• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. KEMATANGAN EMOSI

KECENDERUNGAN PERILAKU CYBERBULLYING PADA DEWASA AWAL

Yunika Ayu Agrippina

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan antara kematangan emosi dan kecenderungan perilaku cyberbullying pada dewasa awal. Hipotesis dalam penelitian ini adalah adanya hubungan negatif antara kematangan emosi dan kecenderungan perilaku cyberbullying, yaitu semakin tinggi kematangan emosi yang dimiliki oleh individu maka akan semakin rendah kecenderungan perilaku cyberbullyingnya, begitupun sebaliknya. Untuk membuktikan hipotesis tersebut maka analisis hipotesis dilakukan dengan menggunakan teknik korelasi Spearman Rho pada SPSS 21.00.Subjek dalam penelitian ini adalah dewasa awal dengan rentang usia 18-25 tahun dan telah memiliki akses terhadap internet selama satu tahun, dengan jumlah subjek laki-laki sebanyak 81 orang dan subjek perempuan sebanyak 69 orang. Dalam penelitian ini digunakan dua skala, variabel kematangan emosi diukur dengan menggunakan skala Kematangan Emosi yang disusun berdasar pada teori Kematangan Emosi Katkovsky dan Gorlow dan variabel kecenderungan perilaku cyberbullying diukur menggunakan skala Kecenderungan Perilaku Cyberbullying berdasarkan teori yang dikemukakan oleh Willard. Koefisien reliabilitas dari skala Kematangan Emosi sebesar 0,859, sedangkan reliabilitas skala Kecenderungan Perilaku Cyberbullying sebesar 0, 924. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh koefisien korelasi (r) antara kematangan emosi dan kecenderungan perilaku cyberbullying pada dewasa awal sebesar -0,110 dengan nilai signifikansi (p) = 0,075 (p>0,05), maka dapat disimpulkan bahwa kedua variabel tersebut tidak berkorelasi.

CORRELATIONBETWEENEMOTIONALMATURITYAND CYBERBULLYINGBEHAVIORTENDENCYINEARLYADULTHOOD

Yunika Ayu Agrippina

ABSTRACT

This research aimed to examine the relationship between emotional maturity and cyberbullying behavior tendency in early adulthood. This research hypothesis was there is negative correlation between emotional maturity and cyberbullying behavior tendency, which is when a person has a higher emotional maturity, then he also has a lower cyberbullying behavior tendency, and vice versa. The data analysis that used to examine the hypothesis was Spearman Rho using SPSS 21.00. The subjects were 81 man and 69 women in early adulthood (18-25 y.o). All of them have been using the internet at least during one year. This research used two scales, which are Emotional Maturity Scale that reflecting Katkovsky and Gorlow Maturity Emotional theory and Cyberbullying Behavior Tendency Scale that reflecting Willard Cyberbullying Behavior Tendency theory. The coefficient alpha of the scales was good .859 from Emotional Maturity Scale and .924 from Cyberbullying Behavior Tendency Scale. The result showed that there is insignificance (p<0.05) negative correlation (r = -0.110) between emotional maturity and cyberbullying behavior tendency. The conclusion of the research was there is no correlation between emotional maturity and cyberbullying behavior tendency.

i

HUBUNGAN KEMATANGAN EMOSI DAN

KECENDERUNGAN PERILAKU CYBERBULLYING PADA

DEWASA AWAL

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi

Program Studi Psikologi

Disusun oleh: Yunika Ayu Agrippina

119114047

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

ii HAL

iv

Motto

He gives strength to the weary and increases the power of the weak. (Isaiah 40:29)

The secret of getting ahead is getting started ( Mark Twain)

It does not matter how slowly you go as long as you do not stop (Confucius)

but those who hope in the LORD will renew their strength. They will soar on wings like eagles; they will run and not grow weary, they will walk and not be faint.

v

Ku persembahkan usaha dan karya ini untuk

Tuhan Yesus yang menyertai dan memampukan ku menghadapi semua Orangtua yang senantiasa mendukung dan mendoakanku

Keluarga ku

Sahabat-teman sepermainan-teman suka dan duka Dan

Mereka yang selalu mempertanyakan “Kapan didadar??Kapan wisuda??” Kalian mendorongku untuk tetap mengerjakan skripsi ini

vi

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian dari karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, April 2016

Peneliti

vii

HUBUNGAN ANTARA KEMATANGAN EMOSI DAN

KECENDERUNGAN PERILAKU CYBERBULLYING PADA DEWASA AWAL

Yunika Ayu Agrippina

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan antara kematangan emosi dan kecenderungan perilaku cyberbullying pada dewasa awal. Hipotesis dalam penelitian ini adalah adanya hubungan negatif antara kematangan emosi dan kecenderungan perilaku cyberbullying, yaitu semakin tinggi kematangan emosi yang dimiliki oleh individu maka akan semakin rendah kecenderungan perilaku cyberbullyingnya, begitupun sebaliknya. Untuk membuktikan hipotesis tersebut maka analisis hipotesis dilakukan dengan menggunakan teknik korelasi Spearman Rho pada SPSS 21.00.Subjek dalam penelitian ini adalah dewasa awal dengan rentang usia 18-25 tahun dan telah memiliki akses terhadap internet selama satu tahun, dengan jumlah subjek laki-laki sebanyak 81 orang dan subjek perempuan sebanyak 69 orang. Dalam penelitian ini digunakan dua skala, variabel kematangan emosi diukur dengan menggunakan skala Kematangan Emosi yang disusun berdasar pada teori Kematangan Emosi Katkovsky dan Gorlow dan variabel kecenderungan perilaku cyberbullying diukur menggunakan skala Kecenderungan Perilaku Cyberbullying berdasarkan teori yang dikemukakan oleh Willard. Koefisien reliabilitas dari skala Kematangan Emosi sebesar 0,859, sedangkan reliabilitas skala Kecenderungan Perilaku Cyberbullying sebesar 0, 924. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh koefisien korelasi (r) antara kematangan emosi dan kecenderungan perilaku cyberbullying pada dewasa awal sebesar -0,110 dengan nilai signifikansi (p) = 0,075 (p>0,05), maka dapat disimpulkan bahwa kedua variabel tersebut tidak berkorelasi.

viii

CORRELATIONBETWEENEMOTIONALMATURITYAND

CYBERBULLYINGBEHAVIORTENDENCYINEARLYADULTHOOD

Yunika Ayu Agrippina

ABSTRACT

This research aimed to examine the relationship between emotional maturity and cyberbullying behavior tendency in early adulthood. This research hypothesis was there is negative correlation between emotional maturity and cyberbullying behavior tendency, which is when a person has a higher emotional maturity, then he also has a lower cyberbullying behavior tendency, and vice versa. The data analysis that used to examine the hypothesis was Spearman Rho using SPSS 21.00. The subjects were 81 man and 69 women in early adulthood (18-25 y.o). All of them have been using the internet at least during one year. This research used two scales, which are Emotional Maturity Scale that reflecting Katkovsky and Gorlow Maturity Emotional theory and Cyberbullying Behavior Tendency Scale that reflecting Willard Cyberbullying Behavior Tendency theory. The coefficient alpha of the scales was good .859 from Emotional Maturity Scale and .924 from Cyberbullying Behavior Tendency Scale. The result showed that there is insignificance (p<0.05) negative correlation (r = -0.110) between emotional maturity and cyberbullying behavior tendency. The conclusion of the research was there is no correlation between emotional maturity and cyberbullying behavior tendency.

ix

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertandatangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma

Nama : Yunika Ayu Agrippina

Nomor Mahasiswa : 119114047

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan Kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul :

Hubungan antara Kematangan Emosi dan Kecenderungan Perilaku Cyberbullying pada Dewasa Awal

Beserta perangkat diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan Kepada Perpustakan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta izin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya

Dibuat di Yogyakarta

Pada tanggal : 20 April 2016

Yang menyatakan,

x

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Allah Bapa karena berkat kasih karunia dan berkatNya lah penulis dapat sampai pada tahap pengerjaan skripsi dan mampu meyelesaikannya. Selama pengerjaan skripsi ini tentunya banyak pihak yang memberikan dukungan dan bantuan, oleh karena itu penulis ingin mengucapkan banyak terimakasih kepada :

1. Bapak Dr. T. Priyo Widiyanto, M. Si selaku dekan Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma dan dosen pembimbing penulis.

2. Bapak P. Eddy Suhartanto, M.Si selaku Kaprodi Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma

3. Bapak Y. Heri Widodo, M. Psi., selaku Dosen Pembimbing Akademik dari semester 1 hingga 4.

4. Bapak Prof. Dr. Agutinus Supratiknya, selaku Dosen Pembimbing Akademik dari semester 5 hingga 10.

5. Bapak T. M. Raditya Hernawa, M. Psi atau yang akrab disapa Pak Tius selaku dosen Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma yang mau direpotkan penulis untuk berdiskusi dan memberikan masukan dalam proses penulisan skripsi.

6. Ibu Sylvia Carolina MYM., M. Si. dan Ibu Debri Pristinella, M.Si. selaku dosen penguji yang telah memberikan banyak masukan pada skripsi ini. 7. Segenap dosen Fakultas Psikologi yang telah mendidik, membagikan ilmu

pengetahuan dan pengalamannya selama penulis menempuh studi di Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma.

8. Segenap karyawan Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma ( Bu Nanik, Mas Gandung, Mas Muji, Mas Donny dan Pak Gik) serta teman-teman student staff atas kebaikan dan kesabarannya memberikan informasi yang berkaitan dengan studi penulis.

9. Bapak dan Ibu yang senantiasa memberikan dukungan baik dalam bentuk moril maupun materiil.

xi

10.Mbah No yang tak pernah lupa memberikan dukungan dana dan doa sebagai salah satu bentuk penyemangat untuk cucunya ini.

11.Sahabat-sahabatku selama menempuh studi, yang tidak hanya mencerahkan namun kadang kala juga menyuramkan kehidupanku. Vc. Veny S., Mt.Ghea K., Mbokde Melati Ayu, Ratna Wulandari, Acil Arum Riry, Lala, Mamsit, Mega, Kaknop, Kaka Jojo.

12.Teman-teman seperantauan, yang hanya ketika bersama mereka lah aku bisa ngobrol menggunakan bahasa Banjar dengan leluasa. Rista Dewi Liani, Herna Melani, Didin, Arvin, Fitri, Fery, Gagah, serta adek sepupuku Elika Thea K. Terimakasih juga karena kalian sudah mau membantu menyebarkan skala penelitianku.

13.Sahabat diskusi di kala penat dan kegalauan skripsi memuncak, Agnes Wijaya, mbak Yovi, Mbak Cha dan kakak pembimbing akademik Nunuk Putri.

14.Sahabat penyemangat yang sudah mendahului aku dalam prosesi geser toga, Ni Kadek Tri S., S. Si dan Adelina Sihite, S. Kg. Terimakasih untuk setiap sesi obrolan larut malamnya.

15.Teman-teman dekat yang juga senantiasa mendukung meskipun terpencar di mana-mana tapi selama ada aplikasi instan messenger, everything’s gonna be ok ya. Rini, Inunk, Ega, Algar, Qie.

16.Semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna dan masih terdapat banyak kekurangan, Oleh karena itu, penulis mengharap kritik dan saran dari pembaca untuk memperbaiki karya penulis ini. Terimakasih

Yogyakarta, 15 April 2016 Penulis

xii

Daftar Isi

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN SKRIPSI ... Error! Bookmark not defined. MOTTO... iv

HALAMAN PERSEMBAHAN ... v

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

ABSTRAK ... vii

ABSTRACT ... viii

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR TABEL ... xvi

DAFTAR GAMBAR ... xvii

DAFTAR LAMPIRAN ... xviii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A.Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 9

C. Tujuan ... 10

xiii

1. Manfaat Teoretis... 10

2. Manfaat Praktis ... 10

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 11

A. KEMATANGAN EMOSI... 11

1. Pengertian Kematangan Emosi ... 11

2. Aspek-aspek Kematangan Emosi ... 13

B. CYBERBULLYING ... 14 1. Pengertian Cyberbullying ... 14 2. Bentuk-Bentuk Cyberbullying ... 16 3. Faktor-faktor Cyberbullying ... 17 4. Media Cyberbullying ... 19 C. DEWASA AWAL ... 21

1. Pengertian Dewasa Awal ... 21

2. Perkembangan Dewasa Awal ... 22

D. Dinamika Hubungan Kematangan Emosi dengan Kecenderungan Perilaku Cyberbullying pada Dewasa Awal ... 24

E. Kerangka Penelitian ... 29

F. Hipotesis ... 30

BAB III METODOLOGI PENELITIAN... 31

A. Jenis Penelitian ... 31

xiv

C. Definisi Operasional ... 31

1. Kematangan Emosi ... 31

2. Perilaku Cyberbullying ... 32

D. Subjek Penelitian ... 33

E. Metode Pengumpulan Data ... 33

1. Skala Kematangan Emosi... 34

2. Skala Kecenderungan Perilaku Cyberbullying ... 36

F. Uji Skala ... 38

1. Validitas Alat Tes ... 38

2. Seleksi Item ... 39

3. Reliabilitas... 45

G. Metode Analisis Data ... 45

1. Uji Asumsi ... 45

2. Uji Hipotesis ... 47

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 48

A. Pelaksanaan Penelitian ... 48

B. Data Demografi Subjek ... 48

C. Deskripsi Data Penelitian ... 49

D. Hasil Analisis Data ... 55

1. Uji Asumsi Penelitian ... 55

xv

E. Analisis Tambahan ... 62

F. Pembahasan ... 63

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN... 69

A. Kesimpulan ... 69

B. Keterbatasan Penelitian... 69

C. Saran ... 70

1. Bagi Subjek Penelitian ... 70

2. Bagi Peneliti Selanjutnya ... 70

DAFTAR PUSTAKA ... 72

xvi

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Pemberian Skor pada Skala Kematangan Emosi ...35

Tabel 2.Blueprint Skala Kematangan Emosi sebelum uji coba ...36

Tabel 3.Tabel Pemberian Skor pada skala Kecenderungan Perilaku Cyberbullying. ...37

Tabel 4.Blueprint Skala Kecenderungan Perilaku Cyberbullying sebelum uji coba ...38

Tabel 5.Blueprint Skala Kematangan Emosi setelah uji coba...41

Tabel 6.Blueprint Skala Kematangan Emosi setelah pengguguran Manual..42

Tabel 7.Blueprint Skala Kecenderungan Perilaku Cyberbullying setelah uji coba ...43

Tabel 8.Blueprint Skala Kecenderungan Perilaku Cyberbullying setelah pengguguran manual ...44

Tabel 9.Deskripsi Jenis Kelamin Subjek ...49

Tabel 10.Tabel Hasil Pengukuran Deskriptif Variabel ...50

Tabel 11.Hasil Penghitungan Uji T ...51

Tabel 12.Norma Kategorisasi ...52

Tabel 13.Norma Kategorisasi Kematangan Emosi ...53

Tabel 14.Norma Kategorisasi Kecenderungan Perilaku Cyberbullying ...54

Tabel 15. Tabel Hasil Uji Normalitas Variabel ...55

Tabel16. Tabel Hasil Uji Linearitas Variabel ...58

Tabel 17. Tabel Hasil Uji Korelasi ...61

xvii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.Histogram Kematangan Emosi ... 56 Gambar 2.Histogram Kecenderungan Perilaku Cyberbullying ... 57 Gambar 3.Scatterrplot Kematangan Emosi dan Kecenderungan Perilaku

xviii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1.Skala Uji Coba...78

Lampiran 2.Hasil Reliabilitas dan Seleksi Item...94

Lampiran 3.Skala Final...98

Lampiran 4. Statistik Deskriptif...113

Lampiran 5.Hasil Uji Normalitas...114

Lampiran 6.Hasil Uji Linearitas...115

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Salah satu kebutuhan individu terkait dengan fungsinya sebagai makhluk sosial adalah membina, memelihara hubungan dan berinteraksi dengan orang lain. Oleh karena itu, individu melakukan komunikasi untuk memenuhi kebutuhan tersebut (Devito, 2011). Menurut Devito (2011) sifat komunikasi terbagi dalam dua jenis yaitu komunikasi secara langsung dan tidak langsung. Komunikasi langsung merupakan komunikasi yang dilakukan dengan saling bertatap muka dalam suatu aktivitas komunikasi tanpa menggunakan perantara media. Sebaliknya komunikasi secara tidak langsung merupakan komunikasi yang dilakukan dengan menggunakan perantara media seperti email, handphone, dan jejaring sosial.

Saat ini kemajuan teknologi banyak terjadi pada berbagai aspek kehidupan, termasuk pada teknologi komunikasi dan informasi. Informasi dapat dengan cepat dikirimkan dan diterima melalui media cetak maupun media elektronik.Komunikasi yang dilakukan menggunakan internet biasa dikenal dengan komunikasi online atau jejaring sosial online.Kemajuan teknologi pada aspek komunikasi membantu individu untuk berinteraksi dengan sesamanya tanpa terhambat oleh jarak dan waktu.

Berdasarkan hasil statistik dari hasil kerja sama antara Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) dengan Pusat Kajian Komunikasi (PusKaKom) Universitas Indonesia pada tahun 2014, menunjukkan bahwa 88,1 juta orang Indonesia menggunakan internet. Berdasarkan hasil survey yang dilakukan oleh APJII terdapat tiga alasan utama orang Indonesia menggunakan internet. Ketiga alasan tersebut adalah untuk mengakses sarana sosial/komunikasi, sumber informasi harian, dan mengikuti perkembangan zaman. Ketiga alasan utama tersebut dipraktikkan melalui empat kegiatan utama yaitu menggunakan jejaring sosial, mencari informasi, berkirim pesan secara online melalui aplikasi pesan instan, dan mencari berita terbaru (APJII, 2015).Facebook, Twitter, Myspace,

Path, Instagram merupakan sebagian bentuk aplikasi yang digunakan dalam

berkomunikasi secara online.

Mayoritas pengguna internet di Indonesia berumur 18-25 tahun (APJII, 2015). Usia tersebut tergolong dalam periode dewasa awal (Santrock dalam Arnett 2006,2007). Keterlibatan dalam kegiatan sosial di luar rumah yang terus berkurang, membuat individu dewasa awal mulai memanfaatkan kehadiran situs jejaring sosial sebagai sarana alternatif untuk tetap berkomunikasi dengan teman-teman.Seseorang merasa dipermudah dalam membangun hubungan karena situs jejaring sosial merupakan media yang interaktif. Dengan menggunakan situs jejaring sosial seseorang merasa diperhatikan oleh teman secara virtual baik teman baru maupun teman-teman yang sudah lama tidak bertemu. Hal ini didukung dengan pernyataan yang diberikan oleh beberapa informan dewasa awal terkait dengan manfaat dari penggunaan jejaring sosial (komunikasi pribadi, April 2015).

Tapscot (2009) mengemukakan bahwa salah satu karakteristik yang membedakan dunia maya dengan dunia nyata adalah sesorang dapat berinteraksi dengan orang lain melalui teknologi dan internet tanpa terbatas jarak dan waktu.

Dalam menggunakan situs jejaring sosial, pengguna dapat saling membalas komentar dan menanggapi status atau berita yang disebarkan oleh pengguna lainnya. Interaksi yang terjalin melalui situs jejaring sosial memberikan banyak kesempatan positif, termasuk kesempatan untuk menjalin persahabatan, kesempatan dalam pembentukan identitas, kesempatan untuk mencari informasi, dan kesempatan untuk berpartisipasi dalam hal politik (Boyd 2007; Ellison, Steinfield, & Lampe, 2011; Yun & Chang, 2011 dalam Wegge, Vandebosch, Eggermont, & Walrave, 2014). Akan tetapi, jejaring sosial juga memberikan pengalaman negatif seperti pelecehan dan bullying dalam bentuk elektronik (Kite, Gable, & Filippelli, 2010; Livingstone, 2008; Ybarra & Mitchell, 2008 dalam Wegge dkk). Pengguna dapat dengan mudah mengomentari status yang dibuat oleh pengguna lain, baik dengan komentar yang positif atau negatif. Pengguna juga dapat dengan mudah menuliskan status yang berisi kata-kata kasar, vulgar, atau rasisme, atau bahkan mengancam atau memfitnah orang lain melalui akun jejaring sosial yang dimiliki (Bennett, 2013).

Secara umum, bullying atau pelecehan diakui sebagai sub bagian dari agresi yang didefinisikan sebagai “salah satu jenis spesifik dari perilaku agresi yang dimaksudkan untuk menyebabkan kerusakan, dilakukan secara berulang, ditargetkan pada individu yang tidak mampu membela dirinya sendiri (Cross D,

Shaw T, Hearn L, et al, 2009). Hal tersebut dapat berupa tindakan secara fisik maupun psikologis (Olweus D, 1980).

Cyberbullying adalah istilah yang digunakan pada saat seseorang mendapat

perlakuan tidak menyenangkan seperti dihina, diancam, dipermalukan, disiksa, atau menjadi target bulan-bulanan oleh orang lain menggunakan teknologi Internet maupun teknologi mobile (diakses dari www.cyberbullying.org).

Cyberbullying dapat dikategorikan bullying verbal karena pelaku melakukan

tindakan bullying secara tidak langsung seperti mengejek, menghina, mengolok-olok, mencela, menggosip, menyebarkan rumor, bahkan mengancam dengan menggunakan media elektronik. Adapun jenis dari cyberbullying menurut Willard (2007) yaitu flaming (pesan dengan amarah), harassment (gangguan), denigration (pencemaran nama baik), impersonation (peniruan), outing (penyebaran), trickery (tipu daya), exclusion (pengucilan), dan cyberstalking (merendahkan).

Penelitian yang dilakukan oleh Price dan Dalgeish (2009) menyatakan bahwa bentuk cyberbullying yang banyak terjadi yaitu called name (pemberian nama negatif), abusive comments (komentar kasar), rumour spread (menyebarkan rumor atau desas desus), threatened physical harm (mengancam yang membahayakan fisik), ignored atau exclude (pengabaian dan pengucilan), opinion

slammed (pendapat yang merendahkan), online impersonation (peniruan secara online), sent upsetting image (mengirim gambar yang mengganggu), dan image of victim spread (penyebaran foto).

Langos (dalam Francisco, Simão, Ferreira & Martins, 2014) menemukan bahwa dampak emosional dari perilaku cyberbullying adalah adanya kekhawatiran, stres, takut, kesedihan, kemarahan atau hinaan, dan dapat meluas ke bentuk yang lebih parah, seperti cedera psikologis berkepanjangan yang dapat membahayakan jiwa individu. Dampak dari cyberbullying untuk para korban tidak terhenti pada tahap depresi saja melainkan sudah sampai pada tindakan yang lebih ekstrim yaitu bunuh diri. Hasil dari penelitian yang dilakukan oleh Hinduja dan Patchin mengungkapkan fakta bahwa terdapat pertumbuhan tingkat bunuh diri pada anak dan remaja usia 10 sampai 19 tahun pada tahun-tahun terakhir (dalam Rahayu, 2012).

Pada tahun 2010, Nurarafa (18 tahun) terdakwa kasus penghinaan melalui situs jejaring sosial facebook dijatuhi vonis dua bulan 15 hari dengan masa percobaan selama lima bulan oleh hakim di Pengadilan Negeri Bogor. Dalam perkara tersebut, Ferly Fandini sebagai korban melaporkan penghinaan atas dirinya yang dilakukan oleh Nurarafah. Saat itu Nurarafah mengaku cemburu atas kedekatan pacarnya dengan pelapor (korban), sehingga Nurarafah menulis kata-kata hinaan dalam facebooknya. Selain itu pada tahun 2013 terjadi tindakan bunuh diri yang dilakukan oleh ketua panitia penyelenggaran konser musik di kota Yogyakarta yang banyak mendapatkan tekanan karena pengelolaan konser yang dinilai kurang memuaskan. Selain itu ada juga seorang mahasiswi rantau yang menimba ilmu di sebuah perguruan tinggi negeri di kota yang sama, menulis status di akun media sosialnya yang memuat kata-kata kasar dan menyinggung masyarakat Yogyakarta. Status itu lalu berbuntut panjang bukan hanya pada banyaknya

masyarakat yang berbalik melakukan cyberbully terhadap mahasiswa tersebut, tetapi ada juga yang melaporkannya kepada pihak yang berwajib.

Cyberbullying bisa menjadi lebih berbahaya daripada bullying tradisional

karena beberapa alasan. Alasan pertama adalah perilaku cyberbullying dapat dimulai dengan cara yang mudah, selain itu adanya faktor anonimitas dari Internet bisa menghilangkan banyak hambatan yang ditemui dalam aksi bullying tradisional. Alasan kedua adalah perilaku cyberbullying sulit untuk dihentikan. Kata-kata dan gambar-gambar yang dikirimkan secara online bisa tersebar ke seluruh dunia kapanpun juga dan kadang-kadang sulit untuk dihapus.Penelitian yang dilakukan Hinduja & Patchin mengungkapkan bahwa 20% responden dilaporkan pernah berpikir secara serius untuk bunuh diri. Semua bentuk bullying secara signifikan berkaitan dengan meningkatnya keinginan untuk bunuh diri. Percobaan bunuh diri yang dicoba dilakukan oleh korban cyberbullying jumlahnya hampir dua kali lebih banyak daripada remaja yang tidak pernah mengalami cyberbullying.

Meskipun sering diasumsikan bahwa cyberbullying hanya terjadi sampai pada tingkat usia Sekolah Menengah Atas, namun adanya laporan bahwa perilaku

cyberbullying pada usia universitas juga mengalami peningkatan. Penelitian yang

dilakukan oleh MacDonald dan Roberts-Pittman (2010) yang melibatkan 439 partisipan menemukan hasil bahwa sebanyak 38% mahasiswa mengetahui bahwa mahasiswa lain pernah mengalami cyberbully, 21,9% mahasiswa mengalami

cyberbully, dan 8,6% mahasiswa melakukan cyberbully pada mahasiswa lain.

Dokumen terkait