“Kemudharatan harus dihilangkan”
Kaidah tersebut sering diungkapkan dengan apa yang tersebut dalam hadits:
“Tidak boleh memudharatkan dan tidak boleh dimudharatkan” (HR. Hakim dan lainnya dari Abu Sa’idal-Khudri, HR. Ibnu Majah dari Ibnu Abbas) Perkataan dharar dan dhirar ini di kalangan ulama berbeda pendapat di antaranya:
1. al-Husaini mengartikan al-dharar dengan “bagimu ada manfaat tapi bagi tetanggamu ada mudharat”. Sedangkan al-dhirar diartikan dengan, “bagimu tidak ada manfaatnya dan bagi orang lain (tetangga) memudaratkan”.
2. Ulama lain mengartikan dharar dengan membuat kemudharatan dan al-dhirar diartikan membawa kemudharatan di luar syariah.7
Selain itu, dapat diperhatikan dalam segala kondisi, bahwa penetapan kaidah ini pada sejumlah kasus selalu memperhatikan kaidah-kaidah sebagai berikut:
(Menolak kerusakan lebih diutamakan daripada menarik kemaslahatan)8
Menurut DSN-MUI yang merupakan hasil dari wawancara pribadi menyatakan bahwa suatu perbuatan dilihat dari kaidah fiqihnya. Termasuk tentang bermuamalah. Apabila transaksi tersebut lebih banyak mendatangkan mudharatnya daripada manfaatnya, maka lebih utama menghilangkan kemudharatan tersebut daripada menarik manfaatnya. Seperti dalam transaksi bitcoin ini yang lebih besar risikonya terhadap penipuan dan tidak ada lembaga yang bertanggung jawab atas transaksi ini.
Sedangkan dari sisi akad sharf adalah suatu pertukaran dua jenis barang berharga atau jual beli uang dengan uang atau disebut juga valas. Atau
7
Hasbi al-Shiddiqie, “Sejarah dan Kaidah Asasi”, dalam A. Dzajuli, Kaidah-Kaidah Fiqih: Kaidah-Kaidah Hukum Islam Dalam Menyelesaikan Masalah-Masalah yang Praktis(Jakarta: Prenada Media, 2006), h. 68-69
8
Nashr Farid Muhammad Washil dan Abdul Aziz Muhammad Azzam,Qawa’id Fiqhiyyah, Penerjemah Wahyu Setiawan (Jakarta: Amzah, 2009), h. 21
pertukaran antara mata uang suatu negara dengan mata uang negara lainnya.9 Adapun dasar hukum tentang kebolehan transaksi ini adalah:10
.
)
(
Artinya: “(Juallah) emas dengan emas, perak dengan perak gandum dengan gandum, syair dengan syair, kurma dengan kurma, dan garam dengan garam (dan syarat harus) sama dan sejenis serta secara tunai. Jika sejenisnya berbeda, juallah sekehendakmu jika dilakukan secara tunai.” (HR. Muslim dan Ahmad)11
Hadits di atas menunjukkan kebolehan dalam melakukan transaksi pertukaran mata uang (sharf). Akan tetapi, bila dilihat dari jenis yang dipertukarkan adalah sesuatu yang berwujud, yang bisa direpresentasikan. Sedangkan dalam pertukaran uang digital itu sangat bersifat kontemporer, belum ada fatwa yang membahas mengenai uang yang bersifat digital/virtual, khususnya di Indonesia.
Apabila dilihat kembali dari definisi awal mengenai uang pada umumnya adalah segala sesuatu yang dapat diterima masyarakat secara umum, dan
9
Nurul Huda dan Muhammad heykal, “Lembaga Keuangan Syariah”, dalam Mardani, Fiqih Ekonomi Syariah: Fiqih Muamalah(Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2012), h. 318
10
Isnawati Rais dan Hasanudin,Fiqih Muamalah dan Aplikasinya pada Lembaga Keuangan Syariah, Cet. I (Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatullah, 2011), h. 102
11
Muhammad Nashiruddin Al Albani,Mukhtashar Shahih Muslim, Penerjemah KMCP dan Imron Rosadi (Jakarta: Pustaka Azzam, 2003), h. 666
dipercaya sebagai alat pembayaran yang sah untuk keperluan transaksi, sebagai satuan hitung, dan sebagai alat penyimpanan nilai.12 Sedangkan dalam Islam, uang hanyalah sebagai alat tukar, bukan komoditas atau barang dagangan. Oleh karena itu, motif permintaan akan uang adalah untuk memenuhi kebutuhan transaksi, bukan untuk spekulasi atautrading.13
Dalam perspektif fiqih muamalah melalui wawancara dengan pihak DSN-MUI menghasilkan suatu kesimpulan bahwa bitcoin belum bisa dikatakan sebagai mata uang yang sah. Karena bitcoin tidak memenuhi syarat-syarat sebagai mata uang baik dalam ekonomi konvensional maupun syariah. Serta dalam kaidah fiqih, kegiatan transaksi ini masih banyak mendatangkan mudharatnya dibandingkan manfaatnya.
Karena segala perbuatan yang dilarang oleh Islam maupun pemerintah (penguasa) yang telah dikaji terlebih dahulu melalui Al-Qur’an dan hadits serta undang-undang yang berlaku, cenderung mendatangkan kemudharatan atau kerugian. Transaksi bitcoin ini memang lebih efisien dalam hal waktu, harga, dan jangkauannya yang mengglobal. Akan tetapi, di sisi lain kegiatan transaksi ini sangat berisiko tinggi terhadap penipuan dan ketidakstabilan nilai kursnya, karena tidak diatur oleh regulator dan rentan kehilangan uang dalam jumlah besar apabila membeli dengan harga yang lebih tinggi.
12
Asfia Murni,Ekonomika Makro, Cet. I (Bandung: Refika Aditama, 2006), h. 153
13
Muhammad Syafi’i Antonio,Bank Syariah: Dari Teori ke Praktek, Cet. I (Jakarta: Gema Insani, 2001), h. 185
A. KESIMPULAN
Setelah dilakukan kajian, analisis, serta pembahasan pada bab-bab sebelumnya terhadap permasalahan yang telah penulis teliti, maka dapat diambil kesimpulan beberapa hal sebagai berikut:
1. Mekanisme pertukaran uang berbasis bitcoin di Perusahaan Artabit adalah pertama mengisi form di website (informasi pribadi, informasi bank, informasi bitcoin wallet), lalu mengikuti petunjuk (notifikasi email setelah order dilakukan) seperti mentransfer IDR ke rekening artabit atau mentransfer bitcoin ke bitcoinwallet
yg telah ditentukan. Dalam hitungan menit setelah dana (rupiah/bitcoin) terdeteksi di rekening/walletartabit. Artabit tidak mengenakan biaya apapun.
2. Dari tinjauan fiqih muamalah melalui studi pada DSN-MUI menyatakan bahwa transaksi pertukaran uang berbasis bitcoin belum dapat dikatakan sebagai transaksi pertukaran uang yang sah dalam Islam. Karena tidak ada benda yang dapat merepresentasikan uang tersebut. Waalaupun ini jenis transaksi spot. Tetap belum dinyatakan sah juga menurut islam, karena tidak ada legalitas dari pemerintah, tidak memenuhi persyaratan sebagai mata uang baik dalam ekonomi konvensional maupun Islam, kaidah fiqih, serta rentan akan penipuan.
1. Bagi akademisi, hendaknya lebih banyak mengkaji tentang keberadaan mata uang digital khususnya bitcoin seiring dengan perkembangan teknologi yang semakin maju.
2. Bagi regulator, hendaknya mendukung kegiatan transaksi ini dengan membuat undang-undang yang mengatur peredaran uang digital bitcoin dan sejenisnya, serta bekerja sama antara pihak penyelenggara penerbitan uang digital bitcoin dan sejenisnya dalam rangka memberikan jaminan keamanan kepada masyarakat atas transaksi tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Amalia, Euis. Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam: Dari Masa Klasik Hingga Kontemporer. Jakarta: Gramata Publishing, 2005.
ArtabitBlog. Cara Kerja Bitcoin. Artikel diakses pada 19 Februari 2014 dari
http://artabitblog.wordpress.com/cara-kerja-bitcoin/
Bitcoin Indonesia. Apa Itu Bitcoin?. Artikel diakses pada 17 Februari 2014 dari
http://indonesia.bitcoin.co.id/apa-itu-bitcoin/
Bungin, Burhan. Metode Penelitian Kualitatif. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2004.
Darmawan, Indra.Pengantar Uang dan Perbankan. Jakarta: Rineka Cipta, 1999. Darmawan, Oscar. Bitcoin: Mata Uang Digital Dunia. Jasakom, 2014.
Dewan Syariah Nasional (DSN). Himpunan Fatwa Dewan Syariah Nasional. Jakarta: DSN, 2003.
Emzir. Metodologi Penelitian Pendidikan: Kuantitatif dan Kualitatif. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2008.
Fabozzi, Frank J, dkk.Pasar dan Lembaga Keuangan. Penerjemah Chaerul Djakman. Jakarta: Salemba Empat, 1999.
Hasan, Sahir “al-Nuqud wa al-Tawazun al-Iqtishadi”. Dalam Ahmad hasan, Mata Uang Islami: Telaah Komprehensif Sistem Keuangan Islami. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2005: h. 11.
Huda, Nurul dan Mohamad Heykal. Lembaga Keuangan Islam: Tinjauan Teoritis dan Praktis. Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2010.
Idrus, Muhammad. Metode Penelitian Ilmu Sosial: Pendekatan Kualitatif. Jakarta: Erlangga, 2009.
Krippendorff, Klaus. Content Analysis: An Introduction to Its Methodology. London: Sage Publication, 2004.
Mankiw, N. Gregory, dkk. Pengantar Ekonomi Makro: Principles of Economics. Jakarta: Salemba Empat, 2013.
Nasution, Mustafa Edwin, dkk. Pengenalan Eksklusif: Ekonomi Islam. Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2006.
Poerwadarminta, WJS. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka, 1982.
Pracoyo, Tri Kunawangsih dan Antyo Pracoyo. Aspek Dasar Ekonomi Makro di Indonesia. Jakarta: Grasindo, 2007.
Qal’ah Ji, Muhammad Rawas “Mu’amalat Maliyah Mu’ashirah fi Dhau’ al-Fiqh wa al-Syariah”. Dalam Andri Soemitra. Bank dan Lembaga Keuangan Syariah. Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2009: h.3.
Rochaety, Ety, dkk. Metodologi Penelitian Bisnis: Dengan Aplikasi SPSS. Jakarta: Mitra Wacana Media, 2009.
Sari, Novita Intan. BI: Gunakan Bitcoin Untuk Transaksi Jual Beli Bisa Dipidana. Berita diakses pada 18 Februari 2014 dari http://www.merdeka.com/uang/bi-gunakan-bitcoin-untuk-transaksi-jual-beli-bisa-dipidana.html
Singarimbun, Masri dan Sofian, Effendi. Metodologi Penelitian Survei. Jakarta: PT Pustaka LP3ES, 1989.
Sjahputra, Iman. Perlindungan Konsumen dalam Transaksi Elektronik. Bandung: PT Alumni, 2010.
Sukirno, Sadono. Makro Ekonomi: Teori Pengantar, cet.III. Jakarta: Rajawali Pers, 2010.
Sunarso, Siswanto. Hukum Informasi dan Transaksi Elektronik. Jakarta: Rineka Cipta, 2009.
Suprayitno, Eko. Ekonomi Islam: Pendekatan Ekonomi Makro Islam dan Konvensional. Yogyakarta: Graha Ilmu, 2005.
Suyanto, Bagong dan Sutinah. Metodologi Penelitian Sosial: Berbagai Alternatif Pendekatan.Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2005.
Teguh, Muhammad.Metodologi Penelitian Ekonomi: Teori dan Aplikasi. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2005.
Wawancara Pribadi dengan Denny Muktar. Jakarta. 29 April 2014. Wawancara Pribadi dengan Imelda Chandra. Jakarta 22 Juli 2014. Wawancara Pribadi dengan Kanny Hidaya. Jakarta. 22 Oktober 2014.
Wikipedia, Uang Elektronik, Artikel diakses pada 18 Februari 2014 dari
http://id.wikipedia.org/wiki/Uang_elektronik
Zuhaili, Wahbah “Juz IV”. Dalam Ghufron A. Mas’adi, Fiqih Muamalat Kontekstual. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2002.
1. Bagaimana terbentuknya perusahaan Bapak?
Jawab : Perusahaan kita didirikan oleh 4 orang pada tahun lalu (2013). Karena kita melihat potensi bitcoin ini sangat bagus untuk merevolusionerkan mekanisme pembayaran agar menjadi lebih mudah. Lalu kita mendirikan perusahaan Artabit ini.
2. Perusahaan bapak bergerak di bidang apa?
Jawab : Awalnya kita mau membantu untuk memperbaiki bagaimana kita melakukan pembayaran satu sama lain dengan biaya yang tidak semahal sekarang. Dengan proses yang lebih cepat dan terpercaya. Jadi kita membentuk perusahaan ini. Perusahaan ini fokus pada payment gateaway atau payment transactions, atau payment solutions, kemudian juga ada pengiriman uang atau remittance, dan donasi. Awalnya memang menggunakan Bitcoin, namun kedepannya bukan hanya dengan Bitcoin tetapi juga dengan criptocurrency yang lain yang bisa diadopsi oleh bermacam-macam orang. Misalnya litecoin, dogecoin, dan currency lain yang berbasis kriptografi dalam melakukan transaksi dari satu wallet ke wallet yang lain. Kemudian, pada saat mining atau memverifikasi suatu transaksi juga menggunakan teknik kriptografi.
3. Amankah menggunakan teknik kriptografi? Apakah akun mudah diretas?
Jawab : Dengan adanya teknik ini justru akun tidak mudah dihack atau diretas karena menggunakan mekanisme enkripsi yang tinggi dan akan divalidasi oleh banyak pihak yang disebut dengan miners. Jadi, Bitcoin mempunyai 2 cara kerja, yaitu private key dan public key yang berbentuk kriptografi. Public key untuk melihat transaksi dan private key untuk melakukan transaksi pengiriman dan tanda tangan digital. Kalau sekarang kita melihat virus itu banyak terjadi di komputer atau di windows tetapi jarang ada di handphone, dan transaksi Bitcoin sendiri bisa dilakukan tidak hanya di komputer, tetapi bisa juga melaluihandphone.
4. Transaksi apa saja yang diterima di perusahaan bapak?
Jawab : Kita hanya melayani merchant yang memang legal dan valid. Tidak bisa semuanya langsung transaksi setelah registrasi, harus melewati
Jawab : Sudah ada 16 merchant yang melakukan registrasi dan masih menjalani proses validasi dan mempelajari background dari perusahaan-perusahaan tersebut.
6. Kalangan mana sajakah yang melakukan transaksi?
Jawab : Pada awalnya Artabit adalah exchange, yaitu jual beli Bitcoin. Tapi sekarang adalah mengarah kepada merchant, yang berasal dari kalangan small and medium business, baik yang offline atau mempunyai toko/gerai maupun yang online yang ada di internet. Sebenarnya tujuan kita adalah terutama ingin membantustart up yang kecil, misalnya seperti teman saya yang banyak ingin memiliki toko yang ada di internet yang kemudian pasarnya itu ingin ke luar negeri, jadi lewat perusahaan Artabit ini adalah memfasilitasi supaya orang di luar negeri menjadi mudah ketika melakukan pembayaran atau transfer dengan orang di dalam negeri. Karena biaya yang cukup mahal dan merepotkan. Maka dari itu, dengan menggunakan payment solutions yang ditawarkan Artabit ini diharapkan agar mereka dapat mencapai market yang lebih besar dengan transaksi yang lancar dan juga dapat membangun ekonomi. Jadi yang diharapkan adalah small dan medium business dapat tergabung dalam merchant di perusahaan ini. Selain itu, untuk remittance yang kita inginkan adalah terutama dari para TKI yang mengalami kesulitan saat mengirimkan uangnya ke dalam negeri karena biaya atau potongan yang mahal sedangkan mereka mendapat gaji yang tidak terlalu besar. Jadi di sini kita ingin memfasilitasi agar lebih murah baik TKI maupun semua orang. 7. Bagaimana bapak menyikapi keberadaan bitcoin di Indonesia yang
belum memiliki hukum secara khusus yang mengatur?
Jawab : BI sebenarnya telah menyatakan bahwa bitcoin dianggap mata uang yang tidak sah di Indonesia yang terdapat di dalam surat edaran BI. Tetapi ketika saya bertanya kepada teman saya yang mana seorang pengacara bahwa dalam kitab KUHP menyatakan selama ada dua orang yang sepakat dan tidak merasa diancam, ditipu, dan sebagainya adalah suatu yang diperbolehkan atau sah untuk melakukan transaksi (trade).
9. Sejauh ini, kendala apa saja yang terjadi dalam transaksi menggunakan Bitcoin!
Jawab : Kalau saya melihat kendala yang dialami adalah masalah edukasi. Masih banyak orang yang belum mengerti mengenai Bitcoin, dalam bertransaksi, dan bagaimana mengelola keamanan wallet si pemilik Bitcoin. Jadi, kita harus memberikan edukasi pada mereka dan juga cara mengamankanwallet atau akun Bitcoin mereka. Kendala yang lain adalah belum ada dukungan dari pemerintah (BI) yang juga tidak memberikan kejelasan
10.Bagaimana cara melihat pergerakan nilai Bitcoin?
Jawab : Nilai Bitcoin naik turun tergantung supply and demand pada market place dan tergantung fundamentalnya juga. Misalnya ada suatu negara atau perusahaan e-commerce yang ingin menerima Bitcoin, maka harga Bitcoin akan naik karena orang akan cenderung untuk membeli Bitcoin. Salah satumarket placedi indonesia seperti Bitcoin.co.id.
1. Sebutkan mata uang apa saja yang dapat ditukarkan ke dalam bentuk mata uang bitcoin? Apakah itu berlaku untuk sebaliknya?Semua mata uang bisa ditukar dengan bitcoin ataupun sebaliknya selama di negara tersebut tersedia bitcoin exchanger.
2. Syarat-syarat apa saja yang dapat dipenuhi untuk melakukan transaksi pertukaran mata uang bitcoin dalam perusahaan Artabit! Mengisi form di website (informasi pribadi, informasi bank, informasi bitcoin wallet).
3. Bagaimana langkah-langkah untuk dapat melakukan transaksi pertukaran mata uang Bitcoin dalam perusahaan Artabit?Mengisi form order, mengikuti petunjuk (notifikasi email setelah order dilakukan) seperti mentransfer IDR ke rekening artabit atau mentransfer bitcoin ke bitcoin wallet yg telah ditentukan. 4. Berapa jumlah minimal dan maksimal nominal uang yang dapat ditukarkan
(dalam bentuk rupiah dan BTC)! Beli min Rp 50.000; Jual min 0,03 btc (jumlah ini tidak mengikat, kapanpun bisa dirubah oleh pihak artabit).
5. Berapa lama waktu penyelesaian transaksi pertukaran mata uang dalam perusahaan Artabit? Dalam hitungan menit setelah dana (rupiah/bitcoin) terdeteksi di rekening/wallet artabit.
6. Faktor-faktor apa saja yang menyebabkan batalnya transaksi pertukaran mata uang di perusahaan Artabit?Dana tidak dikirim; dana yang dikirim tidak sesuai dengan yang di order ; dana yang dikirim melewati batas waktu yang ditentukan (ketr : dana = rupiah atau bitcoin).
8. Adakah biaya yang dikeluarkan untuk administrasi dalam transaksi ini? Jika ada, berapa nominal yang telah ditetapkan? Free, artabit tidak mengenakan biaya apapun.
1. Apakah Bapak pernah mendengar istilah bitcoin sebagai salah satu jenis uang digital atau virtual?
Jawab : Ya, saya pernah mendengar istilah digital money (mata uang digital), akan tetapi, di DSN belum ada fatwanya dan tidak menutup kemungkinan dalam waktu dekat akan ada lembaga yang meminta fatwanya. Kalau kita bicara tentang uang, dalam syariah masih berwujud (ada bentuknya) atau ada fisiknya. Kalau pun tidak ada dalam bentuk fisik, tapi bisa merepresentasikan uang, misalnya cek. Menurut saya, kalau bitcoin ini adalah uang maya dan juga termasuk ke dalam uang digital. Tetapi, tidak ada wujud dari representasi uang tersebut.
2. Apakah uang tersebut dapat dikategorikan dalam alat pembayaran yang sah?
Jawab: Kita kembali lagi dalam definisi uang sendiri itu apa. Dan lebih utama kita membahas tentang legalitas uang tersebut. Karena pencetakan dan pengesahan suatu mata uang adalah harus berdasarkan wewenang penguasa/pemerintah. 3. Bagaimana dalam pandangan Islam?
Jawab: Uang seperti ini memang belum banyak dibahas dalam islam, karena sifatnya yang sangat kontemporer. Sebenarnya ini termasuk dalam kategori uang digital. Akan tetapi, kita melihat dari konsep fiqihnya, apakah uang ini bisa direpresentasikan atau ada bentuknya. Selain itu, dalam syariah juga bisa dilihat dari segi kaidah fiqihnya, yaitu menarik mudharat lebih utama dari mengambil manfaatnya, kemudharatan harus dihilangkan. Misalnya apabila bitcoin masih memiliki risiko yang tinggi dan belum ada yang mengatur hukumnya, maka tidak akan ada lembaga yang bertanggung jawab terhadap transaksi ini.
4. Di indonesia, ada salah satu perusahaan yang bergerak dalam bidang transaksi pertukaran mata uang berbasis bitcoin, yaitu Perusahaan Artabit dengan membebaskan biaya administrasi serta proses operasionalnya hanya 1 X 24 jam. Menurut Bapak, apakah konsep tersebut sah dalam pandangan Islam akan tetapi dengan tidak melupakan bahwa yang dipertukarkan adalah sesuatu yang tidak sah menurut pemerintah!
mendapat izin dari BKPM, itu hanya izin mendirikan usaha biasa. Dan itu belum dinyatakan sebagai perusahaan yang mendapat izin resmi.
5. Jika dilihat dari teori dalam akad sharf, apakah proses operasional yang ada di perusahan tersebut bisa dikategorikan sebagai transaksi spot yang diperbolehkan dalam hukum Islam!
Jawab: Ini memang termasuk ke dalam jenis transaksi spot, akan tetapi kalau dilihat dari akad sharf dan ketentuannya dalam fatwa DSN Nomor 28/DSN-MUI/III/2002. itu hanya menyatakan untuk transaksi uang yang berbentuk fisik. Misalnya dari Rupiah ke Dollar. Apabila dilihat dari isi kandungan hadits tentang sharf, uang direpresentasikan dengan emas dan perak. Selain itu, kalau memang ingin memakai uang tersebut harus bersifat matslan bi mitslin, yadan bi yadin, sawaan bi sawain, dan menggunakan jenis transaksi spot. Selain itu, kita juga harus melihat dari segi kaidah fiqihnya, yaitu ad-dhararu yuzalu, yang menyatakan bahwa kemudharatan harus dihilangkan. Jadi kita melihat berbagai mudharat yang ditimbulkan terlebih dahulu daripada menarik manfaatnya.