• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kemiskinan

Dalam dokumen SKRIPSI OLEH ISMAWATI NIM (Halaman 29-36)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teori

1. Kemiskinan

menurut sifatnya yang terdiri atas:

1) Kemiskinan Absolut

Konsep kemiskinan absolut adalah jumlah masyarakat yang hidup

dibawah tingkat penghasilan minimum yang diperlukan untuk

memenuhi kebutuhan pokok seperti makanan, pakaian dan tempat

tinggal.

2) Kemiskinan Relatif

Kemiskinan relatif adalah suatu kondisi kehidupan masyarakat,

meskipun tingkat pendapatan sudah mampu mencapai tingkat

kebutuhan dasar minimum tetapi masih tetap jauh lebih rendah

dibandingkan dengan keadaan masyarakat sekitarnya.

Selanjutnya menurut Arsyad (2004), terdapat dua macam

kemiskinan yang umumnya di gunakan yaitu kemiskinan absolut dan

kemiskinan relatif.

1) Kemiskinan Absolut

Pada dasarnya konsep kemiskinan dikaitkan dengan perkiraan

tingkat pendapatan dan kebutuhan. Perkiraan kebutuhan dibatasi

pada kebutuhan pokok atau kebutuhan dasar minimum untuk

memungkinkan seseorang untuk dapat hidup layak. Bila pendapatan

tidak mencapai kebutuhan minimum, maka orang dikatakan miskin.

12

tingkat pendapatan orang dan tingkat pendapatan yang di butuhkan

untuk menperoleh kebutuhan dasarnya. Tingkat pendapatan

minimum merupakan pembatasan antara keadaan miskin dan tidak

miskin atau sering di sebut sebagai garis batas kemiskinan, konsep

in di sebut dengan kemiskinan absolut. Konsep ini di maksudkan

tingkat pendapatan minimum yang cukup memenuhi kebutuhan fisik

terhadap, makanan, pakaian, dan perumahan untuk menjamin

kelangsungan hidup.

Kesulitan utama dalam konsep utama adalah menentukan

komposisi dan tingkat kebutuhan minimum karena hal yang tersebut

tidak hanya di pengaruhi oleh adat kebiasaan saja, tetapi juga oleh

iklim, tingkat kemajuan suatu negara, dan beberapa faktor lainnya.

Walaupun demikian, untuk dapat hidup layak, seseorang

menbutuhkan barang-barang dan jasa untuk memenuhi kebutuhan

fiskal sosialnya.

2) Kemiskinan Relatif

Tidak selalu orang yang sudah menpunyai tingkat pendapatan yang

dapat memenuhi kebutuhan dasar minimum tidak selalu berarti

“tidak miskin”. Ada ahli berpendapat bahwa walaupun pendapatan sudah mencapai tingkat kebutuhan dasar minimum, tetapi masih

jauh lebih renda dibandingkan dengn keadaan msyarakat di

sekitarnya, maka seseorang tersebut masih berada dalam keadaan

miskin.Ini terjadi karena kemiskinan lebih banyak di tentukan oleh

keadaan sekitarnya, dari pada lingkungan orang yang

Menurut Nugroho dan Dahuri (2004), kemiskinan merupakan kondisi

absolut dan relatif yang menyebabkan seseorang atau kelompok

masyarakat dalam suatu wilayah tidak mempunyai kemampuan untuk

mencukupi kebutuhan minimumnya sesuai dengan tata nilai atau norma

tertentu yang berlaku di dalam masyarakat karena sebab-sebab natural,

kultural, atau struktural. Dengan kata lain seseorang dikatakan miskin jika

tingkat pendapatannya tidak memungkinkan orang tersebut untuk

memenuhi tata nilai dalam masyarakat, sedangkan tata nilai itu sangat

dinamis.

c. Indikator Kemiskinan

Semua indikator kemiskinan dipertimbankan pada norma tertentu,

pilihan norma tersebut sangat penting terutama dalam hal pengukuran

kemiskinan yang di dasarkan pada konsumsi. Menurut Kuncoro (2006),

garis kemiskinan yang di dasarkan pada konsumsi, (consumption-based

poverty line) terdiri dari dua elemen, yaitu:

1) Pengeluaran yang diperluhkan untuk membeli standar gizi minimum

dan kebutuhan dasar lainnya. Biaya untuk mendapatkan kalori

minimum dan kebutuhan lainnya dihitung dengan melihat

harga-harga makanan yang menjadi menu golongan miskin,

2) Jumlah kebutuhan lainnya yang sangat bervariasi, yang

mencerminkan biaya partisipasi dalam kebutuhan masyarakat

sehari-hari. Biaya ini bersifat subjektif.

Sedangkan Badan Pusat Statistik (BPS) mengukur kemiskinan

dengan menggunakan konsep kemampuan memenuhi kebutuhan dasar

14

sebagai ketidakmampuan dari sisi ekonomi untuk memenuhi kebutuhan

dasar makanan dan bukan makanan diukur dari sisi pengeluaran. Jadi

penduduk miskin adalah penduduk yang memilki rata-rata pengeluaran

perkapita perbulan dibawah garis kemiskina.

d. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Kemiskinan

Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat kemiskinan di Indonesia,

yaitu :

1) Pertumbuhan Ekonomi

Pertumbuhan ekonomi berupa Produk Domestik Bruto (PDRB)

merupakan keseluruhan nilai barang dan jasa yang diproduksi oleh

suatu negara pada periode tertentu. Produk Domestik Bruto

berpengaruh negatif terhadap tingkat kemiskinan, semakian

meningkatnya PDB menunjukkan produktivitas yang meningkat

sehingga akan menyebabkan pendapatan masyarakat yang

meningkat, kebutuhan masyarakat bisa terpenuhi sehingga akan

mengurangi tingkat kemiskinan (Jundi, 2014 dalam Ningtyas, 2017).

2) Pengangguran

Pengangguran terjadi karena tingkat pertumbuhan lapangan kerja

yang relatif lambat dan tingkat pertumbuhan angkatan kerja yang

cepat. Tingginya tingkat pengangguran merupakan salah satu

cerminan kurang berhasilnya pembangunan dala suatu negara karena

terjadi ketidaseimbangan anatar jumlah tenaga kerja dengan luasnya

lapangan pekerjaan yang tersedia. Pengangguran berpengaruh positif

terhadap tingkat kemiskinan, semakin meningkat pengangguran maka

hidupnya dan akan meningkatkan tingkat kemiskinan (Jundi, 2014

dalam Ningtyas, 2017).

3) Belanja Pemerintah

Menurut William A. Mc Eachern (2000) (dalam Ningtyas, 2017),

kebijakan fiskal menggunakan belanja pemerintah, pembayaran

tranfer, pajak dan pinjaman untuk mempengaruhi variabel makro

ekonomi seperti tenaga kerja, tingkat harga, dan tingkat GDP. Belanja

pemerintah mempunyai pengaruh negatif dan signifikan terhadap

tingkat kemiskinan. Semakin besar pengeluaran pemerintah, maka

semakin turun tingkat kemiskinan. Dengan demikian, pemerintah perlu

meningkatkan pengeluarannya terutama pada alokasi belanja modal

ataupun pengembangan infrastruktur, sehingga tingkat kemiskinan

bisa berkurang.

4) Investasi

Peningkatan investasi dapat mengurangi pengangguran melalui

penciptaan lapangan kerja. Peningkatan investasi juga dapat

meningkatkan pendapatan masyarakat, akan mengurangi masyarakat

yang berada di garis kemiskinan. Dengan demikian, masyarakat yang

berada di garis kemiskinan dapat meningkatkan gizi, pendidikan bagi

anak-anak dan dapat menabung untuk masa depan (Adventuna, 2012

dalam Ningtyas, 2017).

Menurut Kuncoro (2006), faktor penyebab kemiskinan jika

dipandang dari sisi ekonomi adalah sebagai berikut:

1) Kemiskinan muncul karena adanya ketidaksamaan pola kepemilikan

16

timpang. Penduduk miskin memiliki sumber daya yang terbatas dan

kualitasnya rendah.

2) Kemiskinan muncul akibat perbedaan dalam kualitas sumber daya

manusia. Kulitas sumber daya manusia yang rendah berarti

produktifitasnya rendah, yang pada gilirannya upahnya rendah,

nasib yang kurang beruntung, adanya diskriminasi atau keturunan.

3) Kemiskinan muncul karena perbedaan akses dalam modal.

Ketiga penyebab kemiskinan bermuara pada teori lingkaran

kemiskinan. Yang dimaksud dengan lingkaran kemiskinan adalah suatu

rangkaian yang saling mempengaruhi satu sama lain secara sedemikian

rupa, sehingga menimbulkan suatu negara akan tetap miskin dan akan

banyak mengalami kesukaran untuk mencapai tingkat pembangunan

yang lebih baik. Adanya keterbelakangan, ketidaksempurnaan pasar, dan

kurangnya modal menyebabkan rendahnya produktifitas. Rendahnya

produktivitas mengakibatkan rendahnya pendapatan yang mereka terima.

Rendahnya pendapatan akan berimplikasi pada rendahnya tabungan dan

investasi, baik investasi manusia maupun investasi kapital. Rendahnya

investasi berakibat pada keterbelakangan dan seterusnya (Kuncoro,

2006).

e. Strategi Kebijakan dalam Mengurangi Tingkat Kemiskinan

Menurut Arsyad (2004), ada beberapa startegi atau kebijakan dalam

mengurangi kemiskinan yaitu sebagai berikut :

1) Pembangunan Pertanian

Sektor pertanian berperan penting dalam pembagunan ekonomi dari

pertanian yang telah memberikan kontribusi yang cukup besar bagi

pengurangan kemiskinan terutama diperdesaan. Kontribusi terbesar

bagi peningkatan pendapatan perdesaan dan pengurangan

kemiskinan perdesaan dihasilkan dari adanya revolusi teknologi

dalam pertanian padi, termasuk pembangunan irigasi. Kontribusi

lainnya adalah dari program pemerintah untuk meningkatkan

produksi tanaman keras. Misalnya petani (di luar jawa) dibantu

untuk menanam karet, kelapa, dan sawit. Dan akhirnya

pembangunan luar Jawa juga berperan mengurangi kemiskinan di

Jawa melalui pembangunan pertanian di daerah-daerah

transmigrasi.

2) Pembangunan Sumber Daya Manusia

Perbaikan akses terhadap konsumsi pelayanan sosial (pendidikan,

kesehatan, dan gizi) merupakan alat kebijakan penting dalam

strategi pemerintah seara keseluruhan untuk mengurangi

kemiskinan dan memperbaiki kesejahteraan penduduk Indonesia.

Perluasan ruang lingkup dan kualitas dai pelayanan-pelayanan

pokok tersebut membutuhkan investasi modal yang pada akhirnya

akan meningkatkan produktivitas golongan miskin tersebut. Pada

waktu yang sama, pelayanan-pelayanan tersebut secara langsung

memuaskan konsumsi pokok yang dibutuhkan yang merupakan

suatu sasaran kebijakan penting pula.

Pelayanan-pelayan pokok seperti air bersih, tempat pembuangan

sampah, perumahan dan lain-lainnya penting bagi golongan miskin.

18

pelayanan-pelayanan pokok tersebut, efektivitas dari setiap

pelayanan sosial, seperti pendidikan, dan kesehatan bisa

terganggu. Berdasarkan hal tersebut dibutuhkan

kebijakan-kebijakan pembangunan yang mengakomodasi penduduk yang

sedang meningkat terutama kelompok yang berpendapatan rendah,

seperti penyediaan air bersih, pengelolaan pembuangan sampah,

program perbaikan kampung, dan penyediaan perumahan yang

murah bagi kelompok miskin.

3) Peranan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM)

LSM bisa memainkan peran yang lebih besar di dalam perancangan

dan implementasi program pengurangan kemiskinan. Karena

flesibilitas dan pengetahuan mereka tentang komunitas yang dibina,

LSM ini untuk beberapa hal bisa menjangkau golongan miskin

tersebut secara lebih efektif ketimbang program-program

pemerintah. Keterlibatan LSM ini dapat meringankan biaya finansial

dan staf dalam pengimplementasikan program padat karya untuk

meguarangi kemiskinan.

Dalam dokumen SKRIPSI OLEH ISMAWATI NIM (Halaman 29-36)

Dokumen terkait