SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana (SE)Pada Program
Studi Ekonomi Pembagunan Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Universitas
Muhammadiyah Makassar
OLEH
ISMAWATI
NIM 105710222715
JURUSAN EKONOMI PEMBANGUNAN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
MAKASSAR
ii
PERSEMBAHAN
Skripsiku ini ku persembahkan untuk kedua orang tuaku Bapak (Arfin) dan ibuku(Nursia) tercinta yang tak pernah lelah membesarkanku dengan penuh kasih sayang,serta memberikan dukungan,perjuangan dalam hidup ini, kakak, (Masni,Ahmad) special untuk(Eza Yayang S.sos) beserta keluarga besarku terima kasih buat kalian.
MOTTO HIDUP
Tegarlah seperti batu karang sebeb dunia akan kugengam , karena hidup adalah pelajaran tentang kerendahan hati, kegagalan terjadi terlalu banyak berencana tapi sedikit berfikir jika orang lain bisa maka aku juga bisa belajarl dari kegagala itu hal yang bijak karena sukses adalah berani bertindak dan punya prinsip.
“you wiil never fall if you are afraid to climb.But there is no joy in living your entire
life on the ground”
Kamu tidak akan perna jatuh jika kamu takut untuk memanjat.tapi tidak akan tersedia kebahagiaan ketika anda Cuma hidup di tanah.
vii
KATA PENGANTAR
Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT atas segala
rahmat dan hidayah yang tiada henti diberikan kepada hamba-Nya. Shalawat
dan salam tak lupa penulis kirimkan kepada Rasulullah Muhammad SAW beserta
para keluarganya, sahabat dan para pengikutnya. Murupakan nikmat yang tiada
ternilai manakala penulisan skripsi yang berjudul “Pengaruh pertumbuhan Ekonomi dan Ketimpangan distribusi pendapatan terhadap tingkat kemiskinan
di Kabupaten Sinjai Skripsi yang Penulis buat ini bertujuan untuk memenuhi
syarat dalam menyelesaikan program sarjana (S1) pada Fakultas Ekonomi dan
Bisnis Universitas Muhammadiyah Makassar.
Teristimewa dan terutama penulis sampaikan ucapan terima kasih
kepada kedua orang tua penulis bapak Arfin dan ibu Nursia yang senantiasa
memberi harapan, semangat, perhatian, kasih sayang dan doa tulus tak pamrih.
Dan saudara-saudaraku tercinta yang senantiasa mendukung dan memberikan
semangat hingga akhir studi ini. Dan seluruh keluarga besar atas segala
pengorbanan, dukungan dan doa restu yang telah diberikan demi keberhasilan
penulis dalam menuntut ilmu. Semoga apa yang telah mereka berikan kepada
penulis menjadi ibadah dan cahaya penerang kehidupan didunia dan di akhirat.
Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini tidak akan terwujud
tanpa adanya bantuan dan dorongan dari berbagai pihak. Begitu pula
penghargaan yang setinggi-tingginya dan terima kasih banyak disampaikan
1. Bapak Prof. Dr. H Abd. Rahman Rahim, SE., MM, Rektor Universitas
Muhammadiyah Makassar.
2. Bapak Ismail Rasulong, SE., MM. Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Muhammadiyah Makassar.
3. Ibu Hj. Naidah, SE., M.Si, selaku Ketua Program Studi Ekonomii
Pembangunan Universitas Muhammadiyah Makassar.
4. Bapak Dr.H.Muhammad Rusydi,SE.,M.Si selaku pembimbing 1 yang
senantiasa meluangkan waktunya membimbing dan mengarahkan penulis,
sehingga skripsi selesai dengan baik.
5. Bapak Abd.Muttalib,SE.,MM selaku pembimbing II yang telah berkenan membantu selama dalam penyusunan skripsi hingga ujian skripsi.
6. Bapak/ibu dan asisten Dosen fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas
Muhammadiyah Makassar yang tak kenal telah banyak menuangkan
ilmunya kepada penulis selama mengikuti kuliah.
7. Segenap staf dan karyawan fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas
Muhammadiyah Makassar.
8. Rekan-rekan mahasiwa fakultas Ekonomi dan bisnis program studi ekonomi
pembangunan angkatan 2015 yang selalu belajar bersama yang tidak sedikit
bantuannya dan dorongan dalam aktivitas studi penulis.
9. Terima kasih kepada kedua orang tuaku dan kakak saya Masni/Ahmad dan
,teman-teman Ekonomi Pembangunan kelas C, Ana,
Ani,Fina,Ila,Isma,Uni,Mita dan semua kerabat yang tak bisa saya tulis satu
persatu yang telah memberi semangat, kesabaran, motivasi, dan
ix
Akhirnya sungguh penulis sangat menyadari bahwa Skripsi ini masih
sangat jauh dari kesempurnaan oleh karena itu, kepada semua pihak utamanya
para pembaca yang budiman, penulis senantiasa mengharapkan saran dan
kritikan demi kesempurnaan Skripsi ini.
Mudah-mudahan Skripsi yang sederhana ini dapat bermanfaat bagi
semua pihak utamanya kepada almamater kampus biru Universitas
Muhammadiyah Makassar.
Billahi fii Sabili Haq, Fastabiqul Khairat, wassalamu’alaikumWr.Wb
Makassar, 15 januari 2020
iv
Ekonomi Dan Ketimpangan Distribusi Pendapatan Terhadap Tingkat Kemiskinan Di Kabupaten Sinjai. Skripsi Program Studi Ekonomi
Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Makassar. Dibimbing oleh Bapak Dr. H. Muhammad Rusydi, SE., M.Si selaku pembimbing I dan Abd. Muttalib, SE., MM selaku pembimbing II.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh pertumbuhan ekonomi dan ketimpangan distribusi pendapatan terhadap tingkat kemiskinan di Kabupaten Sinjai. Untuk mencapai tujuan tersebut, pelaksanaan penelitian menggunakan pendekatan penelitian kuantitatif. Teknik pengumpulan data menggunakan teknik wawancara dan dokumentasi. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi berganda SPSS 20, dimana Y menunjukkan variabel tingkat kemiskinan, X1 variabel pertumbuhan ekonomi dan X2 variabel ketimpangan distribusi.
Kata Kunci : Pertumbuhan Ekonomi, Distribusi Pendapatan dan Tingkat Kemiskinan
v
ABSTARCT
Ismawati 105710222715, year 1019 the effect of economic growth and inequality of income distribution on poverty levels in sinjai district.thesis of economics study program for the development of the faculties of ecomics and business at the muhammadiyah university of Makassar.guided by the father Dr. H. Muhammad Rusydi, SE., M.Si as a
supervisor I and Abd. Muttalib, SE., MM as a supervisor II
This research aims to find out how much influence economic growth and income distribution inequality has on proverty levels in sinjai district.this research aims to achieve these objectives,the implementation of reseach using a quantitative research approach.data collection tehniques using interview and documentation techiques the data used in this study is multiple regression analysis spss 20,where Y shows the poverty level variable X1 econimic growth variable and x2 distribution inequality variable.
vi
Halaman
SAMPUL ... i
HALAMAN JUDULL ... i
PERSEMBAHAN DAN MOTTO HIDUP ... ii
HALAMAN PERSETUJUAN ... iii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
SURAT PERNYATAAN……… iii
KATA PENGANTAR ... iii
ABSTRAK ... iv ABSTARCT ... v DAFTAR ISI ... vi DAFTAR TABEL ... ix DAFTAR GAMBAR ... x DAFTAR LAMPIRAN ... xi BAB 1 PENDAHULUAN ... 1 A. Latar Belakang ... 1 B. Rumusan Masalah ... 8 C. Tujuan Penelitian ... 8 D. Manfaat Penelitian ... 8 1. Manfaat Teoritis ... 8 2. Manfaat Praktis ... 9
vii
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 10
A. Tinjauan Teori ... 10
1. Kemiskinan ... 10
a. Pengertian Kemiskinan ... 10
b. Klasifikasi Kemiskinan ... 11
c. Indikator Kemiskinan ... 13
d. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kemiskinan ... 14
e. Strategi Kebijakan dalam Mengurangi Kemiskinan ... 16
2. Pertumbuhan Ekonomi ... 18
a. Pengertian Pertumbuhan Ekonomi ... 18
b. Indikator Pertumbuhan Ekonomi Wilayah (Regional) ... 20
c. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pertubuhan Ekonomi 23 d. Peran Pemerintah dalam Pertumbuhan Ekonomi ... 25
3. Ketimpangan Distribusi Pendapatan ... 26
a. Pengertian Ketimpangan Distribusi Pendapatan ... 26
b. Pengukuran Ketimpangan Distribusi Pendapatan ... 27
c. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Ketimpangan Pendapatan Antar Wilayah ... 30
4. Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi Terhadap Kemiskinan… 32 5. Pengaruh Ketimpangan Distribusi Pendapatan Terhadap Tingkat Kemiskinan ... 33
B. Tinjauan Emperis ... 33
C. Kerangka Pikir ... 36
D. Hipotesis ... 37
BAB III METODE PENELITIAN ... 38
C. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel... 38
D. Populasi dan Sampel ... 39
1. Populasi ... 39
2. Sampel ... 40
E. Teknik Pengumpulan Data... 40
1. Wawancara ... 40
2. Dokumentasi ... 41
F. Teknik Analisis Data... 41
1. Uji Asumsi Klasik ... 41
2. Uji Regresi Linear Berganda ... 43
3. Uji Hipotesis ... 44
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 46
A. Gambaran Umum Instansi ... 46
B. Hasil Penelitian ... 52 BAB V PENUTUP ... 63 A. Kesimpulan ... 63 B. Saran ... 63 DAFTAR PUSTAKA ... 65 LAMPIRAN
iii
ix
DAFTAR TABEL
Nomor Judul Halaman
Tabel 1.1 Tingkat Kemiskinan Di Kabupaten Sinjai 2
Tabel 1.2 Pertumbuhan Ekonomi PDRB Kabupaten Sinjai Tahun 4
2010-2018
Tabel 1.3 Gini Ratio Kabupaten Sinjai 2010-2018 5
Tabel 2.1 Ringkasan Penelitian Terdahulu 33
Tabel 4.1 Uji Multikolineritas 52
Tabel 4.2 uji Autokolerai Dengan Runs Test 53
Tabel 4.3 Nilai Koefisien Regresi Linear Berganda 55
Tabel 4.4 uji t 56
Tabel 4.5 uji F 57
x
Gambar 2.1 Kurva Lorenz 27
Gambar 2.2 koefisien Gini 28
xi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran
1 Data Sekunder
2 Data Yang Telah Dilogaritmakan
3 t tabel
4 F tabel
5 Tabel Durbin-Watson
6 Biografi Penulis
7 Surat Keterangan Penelitian
1 A. Latar Belakang
Kemiskinan merupakan isu sentral bagi setiap negara di dunia,
khususnya bagi negara berkembang, berbagai macam program untuk
mengentaskan kemiskinan telah dilakukan pemerintah Indonesia namun
belum membuahkan hasil yang memuaskan. Sejak tahun 1970-an strategi
pembangunan pada masa pemerintahan Soeharto yaitu pertumbuhan
disusul pemerataan dengan bertumpu pada trilogi pembangunan yaitu
stabilitas nasional yang mantap dan dinamis dibidang politik dan ekonomi,
pertumbuhan ekonomi yang tinggi, dan pemerataan pembangunan, dimana
Industri dijadikan sebagai tulang punggung perekonomian yang didukung
oleh pertanian yang tangguh, yang menjamin terpenuhinya kebutuhan pokok
rakyat (Ningtyas, 2017).
Masalah kemiskinan merupakan hal yang sangat serius dan menjadi
ketakutan tersendiri bagi daerah yang kondisi perekonomiannya yang masih
tertinggal. Strategi pembangunan yang berorientasi pada pertumbuhan
ekonomi tidak selalu di ikuti oleh penurunan kemiskinan, bahkan sebaliknya
dapat diikuti oleh membengkaknya kemiskinan. Selain itu, usaha
peningkatan kesejahteraan rakyat yang hanya mengandalkan kemampuan
fisik tanpa diikuti oleh perubahan pola pikir akan menjadikan masyarakat
tidak memiliki pandangan bahwa peningkatan kesejahteraan ekonomi dapat
2
Fenomena kemiskinan telah menjadi sebuah hal yang melekat dalam
sendi kehidupan daerah-daerah di wilayah Indonesia. Tak terkecuali
Kabupaten Sinjai, sebagai salah satu daerah yang berkembang yang
sebenarnya memiliki banyak sekali potensi sumber daya alam guna
memakmurkan masyarakat dari kemiskinan. Masih banyak masyarakat
Kabupaten Sinjai yang tidak dapat keluar dari garis kemiskinan dan tidak
dapat mengatasi kemiskinan. Hal tersebut menjadikan kemiskinan di
Indonesia umumnya semakin kompleks setiap tahunnya. Berikut ini adalah
tabel penduduk tingkat miskin di kabupaten Sinjai.
Tabel 1.1
Tingkat Kemiskinan Di Kabupaten Sinjai
Tahun Tingkat Kemiskinan (%)
2010 12.6 2011 11.84 2012 11.08 2013 10.32 2014 9.56 2015 9.26 2016 9.41 2017 9.24 2018 9.28
Sumber: BPS kabupaten Sinjai 2019
Berdasarkan data yang di publikasikan Badan Pusat Statistik (BPS)
Kabupaten Sinjai jumlah penduduk miskin kabupaten sinjai tahun 2010-2018
mengalami fluktuatif. Pada tahun 2010 sebesar 12.6%, sedangkan pada
tahun 2011 mengalami penurunan sebesar 11.84% dan kembali mengalami
menurun pada tahun 2012 menjadi 11.08%, tahun 2013 yakni 10.32%,
tahun 2014 yakni 9.56%, tahun 2015 yakni 9.26%, tahun 2016 meningkat
sebesar 9.41%, tahun 2017 kembali menurun sebesar 9.24% dan 2018 juga
Pembangunan ekonomi hampir selalu identik dengan upaya
peningkatan pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi adalah
peningkatan produksi output barang dan jasa pada suatu periode tertentu
dibandingkan dengan periode sebelumnya yang terjadi pada suatu wilayah.
Pertumbuhan ekonomi yang tinggi dianggap sebagai indikator keberhasilan
pembangunan ekonomi di suatu negara, namun pertumbuhan ekonomi
bukanlah satu-satunya indikator suksesnya pembangunan ekonomi. Dalam
pembangunan ekonomi, juga perlu diperhatikan seberapa jauh kontribusi
seluruh lapisan masyarakat terhadap pertumbuhan ekonomi atau seberapa
jauh pertumbuhan ekonomi tersebut dapat dinikmati oleh seluruh lapisan
masyarakat. Selain nilai pertumbuhan ekonomi, distribusi pendapatan juga
perlu dilihat sebagai indikator keberhasilan pembangunan ekonomi.
Suatu perekonomian dikatakan mengalami pertumbuhan ekonomi
jika jumlah produksi barang dan jasa pada tahun tertentu lebih besar
daripada tahun sebelumnya. Jika kenaikan produksi barang dan jasa pada
tahun tertentu lebih tinggi dari tahun sebelumnya maka terjadi kenaikan
pertumbuhan, sebaliknya jika terjadi penurunan produksi barang dan jasa
dari tahun sebelumnya maka terjadi perlambatan pertumbuhan ekonomi.
Indikator yang digunakan untuk mengukur pertumbuhan ekonomi ditingkat
nasional adalah Produk Domestik Bruto (PDB), sedangkan untuk tingkat
Daerah digunakan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) (Rusdi dan
Haerati, 2015).
Berdasarkan data yang di publikasikan Badan Pusat Statistik (BPS)
Kabupaten Sinjai pertumbuhan ekonomi Produk Domestik Regional Bruto
4
Tabel 1.2
Pertumbuhan Ekonomi PDRB Kabupaten Sinjai Tahun 2010-2018
Tahun Pertumbuhan Ekonomi (%)
2010 7.45% 2011 7.6% 2012 7.32 2013 7,79% 2014 6,98% 2015 7,55% 2016 7,09% 2017 7,23% 2018 7,49%
Sumber: BPS Kabupaten Sinjai, 2019.
Berdasarkan data pada tabel 1.2 di atas, Pertumbuhan ekonomi
PDRB Kabupeten Sinjai pada tahun 2010 sebesar 7.45%, tahun 2011
menurun menjadi 7.6%, tahun 2012 meningkat kembali menjadi 7.32%,
tahun 2013 meningkat sebesar 7,79%, pada tahun 2014 mengalami
penurunan menjadi 6,98%, kemudian kembali mengalami kenaikan pada
tahun 2015 menjadi 7,55%, kembali mengalami penurunan pada tahun
2016 yakni 7,09% dan mengalami kenaikan pada tahun 2017 menjadi 7,23%
dan pada tahun 2018 meningkat menjadi 7.49%.
Masalah utama dalam distribusi pendapatan adalah terjadinya
ketimpangan distribusi pendapatan. Hal ini bisa terjadi akibat perbedaan
produktivitas yang dimiliki oleh setiap individu dimana satu
individu/kelompok mempunyai produktivitas yang lebih tinggi dibandingkan
individu/kelompok lain, sehingga ketimpangan distribusi pendapatan tidak
hanya terjadi di Indonesia saja tetapi juga terjadi di beberapa negara di
ketimpangan pendapatan yang merupakan awal dari munculnya masalah
kemiskinan. Membiarkan kedua masalah tersebut berlarut-larut akan
semakin memperparah keadaan, dan tidak jarang menimbulkan
konsekuensi negatif terhadap kondisi sosisal dan politiK (Hariadi, dkk 2008).
Ketimpangan distribusi pendapatan dan kemiskinan merupakan
sebuah realita yang ada di tengah-tengah masyarakat dunia ini baik di
negara maju maupun negara berkembang. Perbedaannya terletak pada
proporsi tingkat ketimpangan dan angka kemiskinan yang terjadi, serta
tingkat kesulitan mengatasinya yang dipengaruhi oleh luas wilayah dan
jumlah penduduk suatu negara. Berikut dilampirkan Gini Ratio Kabupaten
Sinjai pada tahun 2010-2018:
Tabel 1.3
Gini Ratio Kabupaten Sinjai 2010-2018
Tahun Gini Ratio (%)
2010 0.373 2011 0.366 2012 0.359 2013 0.352 2014 0.376 2015 0.396 2016 0.428 2017 0.376 2018 0.369
Sumber: BPS Kabupaten Gowa
Berdasarkan tabel 1.3 di atas Gini Ratio Kabupaten Sinjai pada
tahun 2010 sebesar 0.373%, tahun 2011 menurun sebesar 0.366%, tahun
2012 menurun sebesar 0.359%, tahun 2013 sekitar 0.352%, tahun 2014
6
menjadi 0.428%, pada tahun 2017 turun menjadi 0.376%, dan pada tahun
2018 juga menurun 0.369%.
Adanya permasalahan kemiskinan dan ketimpangan distribusi
pendapatan tersebut mengindikasikan ada proses yang salah dalam
pembangunan ekonomi. Melalui pertumbuhan ekonomi dapat dilihat
bagaimana peningkatan perekonomian suatu wilayah. Apabila
perekonomian itu bekerja dengan baik, maka hasil dari pertumbuhan
ekonomi yang tinggi dapat di nikmati secara adil dan merata bagi seluruh
bagi seluruh pelaku ekonomi termasuk masyarakat. Dan bentuk dari
peningkatan perekonomian tersebut tercermin langsung oleh pedapatan
perkapita masayarakat yang meningkat secara keseluruhan. Ini menunjukan
bahwa pembangunan ekonomi yang berorientasi pada pertumbuhan PDRB
tidak mampu memecahkan permasalahan mendasar di negara berkembang,
meskipun target pertumbuhan ekonomi pertahunnya telah tercapai, mak
dapat mengentaskan kemiskinan dan ketimpangan (Wicaksono, 2018).
Pertumbuhan ekonomi, ketimpangan pendapatan dan kemiskinan
merupakan isu-isu yang menarik untuk dipelajari. Para ahli mencurahkan
perhatian yang cukup besar terhadap hal ini (Purnamanasari, 2017).
Ketimpangan pendapatan dan kemiskinan yang besar merupakan masalah
bagi sebagian besar Negara yang Sedang Berkembang (NSB), tidak
terkecuali dengan Indonesia. Pada awal pemerintah orde baru para pembuat
kebijakan dan perencana pembangunan ekonomi di Indonesia percaya
bahwa proses pembangunan ekonomi yang pada awalnya hanya terpusat di
Jawa dan hanya di sektor-sektor tertentu saja, yaitu sektor yang mempunyai
yang dimaksud dengan trickle down effects. Hasil pembangunan melalui
pencapaian pertumbuhan yang tinggi di sektor-sektor tersebut, akan
menetes ke sektor-sektor dan wilayah lain di Indonesia. Proses trickle down
effects terjadi ketika manfaat pertumbuhan ekonomi dapat dinikmati oleh semua kelompok penduduk, termasuk penduduk miskin melalui penciptaan
lapangan pekerjaan sehingga memperoleh kesempatan untuk memperbaiki
kesejahteraannya (Purnamanasari, 2017).
Namun ketimpangan pendapatan rupanya mempunyai dua dampak
terhadap pembangunan perekonomian daerah, yaitu dampak positif dan
dampak negatif, Dampak negatif dari ketimpangan adalah perekonomian
yang tidak efisien, melemahkan stabilitas sosial dan solidaritas serta
ketimpangan yang tinggi akan di pandang tidak adil. Dampak positifnya yaitu
merangsang atau mendorong wilayah atau daerah lain untuk bersaing dan
meningkatkan pembangunan ekonomi yang pada akhirnya akan tercapai
kesejahteraan masayarakat (Wicaksono, 2018).
Berdasarkan hal tersebut, maka pertumbuhan ekonomi, ketimpangan
pendapatan dan kemiskinan merupakan masalah sosial ekonomi yang
sangat kompleks dan merupakan PR bagi pemerintah daerah atupun pusat.
Oleh karena itu menjadi sangat menarik untuk mengetahui bagaimana
kondisi kemiskinan, dan bagaimana pengaruh antara pertumbuhan ekonomi
dan ketimpangan pendapatan terhadap tingkat kemiskinan. Oleh sebab itu
penelitian ini bermaksud untuk menganalisis kondisi tersebut dengan
mengangkat judul penelitian “Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi dan Ketimpangan Distribusi Pendapatan Terhadap Tingkat Kemiskinan di
8
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang diuraikan diatas, maka rumusan
masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Apakah pertumbuhan ekonomi berpengaruh terhadap tingkat kemiskinan
di Kabupaten Sinjai ?
2. Apakah ketimpangan distribusi pendapatan berpengaruh terhadap
tingkat kemiskinan di Kabupaten Sinjai ?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka penelitian ini bertujuan
untuk:
1. Mengetahui pengaruh pertumbuhan ekonomi terhadap tingkat kemiskinan
di Kabupaten Sinjai.
2. Mengetahui pengaruh ketimpangan distribusi pendapatan terhadap
tingkat kemiskinan di Kabupaten Sinjai.
D. Manfaat penelitian
Penelitian ini diharapkan mempunyai nilai manfaat dalam berbagai
aspek, antara lain:
1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan pemikiran dan
bahan pertimbangan melengkapi bahan penelitian selanjutnya dalam
rangka menambah khasanah akademik sehingga berguna untuk
pengembangan ilmu pengetahuan, khususnya bidang Ekonomi
2. Manfaat Praktis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperluas dan
meningkatkan pengetahuan penulis serta wawasan penulis mengenai
pengaruh pertumbuhan ekonomi dan ketimpangan distribusi pendapatan
10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori 1. Kemiskinan a. Pengertian Kemiskinan
Ada banyak definisi dan konsep tentang kemiskinan. Kemiskinan
merupakan masalah yang bersifat multidimensi sehingga dapat ditinjau
dari berbagai sudut pandang.
Secara harfiah menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, Miskin itu
berarti tidak berharta benda. Miskin juga berarti tidak mampu
mengimbangi tingkat kebutuhan hidup standar, tingkat penghasilan dan
ekonominya rendah. Secara singkat kemiskinan dapat didefenisikan
sebagai suatu standar tingkat hidup yang rendah yaitu adanya
kekurangan materi pada sejumlah atau segolongan orang dibandingkan
dengan standarkehidupan yang berlaku dalam masyarakat yang
bersangkutan (Wikipedia).
Kemiskinan adalah seseorang atau sekelompok orang yang
memiliki kondisi kesehatan sering kali buruk, banyak sekali diantara
mereka yang tidak bisa mebaca dan menulis, menganggur, dan prospek
untuk mencapai taraf hidupyang lebih baik sangat suram (Todaro dan
Smith, 2011).
Dari definisi di atas maka dapat disimpulkan bahwa kemiskinan
merupakan kondisi hidup seseorang yang merujuk pada keadaan
menikmati kehidupannya dalam hal kesehatan, pendidikan, pekerjaan,
pendapatan yang tinggi dan standar hidup yang layak.
b. Klasifikasi Kemiskinan
Menurut Todaro dan Smith (2011) kemiskinan dapat dibedakan
menurut sifatnya yang terdiri atas:
1) Kemiskinan Absolut
Konsep kemiskinan absolut adalah jumlah masyarakat yang hidup
dibawah tingkat penghasilan minimum yang diperlukan untuk
memenuhi kebutuhan pokok seperti makanan, pakaian dan tempat
tinggal.
2) Kemiskinan Relatif
Kemiskinan relatif adalah suatu kondisi kehidupan masyarakat,
meskipun tingkat pendapatan sudah mampu mencapai tingkat
kebutuhan dasar minimum tetapi masih tetap jauh lebih rendah
dibandingkan dengan keadaan masyarakat sekitarnya.
Selanjutnya menurut Arsyad (2004), terdapat dua macam
kemiskinan yang umumnya di gunakan yaitu kemiskinan absolut dan
kemiskinan relatif.
1) Kemiskinan Absolut
Pada dasarnya konsep kemiskinan dikaitkan dengan perkiraan
tingkat pendapatan dan kebutuhan. Perkiraan kebutuhan dibatasi
pada kebutuhan pokok atau kebutuhan dasar minimum untuk
memungkinkan seseorang untuk dapat hidup layak. Bila pendapatan
tidak mencapai kebutuhan minimum, maka orang dikatakan miskin.
12
tingkat pendapatan orang dan tingkat pendapatan yang di butuhkan
untuk menperoleh kebutuhan dasarnya. Tingkat pendapatan
minimum merupakan pembatasan antara keadaan miskin dan tidak
miskin atau sering di sebut sebagai garis batas kemiskinan, konsep
in di sebut dengan kemiskinan absolut. Konsep ini di maksudkan
tingkat pendapatan minimum yang cukup memenuhi kebutuhan fisik
terhadap, makanan, pakaian, dan perumahan untuk menjamin
kelangsungan hidup.
Kesulitan utama dalam konsep utama adalah menentukan
komposisi dan tingkat kebutuhan minimum karena hal yang tersebut
tidak hanya di pengaruhi oleh adat kebiasaan saja, tetapi juga oleh
iklim, tingkat kemajuan suatu negara, dan beberapa faktor lainnya.
Walaupun demikian, untuk dapat hidup layak, seseorang
menbutuhkan barang-barang dan jasa untuk memenuhi kebutuhan
fiskal sosialnya.
2) Kemiskinan Relatif
Tidak selalu orang yang sudah menpunyai tingkat pendapatan yang
dapat memenuhi kebutuhan dasar minimum tidak selalu berarti
“tidak miskin”. Ada ahli berpendapat bahwa walaupun pendapatan sudah mencapai tingkat kebutuhan dasar minimum, tetapi masih
jauh lebih renda dibandingkan dengn keadaan msyarakat di
sekitarnya, maka seseorang tersebut masih berada dalam keadaan
miskin.Ini terjadi karena kemiskinan lebih banyak di tentukan oleh
keadaan sekitarnya, dari pada lingkungan orang yang
Menurut Nugroho dan Dahuri (2004), kemiskinan merupakan kondisi
absolut dan relatif yang menyebabkan seseorang atau kelompok
masyarakat dalam suatu wilayah tidak mempunyai kemampuan untuk
mencukupi kebutuhan minimumnya sesuai dengan tata nilai atau norma
tertentu yang berlaku di dalam masyarakat karena sebab-sebab natural,
kultural, atau struktural. Dengan kata lain seseorang dikatakan miskin jika
tingkat pendapatannya tidak memungkinkan orang tersebut untuk
memenuhi tata nilai dalam masyarakat, sedangkan tata nilai itu sangat
dinamis.
c. Indikator Kemiskinan
Semua indikator kemiskinan dipertimbankan pada norma tertentu,
pilihan norma tersebut sangat penting terutama dalam hal pengukuran
kemiskinan yang di dasarkan pada konsumsi. Menurut Kuncoro (2006),
garis kemiskinan yang di dasarkan pada konsumsi, (consumption-based
poverty line) terdiri dari dua elemen, yaitu:
1) Pengeluaran yang diperluhkan untuk membeli standar gizi minimum
dan kebutuhan dasar lainnya. Biaya untuk mendapatkan kalori
minimum dan kebutuhan lainnya dihitung dengan melihat
harga-harga makanan yang menjadi menu golongan miskin,
2) Jumlah kebutuhan lainnya yang sangat bervariasi, yang
mencerminkan biaya partisipasi dalam kebutuhan masyarakat
sehari-hari. Biaya ini bersifat subjektif.
Sedangkan Badan Pusat Statistik (BPS) mengukur kemiskinan
dengan menggunakan konsep kemampuan memenuhi kebutuhan dasar
14
sebagai ketidakmampuan dari sisi ekonomi untuk memenuhi kebutuhan
dasar makanan dan bukan makanan diukur dari sisi pengeluaran. Jadi
penduduk miskin adalah penduduk yang memilki rata-rata pengeluaran
perkapita perbulan dibawah garis kemiskina.
d. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Kemiskinan
Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat kemiskinan di Indonesia,
yaitu :
1) Pertumbuhan Ekonomi
Pertumbuhan ekonomi berupa Produk Domestik Bruto (PDRB)
merupakan keseluruhan nilai barang dan jasa yang diproduksi oleh
suatu negara pada periode tertentu. Produk Domestik Bruto
berpengaruh negatif terhadap tingkat kemiskinan, semakian
meningkatnya PDB menunjukkan produktivitas yang meningkat
sehingga akan menyebabkan pendapatan masyarakat yang
meningkat, kebutuhan masyarakat bisa terpenuhi sehingga akan
mengurangi tingkat kemiskinan (Jundi, 2014 dalam Ningtyas, 2017).
2) Pengangguran
Pengangguran terjadi karena tingkat pertumbuhan lapangan kerja
yang relatif lambat dan tingkat pertumbuhan angkatan kerja yang
cepat. Tingginya tingkat pengangguran merupakan salah satu
cerminan kurang berhasilnya pembangunan dala suatu negara karena
terjadi ketidaseimbangan anatar jumlah tenaga kerja dengan luasnya
lapangan pekerjaan yang tersedia. Pengangguran berpengaruh positif
terhadap tingkat kemiskinan, semakin meningkat pengangguran maka
hidupnya dan akan meningkatkan tingkat kemiskinan (Jundi, 2014
dalam Ningtyas, 2017).
3) Belanja Pemerintah
Menurut William A. Mc Eachern (2000) (dalam Ningtyas, 2017),
kebijakan fiskal menggunakan belanja pemerintah, pembayaran
tranfer, pajak dan pinjaman untuk mempengaruhi variabel makro
ekonomi seperti tenaga kerja, tingkat harga, dan tingkat GDP. Belanja
pemerintah mempunyai pengaruh negatif dan signifikan terhadap
tingkat kemiskinan. Semakin besar pengeluaran pemerintah, maka
semakin turun tingkat kemiskinan. Dengan demikian, pemerintah perlu
meningkatkan pengeluarannya terutama pada alokasi belanja modal
ataupun pengembangan infrastruktur, sehingga tingkat kemiskinan
bisa berkurang.
4) Investasi
Peningkatan investasi dapat mengurangi pengangguran melalui
penciptaan lapangan kerja. Peningkatan investasi juga dapat
meningkatkan pendapatan masyarakat, akan mengurangi masyarakat
yang berada di garis kemiskinan. Dengan demikian, masyarakat yang
berada di garis kemiskinan dapat meningkatkan gizi, pendidikan bagi
anak-anak dan dapat menabung untuk masa depan (Adventuna, 2012
dalam Ningtyas, 2017).
Menurut Kuncoro (2006), faktor penyebab kemiskinan jika
dipandang dari sisi ekonomi adalah sebagai berikut:
1) Kemiskinan muncul karena adanya ketidaksamaan pola kepemilikan
16
timpang. Penduduk miskin memiliki sumber daya yang terbatas dan
kualitasnya rendah.
2) Kemiskinan muncul akibat perbedaan dalam kualitas sumber daya
manusia. Kulitas sumber daya manusia yang rendah berarti
produktifitasnya rendah, yang pada gilirannya upahnya rendah,
nasib yang kurang beruntung, adanya diskriminasi atau keturunan.
3) Kemiskinan muncul karena perbedaan akses dalam modal.
Ketiga penyebab kemiskinan bermuara pada teori lingkaran
kemiskinan. Yang dimaksud dengan lingkaran kemiskinan adalah suatu
rangkaian yang saling mempengaruhi satu sama lain secara sedemikian
rupa, sehingga menimbulkan suatu negara akan tetap miskin dan akan
banyak mengalami kesukaran untuk mencapai tingkat pembangunan
yang lebih baik. Adanya keterbelakangan, ketidaksempurnaan pasar, dan
kurangnya modal menyebabkan rendahnya produktifitas. Rendahnya
produktivitas mengakibatkan rendahnya pendapatan yang mereka terima.
Rendahnya pendapatan akan berimplikasi pada rendahnya tabungan dan
investasi, baik investasi manusia maupun investasi kapital. Rendahnya
investasi berakibat pada keterbelakangan dan seterusnya (Kuncoro,
2006).
e. Strategi Kebijakan dalam Mengurangi Tingkat Kemiskinan
Menurut Arsyad (2004), ada beberapa startegi atau kebijakan dalam
mengurangi kemiskinan yaitu sebagai berikut :
1) Pembangunan Pertanian
Sektor pertanian berperan penting dalam pembagunan ekonomi dari
pertanian yang telah memberikan kontribusi yang cukup besar bagi
pengurangan kemiskinan terutama diperdesaan. Kontribusi terbesar
bagi peningkatan pendapatan perdesaan dan pengurangan
kemiskinan perdesaan dihasilkan dari adanya revolusi teknologi
dalam pertanian padi, termasuk pembangunan irigasi. Kontribusi
lainnya adalah dari program pemerintah untuk meningkatkan
produksi tanaman keras. Misalnya petani (di luar jawa) dibantu
untuk menanam karet, kelapa, dan sawit. Dan akhirnya
pembangunan luar Jawa juga berperan mengurangi kemiskinan di
Jawa melalui pembangunan pertanian di daerah-daerah
transmigrasi.
2) Pembangunan Sumber Daya Manusia
Perbaikan akses terhadap konsumsi pelayanan sosial (pendidikan,
kesehatan, dan gizi) merupakan alat kebijakan penting dalam
strategi pemerintah seara keseluruhan untuk mengurangi
kemiskinan dan memperbaiki kesejahteraan penduduk Indonesia.
Perluasan ruang lingkup dan kualitas dai pelayanan-pelayanan
pokok tersebut membutuhkan investasi modal yang pada akhirnya
akan meningkatkan produktivitas golongan miskin tersebut. Pada
waktu yang sama, pelayanan-pelayanan tersebut secara langsung
memuaskan konsumsi pokok yang dibutuhkan yang merupakan
suatu sasaran kebijakan penting pula.
Pelayanan-pelayan pokok seperti air bersih, tempat pembuangan
sampah, perumahan dan lain-lainnya penting bagi golongan miskin.
18
pelayanan-pelayanan pokok tersebut, efektivitas dari setiap
pelayanan sosial, seperti pendidikan, dan kesehatan bisa
terganggu. Berdasarkan hal tersebut dibutuhkan
kebijakan-kebijakan pembangunan yang mengakomodasi penduduk yang
sedang meningkat terutama kelompok yang berpendapatan rendah,
seperti penyediaan air bersih, pengelolaan pembuangan sampah,
program perbaikan kampung, dan penyediaan perumahan yang
murah bagi kelompok miskin.
3) Peranan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM)
LSM bisa memainkan peran yang lebih besar di dalam perancangan
dan implementasi program pengurangan kemiskinan. Karena
flesibilitas dan pengetahuan mereka tentang komunitas yang dibina,
LSM ini untuk beberapa hal bisa menjangkau golongan miskin
tersebut secara lebih efektif ketimbang program-program
pemerintah. Keterlibatan LSM ini dapat meringankan biaya finansial
dan staf dalam pengimplementasikan program padat karya untuk
meguarangi kemiskinan.
2. Pertumbuhan Ekonomi
a. Pengertian Pertumbuhan Ekonomi
Pertumbuhan ekonomi menunjukkan sejauh mana aktivitas
perekomian akan menghasilkan tambahan pendapatan masyarakat pada
suatu periode tertentu. Karena pada dasarnya aktivitas perekonomian
adalah suatu proses penggunaan faktor-faktor produksi untuk
menghasilkan output, maka proses ini pada gilirannya akan menghasilkan
masyarakat. Dengan adanya pertumbuhan ekonomi maka diharapkan
pendapatan masyarakat sebagai pemilik faktor produksi juga akan
meningkat (Sukirno, 2008).
Menurut Kuznets (dalam Jhingan, 2008), pertumbuhan ekonomi
adalah kenaikan jangka panjang dalam kemampuan suatu negara untuk
menyediakan semakin banyak jenis barang-barang ekonomi kepada
penduduknya; kemampuan ini tumbuh sesuai dengan kemajuan
teknologi, dan penyesuaian kelembagaan dan ideologis yang
diperlukannya.
Selanjutnya Ma’aruf dan Wihastuti (2008),menyatakan bahwa, pertumbuhan ekonomi merupakan upaya peningkatan kapasitas produksi
untuk mencapai penambahan output, yang diukur menggunakan Produk
Domestik Bruto (PDB) maupun Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)
dalam suatu wilayah.
Menurut Prasetyo (2009), secara sederhana pertumbuhan ekonomi
dapat diartikan pertambahan output atau pertambahan pendapatan
nasional agregat dalam kurun waktu tertentu, misalkan satu tahun.
Perekonomian suatu negara dikatakan mengalami pertumbuhan jika
balas jasa riil terhadap penggunaan faktor-faktor produksi pada tahun
tertentu lebih besar daripada tahun sebelumnya. Dengan demikian,
pengertian pertumbuhan ekonomi dapat diartikan sebagai kenaikan
kapasitas produksi barang dan jasa secara fisik dalam kurun waktu
tertentu.
Selanjutnya menurut Boediono (2009), pertumbuhan ekonomi juga
20
dua sisi yang perlu diperhatikan yaitu output total dan jumlah penduduk,
sebab hanya apabila kedua aspek tersebut dijelaskan, maka
perkembangan output perkapita bisa dijelaskan. Selanjutnya aspek yang
ketiga adalah pertumbuhan ekonomi perspektif waktu jangka panjang,
yaitu apabila selama jangka waktu yang cukup panjang tersebut output
perkapita menunjukkan kecenderungan yang jelas untuk menaik
Menurut Sukirno (2013), pertumbuhan ekonomi merupakan alat
untuk menerangkan atau mengukur prestasi dari perkembangan suatu
ekonomi. Dalam kegiatan perekonomian yang sebenarnya pertumbuhan
ekonomi berarti perkembangan fisikal produksi barang dan jasa yang
berlaku di suatu negara, seperti pertambahan produksi sektor jasa dan
pertambahan produksi barang modal. Tetapi dengan menggunakan
berbagai jenis data produksi akan tidak tampak jelas memberikan
gambaran tentang pertumbuhan ekonomi yang dicapai. Oleh sebab itu
untuk memberikan suatu gambaran kasar mengenai pertumbuhan
ekonomi yang dicapai suatu negara, ukuran yang selalu digunakan
adalah tingkat pertumbuhan pendapatan nasional riil yang dicapai.
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa pertumbuhan
ekonomi adalah proses dimana terjadi kenaikan produk nasional bruto riil
atau pendapatan nasional riil. Jadi perekonomian dikatakan tumbuh atau
berkembang bila terjadi pertumbuhan output riil.
b. Indikator Pertumbuhan Ekonomi Wilayah (Regional)
Adapun indikator yang dapat dijadikan sebagai tolak ukur untuk
melihat pertumbuhan ekonomi suatu wilayah menurut Adisasmita (2014:
1) Ketidakseimbangan Pendapatan
Dalam keadaan yang ideal, di mana pendapatan dengan mutlak
didistribusikan secara adil, 80% populasi terbawah akan menerima
80% dari total pendapatan, sedangkan 20% populasi teratas
menerima 20% total pendapatan. Menurut Perserikatan
Bangsa-Bangsa (PBB), susunan pengelompokan penduduk dibagi tiga, yaitu
40% populasi terendah, 40% populasi sedang, dan 20% populasi
teratas. Indikator ketidakseimbangan pendapatan dapat diterapkan
untuk menilai keberhasilan pembangunan ekonomi di suatu wilayah.
2) Perubahan Struktur Perekonomian
Dalam masyarakat yang maju, pembangunan ekonomi yang
dilaksanakan akan mengakibatkan perubahan struktur
perekonomian, dimana terjadi kecendrungan bahwa kontribusi
(peran) sektor petanian terhadap nilai PDRB akan menurun,
sedangkan kontribusi sektor industry akan meningkat. Sektor
industri memiliki peranan sangat penting dalam pembangunan
nasional dan regional, sektor industri dapat menyediakan lapangan
kerja yang luas, memberikan peningkatan pendapatan kepada
masyarakat, menghasilkan devisa yang dihasilkan dari exspor. Oleh
karena itu, perekonomian suatu wilayah harus di orientasikan selain
sektor pertanian, tetapi harus pula diorientasikan kepada sektor
industri.
3) Pertumbuhan Kesempatan Kerja
Masalah ketenagakerjaan dan kesempatan kerja merupakan salah
22
pembangunan di Indonesia. Penduduk Indonesia yang berjumlah
lebih dari 240 jiwa, tingkat pengangguran cukup tinggi dan
cenderung bertambah luas akibat krisis finansial Negara-negara di
dunia. Untuk mengatasi krisis ekonomi yang sangat luas tersebut,
diperlukan peranan pemerintah. Salah satu langkah strategis yang
ditempuh adalah pembangunan prasarana (misalnya jalan).
Pembangunan jalan yang menjangkau ke seluruh kantong-kantong
produksi, akan mendorong peningkatan produksi berbagai
komoditas sektor pertanian dalam arti luas (meliputi tanaman
pangan, perkebunan, perikanan, peternakan, dan kehutanan) serta
barang-barang hasil industri. Pembangunan prasarana dan sarana
transportasi akan menunjang berkambangnya berbagai kegiatan di
sektor-sektor lainnya (pertanian, perdagangan, industri, pariwisata
dan lainnya).
4) Tingkat dan Penyebaran Kemudahan
Dalam hal ini “kemudahan” diartikan sebagai kemudahan bagi
masyarakat dalam memenuhi kebutuhannya, baik pemenuhan
kebutuhan hidup sehari-hari (seperti sandang, pangan, papan,
memperoleh pelayanan pendidikan dan kesehatan, kesempatan
melakukan ibadah, rekreasi dan sebagainya), maupun pemenuhan
kebutuhan untuk dapat melakukan kegiatan usaha misalnya
mendapatkan bahan baku, bahan penolong, suku cadang, listrik, air
bersih, dan jasa-jasa seperti jasa angkutan, pemasaran, perbankan
5) Produk Domestik Regional Bruto
Salah satu konsep yang sangat penting dalam pembangunan
ekonomi regional (wilayah) adalah konsep Produk Domestik
Regional Bruto (PDRB). PDRB merupakan ukuran prestasi
(keberhasilan) ekonomi dari seluruh kegiatan ekonomi.
Salah satu indikator untuk melihat pertumbuhan ekonomi di suatu
wilayah adalah dengan menggunakan data Produk Domestik Regional
Bruto (PDRB). Menurut definisi, PDRB adalah jumlah seluruh nilai barang
dan jasa akhir yang dihasilkan oleh seluruh unit ekonomi di suatu wilayah
(regional) tertentu dalam waktu tertentu tanpa melihat faktor kepemilikan.
Pertumbuhan ekonomi suatu wilayah diperoleh dari kenaikan PDRB atas
dasar harga konstan yang mencerminkan kenaikan produksi barang dan
jasa dari tahun ke tahun.
c. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi
Menurut Jhingan (2008), pertumbuhan ekonomi di pengaruhi oleh
dua macam faktor, yakni faktor ekonomi dan faktor non ekonomi.
1) Faktor Ekonomi, terdiri dari :
a) Sumber Daya Alam (SDA)
Faktor utama yang mempengaruhi perkembangan suatu
perekonomian adalah sumberdaya alam atau tanah. Di negara
berkembang sumber alam sering terbengkalai dan tidak diolah
sama sekali karena kekurangan teknologi dan sumber daya
manusianya.
24
Modal berarti persediaan faktor produksi yang secara fisik dapat
di reproduksi. Apabila stok modal naik dalam batas waktu
tertentu, ini disebut akumulasi atau pembentukan modal.
Pembentukan modal adalah masyarakat tidak melakukan secara
keseluruhan kegiatannya saat ini sekedar untuk memenuhi
kebutuhan dan keinginan konsumsi yang mendesak, tapi
mengarah kepada pembuatan barang-barang modal.
2) Faktor non Ekonomi, terdiri dari:
a) Faktor Sosial (Sarana & Prasarana)
Faktor sosial dan budaya ikut mempengaruhi pertumbuhan
ekonomi, di negara terbelakang ada tradisi sosial dan budaya
yang tidak menunjang perkembangan ekonomi. Oleh sebab itu,
bagi pembangunan harus ada masyarakat yang bebas dengan
kelas menengah yang kuat yang mampu meningkatkan
pendapatan melalui perdagangan dan perniagaan. Kedua faktor
inilah yang menghasilkan pertumbuhan ekonomi modern di
negara maju.
b) Faktor Manusia (Pendidikan)
Sumber daya manusia merupakan faktor penting dalam
pertumbuhan ekonomi. Peningkatan GNP perkapita berkaitan
erat dengan pengembangan sumberdaya manusia yang dapat
menciptakan efisiensi dan peningkatan produktifitas di kalangan
buruh. Dalam perekonomian modern spesialisasi fungsi tenaga
memanfaatkan perbedaan-perbedaan yang khas dalam
keterampilan dan sumber daya dengan sebaik-baiknya.
c) Faktor Politik dan Administratif (Keamanan)
Faktor politik dan administratif juga membantu pertumbuhan
ekonomi modern. Struktur politik dan administrasi yang lemah
merupakan penghambat besar bagi pertumbuhan ekonomi.
Menurut Sukirno (2008) faktor-faktor yang mempengaruhi
pertumbuhan ekonomi adalah :
1) Tanah dan kekayaan alam.
2) Jumlah dan mutu dari penduduk dan tenaga kerja.
3) Barang-barang modal dan tingkat teknologi.
4) Sistem sosial dan sikap masyarakat.
d. Peran Pemerintah dalam Pertumbuhan Ekonomi
Saat ini tidak ada suatu teori pun yang mampu untuk menjelaskan
tentang pembangunan ekonomi daerah secara komprehensif. Namun,
ada beberapa teori yang secara parsial yang dapat membantu memahami
arti penting pembangunan ekonomi daerah.
Pembangunan ekonomi daerah suatu proses saat pemerintah
daerah dan masyarakat mengelola sumber daya-sumber daya yang ada
dan membentuk suatu pola kemitraan antara pemerintah daerah dengan
sektor swasta untuk menciptakan suatu lapangan kerja baru dan
merangsang perkembangan kegiatan ekonomi (pertumbuhan ekonomi)
dalam wilayah tersebut. (Arsyad, 2004).
Masalah pokok dalam pembangunan daerah berada pada
26
berdasarkan pada kekhasan daerah yang bersangkutan (endogenous
development) dengan menggunakan potensi sumber daya manusia, kelembagaan, dan sumber daya fisik secara lokal (daerah). Sehingga kita
perlu melakukan pengambilan inisiatif-inisiatif yang berasal dari daerah
tersebut dalam proses pembangunan untuk menciptakan kesempatan
kerja baru dan merangsang kegiatan ekonomi.
3. Ketimpangan Distribusi Pendapatan
a. Pengertian Ketimpangan Distribusi Pendapatan
Ketimpangan distribusi pendapatan adalah salah satu ciri dari
adanya ketimpangan pembangunan. Dengan kata lain, perbedaan tingkat
pertumbuhan ekonomi antara suatu daerah dengan daerah lain tersebut
disebabkan oleh ketidakmerataannya hasil pembangunan. Ketika
timbulnya disparitas pembangunan akan timbul ketimpangan distribusi
pendapatan.
Menurut Hariadi dkk (2008), Ketimpangan distribusi pendapatan
dapat terjadi antar individu, antar sektor maupun antar daerah.
Ketimpangan distribusi pendapatan di setiap daerah disebabkan oleh:
perbedaan komposisi jumlah penduduk, sumber daya yang ada dan
karakteristik setiap daerah. Ketimpangan tidak bisa dibiarkan tinggi
karena dapat berdampak buruk terhadap kestabilan ekonomi dan politik.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa ketimpangan
pendapatan adalah perbedaan jumlah pendapatan yang diterima
masyarakat atau daerah sehingga mengakibatkan perbedaan pendapatan
perbedaan itu maka akan terlihat kesenjangan yaitu yang kaya akan
semakin kaya dan sebaliknya yang miskin akan semakin terpuruk.
b. Pengukuran Ketimpangan Distribusi Pendapatan
Para ekonom pada umumnya membedakan dua ukuran pokok
distribusi pendapatan, yang keduanya digunakan untuk tujuan analistis
dan kuantitatif. Distribusi pendapatan perseorangan atau distribusi ukuran
pendapatan dan distribusi pendapatan fungsional atau pangsa distribusi
pendapatan per faktor produksi (Tondaro dan Smith, 2011).
Ada beberapa cara yang dijadikan sebagai indikator untuk
mengukur kemerataan distribusi pendapatan menurut Tondaro dan Smith
(2011) diantaranya yaitu:
1) Distribusi Ukuran
Distribusi pendapatan perseorangan (personal distribution of
income) atau distribusi ukuran pendapatan (size distribution of income) ini merupakan ukuran yang paling sering digunakan oleh para ekonom. Ukuran ini secara langsung menghitung jumlah
penghasilan yang diterima oleh setiap individu atau rumah tangga
2) Distribusi Fungsional
Ukuran distribusi pendapatan kedua yang lazim digunakan oleh
kalangan ekonom adalah distribusi pendapatan fungsional atau
pangsa distribusi pendapatan per faktor produksi (functional or
factor share distribution of income). Ukuran ini berfokus pada bagian dari pendapatan nasional total yang diterima oleh masing-masing
faktor produksi (tanah, tenaga kerja, dan modal). Teori distribusi
28
persentase penghasilan tenaga kerja secara keseluruhan, bukan
sebagai unit-unit usaha atau faktor produksi yang terpisah secara
individual, dan membandingkannya dengan persentase pendapatan
total yang dibagikan dalam bentuk sewa, bunga, dan laba
(masing-masing merupakan perolehan dari tanah, modal, uang, dan modal
fisik).
3) Kurva Lorenz
Metode lainnya yang lazim dipakai untuk menganalisis statistik
pendapatan perorangan adalah dengan menggunakan kurva Lorenz
(Lorenz curve).
Gambar 2.1 Kurva Lorenz
Sumber: (https://www.google.com/search?q=gambar+Lorenz+curve)
Kurva Lorenz di atas, memperlihatkan hubungan kuantitatif aktual
antara persentase penerimaan pendapatan dengan persentase
pendapatan total yang benar-benar mereka terima selamanya,
misalnya satu tahun. Semakin jauh jarak kurva Lorenz dari garis
diagonal (yang merupakan garis pemerataan sempurna), maka
semakin timpang atau tidak merata distribusi pendapatannya. Kasus
seorang saja yang menerima seluruh pendapatan nasional,
sementara orang-orang lainnya sama sekali tidak menerima
pendapatan) akan diperlihatkan oleh kurva Lorenz yang berhimpit
dengan sumbu horizontal sebelah bawah dan sumbu vertikal
disebelah kanan.
4) Koefisien Gini
Koefisien gini adalah ukuran ketimpangan agregat yang angkanya
berkisar antara nol (pemerataan sempurna) hingga satu
(ketimpangan sempurna). Pada prakteknya, koefisien gini untuk
negara-negara yang derajat ketimpangannya tinggi berkisar antara
0,50 hingga 0,70 sedangkan untuk negara-negara yang distribusi
pendapatannya relatif merata berkisar antara 0,20 hingga 0,35.
Gambar 2.2 Koefisien Gini
Sumber: (https://www.google.com/search?q=gambar+Koefisien+Gini)
Pada gambar di atas, rasio daerah A yang diaksir dibagi dengan
luas segi tiga BCD. Todaro dan Smith (2011).
Rumus Indeks Gini atau koefisien Gini diformulasikan dalam rumus
30
∑
Keterangan:
GR : Koefisien Gini
Fpi : Frekuensi penduduk dalam kelas pengeluaran ke-i
Fci : Frekuensi kumulatif dari total pengeluaran dalam kelas pengeluaran ke-i
Fci-1 : Frekuensi kumulatif dari total pengeluaran dalam kelas pengeluaran ke i-1
5) Kriteria Bank Dunia
Kriteria ke tidak merataan versi Bank Dunia didasarkan atas porsi
pendapatan nasional yang dinikmati oleh tiga lapisan penduduk,
yakni 40% penduduk berpendapatan rendah, 40% penduduk
berpendapatan menengah, serta 20% penduduk berpendapatan
tinggi. Ketimpangan atau ketidakmerataan distribusi pendapatan
dinyatakan parah apabila 40% penduduk berpendapatan rendah
menikmati kurang dari 12% pendapatan nasional. Ketidakmerataan
dianggap sedang atau moderat apabila 40% penduduk miskin
menikmati antara 12-17% pendapatan nasional. Sedangkan jika
40% penduduk yang berpendapatan rendah menikmati lebih dari
17% pendapatan nasional, maka ketimpangan atau kesenjangan
dikatakan lunak dan distribusi pendapatan nasional dianggap cukup
merata (Kartika, 2014).
c. Faktor Yang Mempengaruhi Ketimpangan Pendapatan Antar Wilayah
Ketimpangan pendapatan antar daerah disebabkan oleh
beragamnya faktor yang mempengaruhi. Menurut Sjafrizal (2012),
1) Perbedaan Kandungan Sumber Daya Alam
Perbedaan kandungan sumber daya alam akan mempengaruhi
kegiatan produksi pada daerah bersangutan. Daerah dengan
kandungan sumber daya alam cukup tinggi akan dapta
memproduksi barang-barang tertentu dengan baiaya relatif murah
dibandingkan dengan daerah lain yang mempunyai kandungan
sumberdaya alam rendah. Kondisi ini mendorong pertumbuhan
ekonomi daerah bersangkutan menjadi lebih cepat dan begitu pula
sebaliknya.
2) Perbedaan Kondisi Demografis
Perbedaan kondisi demografis meliputi perbedaan tingkat
pertumbuhan dan struktur kependudukan, perbedaan tingkat
pendidikan dan kesehatan, perbedaan kondisi ketenagakerjaan dan
perbedaan dalam tingkahlaku dan kebiasaan etos kerja yang dimiliki
masyarakat daerah bersangkutan. Daerah dengan kondisi
demografis yang baik akan cenderung mempunyai produktivitas
kerja yang lebih tinggi sehingga hal ini akan mendorong
peningkatan investasi yang selanjutnya akan meningkatkan
penyediaan lapangan pekerjaan dan pertumbuhan ekonomi daerah.
3) Kurang Lancarnya Mobilitas Barang dan Jasa
Mobilitas barang dan jasa meliputi kegiatan perdagangan antar
daerah dan migrasi baik yang disponsori pemerintah atau migrasi
spontan. Dengan adanya mobilitas kurang lancar maka kelebihan
produksi suatu daerah tidak dapat dijual kedaerah lain yang
32
akan cenderung tinggim sehingga daerah terbelakang sulit
mendorong proses pembangunannya.
4) Kosentrasi Kegiatan Ekonomi Wilayah
Pertumbuhan ekonomi akan cenderung lebih cepat pada suatu
daerha dimana kosentrasi kegiatan ekonominya cukup besar.
Kondisi inilah yang selanjutnya akan mendorong proses
pembangunan daerah melalui peningkatan penyediaan lapangan
kerja dan tingkat pendapatan masyarakat.
5) Alokasi Dana Pembangunan Antar Wilayah
Investasi merupakan salah satu unsur yang sangat menentukan
pertumbuhan ekonomi daerah dengan alokasi investasi yang lebih
besar baik dari pemerintah maupun swasta, akan cenderung
mempunyai tingkat pertumbuhan ekonomi yang lebih cepat.
4. Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi Terhadap Tingkat Kemiskinan
Pertumbuhan ekonomi tanpa dibarengi dengan penambahan
kesempatan kerja akan mengakibatkan ketimpangan dalam pembagian dari
penambahan pendapatan tersebut (ceteris paribus), yang selanjutnya akan
menciptakan suatu kondisi pertumbuhan ekonomi dengan peningkatan
kemiskinan (Tambunan dalam Purnama, 2016).
Pertumbuhan dan kemiskinan mempunyai korelasi yang sangat kuat,
karena pada tahap awal proses pembangunan tingkat kemiskinan
cenderung meningkat dan pada saat mendekati tahap akhir pembangunan
5. Pengaruh Ketimpangan Distribusi Pendapatan Terhadap Tingkat Kemiskinan
Penghapusan kemiskinan dan berkembangnya ketidak merataan
distribusi pendapatan merupakan salah satu inti masalah pembangunan,
terutama di negara sedang berkembang. Melalui pembahasan yang
mendalam mengenai masalah ketidakmerataan dan kemiskinan dapat
dijadikan dasar untuk menganalisis masalah pembangunan yang lebih
khusus seperti pertumbuhan penduduk, pengangguran, pembangunan
pedesaan, pendidikan, dan sebagainya. Cara yang sangat sederhana untuk
mendekati masalah distribursi pendapatan dan kemiskinan adalah dengan
menggunakan kerangka kemungkinan produksi (Putra, 2011).
Menurut Todaro (2000) (dalam Putra, 2011), Pengaruh antara
ketimpangan distribusi pendapatan terhadap kemiskinan dipengaruhi oleh
adanya peningkatan jumlah penduduk. Pertambahan penduduk cenderung
berdampak negatif terhadap penduduk miskin, terutama bagi mereka yang
sangat miskin. Sebagian besar keluarga miskin memiliki jumlah anggota
keluarga yang banyak sehingga kondisi perekonomian mereka yang berada
di garis kemiskinan semakin memburuk seiring dengan memburuknya
ketimpangan pendapatan atau kesejahteraan.
B. Tinjauan Emperis
Sebelum penulis melakukan penelitian, penulis mempelajari dan
membaca penelitian terdahulu yang dilakukan oleh peneliti terdahulu, untuk
menjaga keaslian penelitian, maka dapat dibandingkan dengan
penelitian-penelitian terdahulu yang berkaitan dengan variabel penelitian-penelitian ini, yaitu sebagai
34
Tabel 2.1
Ringkasan Penelitian Terdahulu
No. Nama
Peneliti/Tahun Judul Penelitian Hasil Penelitian
1. Oktatina Purnamasari (2017) Analisis Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi dan Ketimpangan Pendapatan Trhadap Kemiskinan di Provinsi Jawa Timur tahun 2010-2014
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada periode 2010-2014 pertumbuhan ekonomi
dan ketimpangan
pendapatan secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap kemiskinan di Provinsi Jawa Timur. Nilai koefesiensi determinasi yang diperoleh adalah sebesar 95,006%. Artinya variabel pertumbuhan ekonomi dan ketimpangan pendapatan mampu menjelaskan variabel
kemiskinan sebesar
95,006%. Sedangkan
sisanya 4,004% dijelaskan oleh variabel lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini.
2. Linggar Dewangga Putra (2011) Analisis Pengaruh Ketimpangan Distribusi Pendapatan Terhadap Jumlah Penduduk Miskin di Provinsi Jawa Tengah Periode 2000-2007
Hasil penelitian menunjukkan bahwa jumlah penduduk miskin di Provinsi Jawa Tengah dipengaruhi secara signifikan oleh tingkat ketimpangan distribusi pendapatan yang diukur
menggunakan Indeks
Williamson (dengan nilai 1,834) dan Indeks Gini (dengan nilai 0,477). Maka dapat disimpulkan bahwa Indeks Williamson lebih berpengaruh dibandingkan Indeks Gini. 3. Dedy Tulus Wicaksono (2018) Analisis Ketimpangan Distribusi Pendapatan Kabupaten/Kota Di Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2011-2015
Hasil penelitian menunjukkan
bahwa variabel PDRB
perkapita hasilnya positif dan signifikan berpengaruh
terhadap ketimpangan
distribusi pendapatan di Provinsi Sulawesi Selatan.
Sedangkan pengeluaran
pemerintah hasilnya negatif dan signifikan berpengaruh
distribusi pendapatan di Provinsi Sulawesi Selatan.
Namun untuk variabel
Jumlah penduduk miskin hasilnya tidak signifikan
tehadap ketimpangan
distribusi pendaptan Provinsi Sulawesi Selatan. 4. Nadia Ika Purnama (2016) Analisis Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi Terhadap Tingkat Kemiskinan di Sumatera Utara
Hasil penelitian menunjukkan
bahwa Pertumbuhan
ekonomi mempunyai
pengaruh signifikan terhadap tingkat kemiskinan di propinsi Sumatera Utara. Hal ini dibuktikan dengan nilai R2 sebesar 0.821774. Artinya 82,1774% variasi tingkat kemiskinan di Sumatera Utara dapat dijelaskan oleh variasi independennya yaitu
tingkat pertumbuhan
ekonnomi, sedangkan
sisanya sebesar 17,8226% dijelaskan oleh variabel lain diluar model ini. Sedangkan hasil uji T diperoleh bahwa nilai probabilitas (sig) adalah 0,0000 (sig 0,0000 < α 0,05). 5. Maya Kartika Faktor-Faktor yang Memengaruhi Ketimpangan Distribusi Pendapatan di Sulawesi Selatan Periode 2003-2012
Hasil penelitian menunjukkan bahwa jumlah populasi penduduk yang berusia produktif baik yang sudah bekerja maupun yang belum bekerja di Sulawesi Selatan berpengaruh positif dan
signifikan terhadap
ketimpangan distribusi pendapatan di Sulawesi Selatan periode 2003-2012. Upah Minimum Regional (UMR) berpengaruh negatif tetapi tidak signifikan
terhadap ketimpangan
distribusi pendapatan di Sulawesi Selatan periode
2003-2012. Sedangkan
Kontribusi Sektor Industri berpengaruh negative dan
36 signifikan terhadap ketimpangan distribusi pendapatan di Sulawesi Selatan periode 2003-2012. 6 Sari, Anwar, Darussamin (2016) Factor PDRB Tingkat Pendidikan Dan Tingkat Pengangguran Terhadap Tingkat Kemiskinan Di Provinsi Sumatera Selatan Periode 2004-2013
Hasil dari penelitian tersebut
menunjukkan bahwa
pertumbuhan PDRB variabel,
pendidikan dan
pengangguran berpengaruh secara simultan terhadap tingkat kemiskinan di sumatera selatan. Sebagian
PDRB dan pendidikan
berdampak negative
terhadap kemiskinan dan pengangguran berpengaruh positif terhadap kemiskinan yang ada di sumatera selatan pada periode 2004-2013.
C. Kerangka Pikir
Berdasarkan tinjauan pustaka serta penelitian-penelitian terdahulu maka
kerangka pemikiran teoritis dalam penelitian ini adalah bagaimana pengaruh
antara pertumbuhan ekonomi dan ketimpangan distribusi pendapatan terhadap
tingkat kemiskinan di Kabupaten Sinjai. Setinggi apapun tingkat pendapatan
dalam suatu daerah jika tidak diimbangi pemerataan distribusi pendapatan, maka
tingkat kemiskinan akan terus meningkat. Akan tetapi jika pemerataan
pendapatan sudah sangat baik sedangkan tingkat pendapatan tidak mengalami
peningkatan yang berarti maka kemiskinan juga akan meluas.
Menurut Kuncoro (2006), faktor penyebab kemiskinan jika dipandang dari
sisi ekonomi adalah: 1) Kemiskinan muncul karena adanya ketidaksamaan pola
kepemilikan sumber daya yang menimbulkan distribusi pendapatan yang
timpang. 2) Kemiskinan muncul akibat perbedaan dalam kualitas sumber daya
Secara sederhana kerangka pemikiran dalam penelitian ini dapat
digambarkan sebagai berikut:
Keterangan :
: Pengaruh Secara Parsial
Gambar 2.3 Kerangka Pikir Penelitian
D. Hipotesis
Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah
penelitian, dimana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk
kalimat pernyataan. Dikatakan sementara, karena jawaban yang diberikan baru
didasarkan pada teori yang relevan, belum didasarkan pada fakta-fakta emperis
yang diperoleh melalui pengumpulan data (Sugiono, 2011).
Berdasarkan tinjauan teoritis dan kerangka pikir yang dikemukakan di
atas, maka hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
Ha : Diduga pertumbuhan ekonomi berpengaruh signifikan terhadap tingkat
kemiskinan di Kabupaten Sinjai.
H0 : Diduga ketimpangan distribusi pendapatan tidak berpengaruh signifikan
terhadap tingkat kemiskinan di Kabupaten Sinjai. Ketimpangan Distribusi pendapatan (X2) Pertumbuhan Ekonomi (X1) Tingkat Kemiskinan (Y)
38 BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
metode penelitian kuantitatif. Menurut Sugiono (2011), metode
penelitian kuantitatif merupakan sebuah metode penelitian yang
berlandaskan pada filsafat positivisme, digunakan untuk meneliti pada
populasi atau sampel tertentu. Selanjutnya analisis data dalam
penelitian kuantitatif menggunakan analisis statistik yang bertujuan
untuk menguji hipotesis yang telah dirumuskan sebelumnya.
B. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Sinjai dengan
memfokuskan pada kantor Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten
Sinjai. Sedangkan waktu penelitian ini akan dilakukan selama dua
bulan, yaitu bulan Juni sampai dengan Agustus 2019.
C. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel
Menurut Sugiono (2011), variabel penelitian adalah “suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, objek atau kegiatan yang
mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk
dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan.”
Variabel penelitian ini terdiri dari tiga variabel, yaitu dua
variabel bebas (independen) dan satu variabel terikat (dependen).
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah pertumbuhan ekonomi (X1)
terikat (dependen) adalah tingkat kemiskinan (Y). Berikut akan
dijelaskan definisi operasional masing-masing variabel dalam
penelitian ini :
1. Tingkat Kemiskinan (Y) adalah jumlah penduduk dibawah garis
kemiskinan terhadap jumlah total penduduk di Kabupaten Sinjai.
Variabel kemiskinan yang disajikan adalah persentase penduduk
miskin di Kabupaten Sinjai (data dalam satuan persen).
2. Pertumbuhan Ekonomi (X1) adalah tingkat pertumbuhan ekonomi
dinyatakan sebagai perubahan PDRB atas dasar harga konstan.
Variabel pertumbuhan ekonomi dalam penelitian ini dihitung
berdasarkan pertumbuhan PDB atas harga konstan di Kabupaten
Sinjai (data dalam satuan persen)
3. Ketimpangan Distribusi Pendapatan (X2) adalah ketidakmerataan
pendapatan di Kabupaten Sinjai. Variabel ketimpangan distribusi
pendapatan diukur dengan indeks gini atau ratio gini di Kabupaten
Sinjai.
D. Populasi dan Sampel 1. Populasi
Menurut Sugiono (2011), populasi adalah wilayah generalisasi
yang terdiri atas objek/subjek yang mempunyai kualitas dan
karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan
kemudian ditarik kesimpulannya.
Adapun populasi dalam penelitian ini adalah data mengenai