang berarti memberikan sesu- atu untuk menyenangkan Tuhan. Dari uraian di atas, dapat di- pahami bahwa tujuan utama dari semua tindakan kemanusiaan

Pendahuluan | 33

dan amal kebajikan adalah untuk membantu orang lain dan me- ringankan beban penderitaan mereka dalam kondisi normal ma- upun darurat.

Konsep- konsep di atas menjadi landasan bagi kaum Muslim dalam menjalankan aksi kemanusiaan. Ajaran keagamaan ten- tang kewajiban untuk membantu orang yang berada dalam ke- sulitan, baik dalam situasi normal maupun krisis, dihadapkan pada masalah tertentu, terutama saat situasi perang atau kon-

flik. Tidak mudah memunculkan sikap objektif saat menjalankan misi kemanusiaan di lokasi perang dan konflik. Dalam konteks inilah ajaran Islam mengatur tindakan perang dan permusuhan yang utamanya bertujuan meminimalkan korban dan untuk me- ringankan penderitaan selama konflik. Para ahli hukum Islam te- lah menguraikan apa yang sekarang disebut “hukum humaniter internasional Islam” yang dalam literatur klasik disebut al- siyar. Cabang yurisprudensi ini tidak hanya mencakup bahasan ten- tang Hukum Humaniter Internasional, tetapi juga mengatur hu- bungan antara negara Islam dan negara- negara lain selama per- damaian atau perang.10

Khazanah Islam tentang al- siyar dikenal pula dengan fiqh ji- had (hukum jihad) atau fiqh qital (hukum perang). Di dunia in- ternasional wacana serupa juga bisa dilihat dari istilah Jus ad Bellum, yaitu aturan atau hukum yang mengatur tentang hak, landasan, dan alasan berperang serta legitimasi menggunakan senjata saat perang; dan istilah Jus di Bello, yaitu perangkat hu- kum yang mengatur pelbagai aspek ketika perang telah bergulir, seperti mengatur tentang Hak Asasi Manusia, perlindungan ang- gota non-kombatan para pihak yang berperang maupun anggo- ta yang tidak lagi terlibat dalam permusuhan (horse de combat), anak-anak dan perempuan, masyarakat awam serta perlindungan tawanan perang. Dalam pengembangannya, konsep al- siyar da- lam fikih Islam cenderung lebih fokus pada hukum perang (Jus in Bello) daripada Jus ad Bellum.

34 | Islam dan Urusan Kemanusiaan

Dari sudut pandang sejarah, perkembangan fikih perang da- lam tradisi Islam ini bukan sesuatu yang baru. Sejak kelahiran- nya di Mekah pada abad ke- 6, dunia Islam telah berinteraksi de- ngan peradaban besar lainnya seperti Kekaisaran Romawi dan Kekaisaran Persia. Dalam 100 tahun, Islam telah mencapai Spa- nyol dan Iran. Perluasan wilayah ini telah dilakukan melalui pro- ses damai serta operasi militer. Terkait dengan pelbagai peristi- wa perang saat ekspansi Islam ke beberapa daerah, para sarjana Muslim merumuskan semacam “kode etik militer” untuk menja- di panduan bagi anggota pasukan dalam operasi militer mereka. Karya klasik seperti Kitab Al- siyar Al- saghir (Buku Ringkas ten- tang Hukum Perang) yang ditulis oleh Muhammad Al- syaibani (749–804)11 menjelaskan bahwa Nabi Muhammad saw. telah me-

rumuskan tata cara pelaksanaan perang, aturan tentang perlin- dungan sipil di luar perang, perlakuan terhadap tawanan perang, larangan kegiatan semacam perang selama bulan suci, pengobat- an orang- orang kafir, akuisisi properti, rekonsiliasi perdamaian, dan gencatan senjata, pengobatan pemberontak dan pengguna- an rampasan perang.12 Topik- topik ini juga ditemukan hampir

di banyak bagian dari buku klasik hukum lslam. Kutipan hadis di bawah ini sedikit menggambarkan tentang tata cara perang:

Berperanglah kalian semua di jalan Allah dan perangi orang- orang yang tidak percaya pada jalan Allah. Namun jangan pernah me- lakukan pelanggaran kepercayaan, atau pengkhianatan, atau me- mutilasi siapa pun atau membunuh kaum minoritas atau wanita. Ini adalah permintaan Allah dan perilaku Rasul- Nya untuk pe- tunjuk kalian.13

Hukum humaniter internasional modern pun mengakui bah- wa Islam adalah peradaban yang menyediakan sumber penting bagi pengembangan hukum humaniter internasional. Karena itu- lah, mengangkat kembali wacana serta kompleksitas hukum hu- maniter Islam menjadi penting.

Pendahuluan | 35

Dalam dokumen Islam dan urusan Kemanusiaan Konflik Per (Halaman 30-35)

Dokumen terkait