• Tidak ada hasil yang ditemukan

6. Kriteria Penilaian Kawasan Kumuh

2.4.1 Kemiskinan Struktural

Kemiskinan struktural adalah kemiskinan yang disebabkan oleh faktor-faktor buatan manusia seperti kebijakan ekonomi yang tidak adil, distribusi aset produksi yang tidak merata, korupsi dan kolusi serta tatanan ekonomi dunia yang cenderung menguntungkan kelompok masyarakat tertentu. Selanjutnya Sumodiningrat mengatakan bahwa munculnya kemiskinan struktural disebabkan karena berupaya menanggulangi kemiskinan natural, yaitu dengan direncanakan bermacam-macam program dan kebijakan. Namun karena pelaksanaannya tidak seimbang, pemilikan sumber daya tidak merata, kesempatan yang tidak sama menyebabkan keikutsertaan masyarakat menjadi tidak merata pula sehingga menimbulkan struktur masyarakat yang timpang. Menurut Kartasasmita (1996) hal ini disebut “accidental poverty”, yaitu kemiskinan karena dampak dari suatu kebijaksanaan tertentu yang menyebabkan menurunnya tingkat kesejahteraan masyarakat.

Sebab-sebab kemiskinan struktural antara lain:

1. Kurangnya demokrasi, sehingga mengurangi partisipasi. 2. Kurangnya akses dan kontrol terhadap sumber daya.

3. Ketimpangan akumulasi dan distribusi aset produktif baik lahan maupun modal.

5. Pengikisian peran pemerintah dalam meminimalkan ketimpangan sosial dan swastanisasi yang berlebihan.

6. Eksploitasi sumber daya alam yang berdampak pada orang miskin.

7. Kebijakan-kebijakan yang menyebabkan monopolisasi ekonomi dan polarisasi masyarakat.

Kemiskinan struktural berkaitan dengan aspek struktur dari suatu lembaga, yang dimaksud dengan struktur ialah pola-pola organisasi sosial yang mantap, luas, stabil dan mampu untuk meneruskan diri (self reproducing). Suatu institusi atau lembaga diartikan sebagai satu rangkaian hubungan antar manusia yang teratur dan disahkan secara sosial, yang menentukan hak, kewajiban, dan sifat hubungannya dengan orang lain. Lembaga ini penting dalam menjamin kelangsungan dan kepastian dalam interaksi sosial dalam masyarakat. Dalam kaitannya dengan persoalan kemiskinan, pemerintah adalah salah satu pihak lembaga yang menjadi bagian struktural dalam upaya penanggulangan kemiskinan dan upaya pembangunan masyarakat secara lokal, nasional dan global.

Pemerintah pusat dan pemerintah daerah memiliki hubungan politik dan admnistrasi dalam berbagai aspek termasuk pada upaya pembangunan dan penanggulangan kemiskinan di masyarakat Indonesia. Masyarakat sebagai kumpulan individu dan kelompok memiliki peran dan terlibat dalam struktural kelembagaan, apakah itu sebagai penikmat program pemberdayaan, dan ikut dalam upaya perencanaan dan penanggulangan kemiskinan.

Studi penelitian yang dilakukan oleh Sondakh (2009) menyimpulkan bahwa kemiskinan struktural adalah suatu kondisi yang dialami suatu golongan masyarakat diakibatkan oleh struktur sosial masyarakat itu sendiri, mereka tidak

dapat ikut serta menggunakan sumber-sumber pendapatan yang sebenarnya tersedia bagi mereka. Secara teoritis, kemiskinan struk-tural dapat diartikan sebagai suasana kemiskinan yang dialami oleh suatu masyarakat yang penyebab utamanya bersumber dari struktur sosial yang berlaku di sekitarnya sehingga mereka yang termasuk ke dalam golongan miskin tampak tidak berdaya untuk mengubah nasibnya dan tidak mampu memperbaiki hidupnya.

Struktur sosial yang berlaku tersebut membuat mereka terkurung pada suasana kemiskinan secara turun -temurun dalam jangka waktu yang lama. Sejalan dengan itu, mereka hanya mungkin keluar dari penjara kemelaratan melalui suatu proses perubahan struktur yang mendasar. Pada umumnya kemiskinan struktural terjadi di masyarakat saat kehadiran perbedaan yang mencolok antara masyarakat yang hidup dalam keterbatasan dengan mereka yang hidup dalam kemewahan, walaupun jumlah masyarakat miskin itu lebih banyak jumlahnya dalam kenyataannya mereka tidak mampu memperbaki nasibnya karena ketidakberdayaan dan tidak memiliki kekuatan sedangkan mereka yang minoritas yakni masyarakat kaya berhasil memonopoli dan mengontrol hampir semua aspek kehidupan yang berkaitan dengan modal-modal penting terutama di bidang ekonomi dan politik.

Untuk melihat kemiskinan struktural, beberapa karakter dari kemiskinan struktural adalah minim terjadinya mobilitas sosial secara vertikal, orang yang miskin akan tetap hidup dalam kondisi keterbatasan, sedangkan orang kaya akan terus menikmati kekayaannya. Menurut pendekatan struktural, hal itu terjadi dikarenakan kungkungan struktural sosial yang menyebabkan mereka kekurangan hasrat untuk memperbaiki kondisi hidupnya sekaligus meningkatkan taraf hidup

mereka. Struktur sosial yang berlaku membuat suatu pola dan corak rintangan membuat mereka dihalangi untuk maju. Contohnya saja saat pendapatan mereka rendah tidak memungkinkan mereka untuk menikmati fasilitas pendidikan, padahal layanan pendidikan berpeluang untuk membantu masyarakat keluar dari persoalan kemiskinan.

Ciri lain dari kemiskinan struktural adalah lahirnya ketergatungan antara pihak yang kuat dan yang lemah atau antara yang kaya dan yang miskin. Ketergantungan tersebut berdampak pada kemerosotan kemampuan orang miskin untuk melakukan tawar menawar dalam hubungan sosial yang mengalami ketimpangan antara pemilik tanah dan penggarap, antara majikan dan buruh. Buruh itu tidak memiliki kemampuan untuk menetapkan upah, pedagang kecil tidak bisa mendapatkan harga yang layak atas barang yang hendak dijual. Intinya mereka yang miskin tersebut tidak mampu berbuat banyak menghadapi eksploitasi dan proses marginalisasi yang dialaminya karena mereka tidak memiliki alternatif pilihan untuk menentukan nasibnya menjadi lebih baik.

Ciri masyarakat yang mengalami kemiskinan struktural selain sulit diajak untuk berpartisipasi dalam kegiatan pembangunan, mereka juga sulit melakukan perubahan, menolak mengikuti perkembangan dan tidak mau berusaha untuk memperbaiki tingkat kehidupannya, Akibat sikap tersebut berdampak pada pendapatan mereka yang minim. Jika menggunakan garis kemiskinan absolut, mereka bisa dikategorikan sebagai penduduk miskin, walaupun mereka merasa tidak miskin dan tidak mau dikatakan miskin.

Kemiskinan budaya juga bisa diartikan sebagai kemiskinan yang dialami oleh suatu masyarakat di tengah wilayah yang memiliki banyak potensi sumber

daya dan harusnya bisa digunakan dalam pemanfaatan yang bertujuan untuk perbaikan taraf dan kualitas hidup mereka. Namun mereka tidak memiliki ilmu pengetahuan, pengalaman, teknologi, jiwa wirausaha dan motivasi sosial yang diperlukan untuk menggali kekayaan alam lingkungannya dan demi kepentingan masyarakatnya.

Menyimpulkan kondisi masyarakat miskin dalam pandangan kemiskinan struktural dapat disederharnakan dengan melihat pola ketergantungan, pola kelemahan, dan eksploitasi masyarakat miskin yang dilakukan oleh pihak di luarnya, baik di tingkat lokal, nasional dan tingkat yang lebih tinggi lagi.Untuk menanggulangi persoalan kemiskinan struktural tidak ampuh jika hanya mengandalkan bantuan sejenis charity (amal) ataupun philanthropy

(kedermawanan), dan penyediaan fasilitas kredit dan fasilitas ekonomi yang lain. Struktur sosial adalah titik sentral dalam upaya mengatasi persoalan masyarakat yang mengalami kemiskinan struktural, yang harus dilakukan adalah mengubah struktur sosial, struktur sosial yang selama ini membuat mereka hidup dalam ketergantungan dan terus dieksploitasi oleh masyarakat minoritas yang menempati struktur sosial tertinggi dan mampu mengontrol serta menguasai berbagai aset penting yang ada di masyarakat.

Adapun struktur kelembagaan yang terkait diantaranya pemerintah pusat dan daerah di masa demokratisasi dan desentralisasi dalam hubungan politis dan administratif perlu berkomitmen dalam memaksimalkan keragaman dan kapasitas daerah yang beraneka ragam, berkoordinasi dan harus singkron dalam upaya pembangunan masyarakat walaupun waktu dan prosesnya tidak sebentar, pemekaran daerah yang biasa disebut otonomi perlu dipandang sebagai peluang

untuk meningkatkan potensi wilayah dan potensi masyarakat di daerahnya masing-masing.

Dokumen terkait