• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kendala Bagi Badan Permusyawaratan Desa dalam Pembentukan Peraturan

BAB II. TINJAUAN UMUM TENTANG DEMOKRASI, PEMBENTUKAN

D. Analisis Peran Badan Permusyawaratan Desa dalam Pembentukan Peraturan

2. Kendala Bagi Badan Permusyawaratan Desa dalam Pembentukan Peraturan

Adapun kendala bagi Badan Permusyawaratan Desa di Desa Sambirejo dalam melaksanakan perannya untuk membahas dan menyepakati Rancangan Peraturan Desa, penulis menggunakan 2 (dua) narasumber, yang pertama adalah dari pihak Pemerintah Desa yakni, Bapak Mujimin, S. Sos, selaku Sekretaris Desa Sambirejo, dan yang kedua, narasumber dari pihak Badan Permusyawaratan Desa yakni, Bapak Samidi, selaku Ketua Bidang Penyelenggaraan Pemerintahan BPD.

Menurut Mujimin, selaku Sekretaris Desa Sambirejo, ada beberapa hal yang menjadi kendala bagi Badan Permusyawaratan Desa dalam melaksanakan perannya untuk membahas dan menyepakati Rancangan Peraturan Desa, antara lain kendalanya adalah mengenai wawasan atau pengetahuan tentang Teknik penyusunan peraturan perundang-undangan yaitu Peraturan Desa yang dimiliki anggota BPD dapat dikatakan masih minim, misalnya, terkadang anggota Badan Permusyawaratan Desa tidak memahami isi dari suatu Peraturan Desa, baik tidak memahami redaksi pasal, konsideran, hierarki perundang-undangan, dengan demikian, kendala timbul pada saat membahas suatu Peraturan Desa, memaksa pihak pemerintah untuk menjelaskan lagi apa maksud dari pasal yang dibuat, menjelaskan mengenai konsiderans, dan menjelaskan tentang payung hukum Peraturan Desa yang akan dibuat, artinya ketika melakukan pembahasan yang seharusnya membahas hal-hal pokok yang berkaitan dengan materi Peraturan Desa, menjadi membahas hal-hal lain diluar Peraturan Desa tersebut, akibatnya lebih banyak waktu yang akan diperlukan untuk membuat suatu Peraturan Desa.

Berkaitan dengan penjelasan di atas, bahwa masyarakat secara plural terus berkembang dan pemerintah di tingkat yang lebih tinggi dari pemerintahan Desa membuat Regulasi atau Peraturan Perundang-undangan yang baru untuk mengimbangi gerak dinamika sosial yang ada, dengan terbatasnya sumber daya manusia di keanggotaan Badan Permusyawaratan Desa untuk memahami dan mengerti Teknik Pembentukan Peraturan Perundang-undangan menjadi kendala untuk melaksanakan penyelenggaraan pemerintahan di Desa Sambirejo. Kendala yang dirasakan BPD mengakibatkan kendala juga bagi Pemerintah Desa untuk mengesahkan Peraturan Desa, di sisi lain menurut Mujimin, kurangnya penyuluhan atau pembinaan terkait dengan regulasi dan Peraturan yang baru, akibatnya Pemerintah Desa belajar secara sendiri-sendiri dalam menggali informasi terkait regulasi yang baru dan membuat Peraturan Perundang-Undangan, setelah Pemerintah Desa belajar sendiri untuk membuat dan menghindari hal-hal yang berbenturan dengan Peraturan yang lebih tinggi maka Peraturan Desa yang dirancang tersebut baik setelah dibahas maupun sebelum dibahas oleh BPD tetap diserahkan kepada Kecamatan untuk dikoreksi atau dievaluasi, kenyataannya bahwa setiap Peraturan Desa yang dibuat Pemerintah Desa selalu mendapat evaluasi dan koreksi dari tingkat Kecamatan, yang berakibat pada tertundanya suatu Peraturan Desa untuk disahkan sebagai payung hukum Pemerintahan Desa untuk menyelenggarakan Pemerintahan.88

Sedangkan menurut Samidi, kendala yang dirasakan Badan Permusyawaratan Desa dalam menjalankan perannya untuk Membahas dan

88 Berdasarkan hasil wawancara Penulis dengan Mujimin S. Sos, selaku Sekretaris Desa Sambirejo, pada tanggal 28 Desember 2017.

70

menyepakati Rancangan Peraturan Desa adalah antara lain, waktu yang terbatas bagi masing-masing anggota BPD, artinya bagi BPD sendiri sulit untuk menetapkan waktu untuk membahas suatu Peraturan Desa yang dirancang oleh Pemerintah Desa, sehingga terhadap Peraturan Desa tersebut tidak memperoleh koreksi dan evaluasi dari Badan Permusyawaratan Desa, di sisi lain juga, pemahaman dan wawasan anggota Badan Permusyawaratan Desa dalam memahami Aturan Perundang-undangan, hal tersebut mengakibatkan suatu Peraturan Desa tidak dikoreksi dan tidak dievaluasi oleh Badan Permsuyawaratan Desa. artinya, minimnya kritik dan saran yang dilakukan oleh Badan Permusyawaratan Desa dalam membuat suatu Peraturan Desa.89

Dalam hal pembuatan Peraturan Desa, berdasarkan pada informasi yang diperoleh dari Mujimin, sebelum membuat suatu Peraturan Desa atau ketika membahas dan menyepakti Rancangan Peraturan Desa, sebaiknya Pemerintah Kecamatan mendampingi atau melakukan penyuluhan kepada Pemerintah Desa guna menghindari, atau memninimalisir hal-hal yang perlu dikoreksi dan dievaluasi, juga sebagai saran bagi Pemerintahan Desa untuk belajar dan mehami hal-hal yang berkaitan dengan pembentukan suatu Peraturan Desa. Selama ini, Penyuluhan dan sosialisasi mengenai Regulasi yang baru terhadap Pemerintah Desa memang pernah dilakukan oleh Pemerintah Kecamatan, tetapi tidak secara rutin dan tidak mempunyai kepastian kapan penyuluhan dan sosialisasi tersebut dilakukan. Jika disimpulkan, kendala-kendala bagi BPD dalam melaksanak

89 Berdasarkan hasil wawancara Penulis dengan Samidi, selaku Ketua Bidang Penyelenggaraan Pemerintahan BPD, tanggal 28 Desember tahun 2017.

71

perannya dalam membahas dan menyepakati Rancangan Peraturan Desa adalah sebagai berikut:

1. Sumber daya manusia yang tidak memadai pada anggota BPD dalam memahami Teknik Pembentukan Peraturan Perundang-undangan;

2. Sulitnya menentukan waktu untuk membahas Rancangan Peraturan Desa di internal BPD;

3. Kurangnya sosialisasi dan penyuluhan terkait Pembentukan Peraturan Desa oleh Pemerintah Kecamatan kepada internal BPD.

BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan

Peran Badan Permusyawaratan Desa Kecamatan Prambanan, Kabupaten Sleman dalam pembentukan Peraturan Desa adalah dengan membahas Rancangan Peraturan Desa yang disusun oleh pemerintah desa yang telah dikonsultasikan kepada masyarakat desa dan pemerintah kecamatan prambanan, terhadap rancangan peraturan desa tersebut, Badan Permusyawaratan Desa melakukan Rapat Internal BPD untuk melakukan pembahasan mengenai substansi pengaturan yang termuat dalam Rancangan Peraturan Desa.

Peraturan Desa dibuat oleh Kepala Desa dan disepakati oleh Badan Permusyawaratan Desa dengan proses dimusyawarahkan bersama dan melibatkan masyarakat, hal ini mencirikan sistem demokrasi dalam penyelenggaraan pemerintahan di Desa, karena tindakan pemerintah adalah hasil kesepakatan dari Masyarakat Desa. peraturan desa merupakan Peraturan Perundang-undangan yang memiliki asas bahwa peraturan perundang-undangan tidak boleh bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi di atasnya. Badan Permusyawaratan Desa sebagai wakil masyarakat untuk menyepakati peraturan perundang-undangan harus memahami bagaimana teknik pembentukan perundang-undangan guna meminimalisir kesalahan-kesalahan yang terdapat dalam sebuah peraturan desa yang pada akhirnya menghambat pelaksanaannya atau kekaburan dan kesalahan dalam menjalankan suatu peraturan tersebut.

Dari hasil penelitian dan pembahasan yang dilakukan, dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut:

1. Pemerintah Desa dalam membuat Peraturan Desa bekerjasama dengan Badan Permusyawaratan Desa dengan mekanisme membahas dan menyepakati, dalam hal melakukan pembahasan, Badan Permusyawaratan Desa berhak melakukan Musyawarah Internal, dan daam menyepakati BPD menyelenggarakan Musyawarah Desa yang berisikan Pemerintah Desa, Badan Permusyawaratan Desa, tokoh masyarakat dan anggota masyarakat lainnya, hal ini menunjukkan bahwa Pemerintahan Desa yang berdaulat dan demokratis.

2. Badan Permusyawaratan Desa lebih mengutamakan fungsi sebagai Mitra Kerja Pemerintah Desa, bukan sebagai fungsi legislasi, walaupun Peraturan Perundang-Undangan memberikan peluan untuk hal itu, sebagai mitra kerja pemerintah desa, Badan Permusyawratan Desa dalam menjalankan tugas dan fungsinya mengutamakan Musyawarah Desa untuk sama-sama membahas dan menyapakati hal-hal yang diprioritaskan bagi Desa untuk ditangani.

3. Bahwa Pendidikan minimal bagi pemerintah desa dan Badan Permusyaawaratan Desa tidak memiliki pengaruh yang signifikan dalam melaksanakan perannya masing-masing, karena yang paling penting pada aparat desa memahami dan mau bekerja untuk mensejahterakan kehidupan bagi penduduk desa.

4. Dalam hal memonitoring atau mengawasi kinerja kepala desa, Badan Permusyawaratan Desa meminta kepada Pemerintah dan Perangkat Desa Notulensi program kerja Pemerintah Desa, apabila terdapat program kerja Pemerintah Desa yang tidak dilaksanakan oleh Kepala Desa, maka Badan Permusyawaratan Desa berhak menanyakan dan menegur Kepala Desa. 5. Dalam setiap tahun anggaran, Pemerintahan Desa Sambirejo menetapkan

Rancangan Peraturan Desa menjadi Peraturan Desa kurang lebih sebanyak 4 (empat) sampai dengan 6 (enam) Peraturan Desa yang 1 (satu) di antaranya merupakan Peraturan Desa Usulan yang dirancang oleh Badan Permusyawaratan Desa.

6. Adapun Rancangan Peraturan Desa yang dibahas dan disepakti oleh BPD dan Kepala Desa dalam Periode tahun 2015 dan Periode 2016 antara lain: Rancangan Peraturan Desa Desa Sambirejo Nomor Tahun 2015 Tentang Pelestarian Sarana Prasarana Hasil Kegiatan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Pedesaan., Rancangan Peraturan Desa Nomor Tahun 2015 Tentang Pungutan Desa., Rancangan Peraturan Desa Nomor Tahun 2015 Tentang Pengelolaan Tanah Kas Desa Sambirejo Kecamatan Prambanan Kabupaten Sleman Tahun Anggaran 2015., Rancangan Peraturan Desa Nomor Tahun 2015 Tentang Anggaran Pendapatan Dan Belanja Desa., Rancangan Peraturan Desa Nomor Tahun 2016 Tentang Susunan Organisasi Dan Tata Kerja Pemerintah Desa Sambirejo Tahun Anggaran 2016., Rancangan Peraturan Desa Nomor Tahun 2016 Tentang Pengelolaan Obyek-Obyek Wisata Di Wilayah Desa

Sambirejo Kecamatan Prambanan Kabupaten Sleman Tahun Anggaran 2016., Rancangan Peraturan Desa Nomor Tahun 2016 Tentang Pungutan Desa Tahun 2016., Rancangan Peraturan Desa Nomor Tahun 2016 Tentang Anggaran Pendapatan Dan Belanja Desa.

7. Dari jumlah Peraturan Desa yang dibuat oleh Pemerintahan Desa, dapat dikatakan bahwa Proyek Legislasi pada Desa Sambirejo proporsional dalam rangka mewujudkan kesejahteraan di Desa tersebut.

B. Saran

Berdasarkan pembahasan dari hasil penelitian ini, Penulis memberikan saran sebagai berikut:

1. Pemerintahan Desa dalam membuat suatu Peraturan Desa sebaiknya didampingi oleh Pemerintah Kecamatan, hal tersebut dianggap perlu mengingat efektifitas dan efisiesi bagi Pemerintahan Desa dalam menyelenggarakan Pemerintahan. Selain itu, Pemerintah kecamatan atau Pemerintah tingkat Kabupaten sebaiknya melakukan program yang berkaitan dengan Pembentukan Peraturan Perundang-undangan secara rutin dan terjadwal, mengingat sumber daya manusia dalam Pemerintahan Desa masih minim dalam memahami Teknik Pembentukan Peraturan Perundang-undangan.

2. BPD selaku Lembaga di Desa yang mewakili masyarakat dalam berhadapan dengan Pemerintah Desa, sebaiknya BPD selalu menggali dan memahami peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan

pemerintahan desa agar dapat membantu pemerintah desa dalam membuat peraturan desa, dan tidak merasa kebingungan ketika membahas peraturan desa, outputnya, dihasilkan peraturan desa yang minim koreksi dan evaluasi dari Pemerintah Kecamatan.

DAFTAR PUSTAKA BUKU-BUKU

A.Hamid S Attamimi, Fungsi Ilmu Perundang-undangan dalam Pembentukan

Hukum Nasinoal (1989), dalam Aziz Syamsuddin, Proses dan Teknik Penyusunan Perundang-undangan, Jakarta: Sinar Grafika, 2011.

________________, Perbedaan antara Peraturan Perundang-undangan dan

Peraturan Kebijakan, Pidato Dies Natalis PTIK ke-46, Jakarta 17 Juni

1992.

A. Rosyid Al Atok, Konsep Pembentukan Peraturan Perundang-undangan, Setara Press, Malang, 2015.

Ateng syafrudin dan Suprin Na’a, Republik Desa, Alumni, Bandung, 2010.

Bagir Manan, Hukum Positif Indonesia (Satu Kajian Teoritik), Penerbit FH UII Press, Yogyakarta, 2004, halaman 14. Lihat juga dalam Bagir Manan,

Dasar-dasar Perundang-undangan Indonesia, Ind-Hill, Jakarta 1992.

Dadang Supardan, Sejarah dan Prospek Demokrasi, Universitas Pendidikan Indonesia Bandung: Sosio Didaktika, 2015.

Friedrich Ebert Stiftung, Buku Bacaan Sosial Demokrasi I.

H. Siagian, Pokok-Pokok Pembanguan Masyarakat Desa, Bandung: Alumni, Cetakan Kedua, 1986.

Jeremy Bentham, Teori Perundang-undangan: Prinsip-Prinsip, Hukum Perdata

dan Hukum Pidana, Nusamedia, Bandung, 2010.

Jimly Asshiddique, Gagasan Kedaulatan Rakyat: Demokrasi Versus Ekokrasi. ________________, Hukum Tata Negara dan Pilar-Pilar Demokrasi, Jakarta:

Sinar Grafika, 2015.

________________, Konstitusi dan Konstitusionalisme Indonesia, Jakarta: Konstitusi Press, 2005.

Kartasapoetra Dkk, Desa dan Daerah Dengan Tata Pemerintahannya, Bina Aksara, Jakarta, 1986.

King faisal Sulaiman, Teori Peraturan Perundang-Undangan dan Aspek

Pengujiannya, Yogyakarta: Thafamedia, 2017.

Kitty Tri Setyorini Dkk, Pedoman Standar Layanan Informasi Publk untuk

Pemerintahan Desa, Komisi Informasi Provinsi Jawa Timur, Cetakan

Pertama, 2015.

Ni’matul Huda. Hukum Pemerintahan Desa, Setara Press, Malang, 2015.

Maria Farida Indrati Soeprapto, Ilmu Perundang-undangan, Dasar-dasar dan

Pembentukannya, Kanisius, Yogyakarta, 1998.

Merphin Panjaitan, Logika Demokrasi, Jakarta: Permata Aksara, 2013.

Moh. Fadil Dkk, Pembentukan Peraturan Desa Partisipatif, Malang: UB Press, Cetakan Pertama, 2011.

Sadjipto Rahardjo, Ilmu Hukum, Bandung: Citra Aditya Bakti, Cetakan Ke-8, 2014.

Saifudin, Partisipasi Publik dalam Pembentukan Peraturan Perundang-undanag, UII Press, Cetakan Pertama, 2009.

Sirajuddin, dkk, Legislative Drafting: Pelembagaan Metode Partisipatif, Malang: In-Trans Publishing, 2008.

Soiman, pembentukan Peraturan Perundang-undangan di Indonesia, UII PRESS, Cetakan Pertama Yogyakarta, 2010.

Sri Soemantri, Hukum Tata Negara Indonesia, Bandung: Remaja Rosdakarya, Cetakan Pertama, 2014.

Supriatna, Tjahya, Sistem Pemerintahan Desa, Institut Pemerintahan dalam Negeri, Jatinangor, 2007.

Yusnani Hasyimzoem, Iwan Satriawan, dkk, Hukum Pemerintahan Daerah, Jakarta: Rajawali Pers, 2017.

JURNAL

Firdaus, Politik Hukum di Indonesia (Kajian Dari Sudut Pandang Negara

Hukum), Jurnal Hukum Islam, Volume 12 Nomor 10 Tahun 2006.

Kushandajani, Desain Implementasi Penyelenggarann Peerintahan Desa

Berdasarkan UU No. 6 Tahun 2014 Tentang Desa di Kabupaten Semarang, Politika, Vol. 6, No. 2, Oktober 2015.

Meri Yani, Menuju Desa Yang Maju, Kuat, Mandiri, Dan Demokratis Melalui

Undang-Undang No. 6 Tahun 2014 Tentang Desa, Inovatif Volume

VII Nomor II, Mei 2014.

PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

Peraturan Daerah Kabupaten Sleman Nomor 15 Tahun 2016 tentang Badan Permusyawaratan Desa.

Permendagri Nomor 110 tentang Badan Permusyawaratan Desa.

Permendagri Nomor 111 Tahun 2014 tentang Pedoman Teknis Peraturan di Desa. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa.

Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah

Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 Tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan.

DATA ELEKTRONIK

http://csws.fisip.unair.ac.id/implementasi-undang-undang-nomor-6-tahun-2014- tentang-desa-di-jawa-timur-dengan-pendekatan-community-based-training-wartiningsih/ diunduh pada tanggal 17 oktober 2017 jam 17:02.

http://prodeksel.binapemdes.kemendagri.go.id/laporan_terkini_potensi/... Diundu h pada tanggal 20 Desember 2017 jam 19:21.