BAB V : ANALISIS DATA
TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Respon
2. Kemiskinan Alamiah dan kemiskinan Budaya
Harus diakui bahwa kondisi kehidupan merupakan fungsi dari interaksi antara faktor-faktor alamiah dan non alamiah. Interaksi yang serasi, selaras, dan seimbang merupakan syarat dari tercapainya kesejahteraan masyarakat yang dicita-citakan. Adakalanya alam kurang bersahabat, sehingga masyarakat yang ada dilingkungan tersebut tidak memiliki taraf hidup yang layak. Namun adakalanya, masalah kemiskinan justru dapat diterima oleh masyarakat itu sendiri, sehingga akhirnya seakan-akan hal itu bukan lagi dianggap masalah.
Secara makro sulit diterima adanya kemiskinan alamiah. Oleh karena itu, pernyataan yang meneganskan faktor alam sebagai penyebab kemiskinan selalu menjadi polemik. Uraian tentang kemiskinan alamiah selalu ditegaskan dengan suatu anggapan bahwa negara tersebut pada dasarnya secara alamiah miskin, yakni berkah fisiknya sangat miskin, ditandai dengan tanah yang berbatu-batu, kering, atau tidak cukup luas, tidak menyimpan mineral, hidrokarbon, atau kekayaan alam lainnya.
Namun anggapan diatas sesungguhnya hanya akan dapat diterima sebagai suatu kebenaran seandainya negara jepang miskimn. Jepang,yang negrinya terdiri dari serangkaian pulau-pulau lepas pantai yang berbukit-bukit dengan sedikit tanah subur, sedikit mineral, tidak mempunyai minyak bumi, bahkan luar biasa besar jumlah penduduknya. Demikian halnya juga dengan taiwan.
Sejak perang dunia II, terdapat lima bekas negara miskin yang sekarang justru mengalami peningkatan luas dan besar dalam pendapatan perkapitan terus-menerus. Negara-negara ini sering dijadikan contoh sebagai negara yang berhasil dalam pembangunannya. Adapun segara tersebut adalah Taiwan, Singapura, Hongkong, Israel, dan Korea Selatan. Jika dianalisis satu persatu, tidak satupun dari negara tersebut memiliki tanah yang subur maupun kekayaan alam yang kaya dan mahal. Bahkan, Singapura dan Hongkong dapat dikategorikan sebagai negara yang samasekali tidak memiliki keduanya.
Disisi lain, beberapa negara seperti Iran dan Jazirah Arab, maupun negara-negara tetangga lainnya, tergolong sangat kaya dengan sumber daya alam yang saat ini sangat dibutuhkan, yakni minyak. Namun, fakta menunjukkan bahwa masyarakat Iran dan sebagian besar neara-negara yang ada di Jazirah Arab tergolong manusia berumur pendek dan hidup tidak lebih dari nenek moyang dulu zaman keemasan kerajaan-kerajaan tradisional.
Kasus lain adalah Virginia Barat, negara bagian Amerika Serikat ini adalah negara yang luar biasa kaya dengan persendian sumber-sumber daya alam, tenaga air, hutan, lapisa-lapisan batu bara yang bermutu, tersu-menerus tergolong
sebagai salah satu dari lima negara bagian paling bawah dalam daftar pendapatan perkapita negara itu.
Negara bagian Connecticut, dengan tanah yang miskin, tidak mempunyai sumber alam, selain beberapa tambang besi yang menghabiskan dan sedikit hutan tergolong nomor satu. Namun masyarakatnya tergolong sejahtera. Fakta-Fakta yang telah dikemukakan ini menunjukkan bahwa hubungan sumber daya alam dengan kesejahteraan masyarakat tidak selalu signifikan.
Di Indonesia, kemiskinan budaya mudah ditemukan. Identik dengan kondisi, dimana negara-negara yang pertama kali mempermasalahkan kemiskinan yang dialami negara-negara miskin justru negara-negara kaya. Demikian halnya dengan masyarakat miskin Indonesia, sering kurang peduli atas kondisi yang dialami. Akibatnya, sering kali penduduk miskin tidak mempersoalkan kemiskinan yang diderita. Hal ini menimbulkan pesan, bahwa mereka tidak menganggap kemiskinan itu sebagai suatu masalah yang harus dipecahkan.
Sering terlihat, sikap masyarakat miskin justru mencerminkan bahwa mereka dapat menerima keadaan yang dihadapi. Dengan demikian mereka kurang termotivasi untuk keluar dari kondisi miskin yang dihadapi tersebut. Kondisi spesifik seperti inilah yang kemudian melahirkan konsep program pengentasan masyarakat miskin di Indonesia. Konsep ini diilhami oleh satu anggapan bahwa masyarakat miskin tidak memiliki kemampuan, bahkan motivasi untuk memecahkan masalah yang dihadapi.
2.6 PKH ( Program Keluarga Harapan)
2.6.1.Defenisi Program Keluarga Harapan (PKH)
Program Keluarga Harapan (PKH) adalah program pemberian bantuan tunai bersyarat kepada Rumah Tangga Miskin/Keluarga Sangat Miskin (RTSM/KSM) yang ditetapkan sebagai peserta PKH. (Pedoman Umum PKH 2014: 13).
2.6.2 Tujuan Program Keluarga Harapan (PKH)
Tujuan umum PKH adalah untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia, serta mengubah prilaku peserta PKH yang relatif kurang mendukung peningkatan kesejahteraan. Tujuan tersebut sekaligus sebagai upaya mempercepat pencapaian target Millenium Development Goals (MDGs).
Secara khusus, tujuan PKH terdiri atas :
1. Meningkatkan kualitas kesehatan RTSM/KSM
2. Meningkatkan taraf pendidikan anak-anak RTSM/KSM 3. Meningkatkan akses dan kualitas pelayanan pendidikan dan kesehatan, khususnya bagi anak-anak RTSM/KSM.
2.6.3 Hak dan Kewajiban Peserta Program Keluarga Harapan (PKH) 2.6.3.1 Hak dan Kewajiban Peserta PKH Bidang Kesehatan Peserta PKH komponen kesehatan adalah RTSM/KSM yng memiliki kriteria :
1. Ibu hamil/nifas dan atau 2. Anak balita dan atau
3. Anak usia 5-7 tahun (Anak Pra Sekolah) A. Hak Peserta PKH
RTSM/KSM yang terpilih sebagai peserta PKH mendapatkan kartu PKH yang digunakan untuk memperoleh bantuan tunai bersyarat. Kartu peserta PKH merupakan bukti kepesertaan atas nama perempuan dewasa (ibu/kakak perempuan/nenek/bibi) yang mengurus RTSM/KSM. Sesuai pedoman pelaksanaan Jamkesmas
Tahun 2012, kartu PKH dapat berfungsi sebagai kartu Jamkesmas sementara untuk seluruh anggota rumah tangga penerima PKH, apabila RTSM/KSM tidak memiliki kartu Jamkesmas. Besar bantuan yang diterima untuk bantuan bagi RTSM/KSM yang memiliki anak usia dibawah 6 tahun, ibu hamil/menyusui adalah sebesar Rp. 1.000.000.
Bantuan tunai bersyarat akan disalurkan kepada peseta PKH setiap tiga bulan satu kali melalui lembaga bayar. Bantuan tunai tahap pertama akan diberikan jika peserta PKH telah menghadiri pertemuan awal yang dikoordinir oleh UPPKH Kecamatan dan telah mengunjungi pemberi pelayanan kesehatan.
Bantuan tunai bersyarat tahap berikutnya akan diberikan jika anggota keluarga peserta PKH memenuhi komitmen yang ditetapkan dalam program. Bukti bahwa anggota keluarga peserta PKH telah memenuhi komitmen harus diverifikasi dalam formulir verifikasi kesehatan oleh pendamping dan disahkan oleh petugas kesehatan.