• Tidak ada hasil yang ditemukan

Islam dan urusan Kemanusiaan Konflik Per

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Islam dan urusan Kemanusiaan Konflik Per"

Copied!
46
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

Delegasi Regional ICRC Jl. Iskandarsyah I No. 14,

Kebayoran Baru, Jakarta Selatan 12160 Telp: +62 21 7396756, Faks: +62 21 7399512 E-mail: dja_djakarta@icrc.org

Website: www.icrc.org

(3)

Konflik, Perdamaian, dan Filantropi

Editor

(4)

© 2015, ICRC- Jakarta

Islam dan Urusan Kemanusiaan: Konflik, Perdamaian, dan Filantropi, diterbitkan pertama kali oleh Serambi

Hak cipta dilindungi undang- undang Dilarang mereproduksi atau memperbanyak

seluruh maupun sebagian dari buku ini dalam bentuk atau cara apa pun tanpa izin tertulis dari penerbit

Editor: Hilman Latief dan Zezen Zaenal Mutaqin Pewajah isi: Nur Aly

Desainer sampul: Teguh B. Putro

PT SERAMBI ILMU SEMESTA Anggota IKAPI

Jln. Kemang Timur Raya No. 16, Jakarta 12730 www.serambi.co.id

info@serambi.co.id

Cetakan I: Februari 2015

(5)

5

Isi Buku

Glossarium 9

Daftar Singkatan 13

Kata Pengantar 17

Pendahuluan

Islam dan Urusan Kemanusiaan: Peta Wacana

dan Perumusan Agenda Kerja [Hilman Latief & Zezen

Zaenal Mutaqin] 23

Bagian Pertama: Penafsiran Kontemporer Hukum

Kemanusiaan Islam 47

Islam, Urusan Kemanusiaan dan Kebangsaan

[Hajriyanto Y Thohari] 48

Merumuskan Perspektif Islam tentang Hukum Humaniter

[Muhammad Amin Suma] 65

Hukum Humaniter Internasional (HHI) dan al- Siyar:

(6)

6 | Islam dan Urusan Kemanusiaan

Implementasi Hukum Humaniter Internasional dalam Menegakkan Pertahanan dan Keamanan [Muhammad

Nur Islami] 105

Bagian Kedua: Perspektif Muslim tentang Jihad, Konflik,

dan Perdamaian 133

Jihad dan Perang dalam Literatur Muslim [Imam Yahya] 134

Konsep Jihad dan Perang dalam Tafsîr al- Mishbâh

Karya Muhammad Quraish Shihab [Zunly Nadia] 163

Bertindak Aktif Tanpa Kekerasan Demi Perdamaian

yang Berkesinambungan [Martino Sardi] 195

Perdamaian, Pencegahan Konflik, dan Hukum Islam: Pandangan dan Pengalaman Muslim Filipina

[Hamid Barra Aminoddin] 207

Bagian Ketiga: Rekonsiliasi dan Perdamaian Pascakonflik 217

Islah Sebagai Dalih Melupakan Masa Lalu:

Kasus ‘Penyelesaian Konflik’ Tanjung Priok (1984)

dan Talang Sari (1989) [Wahyudi] 218

Dari Inisiatif Muslim Menuju Kerja Sama Lintas Agama: Studi Kasus Asian Muslim Action Network

[Mohamad Fikri Pido] 248

Interaksi Tionghoa- Santri Pascakerusuhan 1998 di Lasem

[Munawir Aziz] 271

Bagian Keempat: Filantropi dan Kegiatan Kemanusiaan

dalam Masyarakat Multilkultural 305

Menafsirkan Spirit Al- Ma‘un dan Aktivisme Kemanusiaan

(7)

Isi Buku | 7

Peran Dompet Dhuafa dalam Mewujudkan Masyarakat

Sipil [Tuti Alawiyah] 318

Menebar Kepedulian, Mendulang Nama: Pengalaman Komunitas Tionghoa Muslim di Yogyakarta Pascabencana

[Rezza Maulana] 333

Pandangan Islam tentang Perlindungan terhadap Kaum Marjinal dan Korban Konflik [Abdul Muhaimin] 346

Epilog

Masa Depan Dialog Islam dan Hukum Humaniter

Internasional [Ameur Zemmali] 376

Daftar Kepustakaan 381

Tentang Penulis 401

(8)
(9)

9

Glossarium

Istilah Pengertian

Darul Harb “Wilayah Perang,” termasuk daerah- dae-rah yang dikuasai oleh musuh.

Darul Islam Wilayah Damai, yaitu wilayah- wilayah yang berada dalam kekuasaan Islam. Diyat Kompensasi finansial terhadap korban

dari sebuah tindak kejahatan.

Al- fasad Kerusakan

Fikih Salah satu cabang ilmu yang membahas teori dan pelaksanaan hukum Islam. Ghanimah Harta rampasan perang. Pada masa Nabi

Muhammad saw., harta rampasan perang menjadi salah satu pendapatan negara. Hadis Perkataan, Perbuatan dan ketetapan yang

dikaitkan (atau dianggap berasal) dari Nabi Muhammad saw. Hadis menjadi sa-lah satu sumber hukum Islam.

Harb Perang

(10)

10 | Islam dan Urusan Kemanusiaan

hukum- hukum kemanusiaan, khusus-nya hukum perikemanusiaan internasio-nal atau hukum humaniter internasiointernasio-nal (HHI) yang berlaku pada waktu perang. Dalam buku ini, istilah humaniter hanya digunakan jika kata itu merujuk secara khusus pada istilah hukum.

Ijma‘ Kesepakatan atau ketetapan para ulama terhadap kedudukan atau hukum suatu perkara. Kesepakatan muncul karena ti-dak adanya keterangan atau pembahas-an ypembahas-ang jelas terhadap masalah tersebut di dalam Al- Quran maupun Hadis. Ijtihad Upaya sungguh- sungguh yang

dilaku-kan para ulama untuk menentudilaku-kan sta-tus hukum suatu perkara yang tidak di-bahas secara jelas di dalam Al- Quran maupun hadis.

Invasi Sebuah langkah militer yang ditempuh di suatu wilayah dengan tujuan untuk me-nguasai wilayah tersebut.

Ishlah Rekonsiliasi antara kelompok yang ber-tikai yang dimaksudkan untuk menemu-kan perdamaian dan keamanan.

Jinayah Bagian dari hukum Islam yang memba-has tentang masalah- masalah kejahatan kriminal, termasuk pembunuhan, pen-curian, perzinaan, dan sebagainya. Jizyah Pajak per kapita yang diterapkan

(11)

Glossarium | 11

negara- negara Islam tidak banyak yang menerapkan pajak tersebut.

Konvensi Jenewa Salah satu kesepakatan internasional atau perjanjian internasional yang dirumus-kan di Jenewa, Swiss, khususnya terka-it dengan masalah perlindungan korban perang dan hukum- hukum humaniter internasional lainnya.

Kepentingan Militer Sebuah Doktrin dalam operasi militer yang dalam HHI harus dipertimbangkan secara seimbang dengan kepentingan ke-manusiaan.

Jihad Berjuang secara sungguh- sungguh di ja-lan Allah untuk membela kepentingan agama. Dalam konteks tertentu, Jihad terkait dengan peperangan untuk mem-bela dan menyebarkan agama.

Maslahah Kemaslahatan, kebaikan atau kesejahtera-an. Di dalam fikih Islam, konsep masla-hah dijadikan pertimbangan untuk me-nentukan kedudukan hukum sebuah perkara.

Protokol Suatu istilah untuk perjanjian internasio-nal. Dalam konteks lain juga bisa diarti-kan sebagai seperangkat aturan tentang standar tata laksana suatu kegiatan. Da-lam buku ini protokol yang dimaksud adalah perjanjian internasional tertentu terkait hukum humaniter internasional (HHI).

(12)

12 | Islam dan Urusan Kemanusiaan

ini terjadi karena hukum harus menye-suaikan dengan perkembangan zaman, di mana aturan perang dan perlindung-an yperlindung-ang disepakati dalam konvensi terus bertambah.

Qishash Praktik hukum Islam yang diberikan da-lam bentuk hukum balas yang setim-pal terhadap sebuah tindakan kejahatan. Misalnya, hukuman mati untuk pembu-nuhan yang disengaja. Namun, praktik hukum qishash juga memberikan ru-ang untuk pengampunan sejauh keluar-ga korban menkeluar-gampuni dan memaafkan

perbuatan terdakwa.

Qiyas Analogi, digunakan untuk memperkuat logika penetapan ketentuan hukum su-atu perkara dengan dianalogikan kepada perkara lain.

Qital Peperangan

Al-Quran Kitab Suci umat Islam Rechtstaat Negara Hukum

Al- Siyar Hukum Internasional Islam, namun mak-nanya mengalami penyempitan sehingga sering dirujuk untuk istilah yang serupa dengan Hukum Humaniter Internasional Syari‘ah Seluruh ajaran Islam secara universal,

na-mun dalam perkembangannya istilah ter-sebut identik dengan hukum Islam. Sunnah Tradisi Islam atau kebiasaan yang

(13)

13

Daftar Singkatan

Singkatan Pengertian

AMAN Asian Muslim Action Network

ARF Asian Resource Foundation

ARMM Autonomous Region in Muslim

Minda-nao

BNPBD Badan Nasional Penanggulangan

Benca-na Daerah

BUC The Bishop—Ulama Conference

CCA Christian Conference for Asia

FJI Front Jihad Islam

FKML Forum Komunikasi Masyarakat Lasem

FPUB Forum Persaudaraan Umat Beragama

GKJ Gereja Kristen Jawa

GIN Gerakan Islah Nasional

HAM Hak Asasi Manusia

HFI Humanitarian Forum Indonesia

HHI Hukum Humaniter Internasional

HUDA Himpunan Ulama Dayah Aceh

ICL International Criminal Law

(14)

14 | Islam dan Urusan Kemanusiaan

ICRP Indonesian Conference on Religion and Peace

IHL International Humanitarian Law

IRF International for Religion and Freedom KDRT Kekerasan dalam Rumah Tangga

KB Keluarga Berencana

KONTRAS Komite untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan

KKY Komite Kemanusiaan Yogyakarta KPAI Komisi Perlindungan Anak Indonesia PBB Perserikatan Bangsa- Bangsa

LAZISMU Lembaga Amil Zakat Infak dan Sedekah Muhammadiyah

LPB Lembaga Penanggulangan Bencana LSM Lembaga Swadaya Masyarakat

MDMC Muhammadiyah Disaster Management Center

MILF Moro Islamic Liberation Front MNLF Moro National Liberation Front PALM Penghijauan Area Lereng Merapi

PANTAP HHI Panitia Tetap Hukum Humaniter Inter-nasional

PITI Persatuan Tionghoa Islam Indonesia

PKU Pendidikan Kader Ulama

PKU Muhammadiyah Pembina Kesejahteraan Umat, berasal dari PKO (Penolong Kesengsaraan Oe-moem)

PMI Palang Merah Indonesia

RUU Rancangan Undang- undang

RTA Robithoh Tholiban Aceh

(15)

Daftar Singkatan | 15

UMY Universitas Muhammadiyah Yogyakarta USCRIF United State Comission for Religion and

Freedom

WALHI Wahana Lingkungan Hidup Indonesia YPMJ Yayasan Paguyuban Masyarakat

(16)
(17)

17

Kata Pengantar

Indonesia dan beberapa negara Asia Tenggara merupakan wi-layah yang menjadi saksi perkembangan lembaga- lembaga swa-daya masyarakat yang mencurahkan tenaganya untuk kegiatan- kegiatan kemanusiaan di lokasi- lokasi bencana. Pelbagai peristiwa bencana alam dan bencana kemanusiaan akibat konflik antar- golongan yang menyebabkan jatuhnya banyak korban jiwa te-lah mendorong organisasi- organisasi masyarakat untuk mem-berikan bantuan kepada para korban secara lebih sistematis dan ter organisasi. Tsunami dan gempa bumi di Aceh, konflik Kristen- Muslim di Maluku, perang di Timor Leste, ketegangan sebagian kelompok Buddha dan Muslim Rohingya di Myanmar, dan ketegangan- ketegangan politik Mindanao dan Thailand Se-latan adalah beberapa peristiwa yang telah menyebabkan banyak korban jiwa yang kemudian merangsang tumbuhnya lembaga- lembaga kemanusiaan dan filantropi di Asia Tenggara.

(18)

18 | Islam dan Urusan Kemanusiaan

membantu para korban. Pengalaman satu dasawarsa lalu ketika bencana tsunami di Aceh dan gempa bumi di Yogyakarta yang menyebabkan ribuan orang menjadi korban dan ratusan keluar-ga kehilankeluar-gan tempat tingkeluar-gal, menunjukkan bahwa tidak sedikit lembaga kemanusiaan yang terjun di lokasi bencana berasal dari organisasi berbasis keagamaan. Di kalangan Muslim sendiri, or-ganisasi kemanusiaan Islam tumbuh subur sebagai respons ter-hadap peristiwa bencana maupun sebagai upaya menerjemahkan nilai, prinsip, dan rumusan etika keagamaan dalam ruang pub-lik yang lebih luas.

Kehadiran lembaga- lembaga kemanusiaan Muslim bukan ha-nya menggairahkan aksi- aksi kemanusiaan di lapangan, melain-kan juga memiliki peran penting dalam menumbuh- kembangmelain-kan gagasan dan prinsip- prinsip kemanusiaan dalam Islam. Kenda-ti demikian, di balik peran akKenda-tif lembaga kemanusiaan Muslim di ruang publik yang semakin kasatmata, kajian mendalam ten-tang Islam dan urusan kemanusiaan, khususnya apa yang dise-but hukum humaniter di Asia Tenggara secara umum, dan In-donesia secara khusus, ternyata masih belum banyak dilakukan. Bila kita telusuri lebih jauh, belum banyak kajian yang dilakukan untuk memahami apa sebetulnya prinsip- prinsip kemanusiaan di kalangan Muslim, doktrin seperti apa yang membuat kerja- kerja kemanusiaan dalam lembaga- lembaga kemanusiaan Islam tumbuh subur, bagaimana kalangan Muslim memaknai hukum humaniter internasional, serta bagaimana semua itu diejawantahkan dalam aksi nyata, khususnya dalam konteks Asia Tenggara. Untuk itu-lah buku ini disusun, demi mengisi kekosongan kajian tentang urusan kemanusiaan dan secara khusus hukum humaniter di ka-langan Muslim Indonesia dan beberapa negara di Asia Tenggara.

(19)

Kata Pengantar | 19

terselenggara atas kerja sama antara Program Pascasarjana Uni-versitas Muhammadiyah Yogyakarta dan International Committee of the Red Cross (ICRC), dan mendapat dukungan dari Dompet Dhuafa dan Lazis Muhammadiyah. Lokakarya ini dihadiri oleh peneliti, akademisi, dan pegiat urusan kemanusiaan di Asia Teng-gara seperti Indonesia, Malaysia, Thailand, Singapura, dan Fili-pina. Meskipun demikian, editor mengundang beberapa penulis tambahan untuk memperkaya kajian dalam buku ini.

(20)

20 | Islam dan Urusan Kemanusiaan

konflik menurut ajaran Islam, penting untuk dikaji lagi dengan lebih dalam.

Dalam situasi tertentu, urusan kemanusiaan juga terkait de-ngan masalah perdamaian. Menjalankan aksi- aksi kemanusiaan dalam keadaan darurat konflik telah menjadi agenda besar be-berapa organisasi Islam. Lebih dari itu, sebagian organisasi Is-lam di Asia Tenggara tidak jarang turut serta membuat program- program penyelesaian konflik sebagai bagian dari keikutsertaan mereka dalam mendorong terwujudnya perdamaian. Bagaima-na dilema, diBagaima-namika, dan upaya- upaya organisasi Muslim lam mendorong perdamaian; bagaimana pula konsep- konsep da-sar Islam tentang perdamaian dan penyelesaian konflik; strategi apa yang sejatinya bisa digunakan kalangan Muslim untuk men-dorong perdamaian di Asia Tenggara akan menjadi bagian dari buku ini.

Fakta menarik juga bisa dilihat dari meningkatnya peran or-ganisasi filantropi Islam dalam kegiatan kemanusiaan selama se-puluh terakhir ini. Lembaga- lembaga filantropi Islam telah tum-buh menjadi lembaga kemanusiaan profesional yang bekerja di lokasi bencana. Pertanyaan yang kerap muncul adalah bagaima-na lembaga filantropi Islam merumuskan prinsip- prinsip kema-nusiaan, bagaimana memahami arti Islam sebagai rahmatan lila-lamin, bagaimana konsep- konsep kemanusiaan Islam berdampak pada golongan kelompok penerima bantuan/manfaat, hambatan seperti apa yang sering dialami lembaga Muslim dalam menja-lankan aksi kemanusiaan?

(21)

Kata Pengantar | 21

lembaga kemanusiaan Islam di Indonesia dan Malaysia tentunya sedikit berbeda dengan peran lembaga- lembaga Muslim di Fili-pina dan Thailand karena posisi mereka sebagai minoritas. Isu konflik dan perdamaian biasanya lebih umum diangkat di ke-dua wilayah tersebut.

Kehadiran buku ini diharapkan memberikan pencerahan dan masukan bagi pengembangan wacana terkait Islam dan urusan kemanusiaan, baik di Indonesia dan kawasan Asia Tenggara ma-upun di Dunia Islam secara keseluruhan. Buku ini adalah kaji-an rintiskaji-an tentkaji-ang Islam dkaji-an uruskaji-an kemkaji-anusiakaji-an di Indonesia dan Asia Tenggara, dan karena itu diharapkan dapat membang-kitkan kajian- kajian lanjutan di kalangan para pengamat dan pe-neliti. Sementara untuk para pegiat kemanusiaan, hal- hal yang dikaji dalam buku ini dapat menjadi pelajaran tentang bagaima-na membumikan prinsip- prinsip kemanusiaan di dalam masya-rakat Muslim dan bagaimana prinsip- prinsip itu memberi sum-bangan bagi terwujudnya perdamaian.

Kami mengucapkan banyak terima kasih kepada seluruh pi-hak yang telah terlibat, baik langsung maupun tidak, dalam pe-nyelenggaraan lokakarya maupun penerbitan buku ini. Secara khusus ucapan terima kasih kami sampaikan kepada rekan dan kolega dari Pascasarjana dan LP3M Universitas Muhammadi-yah Yogyakarta, ICRC- Jakarta, Dompet Dhuafa, LAZISMU, dan BANK BPD Syariah atas dukungan mereka. Ucapan terima kasih kami haturkan pula untuk seluruh peserta atas keikutsertaan dan sumbang gagasannya selama seminar dan lokakarya berlangsung. Ucapan terima kasih juga tak lupa diucapkan untuk Tim LP3M UMY dan ICRC yang membantu proses penerbitan buku ini.

(22)

22 | Islam dan Urusan Kemanusiaan

luas dan menempatkan isu- isu HHI dalam isu besar Islam dan urusan kemanusiaan.

(23)

23

Pendahuluan

Islam dan Urusan Kemanusiaan:

Peta Wacana dan Perumusan Agenda Kerja

Hilman Latief & Zezen Zaenal Mutaqin

A. Pendahuluan

Mungkin sudah banyak orang menyaksikan meningkatnya peran organisasi- organisasi Islam dalam kegiatan kemanusiaan di loka-si bencana. Lembaga- lembaga kemanuloka-siaan itu aktif menggalang dana melalui pelbagai bentuk kampanye kemanusiaan, merekrut relawan- relawan dengan pelbagai latar belakang, membuat jaring-an kerja sama dengjaring-an perusahajaring-an swasta djaring-an lembaga pemerin-tah, dan tentu saja mengorganisasikan pemberian bantuan untuk para korban di lokasi bencana. Publik barangkali beranggapan bahwa kehadiran organisasi- organisasi Islam yang secara khu-sus memberikan pertolongan di lokasi bencana adalah hal lum-rah yang dilatarbelakangi oleh ajaran keagamaan dan nilai- nilai sosial, yaitu tentang kewajiban membantu orang yang membu-tuhkan. Gejala seperti itulah yang bisa dilihat di Indonesia, Ma-laysia, dan juga di beberapa negara lain seperti Pakistan, negara- negara Teluk, dan bahkan di negara- negara Barat.

(24)

24 | Islam dan Urusan Kemanusiaan

untuk membantu korban bencana sangat kuat. Sebagian besar lembaga kemanusiaan Islam merupakan hasil inisiatif dari ma-syarakat sipil, artinya lembaga itu didirikan, didanai, dan dija-lankan oleh komunitas- komunitas yang ada dalam masyarakat. Tetapi tidak sedikit pula organisasi kemanusiaan Islam, seperti yang bisa dilihat di negara- negara Teluk, yang memang dispon-sori pembentukannya oleh negara. Tentunya, pertumbuhan orga-nisasi kemanusiaan Islam berpengaruh besar terhadap pemben-tukan wacana dan tata laksana misi kemanusiaan. Akan tetapi, bagaimana definisi dan konsep kemanusiaan dalam hukum po-sitif yang diakui oleh masyarakat internasional itu berhubungan dengan norma- norma Islam yang lebih mapan belum begitu je-las bentuknya.

(25)

Pendahuluan | 25

keagamaan. Pasalnya, justru etika keagamaan telah menjadi inspi-rasi tersendiri bagi penganutnya untuk lebih aktif dalam kegiat-an kemkegiat-anusiakegiat-an, seperti memberikkegiat-an bkegiat-antukegiat-an kepada para kor-ban bencana, baik di lokasi bencana maupun di lokasi konflik.

(26)

26 | Islam dan Urusan Kemanusiaan

dalam pembentukan gagasan dan prinsip “kemanusiaan univer-sal” pada masa depan.

Mengapa Islam penting? Saat ini, Islam adalah agama ter-besar kedua di dunia setelah Kristen dan lebih dari satu miliar Muslim dengan budaya dan tradisi yang beraneka ragam, ting-gal di pelbagai belahan dunia. Namun, hingga kini, hanya sedikit upaya yang telah dilakukan untuk menumbuhkembangkan gagas-an pinsip- prinsip kemgagas-anusiagagas-an Islam atau lebih khusus lagi me-rumuskan “hukum humaniter Islam” yang bisa menjadi pedoman umum bagi Muslim di seluruh dunia dalam menjalankan agen-da agen-dan kegiatan kemanusiaan, khususnya di lokasi- lokasi konflik.

Hingga kini, meski beberapa negara besar Muslim di Asia Tenggara kerap menyaksikan konflik- konflik antarkelompok, ti-dak banyak ulama dan sarjana Muslim yang secara serius meru-muskan hukum humaniter Islam dan Syari‘ah dalam rangka me-ngurangi dampak buruk dari konflik seperti untuk melindungi non-kombatan, pengungsi, dan masyarakat sipil yang tidak ikut serta dalam permusuhan secara memadai. Sebaliknya, ketika se-bagian sarjana Muslim menafsirkan ulang nilai dasar syariah agar lebih sesuai dengan dengan kebutuhan sosial, ekonomi dan po-litik saat ini, beberapa pandangan konservatif dan kaku justru menguat. Penetapan Perda- Perda Syari‘ah dan Hukum Islam di beberapa Negara Asia Tenggara, seperti Indonesia dan Malaysia, justru malah tidak sejalan dengan nilai- nilai hak asasi manusia, perlindungan kelompok minoritas, dan bahkan hukum humani-ter inhumani-ternasional.

B. Islam dan Kemanusiaan: Beberapa Masalah Konseptual

(27)

Pendahuluan | 27

konsep kunci dalam literatur Islam dan sejarah Islam yang se-suai dengan prinsip- prinsip hukum humaniter. Para pengamat dan sarjana seperti Yadh been Ashoor, Ameur Zemmali, Zayyid Ibn Abdel Kareem al- Zayyid, Wahbah al- Zuhaili, Saleem Marso-of, James Cockayne, Jonathan Benthall, Jamal Krafess, dan An-niseh Van Engeland yang telah menelaah hukum humaniter di Dunia Islam berpandangan bahwa gagasan tentang prinsip dan hukum humaniter Islam masih belum ajeg. Pasalnya, terlalu ken-talnya perbedaan- perbedaan pandangan di kalangan ulama Islam tentang hal- hal seperti perang, jihad, posisi non- Muslim dalam masyarakat Muslim, dan pandangan Islam mengenai hubungan internasional yang terkait dengan konsep “wilayah Islam” (land/ abode of Islam atau dar al- Islam) dan “wilayah perang” (land/ abode of war atau dar al- harb), dan lain- lain.

Cara pandang yang digunakan para pengamat dan sarja-na untuk mengkaji Islam dan urusan kemanusiaan berbeda satu sama lain: apakah gerakan kemanusiaan Islam harus dilihat dari kacamata Barat, dan apakah para pegiat kemanusiaan Islam da-pat mengintegrasikan pandangan- pandangan Islam mereka ke dalam apa yang dikenal dengan hukum humaniter Islam. Dalam konteks inilah para aktivis sosial, intelektual, dan pemangku ke-bijakan berupaya merumuskan ulang “hukum humaniter Islam” dan memadupadankan Hukum Humaniter Internasional (HHI) dengan syariah. Dalam kaitan ini, para pengamat menyoroti as-pek yang berbeda- beda: sebagian lebih mendalami asas-pek hukum Islamnya, sebagian lain lebih tertarik dengan prinsip- prinsip etik kemanusiaan, sementara yang lain tertarik pada aksi- aksi kema-nusiaan.

(28)

28 | Islam dan Urusan Kemanusiaan

perlindungan terhadap anak- anak, masyarakat sipil, dan tahanan perang di lokasi perang. Di akhir tahun 1970-an seorang Profes-sor di bidang Hukum dari Tunisia, Yadh been Ashoor, menulis sebuah artikel berjudul “Islam and Humanitarian Law”. Dengan

melihat sejarah awal Islam dan pernyataan- pernyataan para ula-ma di era modern, Yadh been Ashoor menyatakan bahwa Al- Quran memberikan aturan yang sedikit berbeda tentang tindakan dan perlakuan seperti apakah yang selayaknya diberikan kepada tawanan perang dari kalangan non- Muslim.

Ragam aturan yang tercantum di dalam teks- teks Islam me-letupkan perbedaan pandangan di kalangan para ulama Muslim. Menurut Al- Quran, seorang tawanan perang dari kaum kafir bo-leh dibunuh (QS. 7: 67–68), bobo-leh dipertukarkan dengan tebus-an (QS. 47–4), atau boleh dibebasktebus-an. Disebutktebus-an bahwa Nabi Muhammad saw. pernah menahan seorang tawanan kafir untuk meminta tebusan dari musuh- musuhnya. Dikatakan oleh Asho-or, para ulama Muslim modern seperti Wahbah al- Zuhaili, Say-yid Qutb dan Mahmud Shaltout memberikan opini yang sama mengenai masalah ini, yaitu keharusan melindungi para tawan-an pertawan-ang daripada membunuh mereka.2 Selain dari ayat- ayat Al-

Quran, informasi- informasi yang juga penting dalam membentuk cara pandang Muslim tentang prinsip- prinsip hukum humaniter dapat pula dilihat dari sejarah (sirah) dan hadis- hadis Nabi.

Ba-nyak literatur Islam yang meminta kaum Muslim untuk melin-dungi perempuan, anak- anak, lansia, dan kemudian melepaskan para tahanan baik dengan atau tanpa tebusan. Meski demikian, harus dicatat bahwa beberapa ulama klasik seperti al- Syaibani dan al- Mawardi, sebagaimana dicatat seorang pengamat, mem-perbolehkan Muslim untuk membunuh tawanan dan bahkan juga membunuh lansia dalam situasi tertentu.3

(29)

Pendahuluan | 29

kemanusiaan yang diterapkan saat melakukan aksi kemanusiaan oleh lembaga- lembaga Muslim, termasuk diterapkan dalam si-tuasi kompleks yang dihadapi aktivis Muslim di wilayah pepe-rangan. Krafess dalam kapasitasnya sebagai seorang pegiat LSM Islam, menyatakan bahwa Islam telah menyumbang pada pem-bentukan prinsip- prinsip gerakan kemanusiaan. Dengan menela-ah beberapa konsep kunci dalam literatur Islam yang terkait de-ngan masalah amal kebajikan seperti menolong dan membantu yang miskin, Krafess berargumen bahwa, menurut ajaran Islam, Muslim diperintahkan untuk berperang melawan kelaparan, me-nyediakan bantuan untuk para pengungsi, dan juga membebas-kan para budak.4

(30)

30 | Islam dan Urusan Kemanusiaan

Yaman, Maroko, Yordania, dan Iran semakin menyadari penting-nya memadupadankan semangat hukum- hukum Islam dengan HHI dalam konteks yang lebih luas. Hukum humaniter Islam akan memberikan dampak besar dalam perlindungan jiwa ma-nusia ketika terjadi konflik di wilayah Muslim.

Pembahasan di atas mengisyaratkan bahwa tidak seperti hal-nya teks- teks klasik yang menunjukkan ambiguitashal-nya dalam me-nentukan prinsip- prinsip kemanusiaan, khususnya tentang apakah tahanan perang dan rakyat biasa (dari kalangan musuh) harus dilindungi atau tidak, para sarjana Muslim modern menunjuk-kan padangan- pandangan yang lebih maju dalam merumusmenunjuk-kan prinsip- prinsip hukum humaniter dengan mengambil nilai inti syariah, daripada sekadar terjebak dalam formula yurispruden-si Islam yang kaku.6

C. Kemanusiaan Islam:

Dari Amal Kebajikan Sampai Masalah Hukum

Sebelum memasuki pembahasan lebih jauh, perlu kiranya kami jelaskan terlebih dahulu kata kunci yang kerap disebut di dalam buku ini, yaitu istilah kemanusiaan dan humaniter. Kata “huma-niter” yang berarti kemanusiaan memiliki cakupan makna yang luas, antara lain: upaya untuk menyejahterakan manusia;7 etika kebaikan, kebajikan, dan sikap simpatik kepada sesama manu-sia tanpa membedakan ras, warna kulit, golongan, bangsa, dan agama.8 Dalam kaitan ini, akitivitas humaniter atau kegiatan ke-manusiaan identik dengan masalah- masalah yang terkait dengan bantuan kemanusiaan. Konsep “humaniter” dan bantuan kemanu-siaan juga sudah menjadi nomenklatur hukum internasional yang mengatur tentang hukum dan prinsip- prinsip yang harus dipe-gang oleh pelbagai pihak yang terlibat dalam peperangan mau-pun kegiatan kemanusiaan.

(31)

Pendahuluan | 31

Islam memberikan ruang yang dinamis dalam perkembangan khazanah hukum humaniter internasional dan pelaksanaannya di negara- negara yang penduduknya mayoritas Muslim. Bebera-pa kalangan mencoba merumuskan konsep Islamic humanitari-anism (humaniter Islam) atau ideologi kemanusiaan Islam, ya-itu istilah yang digunakan para pegiat kemanusiaan di kalangan Muslim dalam menjalankan misi kemanusiaan mereka di loka-si bencana. Karena Islam adalah sebuah agama yang memiliki dua sisi, yaitu sisi universal dan juga primordial, pertanyaannya adalah apa yang disebut dengan gerakan kemanusiaan Islam itu, apakah konsep kemanusiaan Islam berarti upaya mendorong ke-sejahteraan di kalangan Muslim saja, dan bagaimana menentukan etika universal aksi kebajikan yang berakar dari nilai- nilai Islam dalam kerangka wacana hukum humaniter modern?

(32)

32 | Islam dan Urusan Kemanusiaan

sama tentang kewajiban manusia terhadap Tuhan harus diikuti dengan kewajiban kepada sesama manusia.

Zakat secara harfiah berarti “memurnikan”. Zakat adalah bagian harta kekayaan seseorang yang harus diberikan kepada orang miskin untuk tujuan kemakmuran ekonomi dan kesejah-teraan masyarakat. Zakat terbagi dalam dua kategori: zakat in-dividu (zakat al- fitr) dan zakat harta (zakat al- mal). Zakat fitrah wajib ditunaikan oleh setiap individu yang memiliki harta dan makanan berlebih dan dibayarkan menjelang akhir Bulan Suci Ramadhan; sementara zakat mal harus dibayarkan 2,5% dari ke-kayaan per tahun dengan persyaratan bahwa keke-kayaan tersebut telah mencapai batas tertentu yang disebut nisab (diperkirakan sebagai sama dengan harga 85 gram emas di harga dunia). Ber-dasarkan tuntunan Islam, seorang Muslim harus menyucikan diri dan kekayaan mereka dengan menyisakan sejumlah kekayaan mereka bagi orang miskin dan orang- orang yang membutuhkan. Selain mengeluarkan amal wajib berupa zakat, doktrin Is-lam juga menyebutkan sedekah atau kontribusi sukarela di mana umat Islam dapat menyumbangkan setiap jumlah kekayaan me-reka setiap saat. Menariknya, menurut hadis, sedekah tidak ha-rus dalam bentuk materi. Sedekah bisa dilakukan dalam ben-tuk non- materi, seperti menyediakan keahlian, pengetahuan atau bahkan “senyum”. Nabi Muhammad saw. mengatakan bahwa se-buah senyuman seseorang kepada orang lain adalah sedekah.9

(33)

Pendahuluan | 33

dan amal kebajikan adalah untuk membantu orang lain dan me-ringankan beban penderitaan mereka dalam kondisi normal ma-upun darurat.

Konsep- konsep di atas menjadi landasan bagi kaum Muslim dalam menjalankan aksi kemanusiaan. Ajaran keagamaan ten-tang kewajiban untuk membantu orang yang berada dalam ke-sulitan, baik dalam situasi normal maupun krisis, dihadapkan pada masalah tertentu, terutama saat situasi perang atau

kon-flik. Tidak mudah memunculkan sikap objektif saat menjalankan misi kemanusiaan di lokasi perang dan konflik. Dalam konteks inilah ajaran Islam mengatur tindakan perang dan permusuhan yang utamanya bertujuan meminimalkan korban dan untuk me-ringankan penderitaan selama konflik. Para ahli hukum Islam te-lah menguraikan apa yang sekarang disebut “hukum humaniter internasional Islam” yang dalam literatur klasik disebut al- siyar. Cabang yurisprudensi ini tidak hanya mencakup bahasan ten-tang Hukum Humaniter Internasional, tetapi juga mengatur hu-bungan antara negara Islam dan negara- negara lain selama per-damaian atau perang.10

(34)

34 | Islam dan Urusan Kemanusiaan

Dari sudut pandang sejarah, perkembangan fikih perang da-lam tradisi Isda-lam ini bukan sesuatu yang baru. Sejak kelahiran-nya di Mekah pada abad ke- 6, dunia Islam telah berinteraksi de-ngan peradaban besar lainnya seperti Kekaisaran Romawi dan Kekaisaran Persia. Dalam 100 tahun, Islam telah mencapai Spa-nyol dan Iran. Perluasan wilayah ini telah dilakukan melalui pro-ses damai serta operasi militer. Terkait dengan pelbagai peristi-wa perang saat ekspansi Islam ke beberapa daerah, para sarjana Muslim merumuskan semacam “kode etik militer” untuk menja-di panduan bagi anggota pasukan dalam operasi militer mereka. Karya klasik seperti Kitab Al- siyar Al- saghir (Buku Ringkas ten-tang Hukum Perang) yang ditulis oleh Muhammad Al- syaibani (749–804)11 menjelaskan bahwa Nabi Muhammad saw. telah

me-rumuskan tata cara pelaksanaan perang, aturan tentang perlin-dungan sipil di luar perang, perlakuan terhadap tawanan perang, larangan kegiatan semacam perang selama bulan suci, pengobat-an orpengobat-ang- orpengobat-ang kafir, akuisisi properti, rekonsiliasi perdamaian, dan gencatan senjata, pengobatan pemberontak dan pengguna-an rampaspengguna-an perpengguna-ang.12 Topik- topik ini juga ditemukan hampir

di banyak bagian dari buku klasik hukum lslam. Kutipan hadis di bawah ini sedikit menggambarkan tentang tata cara perang:

Berperanglah kalian semua di jalan Allah dan perangi orang- orang yang tidak percaya pada jalan Allah. Namun jangan pernah lakukan pelanggaran kepercayaan, atau pengkhianatan, atau me-mutilasi siapa pun atau membunuh kaum minoritas atau wanita. Ini adalah permintaan Allah dan perilaku Rasul- Nya untuk pe-tunjuk kalian.13

(35)

Pendahuluan | 35

D. Kerja Kemanusiaan di Kalangan Muslim

Munculnya gerakan kemanusiaan Islam tidak dapat dipisahkan dari sentimen perlawanan terhadap hegemoni Barat.14 Sentimen ini memiliki akar sejarah yang panjang, mulai dari peristiwa Pe-rang Salib sampai masa penjajahan atau kolonialisme. Dunia Is-lam berada daIs-lam cengkraman kolonialisme atau penjajahan Ba-rat dalam waktu yang cukup lama. Produk hukum dan sistem politik yang digunakan saat ini di sebagian negara Muslim, se-perti Mesir, Pakistan, Malaysia, Indonesia adalah warisan dari Barat. Salah satu bentuk dari kontra hegemoni ini adalah me-nguatnya gagasan kebangkitan Islam dan proses Islamisasi. Pada masa pascapenjajahan, proses Islamisasi telah menyentuh ke pel-bagai bidang kehidupan masyarakat Muslim, mencakup aspek- aspek wacana keilmuan sampai kegiatan sosial- ekonomi. Kini begitu mudah menemukan pelbagai ilmu- ilmu Islam seperti so-siologi Islam, perbankan syariah, keuangan Islam, dan kedokter-an Islam. Selain itu, kita juga melihat kegiatkedokter-an politik dkedokter-an sosi-al yang diwarnai oleh LSM- LSM Islam, partai- partai Islam, dan pengadilan Islam.

(36)

36 | Islam dan Urusan Kemanusiaan

di atas, ada ribuan organisasi kemanusiaan Muslim mulai lokal yang berskala kecil sampai tingkat internasional di seluruh du-nia Muslim.16

Terkait dengan hal di atas, tanggapan terhadap dominasi Ba-rat terhadap Dunia Islam juga dapat dilihat dari upaya pemben-tukan Islamic Committee of Internasional Crescent (ICIC) dalam pertemuan Organization of the Islamic Conference (OIC) di Ni-geria yang ke- 13 tahun 1982. Pembentukan organisasi itu dipra-karsai pertama kali di Bengazi, Libya pada Konferensi OKI tahun 1977 yang pada saat itu bertujuan untuk menghimpun Perhim-punan Nasional Palang Merah dan Bulan Sabit Merah anggota- anggota Negara OIC. Nama ICIC sengaja dipilih karena memi-liki kedekatan fonetik dengan lembaga lain yang telah mapan, yaitu ICRC.17 Selain itu, dibentuknya Federasi Internasional Pa-lang Merah dan Bulan Sabit Merah (IFRC) oleh ICRC yang men-jadi salah satu komponen gerakan Palang Merah dan Bulan Sabit Merah Internasional adalah wujud dari pergeseran dan perabah-an yperabah-ang terjadi di kalperabah-angperabah-an pegiat kemperabah-anusiaperabah-an di seluruh du-nia. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa kehadiran para pemain baru dalam kegiatan kemanusiaan berangsur- angsur me-mengaruhi nilai- nilai, pesan- pesan, dan simbol- simbol kemanu-siaan di dunia.18

(37)

Pendahuluan | 37

akhirnya datang dengan penafsiran mereka sendiri yang berbasis budaya dalam pelaksanaan hak asasi manusia, seperti yang da-pat dilihat dalam Deklarasi Hak Asasi Manusia ASEAN)19 atau-pun Universal Islamic Declaration of Human Rights (UIDHR).

Beberapa ahli telah berusaha mencari jalan keluar melihat ketidakharmonisan ini dengan mengusulkan konsep dialog20 atau pendekatan lainnya seperti konsep terbaru yang disebut “the re-ceptor approach project”, seperti yang diusulkan oleh Profesor Tom Zwart.21 Sebuah konferensi yang diselenggarakan oleh Aus-tralia National University baru- baru ini membahas tentang Cultu-res of Humanitarianism: Perspectives from the Asia- Pacific.22 Kon-ferensi ini mencoba menjawab dua pertanyaan mendasar: Sejauh manakah budaya yang berbeda memiliki kesamaan pandangan tentang kemanusiaan? Bagaimana melihat perbedaan cara masya-rakat dengan budaya tertentu tentang pentingnya kemanusiaan.23 Wacana kemanusiaan Islam adalah contoh yang jelas tentang ba-gaimana budaya tertentu membentuk pemahaman dan perdebat-an tentperdebat-ang kemperdebat-anusiaperdebat-an yperdebat-ang hingga kini masih belum tuntas.

Menggunakan nilai- nilai agama dan doktrin sebagai acuan atau inspirasi untuk aksi kemanusiaan bukan gejala baru. Prak-tik amal kebajikan dan kemanusiaan merupakan bagian pen-ting dari semua agama, termasuk Yahudi, Kristen, Hindu, dan Buddha. Sistem kemanusiaan modern dan organisasi di Barat, termasuk Komite Internasional Palang Merah (ICRC) dan hu-kum perikemanusiaan internasional, memiliki akar dalam tradi-si Yudeo- Kristen24 Namun, dalam perkembangannya, sementara beberapa organisasi lainnya masih melestarikan agama sebagai acuan dan pertautan mereka, organisasi seperti ICRC dan or-ganisasi lainnya menjadikan kode etik gerakannya berdasarkan prinsip-prinsip universal dan memilih untuk memisahkan dari pertautan keagamaan.

Organisasi- organisasi kemanusiaan yang menjaga afiliasi

(38)

38 | Islam dan Urusan Kemanusiaan

(FBO) atau LSM keagamaan. FBO adalah “setiap organisasi yang mengambil inspirasi dari ajaran dan prinsip- prinsip agama ter-tentu.”25 Selain itu, biasanya, FBO terhubung dengan lembaga

agama seperti gereja atau masjid; sementara, di sisi lain, FBO juga secara terbuka menyatakan misi keagamaan mereka. Berke-naan dengan sumber dana, FBO sebagian besar bergantung pada sumbangan keagamaan dan amal atau didukung oleh institusi ke-uangan agama yang mapan.26 Dalam kasus Islam, zakat, infak,

dan sedekah adalah contoh sumber utama keuangan organisasi. FBO memiliki kesamaan kepentingan dengan organisasi ke-manusiaan sekuler dalam aksi keke-manusiaan, dan keduanya me-miliki peran besar dalam membantu orang miskin dan rentan dengan menggunakan jaringan akar rumput yang ada di masjid atau gereja- gereja. Banyak contoh di Afrika atau Indonesia. Sa-lah satu tantangan terbesar bagi FBO adaSa-lah bagaimana menye-imbangkan antara kegiatan bantuan kemanusiaan dan kepenting-an dakwah. Catatkepenting-an menunjukkkepenting-an bahwa sebagikepenting-an FBO mampu bersikap netral dan menjalankan misi kemanusiaan secara berim-bang sesuai dengan nilai universal sebagaimana tercantum dalam Kode Etik Palang Merah dan Gerakan Bulan Sabit Merah Inter-nasional, sedangkan FBO yang lain masih mencampuradukkan kegiatan evangelis (dalam kasus Kristen) atau dakwah (dalam ka-sus Islam) saat menyampaikan bantuan kemanusiaan.27

E. Menelaah Isu Kemanusiaan/Humaniter Islam di Asia Tenggara

(39)

Pendahuluan | 39

menyebabkan konflik bersenjata dan jatuhnya korban jiwa. Pada saat yang sama, aktivis Muslim di wilayah tersebut perlahan mu-lai lebih aktif dalam kegiatan kemanusiaan dan memproduksi wacana kemanusiaan, mulai dari rumusan tentang jihad, kode etik perang, dan prinsip- prinsip humaniter. Dalam konteks inilah posisi buku ini menjadi penting, yaitu mengangkat cara pandang Asia Tenggara dalam urusan kemanusiaan. Secara historis, bebe-rapa wilayah di Asia Tenggara, khususnya yang sekarang menja-di bagian dari Indonesia, Malaysia, Filipina Selatan, dan Thailand Selatan memiliki kelekatan dengan tradisi Islam.

Sebagaimana telah diungkapkan, dewasa ini kita menyaksi-kan peran- peran yang semakin besar dari organisasi- organisasi kemanusiaan Islam di Asia Tenggara, dan hal itu mencermin-kan pemahaman yang maju di kalangan Muslim tentang isu- isu kemanusiaan. Setidaknya, ijtihad- ijtihad sosial dan kolektif telah dimulai oleh aktivis sosial Muslim dengan mengubah praktik fi -lantropi menjadi kegiatan sosial kemanusiaan yang lebih luas, tertata, dan profesional. Dengan kata lain, organisasi- organisasi kemanusiaan Islam sudah dapat bersentuhan dengan proyek- proyek kemanusiaan yang lebih besar. Meski demikian, perlu di-sadari bahwa pemahaman dan penafsiran baru serta penyelaras-an makna prinsip- prinsip kempenyelaras-anusiapenyelaras-an dalam masyarakat ypenyelaras-ang beragam juga penting dilakukan. Konsep kesamaan atau impar-sialitas yang menjadi salah satu ciri dari prinsip kerja kemanusi-aan bisa jadi dipertanyakan bila aksi- aksi dan visi kemanusikemanusi-aan tidak disertai dengan kemampuan untuk melindungi kelompok- kelompok minoritas.28

(40)

40 | Islam dan Urusan Kemanusiaan

juga diperlukan untuk menjawab kebutuhan dan tantangan so-sial ekonomi dan politik saat ini dalam masyarakat Asia Teng-gara yang sangat beragam secara etnik, budaya, dan agama. Ke-tiadaan upaya terus- menerus untuk memperkuat konsep- konsep kemanusiaan universal dan terbuka dapat mengakibatkan me-nguatnya pandangan- pandangan kerdil yang membatasi univer-salitas Islam. Hal ini, tentu saja, akan menggerus secara berta-hap kekuatan organisasi kemanusiaan Islam dalam menyelesaikan masalah- masalah multi- dimensi dan rumit dari konflik- koflik an-tarkelompok di Asia Tenggara maupun di belahan dunia lainnya.

Buku ini membahas pelbagai urusan kemanusiaan di Indone-sia khususnya dan AIndone-sia Tenggara secara umum dengan mengang-kat pelbagai konsep pemikiran serta menggali kasus- kasus yang sesuai dengan agenda aksi kemanusiaan. Bab Pertama, Penafsir-an Kontemporer tentPenafsir-ang Hukum HumPenafsir-aniter Islam, mendiskusikPenafsir-an prinsip- prinsip dasar ajaran Islam yang padu padan dengan urus-an kemurus-anusiaurus-an. Bab ini diawali oleh tulisurus-an Hajriyurus-anto Y. To-hari, Wakil Ketua MPR (Majelis Permusyawaratan Rakyat), yang membahas ajaran Islam dan urusan kemanusiaan serta membing-kainya dalam ranah keindonesiaan. Kemudian disusul oleh Prof. Dr. M. Amin Summa, Guru Besar di bidang Hukum Islam dari UIN Syarif Hidyatullah yang memberikan perspektif tentang hu-kum humaniter Islam, dan kemudian disusul oleh artikel dari Dr. Mohammad Hisham dari Universitas Islam Antarbangsa (UIA) Malaysia yang menyandingkan dan menganalisis hukum huma-niter internasional dan al- siyar. Sementara itu, tulisan Dr. Mu-hammad Nur Islami dari Universitas MuMu-hammadiyah Yogyakarta di akhir bab pertama menelaah tentang hukum humaniter dari perspektif keamanan, khususnya yang terkait dengan ideologi ke-kerasan dan terorisme.

Bab Kedua membahas Perspektif Muslim tentang Jihad,

(41)

Pendahuluan | 41

Semarang menelusuri secara mendalam dinamika pemahaman Muslim tentang jihad dan keragaman pelaksanaannya. Sebagai pembanding, Zunli Nadia mengemukakan gagasan ulama Indo-nesia, Prof. Quraish Shihab tentang Jihad sebagaimana tertuang di dalam Tafsîr al- Mishbâh. Perspektif lain ditawarkan Dr. Marti-no Sardi dari Universitas Muhammadiyah Yogyakarta yang men-coba merumuskan perspektif Islam tentang Teologi Damai. Dari Filipina, Dr. Hamid Barra mengangkat kasus kekerasan dan upa-ya mencegah konflik di kalangan Muslim Filipina.

Bab Ketiga yang mengulas masalah Rekonsiliasi dan Perda-maian Pascakonflik menghadirkan para peneliti muda yang telah melakukan ragam studi kasus. Wahyudi Kurniawan menulis kon-sep Islah sebagai upaya melupakan kekerasan masa silam, khu-susnya yang terjadi dalam kasus Tanjung Priok dan Talang Sari, di mana perseteruan antara komunitas Muslim dan aparat pe-merintah pada tahun 1980-an telah menyebabkan korban di ka-langan komunitas Muslim. Sedangkan Mohamad Fiki Pido dari AMAN (Asian Muslim Action Network- Thailand) mengupas ja-ringan perdamaian yang digagas AMAN di kalangan komunitas antaragama. Sementara Munawir Azis secara khusus mengka-ji konsep silaturahim sebagai upaya rekonsiliasi pascakerusuhan, khususnya yang terjadi di kalangan masyarakat Tionghoa di Jawa Tengah. Tiga hasil penelitian ini memberikan pencerahan dan pespektif kuat yang menstimulasi perbincangan masalah- masalah kemanusiaan dalam perspektif yang lebih luas.

(42)

42 | Islam dan Urusan Kemanusiaan

lebih spesifik, Kyai Abdullah Muhaimin dari Yogyakarta berbi-cara khusus tentang kaitan kegiatan kemanusiaan dengan per-lindungan kelompok marjinal. Bab ini menunjukkan gairah ke-giatan sosial- kemanusiaan di kalangan Muslim, khususnya dalam meng organisasikan bantuan bencana alam, dan bagaimana inspi-rasi keagamaan masih lekat dalam kegiatan kemanusiaan di ka-langan Muslim.

Buku ini ditutup dengan ulasan yang disampaikan oleh Dr. Ameur Zemmali tentang Masa Depan Dialog Islam dan Hukum Humaniter Internasional. Pada bagian ini, gagasan perlunya pe-nguatan landasan kemanusiaan Islam dan Hukum Humaniter In-ternasional dikemukakan kembali dan menuntut kaum Muslim, baik kalangan akademisi, intelektual, dan ulama untuk lebih ak-tif dalam dialog- dialog yang akan mempertajam rumusan kema-nusiaan Islam pada masa depan.[]

Catatan

1 Jonathan Benthal, “The Overreaction against Islamic Charities,” ISIM Review (2007) 20, 6.

2 Yadh Ben Ashoor, “Islam and International Humanitarian Law,” International Review of the Red Cross, Vol. 20, Issues 215 (1980), 62–64.

3 Anniseh van Engeland, “The Differences and Similarities between International Humanitarian Law and Islamic Humanitarian Law: Is there Ground for Reconciliation,” Journal of Islamic Law and Culture, Vol. 10, No. 1 (April 2008), 86; Troy S. Thomas, “Jihad’s Captives: Prisoners of War in Islam,” 2008), http://www.au.af.mil/ au/awc/awcgate/usafa/jihad_pows.doc (Accessed 1o May 2012). 4 Jamal Krafess, “The Influence of Muslim Religion in

(43)

Pendahuluan | 43

5 Jonathan Benthall & Jourdan, Jerome Bellion. The Charitable Cres-cent: Politics of Aid in the Muslim World (London: IB Tauris, 2003).

6 Lihat Hadia Nusrat, “Humanitarian Law and Islam,” http://www. redcross.int/EN/mag/magazine2005_1/24- 25.html (Accessed 1 May 2012); juga Ameur Zemmali, “Discussion on IHL and Islam,” www.former- icrc- staff.org/...islam/mme_picado_ihl_and_islam.1.doc ((Diakses pada 1 Mei 2012).

7 http://oxforddictionaries.com/definition/english/humanitarian (Di-akses pada 10 January 2012). Dalam bahasa Indonesia istilah ini menjadi sedikit membingungkan. Sebagai contoh, terjemahan In-ternational Humanitarian Law dalam bahasa Indonesia menja-di Hukum Humaniter Internasional. Kata “humaniter” menja- diperta-hankan dan tidak diterjemahkan menjadi “kemanusiaan” karena bisa membuat maknanya menjadi sangat luas dan mencakup ba-nyak hal. Karena itu dalam tulisan ini, jika kata humaniter meru-juk pada istilah hukum, maka kata yang akan digunakan adalah “hukum humaniter”, namun jika merujuk pada istilah selain hu-kum yang cakupannya lebih luas, akan digunakan istilah “kema-nusiaan”. Kata “urusan kemanusiaan”, sebagai contoh, adalah ter-jemahan dari “humanitarian affairs”. Istilah “urusan kemanusiaan” juga dipakai oleh badan- badan PBB.

8 Pelbagai definisi kemanusiaan dapat ditemukan di mana- mana. Da-vid Rieff, misalnya, mengusulkan definisi kemanusiaan terbatas se-bagai ketentuan independen, netral dan berimbang tentang ban-tuan untuk korban konflik dan bencana alam. Meskipun terdapat pelbagai definisi tentang kemanusiaan, esensi kemanusiaan adalah untuk menyelamatkan risiko hidup dan mengurangi penderitaan. Lihat Michael Barnet dan Thomas G. Weiss (eds), Humanitarian-ism in Question, Politics, Power, Ethic (Ithaca: Cornel University Press, 2008), 10–11.

9 Secara lebih lengkap tentang hadts ini lihat Muhiddin Yahya, An- Nawawi, Hadits Arbain An- Nawawiyah, Hadis No. 31.

10 Zafar Ishaq Anshari, “Pengantar” dari Al-Syaibani, Muslim Inter-national Law Kitab al- siyar al- shagir (1998), x–xiii.

(44)

44 | Islam dan Urusan Kemanusiaan

17 Laporan Umum Komite Islam Bulan Sabit Internasional, diakses dari http://ktp.isam.org.tr/pdfdkm/13/dkm131177.pdf pada 11 Feb-ruari 2013

18 Untuk pembahasan yang sangat menarik pada isu- isu ini, lihat Marie Juul Petersen, For humanity or for the umma? Ideologies of aid in four transnational Muslim NGOs, Dissertation, University of Copenhagen, 2011.

19 Lihat http://www.asean.org/news/asean- pernyataan communiqu-es/item/asean- hak asasi manusia- deklarasi. Pasal 7 mengatakan “... Pada saat yang sama, realisasi hak asasi manusia harus dipertim-bangkan dalam konteks regional dan nasional mengingat latar be-lakang politik, ekonomi, hukum, sosial, budaya, sejarah dan aga-ma yang berbeda.” Artikel ini dikritik karena memberi kesempatan bagi negara untuk melanggar hak asasi manusia berdasarkan bu-daya dan alasan politik.

20 Abdullahi Ahmad An- Naim adalah salah satu tokoh terkemuka yang fokus pada dialog Islam dan IHR. Lihat untuk, misalnya, Ab-dullahi Ahmad An- Naim, Islam and the Secular State, Negotiating the Future of Shari’a (2008).

(45)

Pendahuluan | 45

22 Miwa Hirono dan Jacinta O’Hagan (eds), Cultures of Humanitari-anism: Perspectives from the Asia- Pacific (2012). Sumber ini dapat dirujuk pada http://ips.cap.anu.edu.au/ir/pubs/keynotes/documen-ts/Keynotes- 11.pdf (Diakses pada 6 Februari 2013).

23 Ibid.

24 Lihat James Cockayne, “Islam and International Humanitarian Law: From a Clash to a Conversation between Civilization,” Inter-national Review of the Red Cross (2002) 84 (847), 60.

25 Clarke dan Jenning, dikutip dari Elizabet Ferris, 607 26 Ibid.

27 Elizabet Ferris, “Faith- based and Secular Humanitarian Organiza-tions,” International Review of the Red Cross (2005) 87 (858), 319- 323.

28. Hilman Latief, “Minority Groups and Islamic Humanitarianism,”

(46)

Referensi

Dokumen terkait

II jenis pakaian yang dijahit III jenis fabrik yang digunakan IV kedudukan belah pada pakaian. A I, II dan III B I, II dan IV C I, III dan IV D II, III

Berdasarkan penjelasan tentang support group therapy yang dikemukakan pada bagian sebelumnya di atas, dapat disimpulkan bahwa support group therapy adalah terapi yang

Jenis lensa ini (lihat gambar 6) dapat menghasilkan fitur wajah dalam prespektif alami, dan subjek foto berada pada jarak yang nyaman dari kamera. Dinamakan

Berdasarkan uraian dan pembahasan yang telah dikemukakan pada sebelumnya maka dapat ditarik beberapa pokok-pokok yang menjadi kesimpulan dalam penelitian ini yaitu

pada Tanggal 16 Mei 2016 KSPP Syari’ah BMT NU Jawa Timur Cabang Bungatan diresmikan untuk menjadi lembaga keuangan syari’ah, ada beberapa tahapan dalam proses pemberian

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar perserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya

Selain itu juga dapat disebabkan karena penelitian lain yang menggunakan sampel dari Bagian Penyakit Dalam (Bedah), penilitian ini menggunakan sampel dari Bagian

Gelombang ultrasounik pada saat diserap oleh jaringan tubuh akan menyebabkan komprensi dan ekspansi dengan gaya maksimal 4 bar dalam jaringan tubuh dengan