• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V PENUTUP

D. Peran Bandara di Bidang Ketenagakerjaan

1. Fasilitas sisi udara atau air side meliputi , landasan pacu, penghubung landasan pacu, tempat parkir pesawat, runway strip, fasilitas

2.2 Runway atau Landasan Pacu

2.2.2 Kemiringan Runway

II-27

Tabel 2.3 Aerodrome Reference Code

II-28 Elevasi maksimal bandara ( m ) Elevasi minimum bandara ( m ) Panjang runway ( m )

Tabel 2.4 Efective Gradient ICAO

2. Longitudinal Slope Per Section

Longitudinal slope per section adalah pembagian porsi kelandaian memanjang runway tidak boleh melebihi ketentuan yang sudah ada dari ICAO , yaitu sebagai berikut

Tabel 2.5 Longitudinal Slope per Section ICAO

Gambar 2.3 Longitudinal Slope per Section

II-29 3. Longitudinal Slope Change

Apabila perubahan kelandaian tidak dapat dihindari maka perubahan kelandaian antara kedua kelandaian beruntun, ΔG tidak boleh melebihi sebagai berikut :

Tabel 2.6 Longitudinal Slope Change ICAO

Gambar 2.4 Longitudinal Slope Change

B. Kemiringan Melintang ( Transversal )

Untuk menjamin pengaliran air permukaan yang berada di atas landasan perlu kemiringan melintang pada landasan dengan ketentuan berdasarkan ICAO adalah sebagai berikut :

1. 1.5% pada landasan kode huruf B, C, D, dan E 2. 2% pada landasan kode huruf A

II-30 2.2.3 Tipe Konfigurasi Runway

Ada berbagai macam konfigurasi yang diterapkan pada masing-masing bandar udara. Akan tetapi, pada umumnya konfigurasi runway yang digunakan mengacu pada beberapa bentuk dasar yaitu :

A. Landasan pacu tunggal ( Single Runway )

Konfigurasi ini merupakan konfigurasi yang paling sederhana.

Kapasitas runway jenis ini dalam kondisi Visual Flight Rule (VFR) berkisar diantara 45 sampai 100 operasi per jam, sedangkan dalam kondisi Instrument Flight Rule (IFR) kapasitasnya berkurang menjadi 40 sampai 50 operasi per jam, tergantung pada komposisi campuran pesawat terbang dan alat-alat bantu navigasi yang tersedia. Satu pergerakan adalah satu kali take off atau satu kali landing.

Gambar 2.5 Single Runway B. Landasan pacu dua jalur ( Parallel Runway )

Kapasitas sistem ini sangat tergantung pada jumlah runway dan jarak diantaranya. Menurut ICAO dalam Annex 14 Aerodromes Volume 1 (2004), jarak antara parallel non-instrument runway dapat dibagi menjadi tiga, yaitu berdekatan (close), menengah (intermediet), dan

II-31

jauh (far). Runway berdekatan (close) memiliki jarak minimum antara sumbu ke sumbu sejauh 120 m (394 ft). Runway menengah (intermediet) memiliki jarak minimum antara sumbu ke sumbu sejauh 150 m (492 ft). Runway jauh (far) memiliki jarak minimum antara sumbu ke sumbu sejauh 210 m (689 ft).

Gambar 2.6 Parallel Runway C. Landasan pacu bersilang ( Cross Runway )

Kapasitas runway yang bersilangan sangat bergantung pada letak persilangannya dan pada cara pengoperasian runway yang disebut strategi lepas landas atau mendarat. Semakin jauh letak titik silang dari ujung runway dan ambang pendaratan, maka makin rendah.

Gambar 2.7 Cross Runway

II-32

D. Landasan pacu V-terbuka ( V-Shapped Runway )

Landasan pacu v-terbuka merupakan runway yang arahnya memencar tetapi tidak berpotongan. Strategi yang menghasilkan kapasitas tertinggi adalah apabila operasi penerbangan dilakukan menjauhi v-shaped runway.

Gambar 2.8 V-Shapped Runway 2.2.4 Fasilitas Runway

Fasilitas Sisi Udara Runway merupakan bagian yang penting pada suatu runway . Fasilitas sisi udara tersebut adalah :

A. Runway Designation/Number/Azimuth

Penomoran pada landas pacu harus dilengkapi dalam membantu pergerakan pesawat yang akan melintas . Penomoran ditandai dengan warna putih dalam bentuk 2 angka atau kombinasi 2 angka dan 1 huruf tertentu yang ditulis di runway sebagai identitas runway.

1. Untuk 2 paralel runway = L, R 2. Untuk 3 paralel runway = L, C, R 3. Untuk 4 paralel runway = L, R, L, R

4. Untuk 5 paralel runway = L, C, R, L atau L, C, L, R

II-33

5. Untuk 6 paralel runway = L, C, R, L, C, R

( Keterangan : L = Left, R = Right, dan C = Centre )

Sedangkan untuk azimuth runway dibulatkan menjadi puluhan derajat yaitu sebagai berikut :

1. 1°, 2°, 3°, 4° dibulatkan ke bawah 2. 5°, 6°, 7°, 8°, 9° dibulatkan ke atas B. Dimention ( length, width )

Panjang landas pacu harus memadai untuk memenuhi keperluan operasional pesawat sebagai mana runway yang dikehendaki . Menentukan panjang runway / RFL adalah : panjang runway yang diperhitungkan pabrik untuk menunjang peawat yang akan mendarat.

Tergantung dari : 1. Ketinggian attitude 2. Temperature 3. Kemiringan

C. Runway shoulder / Bahu runway

Bahu landasan harus dibuat secara simetris pada masing – masing sisi dari runway dan kemiringan melintang maksimum pada permukaan bahu landasan pacu adalah 2.5% . Runway yang melayani pesawat Jet – Propeller , dimana mesin pesawat ketika bergerak posisinya melebihi tepi landasan maka permukaan bahu landasan ( runway ) harus dibuat perkerasan bitumen ( paved shoulder ). Untuk standar runway shoulder dapat dilihat pada tabel 2.7 berikut ini :

II-34

Tabel 2.7 Runway Shoulder ICAO

D. Runway strips / jalur landas pacu

Runway strips strips merupakan area yang disiapkan bagi pesawat yang tergelincir agar tetap aman atau suatu bidang persegi panjang yang diratakan bersih tanpa benda benda yang mengganggu, diberi drainasi dan mencakup landas pacu, daerah henti dan dipergunakan untuk mendukung peralatan pemeliharaan serta dalam keadaan darurat harus mampu mendukung pesawat bila keluar dari landas Untuk lebih jelasnya bentuk runway strips dapa dilihat pada gambar 2.10 berikut :

Gambar 2.9 Runway Strip

II-35

Untuk penentuan dimensi runway strip dapat dilakukan berdasarkan standar ICAO pada tabel 2.8 dibawah ini :

Tabel 2.8 Syarat Runway Strip ICAO

E. Stopway / overrun / jalur untuk berhenti

Lebar stopway sama dengan lebar runway . Syarat kemiringan memanjang dan melintang adalah seperti runway , kecuali :

1. Syarat 0.8% pada kedua ujung landasan tidak berlaku untuk overrun / stopway.

2. Jari-jari peralihan runway, jalur untuk berhenti maksimum 0.3% per

II-36

30 m ( minimum radius kura 10.000 m ) untuk penggolongan pesawat III, IV, V dan VI )

3. Kekuatan / permukaan mampu memikul beban pesawat yang direncanakan dalam keadaan dalam keadaan Take Off dibatalkan tanpa merusak struktur pesawat.

Berikut dalah syarat untuk ukuran stopway sesuai dengan standar ICAO :

Tabel 2.9 Dimensi Stopway ICAO

F. Runway end safety area ( RESA )

Runway end safety area ( RESA ) merupakan suatu daerah simetris yang merupakan perpanjangan dari garis tengah landasan pacu dan membatasi bagian ujung runway strip yang ditujukan untuk mengurangi resiko kerusakan pesawat yang sedang menauhi atau mendekati landasan pacu saat melakukan kegiatan pendaratan maupun lepas landas. Daerah ini harus bersih tanpa benda-benda yang mengganggu , diberi drainase, , rata dan mencakup perkerasan struktur, bahu landasan, bantal hembusan dan daerah pemberhentian

II-37

apabila disediakan. Untuk Bandar udara Code number 3 dan 4 panjang minimum RESA adalah 90 m, sedang untuk kondisi tertentu ( lainnya ) panjang minimum adalah 60 m. Syarat dimensi RESA menurut ICAO dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Tabel 2.10 Dimensi RESA ICAO

G. Turning area / area untuk berputar

Area putaran untuk pesawat dilengkapi beberapa titik di runway, leabr dari area putaran harus terbebas dari rintangan terutama roda pesawat yang digunakan di runway sampai dengan tepi dari titik area putaran, dan itu tidak kurang dari ketetapan jarak. Minimum daerah bebas rintangan diantara roda dan tepi dari putaran dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Tabel 2.11 Turning area ICAO

II-38 2.3 Alat Bantu Pendaratan

Didalam FAR part 77 dan ICAO Annex 14 part IV membicarakan ruangan imaginer. Bandar Udara dengan luas tertentu untuk kepentingan operasi pesawat dan navigasi udara. Di dalam part 77 Bandar Udara diklasifikasikan sebagai berikut :

1. Landasan Visual adalah landasan yang semata – mata hanya untuk operasi pesawat dengan menggunakan prosedur visuil approach. Alat – alat bantu navigasi penerbangan untuk landas pacu yang dilengkapi dengan alat bantu navigasi penerbangan Non Directional Beacon (NDB).

2. Landasan Non - Precision Instrument adalah landasan yang mempunyai prosedur pendaratan dengan instrument, dengan tuntunan horizontal atau dengan peralatan navigasi tipe area. Alat – alat bantu navigasi penerbangan untuk landas pacu yang dilengkapi dengan alat bantu navigasi penerbangan Doppler Very High Frequency Directional Omni Range ( DVOR ).

3. Landasan precision Instrument adalah landasan dengan prosedur pendaratan instrument, menggunakan sebuah Instrument Landing System ( ILS ) atau pendaratan tepat dengan radar ( Precision Approach Radar/PAR ). Dengan tujuan menentukan apakah sebuah benda merupakan halangan bagi navigasi udara dibuat beberapa permukaan imaginer di sekeliling di atas Bandara dengan pandangan sentral landasan.

II-39 2.3.1 Marka Runway

Berdasarkan keputusan Direktorat Jendral Perhubungan Udara dan Direktorat Keselamatan Udara melalui modul yang berjudul Safety Regulation yang dimaksud dengan marka adalah suatu tanda yang dituliskan atau digambarkan diatas permukaan daerah pergerakan pesawat dengan maksud untuk memberikan suatu petunjuk, menginformasikan suatu kondisi ( gangguan/larangan ) atau menggambarkan batas – batas.

Bandar Udara wajib menerapkan persyaratan marka, memelihara kondisi marka yang terdapat didaerah pergerakan sehingga dapat terlihat jelas dan memberikan informasi dengan jelas sesuai dengan standar. Marka didaerah pergerakan dituliskan atau digambarkan atau dibuat / ditempatkan pada permukaan runway, taxiway, dan apron. Marka runway terdiri dari :

1. Runway Side Stripe Marking 2. Runway Designation Marking 3. Threshold Marking

4. Runway Centre Line Marking 5. Aiming Point Marking

6. Touchdown Zone Marking 2.3.2 Airfield Lighting System

Airfield Lighting System ( AFL ) merupakan alat bantu navigasi udara yang berfungsi membantu dan melayani pesawat terbang selama

II-40

tinggal landas, mendarat dan melakukan taxi agar dapat bergerak secara efisien dan aman. Fasilitas ini terdiri dari lampu – lampu khusus, yang memberikan isyarat dan informasi secara visual kepada penerbang terutama pada waktu penerbang akan melakukan pendaratan atau tinggal landas. Isyarat dan informasi visual ini disediakan dengan mengatur konfigurasi warna dan intensitas cahaya dari lampu – lampu khusus tersebut.

Dokumen terkait