C. Validasi Metode
5. Fase Kematian
Fase kematian diindikasikan oleh kematian sel mikroalga yang terjadi karena adanya perubahan kualitas air ke arah yang buruk, penurunan kandungan nutrien dalam media kultivasi dan kemampuan metabolisme mikroalga yang menurun akibat dari umur yang sudah tua.
e. Teknik Harvesting Mikroalga
Ada beberapa teknik yang digunakan pada proses pemanenan mikroalga atau lebih dikenal sebagai harvesting. Teknik ini mencakup teknik mikrofiltrasi, pengendapan gravimetri, sentrifugasi, dan flokulasi (Shelef dan Sukenik, 1984). Selain teknik tersebut, teknik lain yang digunakan untuk harvesting mikroalga adalah dengan ultrasonifikasi (Bosma, 2003). Penggunaan sentifuse sangat layak digunakan jika kultivasi yang dilakukan pada skala laboratorium atau semi massal (Kawaroe et al., 2010).
23
E. Antioksidan
a. Pengertian Antioksidan
Antioksidan merupakan senyawa yang dapat menangkal radikal bebas dan merupakan senyawa pemberi elektron atau reduktan. Senyawa ini mampu menonaktifkan berkembangnya reaksi oksidasi, yaitu dengan cara antioksidan membentuk radikal. Antioksidan juga merupakan senyawa yang dapat
menghambat reaksi oksidasi, dengan mengikat radikal bebas dan molekul yang sangat reaktif, sehingga dapat menghambat kerusakan sel (Winarsi, 2007).
Radikal bebas sebenarnya berasal dari molekul oksigen yang secara kimia strukturnya berubah akibat dari aktifitas lingkungan. Aktifitas lingkungan yang dapat memunculkan radikal bebas antara lain radiasi, polusi, merokok dan lain sebagainya. Radikal bebas yang beredar dalam tubuh berusaha untuk merusak elektron yang ada pada molekul lain dalam tubuh, seperti DNA dan sel. Hal ini akan merusak sel dan DNA tersebut. Kerusakan yang ditimbulkan dapat menyebabkan sel tersebut menjadi tidak stabil yang berpotensi menyebabkan proses penuaan dan kanker. Oleh karena itu, diperlukan antioksidan sebagai senyawa pendonor elektron kepada senyawa yang bersifat oksidan sehingga aktivitas senyawa oksidan tersebut bisa dihambat (Winarsi, 2007).
Antioksidan adalah substansi yang diperlukan tubuh untuk menetralisir radikal bebas dan mencegah kerusakan yang ditimbulkan oleh radikal bebas terhadap sel normal, protein, dan lemak. Antioksidan menstabilkan radikal bebas dengan melengkapi kekurangan elektron yang dimiliki radikal bebas, dan menghambat
24
terjadinya reaksi berantai dari pembentukan radikal bebas yang dapat menimbulkan stres oksidatif.
b. Sumber Antioksidan
Berdasarkan sumber perolehannya ada 2 macam antioksidan, yaitu antioksidan alami dan antioksidan buatan (sintetik) :
1. Antiksidan alami adalah antioksidan yang diperoleh secara alami yang sudah ada pada bahan pangan, baik yang terbentuk dari reaksi-reaksi selama proses pengolahan maupun yang diisolasi dari sumber alami dan digunakan sebagai bahan tambahan makanan. Contoh antioksidan alami antara lain: Vitamin A, Vitamin C, Vitamin E, Polifenol, Glutation, asam ellagic, dan lain-lain.
2. Antioksidan Sintetis adalah antioksidan yang diperoleh dari hasil sintesis reaksi kimia dan telah diproduksi untuk tujuan komersial. Contoh antioksidan sintetis antara lain: Butil Hidroksi Anisol (BHA), Butil Hidroksi Toluen (BHT), Propil galat, Tert-Butil Hidoksi Quinon (TBHQ), Tokoferol, dan lain-lain
(Dalimartha dan Soedibyo, 1999).
c. Analisis Antioksidan
Analisis voltammetri untuk studi sifat antioksidan dan penentuan aktivitas sangat nyaman dan sensitif. Analisis komparatif aktivitas antioksidan seperti askorbat dan asam sitrat, glukosa, senyawa larut air,dan beberapa produk makanan (ekstrak teh hijau, cuka apel) dan farmasi (haemodesum, polyglucinum, Ringer solusi) telah dilakukan. Karakter pengaruh antioksidan pada reduksi elektrokimia
25
oksigen telah diteliti. Metode saat ini diketahui dari penetapan aktivitas antioksidan terutama didasarkan pada penghambatan reaksi oksidasi dengan antioksidan dan pencatatan sinyal kontrol dengan chemiluminescence,
kromatografi fasa gas, dan metode lainnya. Pendekatan yang efektif dan nyaman untuk penentuan aktivitas antioksidan dengan merekam reduksi oksigen
elektrokimia pada elektroda film merkuri (atau elektroda gelas karbon).
Semua zat yang diteliti menunjukkan aktivitas antioksidan yang berbeda-beda. Seperti yang diharapkan asam askorbat dan glukosa menunjukkan aktivitas antioksidan lebih besar daripada antioksidan lain dalam kisaran konsentrasi yang luas (hingga 5%) (Korotkova et al.,2001).
F. Vitamin A
Vitamin A merupakan salah satu jenis vitamin larut dalam lemak yang berperan penting dalam pembentukan sistem penglihatan yang baik. Terdapat beberapa senyawa yang digolongkan ke dalam kelompok vitamin A, antara lain : retinol, retinil palmitat, dan retinil asetat. Akan tetapi, istilah vitamin A seringkali
merujuk pada senyawa retinol dibandingkan dengan senyawa lain karena senyawa inilah yang paling banyak berperan aktif di dalam tubuh.Vitamin A banyak ditemukan pada wortel, minyak ikan, susu, keju, dan hati.
Beta karoten, salah satu bentuk vitamin A, merupakan senyawa dengan aktivitas antioksidan yang mampu menangkal radikal bebas.Senyawa radikal bebas ini banyak berasal dari reaksi oksidasi di dalam tubuh maupun dari polusi di lingkungan yang masuk ke dalam tubuh. Antioksidan di dalam tubuh dapat
26
mencegah kerusakan pada materi genetik (DNA dan RNA) oleh radikal bebas sehingga laju mutasi dapat ditekan.Penurunan laju mutasi ini akan berujung pada penurunan risiko pembentukan sel kanker. Aktivitas antioksidan juga terkait erat dengan pencegahan proses penuaan, terutama pada sel kulit. Vitamin A memiliki 2 bentuk aktif yang dapat dicerna tubuh, yaitu retinil palmitat dan beta karoten. Retinil palmitat berasal dari makanan hewani, seperti daging sapi, hati ayam,ikan, susu, dan keju. Beta karoten sendiri berasal makanan nabati, seperti bayam, brokoli, dan wortel dan mikroalga (Lee et al.,1996).
Betakaroten adalah pigmen berwarna dominan merah-jingga yang ditemukan secara alami pada tumbuhan dan buah-buahan. Beta karoten merupakan anggota karoten, yang merupakan tetraterpena turunan dari isoprena dan memiliki rantai karbon berjumlah 40. Di antara semua karoten, beta karoten dicirikan dengan keberadaan cincin beta pada kedua ujung molekulnya. Penyerapan beta karoten oleh tubuh meningkat dengan meningkatnya asupan lemak, karena karoten larut oleh lemak.
β-Karoten adalah senyawa yang memberikan warna jingga pada wortel, labu, dan ubi, dan merupakan senyawa karoten yang paling umum pada tumbuhan.
Isolasi beta karoten di dalam buah-buahan umumnya menggunakan metode kromatografi kolom. Pemisahan beta karoten dari campuran dengan senyawa karotenoid lainnya berdasarkan polaritasnya. Beta karoten bersifat non-polar, sehingga dapat dipisahkan dengan pelarut non-polar seperti dimetisulfoksida (Mercadante et al., 1999).
27