• Tidak ada hasil yang ditemukan

DESKRIPSI DAN HASIL ANALISIS DATA

4.2. Profil Informan

4.4.1. Tingkatan Kematian Bagi Masyarakat Batak Toba

4.4.1.2. Kematian pada Orang-orang yang Sudah Menikah

Jenis-jenis kematian seperti ini sering disebut dengan Mate Mangkar, yang terdiri dari Matompas Tataring (perempuan atau isteri yang mati dengan meningalkan anak laki-laki dan perempuan),Matipul Ulu (laki-laki atau suami yang mati dengan eninggalkan anak laki-laki dan perempuan), Punu (orang yang mati dengan memiliki anak perempuan saja), hingga Mate Pupur(orang yang mati tapi belum memiliki anak) sudah mendapat perlakuan adat sebagaimana yang diatur oleh masing-masing daerah. Untuk jenis kematian seperti ini yang sembelih adalah Simarmiak-miak (babi) dan memberi makan orang-orang yang datang pada upacara tersebut. Berikut tahapan upacara kematian yang berlaku di daerah Silindung berdasarkan hasil wawancara dengan informan Manganar (71), yang mengatakan bahwa:

...”acara di jabu, ima Tonggo Raja, Pamasuk tu jabu-jabu, baru pasahat ulos saput. Molo baoa na monding tulangna ma pasahathon, molo boru-boru, hula-hula na ma na pasahathon ulos i. Pasahat tujung ni na mabalu. Molo amanta do na monding hula-hula ni na mabalu ma mangalehon. Molo inanta do na monding, tulang ni na mabalu ma na mangalehon. Ulaon di alaman, hata huhuasi sian Hasuhuton, mandok hata ma Panambol dohot Pamultak, mandok hata sian ale-ale. Dungi manok hata sian Hula-hula. Na masuk di son ima Bona Ni Ari,

Bona Tulang, Tulang, Hula-hula na marhamaranggi, dohot Hula-hula Pangalapan Boru. Dung sae sude mandok hata di lanjuthon ma tu acara penguburan. Sidung sian udean lanjut ma muse Mangungkap Tujung ni na mabalu.” (acara di rumah adalah Tonggo Raja, memasukkan jenazah ke peti, pemberian ulos saput. Kalau yang meninggal laki-laki yang memberikan ulos adalah tulangnya, kalau perempuan, hula-hulanya lah yang memberikan ulos tersebut. Memberika ulos tujun kepada isteri atau suami orang yang meninggal. Kalau yang meninggal adalah suami hula-hula isteri yang memberikan. Kalau isteri yang meninggal, tulang dari suamilah yang akan menyampaikan ulos tersebut. Acara di halaman, Hata huhuasi dari pihak Hasuhuton, mandok hata dari Panambol dan Pamultak, mandok hata dari Ale-ale. Lalu mandok hata dari Hula-hula. Yang termasuk kedalam pihak hula-hula adalah Bona Ni Ari, Bona Tulang, Tulang, Hula-hula Na Marhamaranggi. Setelah semua selesai dilakukan acara penguburan. Setelah pulang dari kuburan dilanjutkan dengan Mangungkap Tujung dari isteri ataupun suami dari orang yang meninggal).

Acara di dalam Rumah

a. Tonggo Raja atau sering disebut dengan Pangarapotan. Kegiatan ini dilakukan dengan mengundang Raja-raja Bius, Hula-hula, Dongan Tubu, Boru, Raja Huta, dan Dongan Sahuta, guna membicarakan bagaimana pelaksanaan upacara yang akan dilakukan nantinya. Tidak ada ketentuan yang mengatur kapan ataupun pada hari keberapa kegiatan ini diakukan. Selama semua pihak yang diundang bersedia memiliki waktu untuk menghadiri, pada saat itulah Tonggo Raja dilakukan.

b. Pamasuk tu Jabu-jabu, sering disebut dengan mompo yaitu

memasukkan jenazah ke dalam peti mati, yang dilakukan oleh pihak boru, dongan sahuta, dan keluarga yang bersangkutan.

c. Pasahat Ulos Saput, sama seperti yang dilakukan pada upacara kematian sebelumnya, Ulos Saput akan disampaikan oleh Tulang apabila yang mati adalah laki-laki, dan akan diberikan oleh Hula-hula ketika yang mati adalah perempuan.

d. Pasahat Tujung, yakni pemberian ulos kepada suami atau isteri yang orang yang mati dan dipakaikan seperti kerudung, sebagai tanda bahwa orang tersebut dalam keadaan berduka. Ulos ini akan diberikan oleh pihak parboru ataupun keluarga dari perempuan apabila yang mati adalah laki-laki. Apabila yang mati adalah perempuan, maka yang memberikan ulos tersebut adalah pihak Tulang.

Acara di Halaman

a. Hata Huhuasi (sebagai kata pembukaan yang disampaikan oleh pihak

hasuhuton ataupun penyelenggara upaca tersebut).

b. Mandok hata sian Panambol dan Pamultak, yakni ucapan-ucapan

duka cita dari pihak dongan tubu (orang-orang yang semarga) dan saudara-saudara terdekat.

c. Mandok Hata sian Ale-ale, yang meliputi kata-kata penghibuaran

ataupun ucapan turut berduka cita yang disampaikan oleh teman-teman dan dongan sahuta.

d. Mandok Hata sian Hula-hula, yang terdiri dari Bona Ni ari (pihak ompung dari ayah orang yang meninggal), Bona Tulang (pihak Tulang dari ayah orang yang meninggal, Tulang, Hula-hula Namarhamaranggi (pihak perempuan dari semua marga isteri dari

saudara-saudara orang yang meninggal) dan Hula-hula Pangalapan Boru (pihak mertua dari orang yang meninggal).

e. Acara Penguburan, dilakaukan berdasarkan tatacara Agama.

f. Mangungkap Tujung, yaitu acara pembukaan ulos Tujung yang

dilakukan oleh puhak hula-hula (ayah atau saudara laki-lakinya). 4.4.1.3. Kematian pada Orang Tua

Pada masyarakat Batak kematian oang tua dibagi menjadi beberapa tingkatan kematian, yaitu Sari Matua (orang tua yang meninggal dan belum menikahkan semua anaknya ,tetapi sudah mempunyai cucu), Saur Matua (orang tua yang meninggal dan telah menikahkan semua anaknya, dan sudah memiliki cucu), dan Mauli Bulung (orang tua yang meninggal,l sudah menikahkan semua anaknya, memiliki cucu dan cicit). Pada pelaksanaan ulaon adat Sari Matua, Saur Matua, dan Mauli Bulung adalah sama (Sianipar, 1991). Hal ini dibenarkan oleh informan Manganar Togatorop (71):

...” dung monding natua-tua i, dibahen ma Tonggo Raja, baru saborngin andorang tu tano manang pagi na i, Mompo ma goarna, pamasukhon tu jabu-jabu. Na adong di si i ma Hula-hula, Tulang, Dongan tubu, Natua-tua Ni Huta, Dongan Sahuta, Boru, dohot Hasuhuton. Dungi dipasahat ma ulos saput dohot ulos sampe tua. Dungi ulaon di alaman ma. Parjolo hata huhuasi sian Hasuhuton, baru muse mandok hata ma sian Panambol dohot Pamultak dohot Ale-ale. Sae i mandok hata ma muse sian hua ima Bona ni Ari, Bona Tulang, Hula-hula namarhamaranggi, Hula-Hula-hula Pangalapan Boru. Molo na saur Matua dohot na Mauli Bulung adong do muse tamba ni Hula-hula ima hula-hula ni anak dohot hula-hula ni Pahompu. Biasana leanon do jambar mangihut, maksudnya jambar diberikan pada masing-masing orang yang mandok hata. Baru acara penguburan. Dung mulak sian udean mandabu jambar ma, dungi panangkok Hula-hula ma laos pasahat

piso-piso na.” (setelah orangtua tersebut meninggal, dilaksanakanlah Tonggo Raja, lalu malam sebelum acara penguburan ataupun paginya, dilakukan mompo, yakni memansukkan jenazah kedalam peti mati. Yang hadir pada saat itu adalah Hula-hula, Tulang, Dongan Tubu, Natua-tua ni huta, Dongan Sahuta, Boru dan Hasuhuton. Lalu diberikanlah Ulos Saput dan Ulos Sampe tua. Selanjutnya adalah acara dihalaman yang diawali dengan hata huhuasi dari pihak Hasuhuton, lalu mandok hata dari Panambol dan Pamultak dan Ale-ale. Selanjutnya mandok hata dari pihak Hula-hula, yakni Bona ni Ari, Bona Tulang, Hula-hula na marhamaranggi, Hula-hula Pangalapan Boru. Kalau untuk yang Saur Matua dan Mauli Bulung ada tambahan Hula-hula yaitu Hula-hula ni anak dan Hula-hula ni Pahompu.)

Berdasarkan kutipan wawancara diatas, bahwa susunan acara pada saat pelaksanaan Upacara Kematian Sari Matua, Sari Matua, dan Mauli Bulung adalah sebagai berikut:

Acara di Rumah

a. Tonggo Raja /Pangarapotan. Kegiatan ini dilakukan dengan

mengundang Raja-raja Bius, Hula-hula, Dongan Tubu, Boru, Raja Huta, dan Dongan Sahuta, guna membicarakan bagaimana pelaksanaan upacara yang akan dilakukan nantinya. Disini akan disepakati dalam posisi manakah orang tersebut apakah Sari Matua, Sori Matua, Saur Matua, atau Mauli Bulung. Akan di bicarakan pula apakah keluarga menyediakan sigagat duhut (kerbau) sebagai tanda dilaksanakan adat na gok dan kapan acara makan bersama akan dilakukan. Untuk daerah Silindung sendiri adat Na Gok hanya akan dilaksanakan apabila seseorang mati pada tahapan Saur Matua dan Mauli Bulung.

b. Pamasuk tu Jabu-jabu / mompo, yang dihadiri oleh pihak Hula-hula, Tulang, Dongan tubu, Natua-tua Ni Huta, Dongan Sahuta, Boru, dan Hasuhuton

c. Pasahat Ulos Saput

d. Pasahat ulos Sampe Tua dan Ulos Gabe , yakni ulos yang diberikan oleh Hula-hula kepada suami atau isteri dari orang yang meninggal. Acara di Halaman

a. Hata Huhuasi (sebagai kata pembukaan yang disampaikan oleh pihak

hasuhuton ataupun penyelenggara upaca tersebut).

b. Mandok hata sian Panambol dan Pamultak, yakni ucapan-ucapan

duka cita dari pihak dongan tubu (orang-orang yang semarga) dan saudara-saudara terdekat.

c. Mandok Hata sian Ale-ale, yang meliputi kata-kata penghibuaran

ataupun ucapan turut berduka cita yang disampaikan oleh teman-teman dan dongan sahuta.

d. Mandok Hata sian Hula-hula, yang terdiri dari (1) Bona Ni ari, yakni pihak ompung dari ayah orang yang meninggal), (2) Bona Tulang, yakni pihak Tulang dari ayah orang yang meninggal,(3) Tulang, (4) Hula-hula Namarhamaranggi, yakni pihak perempuan dari semua marga isteri dari saudara-saudara orang yang meninggal, (5) Hula-hula Pangalapan Boru, yakni pihak mertua dari orang yang meninggal. Untuk orang yang mati pada posisi Saur Matua dan Mauli Bulung, ada beberapa tambahan Hula-hula yakni, (1) Hula-hula Ni anak, pihak marga isteri dari anak orang yang meninggal. (2)

Hula-hula Ni Pahompu, yakni pihak marga isteri dari cucu orang yang meninggal. Acara ini disertai dengan pembagian Jambar Mangihut, yaitu jambar yang akan diberikan kepada masing-masing Hula-hula yang telah selesai mandok hata.

e. Acara Penguburan, dilakaukan berdasarkan tatacara Agama.

f. Mandabu Jambar, yaitu pembagian jambar yang akan diberikan

kepada pihak-pihak yang telah disepakati pada saat Tonggo Raja, antara lain kepada Boru, Dongan Tubu,Hula-hula dan Tulang, serta untuk pihak Hasuhuton sendiri.

g. Panangkok Hula-hula, yaitu membawa pihak Hula-hula masuk ke

dalam rumah untuk diberikan Piso-piso, yakni berupa sejumlah uang ataupun kerbau yang diberikan kepada pihak Hula-hula sebagai tanda penghormatan.

Dari kedua tata cara pelaksanaan upacara kematian yang berlaku pada masyarakat di daerah Silindung tersebut, menunjukkan bahwa prestise seseorang yang meninggal memang benar adanya akan terlihat pada saat dia mati dalam posisi Saur Matua. Apabila pada tahapan kematian Mate Matompas Tataring, Matipul Ulu, Na so marpahompu, Punu, Pupur dan Sari Matua pada umumnya yang disembelih adalah seekor babi, maka pada pada upacara Saur Matua dan Mauli Bulung yang disembelih adalah kerbau. Lain hal seseorang yang mati dalam posisi Sari Matua ataupun Sori Matua, namun keluarga dirasa sanggup menyediakan kerbau tidak menjadi masalah. Seperti yang dikatakan oleh informan yang bernama Saut (67):

...”boi do tong horbo di bahen na mate Sari Matua,dang sai totop simarmiak-miak, molo sanggup do ianakhon manang keluargana patupahon i. Alai Na Sari Matua do tong goarana ndang gabe Saur Matua”(bisa saja kerbau digunakan pada upacara Sari Matua, tidak selalu menggunakan babi, selagi anak ataupun keluarganya sanggup menyediakannya. Tetapi ia akan tetap dikatakan Sari Matua bukan Saur Matua).

Wawancara diatas menunjukkan bahwa meskipun pada saat upacara kematian seseorang yang berada pada posisi Sari Matua ataupun Sori Matua disembelih seekor kerbau, tidak akan merubah statusnya menjadi Saur Matua karena bukan merupakan Adat Na Gok. Dalam kegiatan adat seperti ini biasanya akan dilakukan makan bersama yang dilanjutkan dengan penyerahan tumpak (sejumlah uang sebagai tanda duka cita) oleh orang-orang yang hadir dalam acara tersebut. Waktu pelaksanaanya disepakati pada saat Tonggo Raja. Berikut petikan wawancara dengan Ebsan (77):

...”molo manjalang di na Mate Makkar, Sari matua, manang Saur Matua, hepeng do nilehon tumpak niba dangi. Asing do tu na Mauli Bulung, jalang horas ma i di dok. Adong do annon pengumuman sian hasuhuton na paboahon ndang silehonon be tumpak hepeng tu nasida, holan jalang horas nama. Alana ulaon silas ni roha nama on. Molo Mauli Bulung do inna na monding i, ba na tau rade ma akka hasuhuton i mananggung sude biaya tu ulaon i, ndang boi be nasida mangharaphon hepeng sian angka jolma na ro i. Hea ama attong adong ma na monding di huta nami, nga matua nian. Ikhon Mauli Bulung ma nian pangidoan ni gellengna baheon natua-tua i. Jei hu sungkun ma nanget, siap do hamu dang manjalo tumpak? Ai molo na Mauli Bulung holan jalang horas nama. Hatop do di alusi bah , Saur Matua ma Raja nami inna.” (kalau manjalang pada orang yang Mate Mangkar, Sari Matua, ataupun Saur Matua, yang kita berikan adalah uang. Lain halnya dengan yang Mauli Bulung, hanya salam saja. Akan ada pemberitahuan dari pihak keluarga yang menyatakan agar orang-orang yang hadir tidak perlu

memberikan mereka uang. Karena acara tersebut dianggap sebagai acara suka cita. Dikatakan Mauli Bulung apabila pihak keluarga dinyatakan sanggup untuk membiayai semua hal yang berkaitan dengan acara tersebut, mereka tidak boleh mengharapkan uang dari orang-orang yang hadir. Pernah ada yang meninggal di kampung kami, sudah tua sekali. Anaknya menginginkan agar orangtua tersebut harus berada pada posisi Mauli Bulung. Saya bertanya, apakah mereka siap tidak menerima tumpak? Karena kalau Mauli Bulung hanya ada jalang horas. Dia menjawab dengan cepat, Saur Matua sajalah).”

Hal senada juga diucapkan oleh Informan Manganar (71):

...” dung sae marsipanganon, pasahat tumpak ma angka na ro. Anggo na Mauli Bulung, ndang adong be istilah tumpak i, jalang horas ma panggantina. Dang hepeng be ni lean. Karena ulaon itu bukan acara kesedihan lagi. Sudah suka cita ala na monding i nga sonang be, dang adong be sitanggungonna jala gabe. Ndang adong be hurangna.” (setelah selesai makan bersama, orang-orang yang datang akan memberikan tumpak beruapa uang. Kalau yang Mauli Bulung, tidak ada istilah tumpak, hanya ‘ada jalang horas. Karena acara itu bukan acara kesedihan lagi. Sudah suka cita karena yang meninggal sudah senang, tidak ada tanggungan, dan keturunannya lengkap.Tidak ada yang kurang).

Petikan wawancara dengan kedua informan diatas menunjukkan bahwa setiap orang yang menghadiri upacara kematian akan memberikan ataupun mengungkapkan rasa turut berduka yang disimbolkan dengan pemberian sejumlah uang kepada pihak keluarga yang disebut dengan tumpak. Namun, pada tingkatan upacara kematian tertinggi yaitu Mauli Bulung, tumpak ini tidak berlaku lagi. Orang-orang yang hadir pada saat itu hanya akan bersalaman dengan pihak keluarga dari orang yang meninggal. Keluarga yang ditinggalkan dianggap mampu menutupi semua biaya yang telah dikeluarkan dalam pelaksanaan upacara tersebut.

Dokumen terkait