BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teori
1. Kemiskinan
menurut sifatnya yang terdiri atas:
1) Kemiskinan Absolut
Konsep kemiskinan absolut adalah jumlah masyarakat yang hidup
dibawah tingkat penghasilan minimum yang diperlukan untuk
memenuhi kebutuhan pokok seperti makanan, pakaian dan tempat
tinggal.
2) Kemiskinan Relatif
Kemiskinan relatif adalah suatu kondisi kehidupan masyarakat,
meskipun tingkat pendapatan sudah mampu mencapai tingkat
kebutuhan dasar minimum tetapi masih tetap jauh lebih rendah
dibandingkan dengan keadaan masyarakat sekitarnya.
Selanjutnya menurut Arsyad (2004), terdapat dua macam
kemiskinan yang umumnya di gunakan yaitu kemiskinan absolut dan
kemiskinan relatif.
1) Kemiskinan Absolut
Pada dasarnya konsep kemiskinan dikaitkan dengan perkiraan
tingkat pendapatan dan kebutuhan. Perkiraan kebutuhan dibatasi
pada kebutuhan pokok atau kebutuhan dasar minimum untuk
memungkinkan seseorang untuk dapat hidup layak. Bila pendapatan
tidak mencapai kebutuhan minimum, maka orang dikatakan miskin.
12
tingkat pendapatan orang dan tingkat pendapatan yang di butuhkan
untuk menperoleh kebutuhan dasarnya. Tingkat pendapatan
minimum merupakan pembatasan antara keadaan miskin dan tidak
miskin atau sering di sebut sebagai garis batas kemiskinan, konsep
in di sebut dengan kemiskinan absolut. Konsep ini di maksudkan
tingkat pendapatan minimum yang cukup memenuhi kebutuhan fisik
terhadap, makanan, pakaian, dan perumahan untuk menjamin
kelangsungan hidup.
Kesulitan utama dalam konsep utama adalah menentukan
komposisi dan tingkat kebutuhan minimum karena hal yang tersebut
tidak hanya di pengaruhi oleh adat kebiasaan saja, tetapi juga oleh
iklim, tingkat kemajuan suatu negara, dan beberapa faktor lainnya.
Walaupun demikian, untuk dapat hidup layak, seseorang
menbutuhkan barang-barang dan jasa untuk memenuhi kebutuhan
fiskal sosialnya.
2) Kemiskinan Relatif
Tidak selalu orang yang sudah menpunyai tingkat pendapatan yang
dapat memenuhi kebutuhan dasar minimum tidak selalu berarti
“tidak miskin”. Ada ahli berpendapat bahwa walaupun pendapatan sudah mencapai tingkat kebutuhan dasar minimum, tetapi masih
jauh lebih renda dibandingkan dengn keadaan msyarakat di
sekitarnya, maka seseorang tersebut masih berada dalam keadaan
miskin.Ini terjadi karena kemiskinan lebih banyak di tentukan oleh
keadaan sekitarnya, dari pada lingkungan orang yang
Menurut Nugroho dan Dahuri (2004), kemiskinan merupakan kondisi
absolut dan relatif yang menyebabkan seseorang atau kelompok
masyarakat dalam suatu wilayah tidak mempunyai kemampuan untuk
mencukupi kebutuhan minimumnya sesuai dengan tata nilai atau norma
tertentu yang berlaku di dalam masyarakat karena sebab-sebab natural,
kultural, atau struktural. Dengan kata lain seseorang dikatakan miskin jika
tingkat pendapatannya tidak memungkinkan orang tersebut untuk
memenuhi tata nilai dalam masyarakat, sedangkan tata nilai itu sangat
dinamis.
c. Indikator Kemiskinan
Semua indikator kemiskinan dipertimbankan pada norma tertentu,
pilihan norma tersebut sangat penting terutama dalam hal pengukuran
kemiskinan yang di dasarkan pada konsumsi. Menurut Kuncoro (2006),
garis kemiskinan yang di dasarkan pada konsumsi, (consumption-based
poverty line) terdiri dari dua elemen, yaitu:
1) Pengeluaran yang diperluhkan untuk membeli standar gizi minimum
dan kebutuhan dasar lainnya. Biaya untuk mendapatkan kalori
minimum dan kebutuhan lainnya dihitung dengan melihat
harga-harga makanan yang menjadi menu golongan miskin,
2) Jumlah kebutuhan lainnya yang sangat bervariasi, yang
mencerminkan biaya partisipasi dalam kebutuhan masyarakat
sehari-hari. Biaya ini bersifat subjektif.
Sedangkan Badan Pusat Statistik (BPS) mengukur kemiskinan
dengan menggunakan konsep kemampuan memenuhi kebutuhan dasar
14
sebagai ketidakmampuan dari sisi ekonomi untuk memenuhi kebutuhan
dasar makanan dan bukan makanan diukur dari sisi pengeluaran. Jadi
penduduk miskin adalah penduduk yang memilki rata-rata pengeluaran
perkapita perbulan dibawah garis kemiskina.
d. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Kemiskinan
Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat kemiskinan di Indonesia,
yaitu :
1) Pertumbuhan Ekonomi
Pertumbuhan ekonomi berupa Produk Domestik Bruto (PDRB)
merupakan keseluruhan nilai barang dan jasa yang diproduksi oleh
suatu negara pada periode tertentu. Produk Domestik Bruto
berpengaruh negatif terhadap tingkat kemiskinan, semakian
meningkatnya PDB menunjukkan produktivitas yang meningkat
sehingga akan menyebabkan pendapatan masyarakat yang
meningkat, kebutuhan masyarakat bisa terpenuhi sehingga akan
mengurangi tingkat kemiskinan (Jundi, 2014 dalam Ningtyas, 2017).
2) Pengangguran
Pengangguran terjadi karena tingkat pertumbuhan lapangan kerja
yang relatif lambat dan tingkat pertumbuhan angkatan kerja yang
cepat. Tingginya tingkat pengangguran merupakan salah satu
cerminan kurang berhasilnya pembangunan dala suatu negara karena
terjadi ketidaseimbangan anatar jumlah tenaga kerja dengan luasnya
lapangan pekerjaan yang tersedia. Pengangguran berpengaruh positif
terhadap tingkat kemiskinan, semakin meningkat pengangguran maka
hidupnya dan akan meningkatkan tingkat kemiskinan (Jundi, 2014
dalam Ningtyas, 2017).
3) Belanja Pemerintah
Menurut William A. Mc Eachern (2000) (dalam Ningtyas, 2017),
kebijakan fiskal menggunakan belanja pemerintah, pembayaran
tranfer, pajak dan pinjaman untuk mempengaruhi variabel makro
ekonomi seperti tenaga kerja, tingkat harga, dan tingkat GDP. Belanja
pemerintah mempunyai pengaruh negatif dan signifikan terhadap
tingkat kemiskinan. Semakin besar pengeluaran pemerintah, maka
semakin turun tingkat kemiskinan. Dengan demikian, pemerintah perlu
meningkatkan pengeluarannya terutama pada alokasi belanja modal
ataupun pengembangan infrastruktur, sehingga tingkat kemiskinan
bisa berkurang.
4) Investasi
Peningkatan investasi dapat mengurangi pengangguran melalui
penciptaan lapangan kerja. Peningkatan investasi juga dapat
meningkatkan pendapatan masyarakat, akan mengurangi masyarakat
yang berada di garis kemiskinan. Dengan demikian, masyarakat yang
berada di garis kemiskinan dapat meningkatkan gizi, pendidikan bagi
anak-anak dan dapat menabung untuk masa depan (Adventuna, 2012
dalam Ningtyas, 2017).
Menurut Kuncoro (2006), faktor penyebab kemiskinan jika
dipandang dari sisi ekonomi adalah sebagai berikut:
1) Kemiskinan muncul karena adanya ketidaksamaan pola kepemilikan
16
timpang. Penduduk miskin memiliki sumber daya yang terbatas dan
kualitasnya rendah.
2) Kemiskinan muncul akibat perbedaan dalam kualitas sumber daya
manusia. Kulitas sumber daya manusia yang rendah berarti
produktifitasnya rendah, yang pada gilirannya upahnya rendah,
nasib yang kurang beruntung, adanya diskriminasi atau keturunan.
3) Kemiskinan muncul karena perbedaan akses dalam modal.
Ketiga penyebab kemiskinan bermuara pada teori lingkaran
kemiskinan. Yang dimaksud dengan lingkaran kemiskinan adalah suatu
rangkaian yang saling mempengaruhi satu sama lain secara sedemikian
rupa, sehingga menimbulkan suatu negara akan tetap miskin dan akan
banyak mengalami kesukaran untuk mencapai tingkat pembangunan
yang lebih baik. Adanya keterbelakangan, ketidaksempurnaan pasar, dan
kurangnya modal menyebabkan rendahnya produktifitas. Rendahnya
produktivitas mengakibatkan rendahnya pendapatan yang mereka terima.
Rendahnya pendapatan akan berimplikasi pada rendahnya tabungan dan
investasi, baik investasi manusia maupun investasi kapital. Rendahnya
investasi berakibat pada keterbelakangan dan seterusnya (Kuncoro,
2006).
e. Strategi Kebijakan dalam Mengurangi Tingkat Kemiskinan
Menurut Arsyad (2004), ada beberapa startegi atau kebijakan dalam
mengurangi kemiskinan yaitu sebagai berikut :
1) Pembangunan Pertanian
Sektor pertanian berperan penting dalam pembagunan ekonomi dari
pertanian yang telah memberikan kontribusi yang cukup besar bagi
pengurangan kemiskinan terutama diperdesaan. Kontribusi terbesar
bagi peningkatan pendapatan perdesaan dan pengurangan
kemiskinan perdesaan dihasilkan dari adanya revolusi teknologi
dalam pertanian padi, termasuk pembangunan irigasi. Kontribusi
lainnya adalah dari program pemerintah untuk meningkatkan
produksi tanaman keras. Misalnya petani (di luar jawa) dibantu
untuk menanam karet, kelapa, dan sawit. Dan akhirnya
pembangunan luar Jawa juga berperan mengurangi kemiskinan di
Jawa melalui pembangunan pertanian di daerah-daerah
transmigrasi.
2) Pembangunan Sumber Daya Manusia
Perbaikan akses terhadap konsumsi pelayanan sosial (pendidikan,
kesehatan, dan gizi) merupakan alat kebijakan penting dalam
strategi pemerintah seara keseluruhan untuk mengurangi
kemiskinan dan memperbaiki kesejahteraan penduduk Indonesia.
Perluasan ruang lingkup dan kualitas dai pelayanan-pelayanan
pokok tersebut membutuhkan investasi modal yang pada akhirnya
akan meningkatkan produktivitas golongan miskin tersebut. Pada
waktu yang sama, pelayanan-pelayanan tersebut secara langsung
memuaskan konsumsi pokok yang dibutuhkan yang merupakan
suatu sasaran kebijakan penting pula.
Pelayanan-pelayan pokok seperti air bersih, tempat pembuangan
sampah, perumahan dan lain-lainnya penting bagi golongan miskin.
18
pelayanan-pelayanan pokok tersebut, efektivitas dari setiap
pelayanan sosial, seperti pendidikan, dan kesehatan bisa
terganggu. Berdasarkan hal tersebut dibutuhkan
kebijakan-kebijakan pembangunan yang mengakomodasi penduduk yang
sedang meningkat terutama kelompok yang berpendapatan rendah,
seperti penyediaan air bersih, pengelolaan pembuangan sampah,
program perbaikan kampung, dan penyediaan perumahan yang
murah bagi kelompok miskin.
3) Peranan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM)
LSM bisa memainkan peran yang lebih besar di dalam perancangan
dan implementasi program pengurangan kemiskinan. Karena
flesibilitas dan pengetahuan mereka tentang komunitas yang dibina,
LSM ini untuk beberapa hal bisa menjangkau golongan miskin
tersebut secara lebih efektif ketimbang program-program
pemerintah. Keterlibatan LSM ini dapat meringankan biaya finansial
dan staf dalam pengimplementasikan program padat karya untuk
meguarangi kemiskinan.